A. Latar Belakang
Pohon kelapa memiliki keistimewaan
karena seluruh komponen tanaman
bermanfaat bagi manusia, sehingga disebut
sebagai pohon serbaguna, memiliki nilai
ekonomi tinggi dan dipedagangkan di wilayah
lokal, regional, dan diekspor ke manca negara.
Batangnya berbentuk silinder
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
seperti tiang, balok penyangga kontruksi atap. Daun yang muda/janur
dimanfaatkan sebagai pembungkus kue ketupat, tempat sesajen, hiasan
dekorasi. Daun yang tua untuk atap bangunan tradisional, anyaman tikar,
dan tirai. Lidinya berguna sebagai sapu, piring, dan tusuk gigi, tusuk sate.
Terutama buahnya yang semua bagiannya dapat dimanfaatkan, dari
kulitnya dapat diolah sebagai serat, bahan pengisi matras, jok mobil,
penyangga barang pecah belah, media tanaman khususnya anggrek. Dari
tempurungnya dapat diolah sebagai kancing baju, papan nama, suvenir,
dan arang aktif. Airnya yang manis mengandung unsur kalium yang tinggi,
sehingga berhasiat menghilangkan dahaga, selain itu dapat digunakan
untuk menetralisasi racun dan sebagai minuman yang mengandung
senyawa anti oksidan. Dari air buah kelapa digunakan sebagai sirup dan
diolah sebagai bahan pembuatan nata de coco. Daging buah kelapa yang
muda digunakan sebagai minuman yang diperdagangkan mulai dari penjual
es di kaki lima dan di restoran pada hotel berbintang. Daging yang tua dapat
diolah sebagai minyak kelapa dan Virgin Coconut Oil (minyak kelapa murni).
Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki khasiat kesehatan, terutama untuk
menurunkan kandungan gula darah (diabetes), di samping berbagai khasiat
lainnya (www.minyakvco.com). Usaha pengolahan VCO telah berkembang
di berbagai daerah. Produk VCO yang beredar di Kota Mataram dan
Lombok Barat adalah VCO produksi dari Yogyakarta dan Malang. Mulai
tahun 2006, Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat bekerja sama
dengan Fakultas Pertanian Unram mensponsori pengenalan teknologi
pengolahan VCO di Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya dan Desa
Mamben Lauk Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Usaha
VCO ini mendapat respon positif dari masyarakat, terutama dengan
banyaknya permintaan dari berbagai daerah terutama Kota Mataram dan
Lombok Barat, sejak tahun 2007 telah mampu memasok kebutuhan VCO di
Pulau Sumbawa.
Selain keuntungan finansial (R/C rasio = 2,34), teknologi pengolahan
VCO relatif mudah dan murah. Mudah karena menggunakan peralatan yang
sama dengan usaha pengolahan minyak goreng tradisional. Bedanya, pada
cara pemisahan minyak dengan air. Pada pembuatan minyak goreng
menggunakan teknik pemanasan (penguapan), sementara pada pembuatan
VCO menggunakan salah satu teknik berikut: pengasaman, sentrifugasi,
enzimatis, dan pemancingan.
B. Permasalahan
Petani pada umumnya menjual kelapa di kebun segera setelah
panen tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Penjualan dilakukan
dalam bentuk buah utuh, pengupasan kulit sabut dilakukan oleh pedagang
pengumpul dan/atau pedagang antar pulau, sehingga nilai tambah dari
pengupasan diterima oleh kedua pedagang perantara tersebut.
Biji kelapa yang terdiri atas kulit (sabut), tempurung, daging dan air
buah diperdagangkan di pasar lokal dan dikirim ke luar daerah khususnya
Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan sabut kelapa dijual sebagai
bahan bakar pada industri kerupuk, tahu, batu bata, dan genteng; sebagian
kecil yang dijual ke industri pengoalahan serat serabut kelapa di Lombok
Timur dan Lombok Tengah. Oleh karena kelapa diperdagangkan dalam
bentuk biji, maka tempurung ikut terangkut sampai ke industri pengolah dan
konsumen rumah tangga. Pada industri pengolah, tempurung dimanfaatkan
sebagai arang dan sebagian kecil dijual ke pengrajin untuk diolah sebagai
souvenir (cindra mata).
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
30000
25000
Produksi (Ton)
20000
15000
10000
5000
0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Lom bok Barat Lom bok Tengah Lom bok Tim ur
Kota M a t a r a m Sum baw a Barat Sum baw a
D o m p u B i m a Kota Bim a
PEDAGANG
PEDAGANG BESAR DI
BESAR KE SURABAYA
KELUAR PULAU
KONSUMEN
PETANI INDUSTRI / RUMAH
TANGGA
PEDAGANG PEDAGANG
PENGUMPUL PENGECER
2000
1800
1600
1400
1200
Harga (Rp)
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Petani 600 600 600 675 750 750 750 775 800 1250 1250 950
Pengumpul 725 725 725 850 850 850 850 900 950 1500 1500 1250
Pengecer 900 900 900 1100 1100 1100 1100 1150 1150 1800 1800 1450
Bulan
Petani Pengumpul Pengecer
BUMBU
SANTAN KELAPA
ES KOPRA
DAGING
KELAPA SABUN/LILIN
MINYAK & VCO
BAHAN BAKAR/BIODESEL
KELAPA PARUT
KERING
NATA DE COCO
AIR KECAP
KELAPA
SARI KELAPA/SIRUP
BAHAN BAKAR
BAHAN BAKAR
TEMPURUNG ASESORIS
KELAPA
ARANG AKTIF
2. Potensi
Luas areal perkebunan kelapa di Nusa Tenggara Barat tahun
2007 mencapai 67.119,09 ha yang tersebar di Kabupaten Lombok Barat,
Lombok Tengah dan Lombok Timur, dan semua kabupaten/kota lainnya
dengan luas lebih sempit. Perkembangan kawasan wisata dan
pemukiman mengakibatkan luas areal perkebunan kelapa terkonversi
khususnya perkebunan kelapa di sekitar pantai dan pusat-pusat
pemukiman penduduk. Luas areal perkebunan kelapa 67.784,46 ha
pada tahun 2003 menurun menjadi 67.119,09 ha pada tahun 2007, atau
terjadi penurunan rata-rata sebesar 0,426 %/tahun. Selain itu populasi
tanaman kelapa diperkirakan terus menurun seiring dengan penebangan
pohon kelapa tua untuk bahan bangunan yang kian marak dalam 10
tahun terakhir ini akibat mahalnya harga kayu.
Tanaman kelapa di Nusa Tenggara Barat dikembangkan di
seluruh kabupaten/kota. Perkembangan luas areal tanaman kelapa
selama 2004 – 2007 di NTB (Gambar 1.5) menunjukkan, bahwa
Kabupaten Lombok Barat menempati urutan teratas dengan rata-rata
luas areal 22.208 ha (pertumbuhannya 0,09 % per tahun), kemudian
berturut-turut diikuti oleh Kabupaten Lombok Tengah 15.911 ha
(pertumbuhannya 3,84 % per tahun), Kabupaten Lombok Timur 15.040
ha (pertumbuhannya 0,27 % per tahun), Kabupaten Sumbawa 4.818 ha
(pertumbuhannya 7,46 % per tahun), Kabupaten Bima 3.794 ha
(pertumbuhannya 7,63 % per tahun), Kabupaten Dompu 2.313 ha
(pertumbuhannya 1,08 % per tahun), Kabupaten Sumbawa Barat 1.164
ha (mengalami penurunan 2,61 % per tahun), Kota Bima 636 ha
(pertumbuhannya 10,47 % per tahun), dan terakhir adalah Kota Mataram
309 ha (mengalami penurunan 30,30 % per tahun).
25000
22500
20000
17500
Luas Areal (Ha)
15000
12500
10000
7500
5000
2500
0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Lom bok Barat Lom bok Te ngah Lom bok Tim ur
Kota M a t a r a m Sum baw a Barat Sum baw a
D o m p u B i m a Kota Bim a
Tabel 1.3. Luas Areal Kelapa di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2004 – 2007 dirinci per Kabupaten
3. Arah Pengembangan
Memperhatikan trend permintaan produk olahan kelapa ke depan,
maka arah pengembangan komoditas kelapa adalah pada penanganan
prapanen, panen, pasca penen dan pengolahan (sabut kelapa,
tempurung, daging buah, dan air buah kelapa) dengan fokus pada sentra
produksi yang sesuai agroklimat dan di luar kawasan pengembangan
pariwisata dan pemukiman.
Pemanfaatan kulit buah kelapa (sabut) dilakukan menyeluruh
dengan membentuk satuan unit pengumpul dan pengolah dalam satu
kesatuan sistem agribisnis dengan memperhatikan segmen pasar
masing-masing komponen produk. Pemanfaatan segmen pasar menjadi
bagian terintegrasi dalam usaha diversifikasi unit usaha pengolahan
sebagai bagian dari peningkatan daya saing industri pengolahan kelapa.
Luas areal pengembangan kelapa tahun 2007 seluas 67.119,09
ha dengan produksi 51.720,71 ton dan tingkat produktivitas 0,771 ton/ha.
Pada tahun 2028, diproyeksikan areal pengembangan bertambah
menjadi 87.556,85 ha dengan perkiraan produksi 80.941,51 ton dan
tingkat produktivitas mencapai 0,924 ton/ha.
2. Sasaran
a. Sasaran Jangka Panjang
1) Dicapainya kualitas produksi yang memenuhi Standard Nasional
Indonesia (SNI).
2) Terwujudnya penerapan total quality control dan total quality
management dalam proses penanganan prapanen, panen,
pascapanen dan pengolahan hasil.
3) Dicapainya penganekaragaman (diversifikasi) produk hasil
pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen lokal, regional
dan mancanegara (eksport).
3. Output
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hasil olahan kelapa
yang meliputi serat kasar dan serat halus sabut kelapa, arang aktif
dan suvenir dari tempurung, minyak kelapa, VCO, gula kelapa, sirup
dan nata de coco dan poduk ikutan lainnya.
b. Penguatan kelembagaan Unit Pengolahan Hasil kelapa di sentra
produksi kelapa Pulau Lombok dan peningkatan potensi areal
pengembangan perkebunan kelapa rakyat di Pulau Sumbawa.
4. Outcome
a. Terciptanya nilai tambah yang tinggi atas produk primer kelapa yang
dapat membebaskan petani kelapa dari kemiskinan.
b. Dicapainya efisiensi pemasaran produk primer dan sekunder (hasil
olahan kelapa) melalui mekanisme penjualan langsung dari petani
produsen kepada industri pengolah dan/atau pedagang besar antar
pulau.
c. Terciptanya lapangan kerja yang dapat menampung surplus tenaga
kerja di perdesaan dan di perkotaan.
d. Dicapinya peningkatan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) provinsi Nusa Tenggara Barat.
STRATEGI SO STRATEGI WO
• Introduksi tekonologi pengolahan • Menganekaragaman produk
hasil kelapa melalui pelatihan olahan dari bahan baku kelapa
• Mengolah limbah buah kelapa dengan memanfaatkan semua
menjadi produk setengah jadi atau komponen daging buah, sabut,
produk jadi untuk meningkatkan tempurung dan air kelapa
nilai tambah yang diterima petani; • Membangun kelompok tani dan
• Meningkatkan produksi dan ekspor gabungan kelompok tani serta
pengolahan minyak kelapa, gula asosiasi petani kelapa yang
kelapa, bungkil kelapa, sirup, nata mandiri dan profersional
de coco, dan arang aktif • Mendorong ekspor aneka produk
pengolahan
STRATEGI ST STRATEGI WT
• Memperbaiki citra minyak kelapa • Mengoptimalkan pemanfaatan
kepada konsumen melalui kegiatan produk kelapa
promosi • Meningkatkan kapasitas
• Mengekspor hasil olahan turunan perdagang an antar pulau ke
serat sabut kelapa, arang Jawa Timur dan Kalimantan.
tempurung kelapa, dsn gula kelapa • Penerapan total quality control
• Menggerakkan peremajaan dan manajemen qualitu control
tanaman kelapa untuk dalam setiap tahapan penangan
mempertahankan pasokan bahan pasca panen dan pengolahan
baku industri kelapa
H. Rencana Aksi
1 Penyediaan Bahan Baku • Rehabilitasi kebun kelapa yang rusak dan tua dengan cara peremajaan
tanaman
• Penerapan paket intensifikasi teknologi budidaya, meliputi bantuan bibit dan
pupuk, biaya tanam dan pemeliharaan, serta panen tepat waktu
• Perluasan areal perkebunan kelapa di Pulau Sumbawa
2 Pengolahan Kelapa • Penyediaan paket teknologi pengolahan sabut kelapa, daging buah kelapa,
air kelapa dan tempurung kelapa;
• Penyebarluasan peket teknologi pengolahan
• Menyelenggarakan pelatihan peningkatan mutu penanganan pascapanen d
pengolahan kelapa
• Memberikan bantuan peralatan (alat dan mesin) pengolah melalui skim kred
3 Pola distribusi dan • memperkuat kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
pemasaran
• meningkatkan kelembagaan petani menjadi koperasi
• menyediakan informasi harga pasar
• memfasilitasi penyelenggaraan pameran, kontak / temu bisnis antar petani
dan pengusaha
PE
ROA
PER
PEMER
ROADM
PERKE
PEM
ROA
PERK
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13 Minyak Kelapa 15143 1 Obel-Obel Sambelia Lotim NTB
14 Minyak Kelapa 15143 1 Pohgading Pringgabaya Lotim NTB 4
15 Minyak Kelapa 15143 1 Pringgabaya Pringgabaya Lotim NTB 5
16 Minyak Kelapa 15143 1 Suralaga Suralaga Lotim NTB
17 Minyak Kelapa 15143 1 Sambelia Sambelia Lotim NTB
18 Minyak Kelapa 15143 1 Sandubaya Selong Lotim NTB
19 Minyak Kelapa 15143 1 Sekartaje Selong Lotim NTB
20 Minyak Kelapa 15143 1 Suryawangi Labuhan Haji Lotim NTB 4
21 Minyak Kelapa 15143 1 Tanjung Labuhan Haji Lotim NTB 2
22 Minyak Kelapa 15143 1 Teros Labuhan Haji Lotim NTB 2