ABSTRAK
Berat bahan setelah dibansing akan lebih menurun dari berat awal, warna
sayuran yang diblansing lebih memudar, aroma sampel yang diblansing lebih
berkurang, dan tekstur sampel setelah diblansing lebih lunak. Susu segar
pasteurisasi dan non-pasteurisasi yang disimpan setelah 5 hari dalam suhu ruang
menghasilkan aroma lebih busuk dan berwarna putih kekuningan, susu segar
setelah disimpan 5 hari dalam suhu ruang dan suhu dingin lebih kental dan tebal
lapisannya meningkat. Jus belimbing pasteurisasi dan non-pasteurisasi
kekentalannya berkurang setelah disimpan 5 hari, namun tebal lapisannya lebih
tinggi. Setelah sterilisasi, sampel nanas yang ditambahkan konsentrasi gula 1:1
lebih berwarna kuning pekat, sedangkan konsentrasi gula 2:1 berwarna kuning
pekat, aroma nanas sedikit berkurang. Perubahan pada wortel konsentrasi garam
2:2 setelah disterilisasi yaitu kekerasannya sedikit berkurang dan warna menjadi
oranye kekuningan, sedangkan perubahan wortel dengan konsentrasi garam 3:2
yaitu semakin lunak dan warnanya oranye cerah.
ABSTRACT
Heavy material that blanched was down, faded color, aroma was down,
and vegetables texture was soft. Fresh milk pasteurization and non-pasteurization
that saved after 5 days at room temperature was more rotten aroma and creamy,
fresh milk that saved after 5 days in room temperature and cold temperature was
thicker and thicker layers. Starfruit juice pasteurization and non-pasteurization
was down viscosity after saved 5 days, but more get thicker layers. After
sterilization, pineapple was added sugar that concentration of 1:1 is more dark
yellow, while the sugar concentration of 2:1 is dark yellow, and had the low
aroma. The color of 2:2 salt concentration carrots after sterilization is yellowish
orange, while the calor of 3:2 salt concentration carrots is bright orange.
PENDAHULUAN
1. Blansing
Blansing adalah pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan oleh
sayuran dan buah-buahan pada suhu mendidih atau hampir mendidih pada waktu
singkat yang selanjutnya akan disimpan dalam suhu beku. Blansing biasanya
dilakukan sebelum bahan dikalengkan, dibekukan atau dikeringkan untuk
menghambat atau mencegah aktivitas enzim dan mikroorganisme pada bahan.
Enzim dan mikroorganisme sering menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki pada bahan pangan, misalnya pencoklatan enzimatis, perubahan
flavor atau aroma, dan pembusukan (Herudiyanto, 2008).
Lamanya proses blansing dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
ukuran bahan, suhu, ketebalan tumpukan bahan serta medium blansing. Untuk
memperoleh inaktifkasi enzim lebih efektif, suhu badan pada semua bagian
minimumnya adalah 87.8oC (190oF). Bahan yang lebih besar atau tebal
membutuhkan waktu blansing yang lebih lama. Pada suhu yang lebih rendah,
maka diperlukan waktu blansing yang lebih lama (Muchtadi et al, 2010).
Sayuran akan memerlukan waktu blansing sekitar 2-4 menit pada suhu
98.9-100oC jika dalam bentuk irisan kecil atau tipis. Jika irisan itu besar atau tebal
maka diperlukan waktu blansing 5-15 menit. Irisan jagung yang besar atau tebal
memerlukan waktu blansing sekitar 15-30 menit (Suhardi dan Marsono, 1982).
Blansing dapat dilakukan dengan menggunakan medium air (blansing
rebus) atau uap air (blansing kukus). Penggunaan uap air kadang-kadang lebih
sulit mencapai suhu yang seragam jika blansing yang dilakukan terhadap bahan
dalam jumlah banyak atau berukuran besar. Blansing menggunakan air
memungkinkan kehilangan komponen terlarut bahan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan blansing uap air (blansing kukus) (Muchtadi et al, 2010).
2. Pasteurisasi
Menurut Herudiyanto (2008) menyatakan bahwa pasteurisasi adalah
perlakuan pemanasan yang lebih ringan dari sterlisasi, biasanya suhu yang
digunakan kurang dari 100oC. Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh semua
bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan makanan atua bakteri-bakteri
patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat, selain itu untuk
memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri penyebab
pembusukan dan menonaktifkan enzim (bir; anggur; sari buah; dan lain-lain).
Umumnya ada dua metode pasteurisasi yang digunakan untuk susu, antara
lain yaitu LTLT (Low Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature
Short Time). Pada holding method atau LTLT, sujumlah susu dipanaskan
seluruhnya hingga mencapai suhu 65oC selama 30 menit. Sedangkan pada metode
HTST, susu dipanaskan pada suhu 71.7oC selama 5-10 detik menggunakan alat
pemanas plate type heat exchanger (Muchtadi, 2009).
Selain itu, dikembangkan pula metode UHT (Ultra High Temperture),
yaitu proses pemanasan susu pada suhu 125oC selama 15 detik atau 131oC selama
0.5 detik. Pemanasan dilakukan di bawah tekanan tinggi untuk menghasilkan
suatu kondisi turbulence dan mencegah terjadinya kegosongan susu pada
lempeng-lempeng alat pemanas (heat exchanger). Susu yang dihasilkan dapat
dikatakan steril, dan jika dikemas secara aseptik dapat disimpan pada suhu ruang
selama beberapa bulan (Hadiwiyoto, 1982).
3. Proses Pengalengan atau Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses thermal untuk mematikan semua mikroorganisme
beserta spora-sporanya. Karena spora-spora bersifat tahan panas, maka umumnya
diperlukan pemanasan selama 15 menit pada suhu 121oC atau ekivalennya,
aartinya semua partikel bahan pangan tersebut harus mengalami perlakuan panas
tersebut (Herudiyanto, 2008).
Faktor-faktor yang memengaruhi waktu yang diperlukan antara lain yaitu
besar ukuran kaleng/botol yang digunakan serta kecepatan perambatan panas dari
makanan. Selama proses sterilisasi dapat terjadi perubahan terhadap makanan
yang menurunkan mutunya. Pemanasan dengan sterilisasi komersial umumnya
dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak asam atau bahan pangan
berasam rendah. Golongan bahan pangan ini antara lain adalah bahan pangan
hewani seperti daging, susu, telur, dan ikan serta beberapa jenis sayuran seperti
buncis, jagung, nanas, dan wortel. Bahan pangan yang berasam rendah
mempunyai resiko untuk mengandung Clostridium botulinum yang dapat
menghasilkan racun mematikan jika tumbuh dalam makanan yang dikelangkan.
Daya tahan simpan makanan steril komersial adalah kria-kira 2 tahun,
kerusakan-kerusakan yang terjadi biasanya bukan akibat pertumbuhan
mikroorganisme, tetapi karena kerusakan pada sifat organoleptik akibat reaksi
kimia. Makanan yang tingkat keasamaannya rendah (pH>4.5) menggunakan
temperatur di atas 100oC, biasanya dalam kisaran 115-130oC (Winarno, 2004).
KESIMPULAN
Berat yang dihasilkan pada blansing kukus bahan yang dipotong umumnya
lebih kecil dari berat sebelum diblansing maupun diblansing rebus. Warna sayuran
yang diuji jika diblansing rebus umumnya lebih memudar dibandingkan dengan
blansing kukus, kecuali sampel wortel. Semua sampel yang diblansing rebus
umumnya memiliki aroma khas sayuran lebih berkurang dibandingkan blansing
kukus. Sampel yang diblansing rebus akan menghasilkan tekstur yang semakin
lunak dibandingkan blansing kukus. Seharusnya, bahan yang setelah diblansing
rebus maupun blansing kukus beratnya lebih berkurang. Susu segar pasteurisasi
atau non pasteurisasi setelah disimpan selama 5 hari dalam suhu ruang
menghasilkan aroma lebih busuk, sedangkan dalam suhu dingin aromanya tetap
bau susu segar. Warna susu segar non-pasteurisasi yaitu putih kekuningan,
sedangkan susu segar baik pasterusasi maupun non-pasteurisasi dalam suhu
rendah dan dingin tetap putih. Susu segar setelah disimpan selama 5 hari baik
dalam suhu ruang maupun suhu dingin akan lebih kental. Jus belimbing baik
dilakukan pasteurisasi maupun non-pasteurisasi akan mengalami perubahan warna
dan aromanya. Sedangkan setelah disimpan selama 5 hari, kekentalan jus
belimbing lebih berkurang. Umumnya, susu segar dan jus belimbing tebal
lapisannya lebih meningkat setelah disimpan selam 5 hari. Setelah sterlisasi,
sampel nanas yang ditambahkan konsentrasi gula 1:1 yaitu lebih berwarna kuning
pekat, sedangkan konsentrasi gula 2:1 berwarna kuning pekat, aroma nanas sedikit
berkurang. Perubahan pada wortel setelah disterilisasi dalam konsentrasi garam
2:2 yaitu kekerasannya sedikit berkurang dan warna menjadi oranye kekuningan,
sedangkan perubahan wortel dengan konsentrasi garam 3:2 yaitu semakin lunak
dan warnanya oranye cerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, S.I. 1988. Penentuan Kualitas Susu. Majalah Komunikasi/Informasi
Profesi dan Koperasi. Peternakan Indonesia No.37 ISSN 0216-3242,
Jakarta.
Buckle, K.A., Edwards, G.H., Fleet., dan M.Wooton. 1986. Ilmu Pangan.
Ditejermahkan oleh Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Hadiwiyoto, S. 1982. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty,
Yogyakarta.
Blansing
1. Apa sebabnya inaktivasi enzim penting dalam proses pengolahan sayuran dan
buah-buahan?
Jawab:
Sebab enzim sering menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki pada bahan pangan misalnya pencoklatan enzimatis, perubahan
flavor atau aroma dan pembusukan. Oleh karena itu, dilakukan blansing
untuk mencegah atau menghambat perubahan warna yang tidak dikehendaki,
memperbaiki flavor dan aroma, melunakkan atau melayukan jaringan bahan,
mengeluarkan udara dari jaringan bahan serta untuk menghilangkan getah dan
kotoran.
2. Faktor apa saja yang kiranya dapat memengaruhi lama blansing?
Jawab:
Dipengaruhi oleh ukuran bahan, suhu, ketebalan tumpukan bahan serta
medium blansing. Semakin tebal atau besat bahan besar, maka harus
membutuhkan waktu blansing yang lebih lama. Pada suhu yang lebih rendah,
maka diperlukan waktu blansing yang lebih lama. Blansing dengan medium
air (blansing rebus) memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan
blansing menggunakan uap air (blansing kukus) karena penetrasi panas lebih
cepat terjadi panas medium cair. Selain itu, bahan yang dipotong tipis maka
harus memerlukan waktu blansing yang lebih cepat dibandingkan dengan
yang dipotong tebal.
3. Apa keuntungan dan kerugian dari blansing menggunakan medium cair dan
uap air?
Jawab:
Keuntungan blansing medium cair (blansing rebus) Lebih bertahan
lama. Selain itu, dapat menginaktivasi enzim lebih cepat sehingga warna,
tekstur, dan aroma lebih dipertahankan dan tidak cepat mengalami
kebusukan.
Kerugian blansing rebus Kandungan gizi pada sayuran seperti vitamin A
dan C lebih hilang karena zat gizi tersebut ikut teruapkan bersama zat volatil
atau berpindah pada air rebusannya. Pigmen alami dalam sayuran seperti
wortel akan ikut terbawa oleh air rebusan. Selain itu, membutuhkan air yang
lebih banyak untuk bahan yang diblansing rebus.
Keuntungan blansing kukus Kandungan zat gizinya masih
dipertahankan di dalam sayuran, sehingga tidak terlalu banyak kehilangan zat
gizinya. Warna setelah di blansing kukus tidak terlalu memudar. Tidak
memerlukan air yang banyak untuk saat blansing kukus.
Kerugian blansing kukus Memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan blansing rebus.
Pasteurisasi
1. Mengapa selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan?
Jawab:
Agar bahan tidak terlalu banyak menggumpal atau koagulasi ke atas, supaya
panci yang paling dalam tidak menjadi gosong saat dilakukan pengadukan,
selain itu, untuk menghomogenkan antara pelarut (air) dengan terlarutnya
(buah belimbing).
2. Apa yang terjadi bila digunakan suhu lebih tinggi dan waktu yang sama?
Jawab:
Kandungan protein pada susu akan terdenaturasi atau akan rusak proteinnya
dan vitamin C dalam jus belimbing akan hilang karena ikut teruapkan
bersama uap air. Selain itu, panci pada bagian paling dasar akan cepat
mengalami kegosongan.
Sterilisasi
1. Mengapa dalam proses ini jar atau botol tidak diisi sampai penuh dengan
bahan yang akan dibotolkan? Jelaskan!
Jawab:
Sebab, jika bahan yang diisi penuh di dalam jar maka akan menyebabkan
bahan tersebut meluap saat mengalami pendidihan di dalam autoclave,
sehingga bahan akan tertumpah.
2. Apa nama ruang kosong diantara tutup dan bahan tersebut?
Jawab:
Head space.
3. Apa tujuan dilakukan exhasuting?
Jawab:
Untuk mengurani atau mengeluarkan gas udara atau CO2 yang ada pada
bahan yang telah dikemas, karena udara merupakan sumber kontaminasi.
4. Mengapa suhu pengolahan pada nenas dan wortel tidak sama?
Jawab:
Sebab nanas merupakan buah yang memiliki kandungan air yang cukup
tinggi dan sensitif jika diberi perlakuan suhu tinggi dibandingkan dengan
wortel. Oleh karena itu, nanas harus diberi suhu yang lebih rendah agar
kandungan vitamin nya tidak terlalu hilang akibat penguapan.