Anda di halaman 1dari 30

1-1

1 Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelapa

A. Latar Belakang
Pohon kelapa memiliki keistimewaan
karena seluruh komponen tanaman
bermanfaat bagi manusia, sehingga disebut
sebagai pohon serbaguna, memiliki nilai
ekonomi tinggi dan dipedagangkan di wilayah
lokal, regional, dan diekspor ke manca negara.
Batangnya berbentuk silinder
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
seperti tiang, balok penyangga kontruksi atap. Daun yang muda/janur
dimanfaatkan sebagai pembungkus kue ketupat, tempat sesajen, hiasan
dekorasi. Daun yang tua untuk atap bangunan tradisional, anyaman tikar,
dan tirai. Lidinya berguna sebagai sapu, piring, dan tusuk gigi, tusuk sate.
Terutama buahnya yang semua bagiannya dapat dimanfaatkan, dari
kulitnya dapat diolah sebagai serat, bahan pengisi matras, jok mobil,
penyangga barang pecah belah, media tanaman khususnya anggrek. Dari
tempurungnya dapat diolah sebagai kancing baju, papan nama, suvenir,
dan arang aktif. Airnya yang manis mengandung unsur kalium yang tinggi,
sehingga berhasiat menghilangkan dahaga, selain itu dapat digunakan
untuk menetralisasi racun dan sebagai minuman yang mengandung
senyawa anti oksidan. Dari air buah kelapa digunakan sebagai sirup dan
diolah sebagai bahan pembuatan nata de coco. Daging buah kelapa yang
muda digunakan sebagai minuman yang diperdagangkan mulai dari penjual
es di kaki lima dan di restoran pada hotel berbintang. Daging yang tua dapat
diolah sebagai minyak kelapa dan Virgin Coconut Oil (minyak kelapa murni).
Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki khasiat kesehatan, terutama untuk
menurunkan kandungan gula darah (diabetes), di samping berbagai khasiat
lainnya (www.minyakvco.com). Usaha pengolahan VCO telah berkembang
di berbagai daerah. Produk VCO yang beredar di Kota Mataram dan
Lombok Barat adalah VCO produksi dari Yogyakarta dan Malang. Mulai

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-2

tahun 2006, Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat bekerja sama
dengan Fakultas Pertanian Unram mensponsori pengenalan teknologi
pengolahan VCO di Desa Pohgading Kecamatan Pringgabaya dan Desa
Mamben Lauk Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Usaha
VCO ini mendapat respon positif dari masyarakat, terutama dengan
banyaknya permintaan dari berbagai daerah terutama Kota Mataram dan
Lombok Barat, sejak tahun 2007 telah mampu memasok kebutuhan VCO di
Pulau Sumbawa.
Selain keuntungan finansial (R/C rasio = 2,34), teknologi pengolahan
VCO relatif mudah dan murah. Mudah karena menggunakan peralatan yang
sama dengan usaha pengolahan minyak goreng tradisional. Bedanya, pada
cara pemisahan minyak dengan air. Pada pembuatan minyak goreng
menggunakan teknik pemanasan (penguapan), sementara pada pembuatan
VCO menggunakan salah satu teknik berikut: pengasaman, sentrifugasi,
enzimatis, dan pemancingan.

B. Permasalahan
Petani pada umumnya menjual kelapa di kebun segera setelah
panen tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Penjualan dilakukan
dalam bentuk buah utuh, pengupasan kulit sabut dilakukan oleh pedagang
pengumpul dan/atau pedagang antar pulau, sehingga nilai tambah dari
pengupasan diterima oleh kedua pedagang perantara tersebut.
Biji kelapa yang terdiri atas kulit (sabut), tempurung, daging dan air
buah diperdagangkan di pasar lokal dan dikirim ke luar daerah khususnya
Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan sabut kelapa dijual sebagai
bahan bakar pada industri kerupuk, tahu, batu bata, dan genteng; sebagian
kecil yang dijual ke industri pengoalahan serat serabut kelapa di Lombok
Timur dan Lombok Tengah. Oleh karena kelapa diperdagangkan dalam
bentuk biji, maka tempurung ikut terangkut sampai ke industri pengolah dan
konsumen rumah tangga. Pada industri pengolah, tempurung dimanfaatkan
sebagai arang dan sebagian kecil dijual ke pengrajin untuk diolah sebagai
souvenir (cindra mata).

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-3

Penjualan daging buah kelapa dalam bentuk kopra sudah jarang


dilakukan dan volume perdagangannya terus menurun, karena dinilai
kurang epektif dan efisien, sehingga daging buah cenderung diolah dalam
keadaan masih segar (basah) untuk berbagai keperluan seperti parutan,
tepung kelapa, santan, minyak goreng dan VCO.
Air buah kelapa sedikit dimanfaatkan untuk diolah menjadi nata de
coco, sebagian besar dibuang sebagai limbah. Khusus untuk air buah
kelapa, justru yang laris adalah air kelapa muda sebagai bahan minuman
penyegar campuran sirup dan es. Harganya pun relatif mahal bila
dibandingkan dengan harga kelapa tua, terutama pada bulan Ramadhan.
Dari tandan bunga kelapa dapat diambil niranya, selanjutnya diolah
menjadi gula. Kerajinan pembuatan gula kelapa hanya dijumpai di
Kabupaten Sumbawa. Gula kelapa diperdagangkan antar kabupaten
terutama dikirim ke Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima. Permintaan
gula kelapa untuk tujuan ekspor diketahui meningkat terutama karena
kandungan gulanya dari jenis fruktosa yang dapat diserap langsung sebagai
sumber energi dalam tumbuh manusia.

C. Kondisi Saat Ini


1. Penawaran (supply) dan Permintaan (demand) Bahan Baku
Tanaman kelapa berbuah sepanjang tahun sehingga penawaran
tersedia 12 bulan dalam 1 (satu) tahun. Walau demikian pada bulan
tertentu (Maret - April) produksi kelapa relatif lebih tinggi dari bulan-bulan
lainnya, karena produksi buah kelapa meningkat pada akhir musim
penghujan yang berlangsung dari bulan Oktober – April, sedangkan
permintaan buah kelapa meningkat pada bulan Ramdhan dan Rabiul
Awal karena pada dua bulan tersebut, permintaan rumahtangga
terhadap buah kelapa meningkat.
Oleh karena seluruh buah kelapa tidak ada yang disimpan, maka
penawaran buah kelapa relatif sama dengan jumlah produksi.
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS) NTB tahun 2008
menunjukkan bahwa produksi buah kelapa cenderung berfluktuasi dari

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-4

tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Produksi Kelapa Tahun 2003 sampai dengan Tahun


2007 di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%)
1 2003 51.490,52
0,33
2 2004 51.658,98
(10,15)
3 2005 46.411,44
0,35
4 2006 46.573,19
11,05
5 2007 51.720,71

Rata-rata 49.570,97 0,00


Sumber : BPS NTB, 2008

Dengan menggunakan rata-rata geometrik pertumbuhan produksi


kelapa 0,00 %, dengan kata lain tidak ada peningkatan jumlah
penawaran yang berarti.
Permintaan buah kelapa akan cenderung meningkat baik untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan rumah makan sebagai bahan
pembuatan parutan dan santan kelapa, dan kebutuhan industri
pengolahan minyak kelapa dan VCO. Permintaan buah kelapa akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Dari hasil analisis In-put Out-put (I-O) Provinsi NTB tahun 2004
menunjukkan bahwa total nilai produksi kelapa adalah Rp 196,113 milyar
dengan nilai tambah bruto sebesar Rp 189,098 milyar atau 0,83% dari
total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari nilai produksi
tersebut diantaranya Rp 11,548 milyar merupakan nilai perdagangan ke
luar wilayah. Dengan demikian sebagian besar dari produksi kelapa
dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan konsumsi di dalam wilayah
provinsi NTB.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-5

Pada tahun 2004, jumlah penduduk NTB tercatat 4.076.040 jiwa,


maka permintaan riil nilai kelapa mencapai Rp 45.280/jiwa. Laju
peningkatan jumlah penduduk NTB rata-rata mencapai 1,47%/tahun
dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Dengan demikian ada kesenjangan antara
laju penawaran dengan laju peningkatan permintaan. Penawaran relatif
tetap, sementara permintaan terus bertambah, berarti gapnya semakin
melebar.
Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, bahwa apabila
jumlah permintaan meningkat sedangkan penawaran tetap, maka kurve
permintaan akan bergeser ke kanan yang berarti harga riil buah kepala
meningkat. Pada tahun 2004 harga kelapa butiran berkisar antara Rp
600 – Rp 1.250/butir atau rata-rata Rp 825/butir (Dinas Perkebunan
Provinsi NTB, 2005), sedangkan pada tahun 2007 berkisar antara Rp
3.000 – Rp 5.000 per butir. Demikian pula dengan hasil ikutannya seperti
minyak kelapa juga menunjukkan peningkatan yang signifikan antara Rp
3.000 – Rp 4.250/kg pada tahun 2004 menjadi Rp 12.000/kg – Rp
14.000/kg pada tahun 2007.
Buah kelapa dalam bentuk butiran diperdagangkan ke luar
wilayah, di antarnya adalah ke Surabaya dan Malang Jawa Timur,
karena harga kelapa butiran di Jawa Timur (Rp 1.184/butir) relatif lebih
tinggi bila dibandingkan dengan harga kelapa di Mataram (Rp
1.117/butir) pada tahun 2005.
Pangsa pasar minyak kelapa akan terus menurun seiring dengan
preferensi konsumen yang kian bergeser ke minyak sawit yang
berdampak kepada melemahnya daya saing industri pengolahan minyak
kelapa berskala rumahtangga.
Hasil pengolahan buah kelapa lainnya adalah serat serabut
kelapa yang diproduksi di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Serat
serabut kelapa banyak dugunakan untuk berbagai keperluan seperti :
keset, tali, karpet, jok kendaraan, kasur, bantal, hardboard, serat
berkaret, dan lain-lain. Semakin meningkatnya preferensi konsumen di
negara-negara pengimpor produk kelapa, maka permintaan serat

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-6

serabut kelapa semakin meningkat. Negara pengimpor serat antara lain


Amerika dan negara-negara yang tergabung dalam Pasar Bersama
Eropa (MEE). Pada tahun 1990 negara-negara Eropa membutuhkan 37
ribu MT atau sekitar 48% dari total kebutuhan serat serabut kelapa dunia
sebesar 75,7 ribu MT/tahun.
Produk hasil olahan kelapa yang kian dibutuhkan adalah gula
kelapa. Permintaan gula kelapa bertambah terutama untuk ekspor. Pada
tahun 1986 volume ekspor gula kelapa baru 18 ton, sedangkan pada
tahun 1990 meningkat menjadi 406 ton. Demikian pula harganya terus
meningkat dari US$ 555,55/MT menjadi US$ 610,05/MT.

2. Pola Distribusi dan Rantai Pemasaran


Perkebunan kelapa rakyat dapat dijumpai di semua kabupaten se
Nusa Tenggara Barat. Sentra produksi kelapa adalah di Pulau Lombok,
yaitu pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok
Timur. Untuk lebih jelasnya penyebaran sentra produksi kelapa rakyat
dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Gambar 1.1 berikut.

Tabel 1.2. Produksi Kelapa di Provinsi Nusa Tenggara Barat


Tahun 2004 – 2007 dirinci per Kabupaten
Kabupaten/Kota Produksi (Ton) Rata- Persentase
2004 2005 2006 2007 rata (%)
Lombok Barat 24017,92 24018,00 24051,51 24164,99 24063,11 49,36
Lombok Tengah 11319,00 11665,00 11878,00 11745,70 11651,93 23,90
Lombok Timur 9013,90 4988,00 4682,95 9437,64 7030,62 14,42
Kota M a t a r a m 214,22 214,00 214,22 13,16 163,90 0,34
Pulau Lombok 44565,04 40885,00 40826,68 45361,49 42909,55 88,02
Sumbawa Barat 639,60 640,00 595,17 626,41 625,30 1,28
Sumbawa 2306,95 2307,00 2827,66 2973,77 2603,85 5,34
D o m p u 531,74 1053,00 665,60 831,19 770,38 1,58
B i m a 1393,60 2010,00 1518,62 1542,99 1616,30 3,32
Kota Bima 234,00 133,00 139,46 384,86 222,83 0,46
Pulau Sumbawa 5105,89 6143,00 5746,51 6359,22 5838,66 11,98
Provinsi NTB 49670,93 47028,00 46573,19 51720,71 48748,21 100,00
Sumber : BPS NTB, 2004 – 2008

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-7

30000

25000
Produksi (Ton)
20000

15000

10000

5000

0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Lom bok Barat Lom bok Tengah Lom bok Tim ur
Kota M a t a r a m Sum baw a Barat Sum baw a
D o m p u B i m a Kota Bim a

Gambar 1.1. Perkembangan Produksi Kelapa di Provinsi NTB


Tahun 2004 - 2007

Sentra produksi kelapa di NTB adalah Pulau Lombok, karena


selama tahun 2004 – 2007 rata-rata produksi kelapa 42.909,55 ton
(88,02 %) dihasilkan di Pulau Lombok, sementara Pulau Sumbawa
produksi rata-rata 5.838,66 ton (11,98 %) bahkan belum mencukupi
kebutuhannya di wilayah sendiri, kekurangan kelapa di Pulau Sumbawa
khususnya Bima dan Dompu didatangkan dari Pulau Sulawesi.
Over supply kelapa terjadi pada bulan Januari sampai dengan
bulan April, kelebihan produksi tersebut dikirim ke Jawa Timur
khususnya ke Surabaya dan Malang. Sebagian kecil dari kelapa yang
diperdagangkan antar pulau dikirim ke Pulau Kalimantan melalui
Semarang dengan kota tujuan Banjarmasin, dan Palangkaraya dan
Samarinda. Sebagian kecil buah kelapa diperdagangkan ke Pulau Bali
dengan kota tujuan Denpasar. Perdagangan kelapa dari Pulau Lombok
ke Pulau Bali dan Pulau Jawa menggunakan jasa angkutan
penyeberangan darat dan laut.
Kekurangan kelapa di Pulau Sumbawa mendapat pasokan dari
Sulawesi melalui Pelabuhan Makasar ke Bima, selanjutnya ke Dompu.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-8

Jalur perdagangan menggunakan angkutan laut, khususnya


menggunakan kapal layar.
Perdagangan buah kelapa melibatkan lembaga pemasaran
dengan beberapa level mata rantai. Secara garis besar melalui tiga
saluran pemasaran, yaitu pertama, petani Æ pedagang pengumpul Æ
pedagang pengecer dan konsumen, kedua petani Æ pedagang
pengumpul Æ pedagang besar ke luar pulau Æ pedagang besar di
Surabaya, Malang, dan/atau Semarang Æ pengecer Æ konsumen;
ketiga petani Æ pedagang besar ke luar pulau Æ pedagang besar antar
pulau dan ke konsumen industri/rumahtangga.

PEDAGANG
PEDAGANG BESAR DI
BESAR KE SURABAYA
KELUAR PULAU

KONSUMEN
PETANI INDUSTRI / RUMAH
TANGGA

PEDAGANG PEDAGANG
PENGUMPUL PENGECER

Gambar 1.2. Mata Rantai Saluran Pemasaran Kelapa Butiran di NTB

Keberadaan sentra produksi sebagai mana disebutkan di atas


pada beberapa kabupaten menghendaki adanya pola distribusi yang
memungkinkan produk kelapa dapat berpindah dari petani sebagai
produsen kepada konsumen industri dan rumahtangga sebagai
pengguna akhir. Pola distribusi tersebut melalui beberapa lembaga
pemasaran yang menyebabkan distribusi laba dan biaya terkosentrasi
pada pedagang tertentu selaku mediator dalam transaksi perdagangan.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1-9

Dalam pola distribusi tampak dominasi pedagang pengumpul


sebagai akibat dari skala usaha petani yang relatif kecil dan lokasi
budidaya yang tersebar dalam wilayah yang luas, kurangnya informasi
pasar yang dapat diakses oleh petani, lemahnya penguasaan teknologi
pasca panen dan pengolahan, sentra terkosentrasinya industri
pengolahan kelapa di luar Pulau Lombok khususnya di Jawa Timur.
Akumulasi dari kondisi riil dalam pendistribusian kelapa berakibat pada
terbentuknya struktur pasar yang oligopsoni pada level petani produsen.
Dalam level seperti ini, maka kekuatan tawar (bargainning position)
petani sebagai price taker, sementara pedagang pengumpul sebagai
price maker. Harga kelapa di tingkat petani menjadi relatif rendah,
sementara di tingkat konsumen akhir relatif tinggi. Pada level konsumen
akhir struktur pasarnya adalah oligopoli sedangkan pada level pedagang
besar antar pulau berstruktur monopoli.

2000

1800

1600

1400

1200
Harga (Rp)

1000

800

600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Petani 600 600 600 675 750 750 750 775 800 1250 1250 950
Pengumpul 725 725 725 850 850 850 850 900 950 1500 1500 1250
Pengecer 900 900 900 1100 1100 1100 1100 1150 1150 1800 1800 1450

Bulan
Petani Pengumpul Pengecer

Gambar 1.3. Harga Kelapa Butiran pada Level Petani, Pedagang


Pengumpul dan Pedagang Pengecer Tahun 2006

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 10

D. Prospek, Potensi dan Arah Pengembangan


1. Prospek
Perdagangan kelapa butiran, minyak kelapa, VCO, serat sabut
kelapa, tempurung akan terus meningkat seiiring dengan meningkatnya
permintan dunia terhadap produk primer, produk sekunder dan produk
turunannya.
Perdagangan kelapa butiran akan meningkat sebanding dengan
pertambahan jumlah penduduk untuk memenuhi permintaan industri
pengolahan minyak kelapa dan minyak kelapa murni di dalam negeri dan
luar negeri. Konsumsi minyak kelapa dunia meningkat dari 3.078,8 ribu
ton pada tahun 1996 menjadi 3.092,3 ribu ton pada tahun 2005 dengan
rata-rata peningkatan 0,04 %/tahun.
Kelapa merupakan jenis tanaman perkebunan tropis yang hanya
dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna di negara-negara
yang beriklim tropis, seperti Indonesia, Philipina, Malaysia. Negara-
negara di kawasan tropis menjadi negara pengekspor, sedangkan
negara-negara di kawasan subtropis menjadi negara-negara pengimpor.
Negara pengimpor produk kelapa dan turunannya adalah USA, Belanda,
Jerman, Belgia, Prancis, dan Italia.
Konsumsi minyak kelapa di negara-negara pengimpor umumnya
meningkat, seperti USA dari 1.405,3 ribu ton tahun 1995 menjadi 2.119,2
ribu ton pada tahun 2005 atau meningkat 4,67 %/tahun, kemudian
berturut turut Belanda 335,3 ribu ton, Jerman 275 ribu ton, Tiongkok
125,6 ribu ton.
Permintaan dunia terhadap produk selain minyak kelapa juga
meningkat, seperti olahan kelapa, bungkil kelapa, serat sabut kelapa,
tempurung kelapa, dan lain-lain. Volume ekspor hasil olahan kelapa ke
beberapa negara Singapura, Jerman, Rusia, Brazil, Polandia, dan ke
beberapa negara di Asia mencapai 111,462 ton dengan nilai ekspor US$
60.025. Konsumsi bungkil kelapa dunia naik dari 1,71 juta ton menjadi
1,8 juta ton, tepung kelapa dari 166,5 ribu ton menjadi 172,7 ribu ton.
Indonesia mengekspor bungkil kelapa pada tahun 2005 sebesar 324 ton
dengan nilai US$ 25.269.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 11

BUMBU
SANTAN KELAPA
ES KOPRA

AMPAS PAKAN TERNAK

DAGING
KELAPA SABUN/LILIN
MINYAK & VCO

BAHAN BAKAR/BIODESEL

KELAPA PARUT
KERING

NATA DE COCO

AIR KECAP
KELAPA

SARI KELAPA/SIRUP

BUAH BAHAN BAKU


KELAPA INDUSTRI :
Karpet, keset, sikat,
bahan jok mobil, sapu
SABUT dll
KELAPA

BAHAN BAKAR

BAHAN BAKAR

TEMPURUNG ASESORIS
KELAPA

ARANG AKTIF

Gambar 1.4. Skema Pengolahan Kelapa dan Produk Turunannya

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 12

Permintaan produk kelapa di dalam negeri juga terus meningkat


khususnya sebagai akibat meningkatnya konsumsi. Konsumsi minyak
kelapa di dalam negeri meningkat dari 1,132 juta ton menjadi 2,748 juta
ton pada periode 1999–2003. Laju konsumsi diperkirakan akan terus
meningkat sebagai akibat peningkatan industri makanan yang
membutuhkan produk kelapa sebagai penyedap seperti industri biskuit,
roti, dan aneka panganan tradisIonal lainnya.
Situasi perekonomian dunia tampaknya kurang mendukung bagi
peningkatan ekspor hasil pertanian termasuk kelapa. Globalisasi
perdagangan dunia melalui kesepakatan dagang World Trade
Organization (WTO) yang sudah mulai berlaku sejak tahun 2003 akan
menghadapi persaingan yang tidak ringan dari negara-negera penghasil
kelapa lainnya. Selain itu krisis finansial dunia yang menerpa negara-
negara yang secara tradisional menjadi pengimpor utama produk kelapa
olahan sedang menghadapi krisis keuangan global, seperti USA dan
negara-negara yang tergabung dalam pasar bersama Eropa. Akibat
pesaingan dan situasi finansial tersebut mengakibatkan laju
pertumbuhan ekspor kurang menggembirakan dan harga produk kelapa
dan olahannya mengalami penurunan.

2. Potensi
Luas areal perkebunan kelapa di Nusa Tenggara Barat tahun
2007 mencapai 67.119,09 ha yang tersebar di Kabupaten Lombok Barat,
Lombok Tengah dan Lombok Timur, dan semua kabupaten/kota lainnya
dengan luas lebih sempit. Perkembangan kawasan wisata dan
pemukiman mengakibatkan luas areal perkebunan kelapa terkonversi
khususnya perkebunan kelapa di sekitar pantai dan pusat-pusat
pemukiman penduduk. Luas areal perkebunan kelapa 67.784,46 ha
pada tahun 2003 menurun menjadi 67.119,09 ha pada tahun 2007, atau
terjadi penurunan rata-rata sebesar 0,426 %/tahun. Selain itu populasi
tanaman kelapa diperkirakan terus menurun seiring dengan penebangan

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 13

pohon kelapa tua untuk bahan bangunan yang kian marak dalam 10
tahun terakhir ini akibat mahalnya harga kayu.
Tanaman kelapa di Nusa Tenggara Barat dikembangkan di
seluruh kabupaten/kota. Perkembangan luas areal tanaman kelapa
selama 2004 – 2007 di NTB (Gambar 1.5) menunjukkan, bahwa
Kabupaten Lombok Barat menempati urutan teratas dengan rata-rata
luas areal 22.208 ha (pertumbuhannya 0,09 % per tahun), kemudian
berturut-turut diikuti oleh Kabupaten Lombok Tengah 15.911 ha
(pertumbuhannya 3,84 % per tahun), Kabupaten Lombok Timur 15.040
ha (pertumbuhannya 0,27 % per tahun), Kabupaten Sumbawa 4.818 ha
(pertumbuhannya 7,46 % per tahun), Kabupaten Bima 3.794 ha
(pertumbuhannya 7,63 % per tahun), Kabupaten Dompu 2.313 ha
(pertumbuhannya 1,08 % per tahun), Kabupaten Sumbawa Barat 1.164
ha (mengalami penurunan 2,61 % per tahun), Kota Bima 636 ha
(pertumbuhannya 10,47 % per tahun), dan terakhir adalah Kota Mataram
309 ha (mengalami penurunan 30,30 % per tahun).

25000
22500
20000
17500
Luas Areal (Ha)

15000
12500
10000
7500
5000
2500
0
2004 2005 2006 2007
Tahun
Lom bok Barat Lom bok Te ngah Lom bok Tim ur
Kota M a t a r a m Sum baw a Barat Sum baw a
D o m p u B i m a Kota Bim a

Gambar 1.5 Perkembangan Luas Areal Kelapa di Provinsi NTB


Tahun 2004 – 2007

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 14

Secara rinci perkembangan luas areal tanaman kelapa selama


tahun 2004 – 2007 di Nusa Tenggara Barat disajikan pada Tabel 1.3
berikut.

Tabel 1.3. Luas Areal Kelapa di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2004 – 2007 dirinci per Kabupaten

Kabupaten/Kota Luas Areal (Hektar) Rata- Pertumbuhan


2004 2005 2006 2007 rata (%)
Lombok Barat 22167,57 22218,00 22217,51 22230,07 22208,29 0,09
Lombok Tengah 15040,00 15076,00 16752,00 16777,00 15911,25 3,84
Lombok Timur 15016,53 15011,00 14995,09 15138,09 15040,18 0,27
Kota Mataram 400,00 400,00 400,00 36,44 309,11 -30,30
Pulau Lombok 52624.10 52705,00 54364,60 54181,60 53468,83 0,99
Sumbawa Barat 1223,50 1243,00 1070,00 1118,00 1163,63 -2,61
Sumbawa 4348,50 4349,00 5237,51 5338,51 4818,38 7,46
D o m p u 2254,00 2323,00 2349,00 2327,00 2313,25 1,08
B I m a 3296,00 5128,00 3340,00 3413,00 3794,25 7,63
Kota Bima 551,00 610,00 640,50 740,98 635,62 10,47
Pulau Sumbawa 11673,00 13653,00 12637,01 12937,49 12725,13 3,97
Provinsi NTB 64297,10 66358.00 67001,61 67119,09 66193,95 1,45
Sumber : BPS NTB, 2004 – 2008

Ada tiga kategori kelas lahan bagi pengembangan potensi


perkebunan kelapa, yaitu lahan sesuai (S1), lahan cukup sesuai (S2),
dan sesuai marginal (S3). Pengembangan areal perkebunan kepala
pada lahan sesuai (S1) diperkirakan sudah dilaksanakan melalui
berbagai program ekstensifikasi, sehingga dalam program PRPTE
dilakukan peningkatan produksi melalui rehabilitasi/peremajaan bagi
tanaman yang telah tua. Peningkatan areal perkebunan kelapa masih
dimungkinkan di lahan sesuai dan cukup sesuai di Pulau Sumbawa
seperti kawasan pantai utara dan selatan.
Usaha perkebunan kelapa masih didominasi oleh perkebunan
rakyat, di mana program peningkatan produksi melalui intensifikasi tidak
tampak sama sekali, pemeliharaan tanaman sangat minim baik
menyangkut pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemanfaatan
teknologi panen dan pasca panen masih jauh dari rekomendasi. Usaha
tersebut berdampak pada kuantitas dan kualitas produk dan masih
berpeluang untuk ditingkatkan.
Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa
1 - 15

Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi agar memiliki


daya saing terhadap komoditi lainnya masih diperlukan penerapan
teknologi pada seluruh aspek mulai prapanen, panen dan pasca panen,
sehingga yang perlu diterapkan adalah total quality control dan total
quality management pada setiap tahapan kegiatan.

3. Arah Pengembangan
Memperhatikan trend permintaan produk olahan kelapa ke depan,
maka arah pengembangan komoditas kelapa adalah pada penanganan
prapanen, panen, pasca penen dan pengolahan (sabut kelapa,
tempurung, daging buah, dan air buah kelapa) dengan fokus pada sentra
produksi yang sesuai agroklimat dan di luar kawasan pengembangan
pariwisata dan pemukiman.
Pemanfaatan kulit buah kelapa (sabut) dilakukan menyeluruh
dengan membentuk satuan unit pengumpul dan pengolah dalam satu
kesatuan sistem agribisnis dengan memperhatikan segmen pasar
masing-masing komponen produk. Pemanfaatan segmen pasar menjadi
bagian terintegrasi dalam usaha diversifikasi unit usaha pengolahan
sebagai bagian dari peningkatan daya saing industri pengolahan kelapa.
Luas areal pengembangan kelapa tahun 2007 seluas 67.119,09
ha dengan produksi 51.720,71 ton dan tingkat produktivitas 0,771 ton/ha.
Pada tahun 2028, diproyeksikan areal pengembangan bertambah
menjadi 87.556,85 ha dengan perkiraan produksi 80.941,51 ton dan
tingkat produktivitas mencapai 0,924 ton/ha.

Tabel 1.4. Proyeksi Luas areal, Produksi, dan Produktivitas Kelapa


di Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 - 2028
No Tahun Proyeksi
Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1 2009 69065.54 54503.64 0.789
2 2013 72958.45 60069.51 0.823
3 2018 77824.58 67026.84 0.861
4 2023 82690.72 73984.17 0.895
5 2028 87556.85 80941.51 0.924
Sumber : Hasil Proyeksi

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 16

E. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
a. Mengembangkan sistem agribisnis kelapa di sentra produksi kelapa
yang meliputi penanganan prapanen, panen, pascapanen dan
pengolahan hasil yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
produk primer dan produk sekunder.
b. Mengembangkan model kemitraan agibisnis yang dapat
meningkatkan daya saing produk kelapa rakyat dan meningkatkan
kesejahteraan petani.
c. Mengembangkan sistem informasi pemasaran di sentra produksi
dengan memperkuat peran dan fungsi kelembagaan pelaku usaha
perkelapaan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi secara optimal.
d. Mengembangkan diversifikasi produk pengolahan kelapa dengan
memanfaatkan segmentasi pasar dan peluasan wilayah pasar di
dalam dan di luar negeri.
e. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha perkelapaan dalam proses
pengolahan dan pemasaran hasil dengan mengembangkan jaringan
kerjasama kawasan.

2. Sasaran
a. Sasaran Jangka Panjang
1) Dicapainya kualitas produksi yang memenuhi Standard Nasional
Indonesia (SNI).
2) Terwujudnya penerapan total quality control dan total quality
management dalam proses penanganan prapanen, panen,
pascapanen dan pengolahan hasil.
3) Dicapainya penganekaragaman (diversifikasi) produk hasil
pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen lokal, regional
dan mancanegara (eksport).

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 17

4) Terbentuknya Unit Pengolahan Hasil Kelapa di setiap desa di


sentra produksi kelapa rakyat pada semua kabupaten penghasil
kelapa.
5) Dicapainya peningkatan share harga jual kelapa di tingkat petani
di atas 60% dari harga yang dibayar konsumen.
6) Dicapainya peningkatan produksi UPH di atas 5% / tahun dan
produktivitas hingga mencapai 80% dari kapasitas produksi.
7) Dicapainya peningkatkan volume dan nilai ekspor dan
perdagangan kelapa antar pulau dan hasil pengolahannya
8) Peningkatan pendapatan petani kelapa rakyat dan para pelaku
usaha perkelapaan.
9) Meningkatnya keterkaitan (sinergi) kegiatan pengolahan dan
pemasaran kelapa dan produk pengolahan hasil kelapa antar
wilayah perdesaan dan perkotaan.
10) Mendorong pembangunan agropolitan kelapa melalui
pengembangan jaringan infrastruktur penunjang, peningkatan
akses informasi dan pemasaran, industri pengolahan, lembaga
keuangan, teknologi, kesempatan kerja, modal sosial dan sumber
daya manusia.
b. Sasaran Jangka Menengah
(1) Terbangun dan tubuhnya Unit Pengolahan Hasil di atas 5% /
tahun.
(2) Berkembangnya sentra industri pengolahan hasil kelapa di
setiap kabupaten penghasil kelapa rakyat.
(3) Terbentuknya kelembagaan yang mengelola UPH dan
pemasaran produk primer dan sekunder yang tangguh, mandiri
dan berdaya saing.
(4) Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
produksi dan pemasaran pada setiap kelembagaan pengelola
UPH.
(5) Tersedianya fasilitas yang kondusif bagi berkembangnya UPH
dalam skala ekonomis.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 18

3. Output
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi hasil olahan kelapa
yang meliputi serat kasar dan serat halus sabut kelapa, arang aktif
dan suvenir dari tempurung, minyak kelapa, VCO, gula kelapa, sirup
dan nata de coco dan poduk ikutan lainnya.
b. Penguatan kelembagaan Unit Pengolahan Hasil kelapa di sentra
produksi kelapa Pulau Lombok dan peningkatan potensi areal
pengembangan perkebunan kelapa rakyat di Pulau Sumbawa.

4. Outcome
a. Terciptanya nilai tambah yang tinggi atas produk primer kelapa yang
dapat membebaskan petani kelapa dari kemiskinan.
b. Dicapainya efisiensi pemasaran produk primer dan sekunder (hasil
olahan kelapa) melalui mekanisme penjualan langsung dari petani
produsen kepada industri pengolah dan/atau pedagang besar antar
pulau.
c. Terciptanya lapangan kerja yang dapat menampung surplus tenaga
kerja di perdesaan dan di perkotaan.
d. Dicapinya peningkatan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) provinsi Nusa Tenggara Barat.

F. Analisis Manajemen Strategis dan Bisnis


Tujuan, sasaan, output dan outcome sebagai mana dikemukakan di
atas hanya akan tercapai melalui suatu manajemen strategis yaitu
manajemen yang fokus pada terobosan (inovasi) yang berkelanjutan, bahwa
tantangan dan krisis dipandang sebagai peluang (opportunities), serta
kelemahan dijadikan titik awal untuk mencapai kemajuan.

Tabel 1.5. Faktor Strategis Internal dan Eksternal Kelapa


Faktor Internal Strategis Bobot Skor Nilai
A Kekuatan
1 Luas areal 67.119,09 ha 0,20 1 0,20
2 Produksi 51.720,71 ton 0,30 1 0,30
3 Lahan sesuai dan cukup sesuai 0,25 4 1,00
masih tersedia di Pulau Sumbawa
4 Surplus tenaga kerja di perdesaan 0,15 3 0,45
5 Pohon kelapa merupakan tanaman 0,10 1 0,10
industri serba guna
Jumlah 1,00 2.05

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 19

Faktor Internal Strategis Bobot Skor Nilai


B Kelemahan
1 Usaha skala kecil dan terpencar 0,15 2 0,30
2 Petani sebagai price taker dalam 0,20 2 0,40
penentuan harga/barganning
position petani rendah
3 Kelembagaan petani belum berfunsi 0,30 4 1,20
optimal
4 Volume ekspor kelapa realatif kecil, 0,25 2 0,50
sebagian besar produksi untuk
konsumsi domestik, peningkatan
produksi cenderung stagnan
5 Penguasaan teknologi panen, pasca 0,10 3 0,30
panen dan pengolahan masih
rendah
Jumlah 1,00 (2.70)

Faktor Eksternal Strategis Bobot Skor Nilai


A Peluang
1 Konsumsi hasil olahan kelapa 0,20 1 0,20
cenderung meningkat
2 Trend penggunaan produk alami 0,30 1 0,30
meningkat di negara-negara
pengimpor
3 Harga gula kelapa dunia meningkat 0,25 4 1,00
4 Permintaan serat kasar dan halus 0,15 3 0,45
kelapa meningkat
5 Perdagangan kelapa butiran antar 0,10 1 0,10
pulau telah menaikkan harga kelapa
di tingkat petani
Jumlah 1,00 2,05

Faktor Eksternal Strategis Bobot Skor Nilai


B Tantangan
1 Permintaan ekspor cenderung 0,15 2 0,30
konstan
2 Persaingan di pasar ekspor 0,20 2 0,40
meningkat terutama akibat
dibelakukannya kesepakatan WTO
3 Krisis finansial di negara-negara 0,20 2 0,40
pengimpor hasil kelapa
4 Minyak kelapa mendapatkan 0,25 4 1,00
saingan dari minyak kelapa sawit
5 Konversi lahan perkebunan kelapa 0,20 3 0,60
menjadi kawasan wisata dan
pemukiman
Jumlah 1,00 (2,70)

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 20

Dari hasil analisis SWOT di atas dapat diketahui posisi perkelapaan


Nusa Tenggara Barat, bahwa bila dibandingkan antara kekuatan dan
kelemahan tampak kelemahan lebih besar daripada kekuatan, sedangkan bila
dibandingkan antara peluang dan tantangan tampak tantangan lebih besar
daripada peluang. Oleh karena itu, maka yang perlu dilakukan adalah
mengurangi kelemahan dan memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang
yang ada, serta mengurangi kelemahan dan menggunakan kekuatan untuk
menghindari tantangan.
Dalam mengoptimalkan capaian hasil program, maka strategi yang
dapat ditempuh adalah melakukan diversifikasi pengolahan, meningkatkan
mutu produk, dan meningkatkan daya saing dalam negeri.

STRATEGI SO STRATEGI WO
• Introduksi tekonologi pengolahan • Menganekaragaman produk
hasil kelapa melalui pelatihan olahan dari bahan baku kelapa
• Mengolah limbah buah kelapa dengan memanfaatkan semua
menjadi produk setengah jadi atau komponen daging buah, sabut,
produk jadi untuk meningkatkan tempurung dan air kelapa
nilai tambah yang diterima petani; • Membangun kelompok tani dan
• Meningkatkan produksi dan ekspor gabungan kelompok tani serta
pengolahan minyak kelapa, gula asosiasi petani kelapa yang
kelapa, bungkil kelapa, sirup, nata mandiri dan profersional
de coco, dan arang aktif • Mendorong ekspor aneka produk
pengolahan
STRATEGI ST STRATEGI WT
• Memperbaiki citra minyak kelapa • Mengoptimalkan pemanfaatan
kepada konsumen melalui kegiatan produk kelapa
promosi • Meningkatkan kapasitas
• Mengekspor hasil olahan turunan perdagang an antar pulau ke
serat sabut kelapa, arang Jawa Timur dan Kalimantan.
tempurung kelapa, dsn gula kelapa • Penerapan total quality control
• Menggerakkan peremajaan dan manajemen qualitu control
tanaman kelapa untuk dalam setiap tahapan penangan
mempertahankan pasokan bahan pasca panen dan pengolahan
baku industri kelapa

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 21

G. Kebijakan, Program, dan Kegiatan


1. Kebijakan
a. Pengembangan agroindustri perdesaan kelapa secara menyeluruh
dan terintegrasi

Rendahnya harga buah kelapa di tingkat petani ditanggulangi


melalui kebijakan penanganan panen, pascapanen, dan pengolahan
hasil secara holistik (menyeluruh) pada semua komponen buah
kelapa yang meliputi daging buah, sabut, tempurung, dan air buah
kelapa, serta kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
melalui penangan pra penen. Di Pulau Lombok dikembangkan
kebijakan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman yang telah tua dan
kebun-kebun yang rusak akibat penebangan pohon kelapa,
sedangkan untuk di Pulau Sumbawa dikembangkan kebijakan
ekstensifikasi (perluasan areal) perkebunan kelapa rakyat dengan
memanfaatkan penggunaan bibit unggul hybrida, pemeliharaan
sesuai paket teknologi budidaya kelapa.
Pengembangan agroindustri perdesaan kelapa dilakukan
secara massal pada seluruh sentra produksi dan wilayah
pengembangan potensial melalui pembentukan kelembagaan petani
kelapa dan asosiasi perkelapaan yang mandiri dan profesional,
serta memiliki kapasitas dalam melakukan distribusi
(tataniaga/perdagangan) kelapa yang efisien.
b. Penganekaragaman produk hasil olahan kelapa
Untuk mengatasi masalah belum optimalnya pemanfaatan
hasil ikutan buah kelapa, maka perlu diambil langkah kebijakan
penanganan pengolahan hasil peningkatan ragam produk sesuai
dengan permintaan pasar dan penciptaan peluang pasar. Di antara
produk yanhg perlu dihasilkan adalah: (1) mengolah seluruh sabut
kelapa menjadi aneka produk setengah jadi dan produk jadi untuk
memenuhi kebutuhan ekspor seperti serabut serat kasar dan serabut
serat halus untuk beraneka keperluan bahan-bahan pembuatan
matras, jok, sofa, bad, alas setrika, peredam suara; (2) mengolahan
sebagian daging buah kelapa untuk dihasilkan produk sekunder
minyak kelapa dan minyak kelapa murni dan produk turunannya
seperti lilin, sabun, kosmetik, obat; (3) mengolah tempurung kelapa
menjadi arang aktif baik sebagai bahan bakar maupun sebagai

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 22

bahan penjernih dan keperluan industri lainnya, selain itu diolah


sebagai suvenir/cindra mata khas Nusa Tenggara Barat di antaranya
adalah mencampur tempurung kelapa dengan resin untuk
menghasilkan aneka kerajinan termasuk mengolahnya menjadi ubin,
hiasan dinding, papan nama, dan lain-lain; (4) mengolah seluruh air
buah kelapa menjadi cuka, sirup, nata de coco. Seluruh hasil produk
olahan ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan ekspor, perdagangan
antar pulau (regional) di dalam negeri dan kebutuhan di dalam
wilayah Nusa Tenggara Barat.
c. Pengembangan pola distribusi dan pemasaran
Pola distribusi yang sangat tergantung pada peran pedagang
pengumpul secara perlahan namun pasti perlu dibatasi secara
bertahap dan selanjutnya dihilangkan perannya dengan
menggantikannya dengan pola distribusi petani melalui kelompok tani
dapat menjual langsung produknya ke pedagang besar antar
pulau/industri pengolah dengan memanfaatkan sarana komonikasi
selluler yang sudah menjakau semua kawasan perkebunan kelapa.
Dalam hal ini diperlukan penguatan kelembagaan kelompok tani dan
gabungan kelompok tani serta asosiasi perkelapaan dalam
pemasaran hasil perkebunan kelapa rakyat. Selain itu akses
kelompok tani dalam memperoleh informasi harga pasar terus
diperkuat melalui penyediaan informasi pasar secara langsung
melalui internet.

2. Program dan Kegiatan


a. Penumbuhan dan pengembangan unit pasca panen dan pengolahan
hasil kelapa rakyat di perdesaan
o Fasilitasi penerapan teknologi pasca panen dan pengolahan
melalui pelatihan tenaga pelatih (training of trainer (TOT), magang
dan ekspose;
o Penyusunan dan sosialisasi standard operasional prosedur (SOP)
dan bimbingan teknis (bintek) panen, pasca panen dan
pengolahan hasil;
o Menerapkan total quality control dan total quality management
pada seluruh tahapan proses sejak prapanen, panen, pasca
panen, dan pengolahan hasil;

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 23

o Pembentukan cluster agroindustry prosessing (perwilayahan


peningkatan kuantitas dan kualitas produksi);
b. Penguatan kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
serta asosiasi perkelapaan yang mandiri dan profesional
o Pendampingan dan pengawalan manajemen organisasi,
kepemimpinan, manajemen usaha dan keuangan;
o Bimbingan manajemen kelembagaan yang mandiri dan
profesional;
o Pembentukan dan pengembangan Kelembagaan Keuangan Mikro
(LKM) Perdesaan;
o Penyediaan fasilitas kredit program
c. Peningkatan kapasitas permintaan dalam negeri dan ekspor
o Menyelenggarakan promosi manfaat dan hasiat minyak kelapa,
VCO, gula kelapa bagi pemeliharaan kesehatan melalui berbagai
media elektronik (TV, Radio), media cetak (surat kabar, majalah,
leaf let, brosur, majalah dinding, baliho, sepanduk);
o Penyusunan kebijakan pengembangan pasar dalam negeri;
o Promosi cinta produk dalam negeri.
d. Perbaikan dan pengembangan pola distribusi dan pemasaran
o Penumbuhan kemitraan antara petani dengan pengusaha yang
memberikan jaminan pasar dan distribusi nilai tambah yang
berkeadilan antar seluruh pelaku bisnis perkelapaan sesuai
dengan kontribusi masing-masing pelaku;
o Memfasilitasi pembentukan lembaga sertifikasi produk, sistem resi
gudang, jaminan resiko (asuransi), dan pembiayaan;
o Penumbuhan sistem kerjasama pemasaran regional baik melalui
kesepakatan bilateral maupun multilateral pada setiap cluster
agroindustry prosessing kelapa.
e. Pembangunan prasarana dan sarana penunjang
o Pembentukan cluster agro prossesing
o Revitilisasi sarana dan prasarana panen, pasca panen dan
pengolahan hasil.
o Pembangunan jalan, jembatan dari/dan ke sentra produksi kelapa
untuk menekan biaya transportasi.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 24

H. Rencana Aksi

NO Aspek / Kegiatan Langkah Operasional

1 Penyediaan Bahan Baku • Rehabilitasi kebun kelapa yang rusak dan tua dengan cara peremajaan
tanaman
• Penerapan paket intensifikasi teknologi budidaya, meliputi bantuan bibit dan
pupuk, biaya tanam dan pemeliharaan, serta panen tepat waktu
• Perluasan areal perkebunan kelapa di Pulau Sumbawa
2 Pengolahan Kelapa • Penyediaan paket teknologi pengolahan sabut kelapa, daging buah kelapa,
air kelapa dan tempurung kelapa;
• Penyebarluasan peket teknologi pengolahan
• Menyelenggarakan pelatihan peningkatan mutu penanganan pascapanen d
pengolahan kelapa
• Memberikan bantuan peralatan (alat dan mesin) pengolah melalui skim kred
3 Pola distribusi dan • memperkuat kelembagaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani
pemasaran
• meningkatkan kelembagaan petani menjadi koperasi
• menyediakan informasi harga pasar
• memfasilitasi penyelenggaraan pameran, kontak / temu bisnis antar petani
dan pengusaha

• menfasilitasi kerjasama kemitraan agribisnis antara kelompoktani, gabungan


kelompoktani dan koperasi dengan pengusaha besar / eksportir;

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 25

• menfasilitasi akses terhadap informasi pasar melalui jaringan telepon selule


dan internet
4 Penganekaragaman produk • mengolah seluruh sabut kelapa menjadi aneka produk setengah jadi dan
hasil olahan kelapa produk jadi untuk memenuhi kebutuhan ekspor seperti serabut serat kasar dan
serabut serat halus untuk beraneka keperluan bahan-bahan pembuatan matras,
jok, sofa,bad, alas setrika, peredam suara;
• mengolahan sebagian daging buah kelapa untuk dihasilkan produk sekunde
minyak kelapa dan minyak kelapa murni dan produk turunannya seperti lilin,
sabun, kosmetik, obat;
• mengolah tempurung kelapa menjadi arang aktif baik sebagai bahan bakar
maupun sebagai bahan penjernih dan keperluan industri lainnya, selain itu diola
sebagai suvenir/cindra mata khas Nusa Tenggara Barat di antaranya adalah
mencampur tempurung kelapa dengan resin untuk menghasilkan aneka kerajina
termasuk mengolahnya menjadi ubin, hiasan dinding, papan nama, dan lain-lain
• mengolah seluruh air buah kelapa menjadi cuka, sirup, nata de coco.

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 26

PE

ROA
PER

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 27

PEMER

ROADM
PERKE

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 28

PEM

ROA
PERK

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 29

DAFTAR SENTRA INDUSTRI KECIL DAN MENE


SAMPAI DENGAN TAHUN 2007
KOMODITI : KELAPA
PROVINSI : NUSA TENGGARA BARAT
KODE FIKASI ALAMAT UNIT
NO NAMA SENTAR KBLI CABANG DESA/KEL KEC KAB/KOTA PROVINSI USAHA
(UNIT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 Kelapa Parut 15499 1 Mataram Tmur Mataram Mataram NTB
4 Kerj. Buah Kelapa 20292 5 Muhajirin, DS Mataram Mataram NTB
5 Minyak Kelapa 15143 1 Pejeruk Ampenan Mataram NTB 2
Teloke Ds.
1 Minyak Kelapa 31153 1 Batulayar Batu Layar Lobar NTB 3
5 Minyak Kelapa 31153 1 Rean Ds. Gerung Gerung Lobar NTB 2
6 Minyak Kelapa 31153 1 Sandik Gunung Sari Lobar NTB 2
8 Minyak Kelapa 31153 1 Bagik Polak Labuapi Lobar NTB
Bangkung Ds.
16 Arang Tempurung 31153 3 Kekait Gunung Sari Lobar NTB 4

1 Minyak Kelapa 15143 2 Murbaya Pringgarata Loteng NTB 20

2 Minyak Kelapa 15143 2 Pemepek Pringgarata Loteng NTB 25

3 Minyak Kelapa 15143 2 Pringgarata Pringgarata Loteng NTB 50

4 Minyak Kelapa 15132 2 Kuta Pujut Loteng NTB 20

5 Kerjinan Lidi 20299 2 Pemepek Pringgarata Loteng NTB 25

10 Manisan Kelapa 15132 2 Kuta Pujut Loteng NTB 25

11 Minyak Kelapa 15132 2 Tumpak Pujut Loteng NTB 85

13 Ker. Tempurung 36993 2 Bakan Janapria Loteng NTB 30

14 Pengol Tembakau 16001 2 Selong Belanak Praya Barat Loteng NTB 5

15 Minyak Kelapa 15143 2 Mantang Batukliang Loteng NTB 25

16 Minyak Kelapa 15143 2 Beber Batukliang Loteng NTB 25

17 Minyak Kelapa 15143 2 Pagutan Batukliang Loteng NTB 30


20 Manisan Kelapa 15132 2 Aik Darek Batukliang Loteng NTB 2
Praya Brt
46 Minyak Kelapa 15132 2 Mt.Ajang Daya Loteng NTB 2
5 Minyak Kelapa 15143 1 Kerongkong Suralaga Lotim NTB
6 Minyak Kelapa 15143 1 Bagik Payung Suralaga Lotim NTB 3
7 Minyak Kelapa 15143 1 Blanting Sambelia Lotim NTB
8 Minyak Kelapa 15143 1 Dine Ayu Selong Lotim NTB
9 Minyak Kelapa 15143 1 Ijobalit Labuhan Haji Lotim NTB 2
10 Minyak Kelapa 15143 1 Kerumut Pringgabaya Lotim NTB 2
11 Minyak Kelapa 15143 1 Kerloke Labuhan Haji Lotim NTB 2
12 Minyak Kelapa 15143 1 Masbagik Timur Masbagik Lotim NTB 4

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa


1 - 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9
13 Minyak Kelapa 15143 1 Obel-Obel Sambelia Lotim NTB
14 Minyak Kelapa 15143 1 Pohgading Pringgabaya Lotim NTB 4
15 Minyak Kelapa 15143 1 Pringgabaya Pringgabaya Lotim NTB 5
16 Minyak Kelapa 15143 1 Suralaga Suralaga Lotim NTB
17 Minyak Kelapa 15143 1 Sambelia Sambelia Lotim NTB
18 Minyak Kelapa 15143 1 Sandubaya Selong Lotim NTB
19 Minyak Kelapa 15143 1 Sekartaje Selong Lotim NTB
20 Minyak Kelapa 15143 1 Suryawangi Labuhan Haji Lotim NTB 4
21 Minyak Kelapa 15143 1 Tanjung Labuhan Haji Lotim NTB 2
22 Minyak Kelapa 15143 1 Teros Labuhan Haji Lotim NTB 2

22 Anyaman Lidi 20292 5 Montong Baan Sikur Lotim NTB 15

22 Sabut Kelapa 20292 5 Bagik Papan Pringgabaya Lotim NTB 650

22 Anyaman Sabut Kelapa 5 Lab. Sumbawa Sumbawa Sumbawa NTB 16

22 Gula Kelapa 15482 1 Pada Suka Luyuk Sumbawa NTB 20

22 Gula Kelapa 15482 1 Sebotok Sumbawa Sumbawa NTB 20

22 Gula Kelapa 15482 1 Badas Sumbawa Sumbawa NTB 20

22 Gula Kelapa 15482 1 Jorok Utan Sumbawa NTB 20

22 Kopra 15132 1 Bungis Medang Sumbawa Sumbawa NTB 20

22 Minyak Kelapa 15143 1 Lab. Mapin Alas Sumbawa NTB 17

22 Minyak Kelapa 15143 1 Pada Suka Luyuk Sumbawa NTB 13

22 Minyak Kelapa 15143 1 Sebotok Sumbawa Sumbawa NTB 80

22 Minyak Kelapa 15143 1 Pekat Pekat Dompu NTB 5

22 Minyak Kelapa 15143 1 Mangamiro Pekat Dompu NTB 5

22 Minyak Kelapa 15143 1 Kiwu Kilo Dompu NTB 10

22 Minyak Kelapa 15143 1 Saneo Woja Dompu NTB 5

22 Minyak Kelapa 15143 1 Lasi Kilo Dompu NTB 5

22 Minyak Kelapa 15143 1 Karama Kilo Dompu NTB 5

22 Minyak Kelapa 15143 1 Kambu Kilo Dompu NTB 2

22 Minyak Kelapa 31153 1 Lambu Bambu Bima NTB 3

22 Minyak Kelapa 31153 5 Nggelu Sape Bima NTB 20

22 Minyak Kelapa 31153 1 Sumi Sape Bima NTB 10

22 Minyak Kelapa 31153 1 Waworada Wawo Bima NTB 10

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Roadmap Pengolahan dan Pemasaran Kelapa

Anda mungkin juga menyukai