NIM : 171004
1. KASUS
Subjek
Objek:
Hasil Lab 1:
Suhu: 39 C, Nadi: 100x/mnt, TD: 100/75 mmHg, Leukosit: 15000/Mikroliter, PMN:
80%, Hb: 9g/dL, MCH: 37, CRP: 30mg/L, BUN: 15 mg/dL, ESR: 72mm/jam, Albumin:
3g/dL, Uric acid: 7.5 mg/dL, AST: 30 U/ml, ALT: 37 U/ml
Hasil Lab 2:
Hasil Sigmoidoscopy menunjukan pembengkakan dan mukosa yang rapuh dengan ulcer
sepanjang anus hingga sigmoid kolon
Hasil Lab 3:
Mucopulurent pus (++), Amoeba (-), RBC (+), WBC (++), Tropozoit (-)
Hasil Lab 4:
Inspeksi perut sedikit membesar, Palpasi abdomen supel, hepar dan lien tidak membesar,
nyeri tekan pada abdomen
Hasil Lab 5:
Kesadaran compos mentis, Anti-Saccharomyces cerevisae antibodies (+), Tugor rendah,
Ekstrimitas hangat, Sianosis (-), deformitas -/- edema -/-
Assessment:
Berdasarkan tanda gejala pasien termasuk kedalam IBD Crohn’s Disease, dilihat dari adanya
demam tinggi, diare dengan sedikit bercak darah, lemas, kram pada bagian perut bawah, pucat,
serta mual dan muntah hampir 5x dalam sehari. Termasuk kedalam crohn’s disease karna
peradangan bukan saja terjadi pada usus besar namun sepanjang anus hingga kolon juga dengan
adanya Antibodi Anti-Saccharomyces cerevisiae (ASCA) menandakan pasien IBD khususnya
crohn’s disease . Antibodi Anti-Saccharomyces cerevisiae (ASCA) adalah protein imun yang
sering ditemukan pada orang yang memiliki penyakit radang saluran cerna (IBD). Tes ini
mendeteksi ASCA dalam darah.
Bagaimana keparahan pasien?
Pasien mengalami muntah 5x sehari dan hasil laboratorium menunjukkan bahwa pasien
mengalami demam tinggi , pembengkakan dan mukosa yang rapuh dengan ulcer sepanjang anus
hingga sigmoid kolon, nyeri abdomenial, kehilangan berat badan, serta pasien mengalami anemia
karna kadar hemoglobin rendah sehingga pasien dikategorikan ke dalam keparahan Moderate.
Terapi IBD (Crohn’s Disease) : Metronidazole, Infliximab
Pada Studi ini terdiri dari dua periode 4-bulan. Tujuannya adalah untuk menguji
kemanjuran metronidazole dibandingkan dengan sulfasalazine. Sebagai kriteria evaluasi utama
dipilih Indeks Aktivitas Penyakit Crohn dan kadar plasma orosomucoid. Pada periode pertama
tidak ada perbedaan dalam kemanjuran yang diukur dengan Indeks Aktivitas Penyakit Grohn
ditemukan antara kelompok-kelompok perlakuan. Pengurangan level orosomucoid plasma secara
signifikan lebih jelas pada kelompok metronidazole. Konsentrasi hemoglobin meningkat lebih
banyak pada kelompok ini daripada pada kelompok sulfasalazine, mungkin karena efek toksik
dari sulfasalazine. Oleh karena itu disimpulkan bahwa metronidazole sedikit lebih efektif
daripada sulfasalazine dalam pengobatan penyakit Crohn.
Pasien telah diketahui setalah 8 hari menggunakan prednisone tidak mendapatkan hasil
yang positif sehingga berdasarkan algoritma jika pasien tidak menanggapi prednisone dapat
dialihkan ke TNF-α inhibitors yaitu infliximab.
Diare pada CD : Loperamide
Mengacu pada penelitian Pelemans W tentang yang membandingkan efektivita antara
loperamide dengan diphenoxylate dalam treatmen diare kronik, peneliti ingin mengetahui apakah
loperamide dapat digunakan untuk diare pada pasien dengan chron’s disease.
Hasil:
Kriteria efektifitas berdasarkan gejala yang menyertainya seperti gejala perut kembung,
kram / kolik perut, buang air besar, demam, mual, muntah, sakit perut (difus), inkontinensia,
lekas marah, anoreksia, kelelahan, mengantuk dan lemah.
Percobaan ini menunjukkan bahwa loperamide oksida bernilai baik dalam mengendalikan
diare dan dalam membawa perbaikan gejala lainnya pada pasien dengan penyakit Crohn.
Peringkat kemanjuran global peneliti pada akhir fase pengobatan t-lemah menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada kelompok yang diobati dengan loperamide oksida
dibandingkan dengan kelompok plasebo pada akhir fase pengobatan 1 minggu (P = 0,025).
Hanya empat dari 15 pasien yang menggunakan loperamide oxide tidak merespons terhadap
pengobatan dan tiga dari mereka kekurangan dosis sendiri. Sebaliknya, 11 dari 19 pasien yang
diobati dengan placebo keluar karena kegagalan pengobatan.
Demam pada CD : Acetaminophen
Octreotide dan propranolol adalah obat hipertensi portal yang efektif dalam pengendalian
atau pencegahan perdarahan varises esofagus. vena esofagus menerima darah dari vena gastrika
kiri, vena gastrika posterior, dan vena gastrika brevis (melalui vena splenika) yang akan
mengalirkan darah ke vena azygos dan hemiazygos. Sehingga hemodinamik dapat menyebabkan
peningkatan tekanan vena yang kemudian dapat menyebabkan varises esofagus. Penelitian ini
tidak dilakukan untuk menyelidiki efek hemodinamik dari octreotide dan propranolol, sendirian
atau dalam kombinasi, pada tikus portal yang ganas.
Dalam penelitian ini ada 80 anak yang dipilih kemudian dibagi kedalam 2 kelompok
yang masing masing terdiri dari 40 orang. Mereka menerima terapi kombinasi zink-probiotik
(kelompok 1) dan terapi zink saja (kelompok 2)
Hasil:
Berdasaarkan tabel tersebut disimpulkan bahwa kombinasi terapi zink-probiotik lebih efektif dari
pada terapi zink saja dalam mengurangi keparahan diare akut pada anak dibawah 5 tahun.
4. Teriparatide Vs Biphosponates
Sebanyak 1.967 pasien dari delapan uji coba terkontrol secara acak dianalisis; hasil
termasuk kepadatan mineral tulang (BMD) leher femoralis, total pinggul dan tulang belakang
lumbar, patah tulang belakang dan nonvertebral dan setiap kejadian buruk. Analisis
subkelompok tentang efektivitas pengobatan dilakukan sesuai dengan etiologi osteoporosis;
yaitu, osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid (GIO) vs. osteoporosis pasca menopause (PO).
Berdasarkan tabel tersebut Teriparatide secara signifikan meningkatkan BMD tulang
belakang lumbar, pinggul total dan leher femur. Teriparatide tidak menurunkan risiko patah
tulang nonvertebral bila dibandingkan dengan bifosfonat.
Farmakokinetik:
Obat BA Onset Durasi
Teriparatide 95% 3 bulan -
Alendronate Women: 0.64% 3 minggu 12-30 minggu
Men: 0.59%
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, M., Supriatmo, S., Ali, M., Sinuhaji, A. B., Hasibuan, B., & Nasution, F. L. (2011).
Comparison of zinc-probiotic combination therapy to zinc therapy alone in reducing the
severity of acute diarrhea. Paediatrica Indonesiana, 51(1), 1.
https://doi.org/10.14238/pi51.1.2011.1-6
Liu, C. L., Lee, H. C., Chen, C. C., & Cho, D. Y. (2017). Head-to-head comparisons of
bisphosphonates and teriparatide in osteoporosis: A meta-analysis. Clinical and
Investigative Medicine, 40(3), E146–E157. https://doi.org/10.25011/cim.v40i3.28394
Huang, Y. T., Cheng, Y. R., Lin, H. C., Hou, M. C., Lee, S. D., & Hong, C. Y. (1998).
Hemodynamic effects of eight-day octreotide and propranolol administration in portal
hypertensive rats. Digestive Diseases and Sciences, 43(2), 358–364.
https://doi.org/10.1023/A:1018866608377
Van Outryve, M., & Toussaint, J. (1995). Loperamide oxide for the treatment of chronic
diarrhoea in Crohn’s disease. Journal of International Medical Research, 23(5), 335–341.
https://doi.org/10.1177/030006059502300503
Ursing, B., Alm, T., Bárány, F., Bergelin, I., Ganrot-Norlin, K., Hoevels, J., Huitfeldt, B.,
Jarnerot, G., Krause, U., Krook, A., Lindström, B., Nordle, Ö., & Rosén, A. (1982). A
Comparative Study of Metronidazole and Sulfasalazine for Active Crohn’s Disease: The
Cooperative Crohn’s Disease Study in Sweden: II. Result. Gastroenterology, 83(3), 550–
562. https://doi.org/10.1016/S0016-5085(82)80189-3