Anda di halaman 1dari 5

Metode Analisis Kawasan Rawan Bencana

A. Metode Analisis Jenis-Jenis Kawasan Rawan Bencana


1. Bencana Longsor dan Banjir
Metode yang digunakan dalam analisis rawan bencana longsor dan Banjir yaitu metode
Scoring (pengharkatan) adalah metode pemberian skor/harkat terhadap masing-masing nilai
parameter lahan untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya. terdiri dari :
1. Penjumlahan: teknik scoring yang dilakukan secara obyektif berdasarkan harkat yang
diberikan kepada tiap variabel variabel yang nilanya sudah ditentukan pada satuan lahan yang
dijumlahkan sehingga didapat nilai kemampuan lahan.
2. Perkalian/pembobotan. adalah teknik scoring yang dilakukan secara subyektif dengan
pemberian bobot pada setiap nilai parameter yang ada sesuai dengan tujuan pembuatan
kemampuan lahan.
1.1. Kawasan Banjir
Analisa rawan bencana banjir dapat di tentukan dengan mengoverlay peta DAS dan
Satuan lahan.Maka dapat di hitung medear, cabang sungai, drainase, dan bentuk lahan.Untuk
dapat memperoleh hasil klasifikasi banjir nya maka hasil dari mendear, cabang sungai,
drainase dan bentuk lahan tadi, di jumlahkan dan lihat skor klasifikasi banjirnya.
Data yang dibutuhkan untuk menganalisis peta Rawan Bencana Banjir, dapat digunakan
peta sebagai berikut :
a. Peta Lereng
b. Peta Curah Huja
c. Peta Jenis Tanah
d. Dan Peta Penggunaan Lahan
Tabel 1. Kriteria Tingkat Bahaya Banjir (Paimin)
NO TIPE-TIPE BOBOT KLASIFIKASI KATEGORI SKOR
A. ALAMI 55%
1. Bentuk lahan 10 % a. Peguungan & Sangat 1
Perbukitan rendah
b. Kipas & Lahar Rendah 2
c. Dataran, Teras Sedang 3
d. Dataran Aluvial Tinggi 4
e. Lembah alluvial, Sangat tinggi 5
jalur kelokan
2 Meandering 5% a. 1- 1,1 Sangat 1
Sinusitas (P) = rendah
panjang/jarak b. 1,2 – 1,4 Rendah 2
sungai sesuai c. 1,5 – 1,6 Sedang 3
belokan : jarak d. 1,7 – 2,0 Tinggi 4
lurus e. > 2 Sangat tinggi 5
3 Pembendungan 10% a. Tidak ada Sangat 1
oleh rendah
percabangan b. Anak cab S induk Rendah 2
sungai ? air c. Cab S induk Sedang 3
pasang d. S induk / bottle neck Tinggi 4
e. Pasang air laut
Sangat tinggi 5
4 Drainase (% 30% a. Sangat lencar (>8) Sangat 1
lereng lahan rendah
kiri – kanan b. Lancar (2-8) Sedang 3
sungai) c. Terlambat (<12) Sangat tinggi 5
B. MANAJEMEN (45%)
1 Bangunan air 45 % a. Waduk + tunggul Sangat 1
tinggi & baik rendah
b. Waduk Rendah 2
c. Tanggul / Sedang 3
sudetan/banjir kanal
d. Tanggul buruk
e. Tanpa bangunan / Tinggi 4
pengurangan dimensi Sangat tinggi 5
sungai
Sumber : Paimin
Pengklasifikasian tingkat bahaya banjir dilakukan pada hasil akhir aplikasi model pada
data atribut SIG. Dari persamaan diatas, maka interval tingkat bahaya banjir dapat di lihat
pada table ( Paimin).

Tabel 2.Nilai skor dan kategori daerah rawan terkena banjir (Kebanjiran)

Sumber :Jurnal, teknik mitigasi dan tanah longsor.


1.2 Longsor
Istilah longsor memiliki satu kesamaan yaitu pergerakan massa tanah dalam jumlah yang
besar. Pergerakan massa merupakan bentuk pencarian keseimbangan alam. Secara umum
pergerakan massa tidak hanya terjadi pada tanah saja tetapi juga dapat terjadi pada batuan
ataupun es. Longsoran massa sebenarnya bukanlah suatu bencana alam karena kejadiaanya
merupakan proses alami dalam mencari keseimbangan alam, tetapi longsoran massa tersebut
akan menjadi sebuah bencana ketika menimbulkan berbagai kerugian bagi manusia.
Data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Peta penggunaan Lahan
2. Peta Lereng
3. Peta Geologi
4. Peta tanah
5. Peta bentuk lahan
6. Peta curah hujan
Mengacu pada aturan permen PU No.22 tahun 2007 Analisis rawan bencana longsor dapat
ditentukan dengan cara mengoverlay peta lereng, jenis tanah, dan zona. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum (PMPU) no.22/PRT/M/2007 menetapkan kawasan rawan bencana longsor
dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga pada
setiap zona akan berbeda dalam penentuan struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan
intensitas kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan dengan persyaratan, atau yang dilarangnya.
Zona berpotensi longsor adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap bencana longsor
dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar, baik
yang bersifat alami maupun aktifitas manusia sebagai faktor pemicu gerakan tanah, sehingga
berpotensi terjadinya longsor. Zonasi dibedakan berdasarkan kemiringan lerengnya yaitu
sebagai berikut:
1. Zona A : daerah dengan kemiringan lereng > 40% (>210)
2. Zona B : daerah dengan kemiringan lereng 21- 40% (11-210)
3. Zona C : daerah dengan kemiringan lereng 0-20% (0-110)

Table 3. Harkat kriteria tingkat bahaya longsor MAFF- Japan.


No Unit Model Kriteria Harkat Bobot Skor
1 Curah Hujan <2.500 4.5 1 4.5
(mm/tahun) 2.000-2.500 4.0 4.0
2.500-3.000 3.5 3.5
3.000-3.500 3.0 3.0
3.500-4.000 2.5 2.5
4.000-4.500 2.0 2.0
4.500-5.000 1.5 1.5
>5.000 1.0 1.0
2 Penggunaan Area Perumahan 3 3 9
Lahan (Tipe) Lapangan Golf 3 9
Taman 3 9
Kuburan 3 9
Industri 3 9
Industri Estate 3 9
Sawah (2 kali dalam 4 12
setahun)
Sawah (1 kali dalam 2 12
setahun) 2
Kebun Campuran 3 6
Perkebunan 3 6
Padang Rumput 4 9
Semak Belukar 4 9
Kolam/Tambak 4 12
Rawa 4 12
Danau 1 12
Hutan 3
Lahan Kritis
3 Lereng (%) 0-8 = Datar 5 2 10
8-15 = Landai 4 8
15-40 = Agak curam- 3 6
curam 1 2
>40 = Sangat Curam
4 Jenis Tanah Histosols 5 10
Ferrosols 3 6
Gleysols 5 10
Vertisols 5 10
Acrisols 5 10
Lithosols 3 6
Podzols 2 4
Andosol 3 6
Regosol 2 4
Grumusol 5 10
5 Tipe Geologi Aluvium 1 1 1
Pleistocene, endapan 2 2
sedimen 4
Pliocene, endapan 2 4
sedimen 3
Pleistocene, endapan 1 2
vulkanik 3
Miocene, batu kapur 3 3
Material Vulkanik Muda 1
Material Vulkanik Tua 3
Miocene, Vulkanik 3
6 Bentuklahan Zona Dataran Rendah 5 1 5
Pantai 5 5
Zona Dataran Rendah 3 3
Zona Dataran Tinggi 4 4
Zona Perbukitan,
Kemiringan <15% 3 3
Zona Perbukitan,
Kemiringan >=15%- 2 2
<40%
Zona Perbukitan, 3 3
Kemiringan >=40%
Zona Pegunungan, 2 2
Kemiringan <15%
Zona Pegunungan, 1 1
Kemiringan
>=15%-<40%
Zona Pegunungan,
Kemiringan >=40%
Sumber : MAFF – Japan.
Zonasi tingkat bahaya longsor dilakukan dengan simulasi model Ministry of Agriculture
Forestry and Fishery- Japan (Hamazaki dan Gesite, 1993; Zain, 2012 ; Zain at al.,, 2006),
yaitu :
Tabel. 4 Hasil perhitungan interval tingkat bahaya longsor ( MAFF-Japan)
Zona Interval Karakteristik Lahan Tingkat Bahaya Longsor
I >36,39 Lahan sangat stabil Rendah
II 28,26 – 36,39 Lahan agak stabil Sedang
III 20,13 – 28,26 Lahan tidak stabil Tinggi
IV <20,13 Lahan sangat tidak stabil Sangat tinggi
Sumber : MAFF-Japan

Anda mungkin juga menyukai