Fakultas Teknik
Universitas Pancasila
Buku ini dicetak sebagai bahan ajar Hidrologi pada Teknik Sipil
Universitas Pancasila.
Pengarang : Dwi Ariyani, ST, MT.
Bulan/Tahun : Oktober/2021
Cetakan : Ketiga
Copyright © Dwi Ariyani
ISBN 978-602-0716-92-3
DAFTAR ISI.....................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1. Umum .................................................................................. 1
1.2. Satuan Umum....................................................................... 4
1.3. Distribusi Air di Bumi .......................................................... 4
BAB 2 SIKLUS HIDROLOGI ......................................................... 6
2.1. Siklus Hydrologi di Bumi ..................................................... 6
2.2. Jaringan Sungai .................................................................. 10
2.3. Neraca Keseimbangan Air .................................................. 13
2.4. Latihan ............................................................................... 15
BAB 3 HYDROMETEOROLOGY ................................................ 16
3.1. Iklim dan Cuaca ................................................................. 16
3.2. Latihan ............................................................................... 18
BAB 4 LIMPASAN HUJAN DAN HIDROMETRI ....................... 19
4.5 Tipe Sungai ........................................................................ 20
4.6 Jenis Aliran ........................................................................ 23
4.7 Pengukuran Debit Secara Langsung.................................... 24
4.8 Rumus Geometri ................................................................ 28
4.9 Latihan ............................................................................... 29
BAB 5 DAERAH TANGKAPAN AIR (CATCHMENT AREA) ...... 30
5.1. Definisi .............................................................................. 30
5.2. Metode Pengukuran Catchment Area .................................. 31
BAB 6 PRECIPITATION .............................................................. 33
6.1. Definisi .............................................................................. 33
6.2. Alat Penakar Hujan ............................................................ 34
6.3. Latihan ............................................................................... 39
6.4. Pengelolahan Data Hujan ................................................... 39
6.4.1. Data Hujan yang Hilang .................................................. 39
6.5. Latihan ............................................................................... 41
6.6. Uji Konsisitensi Data.......................................................... 43
6.7. Latihan ............................................................................... 45
6.8. Curah Hujan Wilayah ......................................................... 45
6.9. Latihan ............................................................................... 51
6.10. Curah Hujan Efektif ........................................................... 51
6.11. Latihan ............................................................................... 52
1
Indonesian Center for Environmental Law, https://icel.or.id/air-untuk-semua/#_ftn1,
2019
2
Badan Pusat Statistik, Status Kualitas Air Sungai 2007-2016
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi 1
Tabel 1.1. Skor Pencemaran Sungai
Skala Skor Kategori Pencemaran
Lebih Besar 70 Sungai dalam kondisi baik
51 sampai 69 Sungai dalam kondisi pencemaran ringan
31 sampai 50 Sungai dalam kondisi pencemaran sedang
10 sampai 30 Sungai dalam kondisi pencemaran berat
3
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016, Atlas Status Mutu Air
Indonesia
2 | Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi
jenuh semakin cepat tercapai, maka intensitas curah hujan cenderung
tinggi.
Berita bagusnya Indonesia masuk kedalam list 10 besar dengan
sumber air terbarukan di dunia, yang dimaksud dengan sumber air
terbarukan adalah sumber air yang berasal dari hujan, lalu terkumpul di
sungai, danau dan air tanah4. Tentunya sumber air tersebut perlu dijaga
agar dapat terus digunakan dengan baik, salah satunya adalah dengan
mempelajari sifat-sifat dari air, siklus air, spesifikasi air serta pengolahan
air yang baik dan benar.
4
Miaschi, John. (2018, September 24). Which Country Has the Most Fresh
Water? Retrieved from https://www.worldatlas.com/articles/countries-with-
the-most-freshwater-resources.html
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 3
turun didaratan tersebut, selanjutnya air hujan sebagian akan masuk
kedalam tanah, sebagian diambil oleh tanaman, sisanya air akan
mengalir ke area yang lebih rendah, masuk ke dalam sungai kecil, dan
akhirnya bergabung kedalam sungai besar dan bermuara ke lautan.
5
Shahzad, Muhammad, et all. 2015. An experimental investigation on MEDAD hybrid desalination
cycle, Journal Applied Energy 148 : 273-281
4 | Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi
sedangkan sisanya 99% berada di bawah tanah. Nilai terperinci dapat
dilihat pada tabel 1.2, mengenai distribusi air di bumi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa ketersedian air yang dapat dipakai oleh
umat manusia di bumi adalah air yang terkumpul di permukaan,
meskipun jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan sumber lainya.
Seperti dijelaskan di siklus air bahwa ketersedian air permukaan sangat
tergantung akan air hujan, untuk itu kenapa pada daerah dengan curah
hujan sedikit dipastikan akan mengalami kekeringan.
Tantangan terhadap ketersedian air masih sangat besar, 90%
bencana alam di dunia terkait dengan air, seperti banjir, badai, tanah
longsor6. 80% air kotor mengalir langsung ke ekosistem tanpa dilakukan
treatment lebih lanjut, tentunya hal ini menyebabkan sungai mudah
tercemar7. Dan konsumsi air dunia untuk industri, sekitar 75% digunakan
untuk meghasilkan energy8.
6 UNISDR 2017
7 UNESCO 2017
8 UNESCO 2014
9
Chow, V. T., D. R. Maidment, and L. W. Mays,Applied Hydrology, McGraw-Hill,
New York, 1988
6 | Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi
tetap. Sistem ini disebut sistem tertutup yang tidak mempunyai
permulaan dan akhiran, karenanya ini disebut siklus hidrologi. Energi
yang digunakan untuk menjalankan siklus ini adalah solar radiation
(radiasi matahari )
Sistem Hidrologi dapat diartikan sebagai suatu tampungan yang
mempunyai volume tertentu yang menerima air masuk kedalam sistem
tersebut melalui saluran baik di permukaan tanah maupun didalam tanah,
lalu pada kondisi tertentu penampungan tersebut akan mengeluarkan air
kedalam area yang lebih rendah dan besar.
Chow, Maidment, and Mays (1988), menggambarkan blok
diagram sistem hidrolika dan membaginya kedalam tiga sub sistem (lihat
gambar 2.1), yaitu sistem air atmospher (armospheric water), air
permukaan (surface water) dan air dibawah permukaan (subsurface
water), dalam sistem air di atmosfer dimulai dari bentuk uap air
didapatkan dari penguapan akibat sinar matahari, transpirasi oleh pohon,
baik di darat maupun di laut. sedangkan air permukaan didefinisikan
sebagai air yang berada dipermukaan bumi, baik dalam kondisi mengalir
maupun tidak, misalnya air sungai, genangan akibat hujan, embung,
bendung, danau, kolam sampai air tersebut mengalir dan berkumpul di
laut. sedangkan air dibawah permukaan adalah air yang alirannya tidak
kontak langsung dengan atmosfer, contohnya air tanah, sungai bawah
tanah dan sejenisnya, air dibawah permukaan pada akhirnya akan
bertemu dengan air permukaan di laut lepas.
Dalam daur hidrologi komponen masukan utama berupa air
hujan, air hujan yang jatuh di permukaan akan tertahan sementara di
sungai, danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia.
(Asdak, 1995). Konsep siklus hidrologi merupakan hal yang sangat
penting, karena air (baik air permukaan maupun air tanah) bagian dari
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 7
siklus hidrologi. Siklus hidrologi dimulai dengan terjadinya panas
matahari yang sampai pada permukaan bumi, sehingga menyebabkan
penguapan. Akibat penguapan ini terkumpul massa uap air, yang dalam
kondisi atmosfer tertentu dapat membentuk awan. Akibat dari berbagai
sebab klimatologi awan tersebut dapat menjadi awan yang potensial
menimbulkan hujan. Sebagian air hujan tersebut akan tertahan oleh
butiran-butiran tanah, sebagian akan bergerak dengan arah horisontal
sebagai limpasan (run off), sebagian akan bergerak vertikal ke bawah
sebagai infiltrasi, sebagian kecil akan kembali ke atmosfer melalui
penguapan. Air yang terinfiltrasi ke tanah mula-mula akan mengisi pori-
pori tanah sampai mencapai kadar air jenuh. Apabila kondisi tersebut
telah tercapai, maka air tersebut akan bergerak dalam dua arah, arah
horisontal sebagai interflow dan arah vertikal sebagai evaporasi dan
evapotranspirasi akibat adanya energi panas matahari dapat
menyebabkan air yang ada di permukaan, dalam vegetasi, dalam lengas
tanah serta laut mengalami penguapan dan menjadi uap air di atmosfer
yang akan menyebabkan terjadinya hujan. Uap air yang jatuh sebagai
hujan akan menempati ruang-ruang dipermukaan. Air hujan sebagian
akan menjadi aliran permukaan (runoff), meresap kedalam tanah
(infiltrasi), tertahan pada vegetasi, dan langsung pada tubuh air
(sungai/laut).
Air yang berada di bumi, diudara disebut hydrosphere, dengan
jarak sampai dengan 15 km dari atmosphere dan 1 km di bawah
lithosphere. apabila diasumsikan laju curah hujan adalah 100, pada
gambar 2.2 dapat ditunjukkan berapa laju dari evaporasi, evatranspirasi,
laju curah hujan di laut dan evaporasi dari laut. laut berperan penting
dalam pembentukan awan, evaporasi terbesar terjadi di laut, dan hujan
terbesar juga terjadi di laut.
10
Chow et al. (1988)
11 Allen, et all; 1998, Crop Evapotranspiration. Guidelines for Computing Crop Water
Requirements. FAO
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 9
Gambar 2.3. distribusi air hujan
Air hujan yang ada di permukaan akan mengalir sesuai dengan
topografi dari tempat yang tinggi menuju pada tempat yang rendah.
Aliran permukaan tersebut ada yang mengalir secara bebas
(overlandflow) dan mengalir secara langsung (runoff). Apabila pada
permukaan terdapat suatu cekungan maka aliran air akan tertampung
sementara untuk kemudian mengalir pada system sungai menuju ke
hilir/laut. Air permukaan yang melalui peresapan ke dalam tanah
(infiltrasi) sebagian akan menjadi aliran antara dan sebagian yang ter-
perkolasi akan menjadi air tanah.
Sungai Besar
Sungai kecil A
C
B
Gambar 2.5. Jaringan sungai kota Depok, Jakarta Selatan dan Jakarta
Timur
Bandingkan dengan gambar 2.4 yang merupakan jaringan sungai di
Kota, karena lahan pertanian sudah hampir tidak ada, sungai murni
berfungsi sebagai saluran pembawa air hujan ke laut, untuk itu
management sumber daya air sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya bencana akibat air baik di perkotaan maupun area pertanian.
di peta tersebut, pada area tengah dari bawah (selatan) ke atas (utara)
terdapat satu aliran sungai yang cukup besar, yaitu sungai Ciliwung,
3.2. Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hydrometeorology ?
2. Komponen-komponen apa saja dalam hydrometeorology yang
paling berpengaruh terhadap analisa hidrologi ? jelaskan ?
3. Apa yang dimaksud dengan kelembaban relative (RH) ?
4. Jelaskan proses terjadinya hujan?
5. Apa pengaruh perubahan iklim terhadap siklus hidrlogi dan terhadap
sumber daya air di bumi?
Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah
hujan yang mengalir di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau
dan lautan. Sebagian dari air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan
oleh karena itu mengalir menuju kedaerah yang lebih rendah. Ada pula
air yang telah masuk kedalam tanah kemudian keluar lagi karena tanah
telah jenuh terhadap air dan mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat
pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian
hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah
tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan
puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam
menyimpan air di dalam tanah.
Debit aliran merupakan komponen yang paling diperhatikan
dalam analisis banjir. Pada sebagian besar studi hidrograf analisis tidak
dilakukan dengan melakukan pemisahan seperti diatas tetapi analisis
dilakukan dengan memisahkan aliran cepat (Quickflow) dan aliran
lambat (baseflow): aliran air pada musim kemarau ketika tidak ada curah
hujan yang ikut membentuk debit aliran.
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi run off
pada musim hujan antara lain
1. Faktor Meteorologi
a. Faktor Presipitasi: tipe, intensitas, durasi, distribusi
b. Faktor Cuaca : suhu, kelembaban, angin, keasaman
2. Faktor DAS
a. Topografi : bentuk, lereng, aspek DAS
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 19
b. Geologi : Struktur batuan
c. Jenis tanah : struktur dan tekstur
d. Vegetasi/liputan lahan
e. Jaringan sungai
3. Faktor Manusia
a. Bangunan air
b. Teknik pertanian/pengolahan sawah
c. Urbanisasi
d. Penggunaan lahan
aliran permukaan akibat kejadian hujan pada suatu daerah dapat
dinyatakan dengan rumus
R = P – I, Dimana, R; run off, P; curah hujan, dan I ; infiltrasi (mm)
0,2 d
0,6 d
0,8 d
V Vn 1 H n H n 1
Q n B
2 2
Q H n .Vn . B
dengan:
B = lebar penampang basah pada pias
Vn = kecepatan rata-rata aliran pada penampang pias
Hn = tinggi penampang basah pada pias
Bilangan Froude :
𝑣
Fr = √𝑔𝑦 (Pengaruh gravitasi lebih berperan)
Dimana :
b = lebar saluran
y = h = tinggi muka air
x = m = kemiringan talud
B = lebar atas
D = diameter pipa
5.1. Definisi
Daerah tangkapan air dalam istilah ilmu teknik secara international
dapat disebut dengan catchment, drainage basin, river basin,
watershed12, istilah tersebut dapat diartikan sebagai sebuah wilayah
topografi daratan dimana air yang berasal dari hujan atau salju yang
mencair mengalir ke permukaan yang lebih rendah ke badan air
seperti sungai, danau, waduk, muara, rawa, dan laut.
12
Mays, Larry W. 2011, Water Resources Engineering, 2nd Ed, John Wiley &
Sons, Inc. US, Chapter 8, pg. 283
30 | Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi
bukit atau gunung dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan. Catchment area dapat dikatakan
menjadi suatu ekosistem dimana terdapat banyak aliran sungai, daerah
hutan dan komponen penyusun ekosistem lainnya termasuk sumber daya
alam. Namun,komponen yang terpenting adalah air, yang merupakan zat
cair yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk
dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat. Catchment area erat kaitannya dengan Daerah Aliran
Sungai (DAS).
Catchment area merupakan suatu informasi yang sangat penting
dalam analisa hidrologi, untuk menentukan, stasiun hujan mana yang
berpengaruh untuk mendapatkan curah hujan rata-rata/wilayah di suatu
daerah. Untuk mennetuka catchment area dapat dilihat dari kontur
daerah pengaliran tersebut.
5.2. Metode Pengukuran Catchment Area
Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk
mendapat besaran dari catchment area, cara yang paling umum
adalah dengan melakukan pengukuran topographi pada wilayah
terduga DAS, tatacara pengukuran catchment area adalah
Mengindentifikasikan cabang dan anak sungai, indentifikasi
awal dapat dilakukan melalui gambar peta, ataupun melalui
data awal pemetaan digital, untuk wilayah Indonesia,
pemerintah Indonesia sudah menerapkan kebijakan satu peta,
peta tersebut dapat di download di
http://tanahair.indonesia.go.id , pilih area yang akan di
download, hasilnya dapat dibuka dengan aplikasi map seperti
GIS ataupun Global Mapper.
6.1. Definisi
Presipitasi adalah istilah umum dari semua bentuk air yang
jatuh ke permukaan, bentuk ini bisa berupa butiran-butiran es, salju
dan cairan air. Untuk daerah tropik seperti Indonesia, bentuk
presipitasi adalah pada umumnya berbentuk cairan dan biasa disebut
hujan. Hujan berasal dari perpadatan dan kondensasi uap, yang
selalu ada dalam atmosfir. Gerakan udara atau angin mempunyai
saham besar dalam pembentukan hujan, berdasarkan atas gerakan
udara ini hujan dapat dibagi dalam :
1) Hujan (presipitasi) convective ialah presipitation yang
disebabkan oleh naiknya udara panas, lapisan udara naik ini
kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi
perpadatan dan kondensasi) dan terjadi hujan.
2) Hujan (presipitasi) cyclonic, berasal dari naiknya udara
terpusatkan dalam daerah dengan tekanan rendah.
3) Hujan (presipitasi) orografic, ini disebabkan oleh udara naik
terkena rintangan - rintangan antara lain gunung-gunung.
Presipitasi termasuk faktor pengontrol yang mudah diamati
dalam sirkulasi hidrologi pada suatu DAS (Daerah Pengaliran
Sungai = Catchment Area).
Seorang perencana/hidrologist harus dapat menentukan
variasi karakteristik hujan di suatu DAS, dari hasil pengumpulan,
perhitungan / analisa data.
a. menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung
pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 33
tergantung pula pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti
data harian, bulanan atau harus data tahunan.
b. Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi
BMKG):
hujan sedang, 20 – 50 mm per hari
hujan lebat, 50-100 mm per hari
hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari
untuk peta rata-rata curah hujan di Indonesia pada bulan januari dapat
dilihat pada gambar dibawah ini,
Dimana :
• Px : data hujan yang hilang (mm)
• Nx : hujan tahunan normal pada stasiun X (pada stasiun yang
dicari)
• PA, PB, dan Pn : data hujan yang diketahui pada stasiun A, B,
sampai N
• NA, NB, dan Nn : hujan tahunan normal pada stasiun A, B, sampai
N
• N : jumlah stasiun hujan yang data hujannya tersedia
Uji konsistensi data adalah untuk menguji kebenaran dari data yang kita
miliki, data hujan disebut konsisten apabila data yang terukur dan
dihitung adalah teliti dan benar serta sesuai dengan fenomena saat hujan
terjadi.
Data yang tidak konsisten disebabkan karena :
a. Penggantian jenis dan spesifikasi alat
b. Perkembangan lingkungan sekitar pos hujan
c. Pemindahan lokasi hujan
Metode yang digunakan :
a. Observasi lapangan
b. Observasi ke kantor pengolahan data
c. Membandingkan data hujan dengan data untuk iklim yang sama
d. Analisa kurva massa ganda
e. Analisa statistik
Analisa statistik merupakan analisa yang paling sering digunakan dalam
analisa uji konsistensi data, salah satu metodenya adalah metode RAPS
Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums), merupakan pengujian
konsistensi data dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri, yaitu
pengujian dengan kumulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata
dibagi dengan akar kumulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap
nilai reratanya (Buishand, 1982 dalam Harto, 1993: 59).
Adapun rumus yang digunakan (Harto, 1993: 59) :
Sk* : ∑𝑘𝑖=1(𝑌𝑖 − 𝑌̅)…………………………………………………(7)
dengan :
k : 1,2,3,…….,n
Sk∗
Sk** = ………………………………………………………….(8)
𝐷𝑦
Dimana :
𝑃̅ = hujan wilayah
∑ PN = jumlah curah hujan pada n stasiun
𝑁 =jumlah stasiun pencatat hujan
Contoh Perhitungan !
Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah
X diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B,
C dan D. Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A sebesar 10 cm,
di B (25 cm), di C (15 cm) dan di D (17 cm).
Maka : Rata-rata CH = (10+25+15+17)/4 =…….. cm
2. Poligon Thiessen
Cara ini dikenal juga sebagai cara rata–rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak.
Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis–garis
sumbu tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan dua pos
penakar terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos yang
satu dengan lainnya adalah linier dan sembarang pos dianggap dapat
mewakili kawasan terdekat, dimana masing-masing stasiun
mempunyai darah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun
Dimana :
A = Luas wilayah
AN = Luas masing-masing polygon
Contoh Perhitungan !
Gambar 6.4. Daerah Poligon (a 1, a2, a3, a4) yang dibatasi garis putus-
putus pada wilayah A
3. Isohyet
Isohet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat
dengan curah hujan yang sama. Metode ini digunakan apabila
penyebaran stasiun hujan di daerah tangkapan hujan ditinjau tidak
merata. Pada setiap titik di suatu kawasan dianggap hujan sama
dengan yeng tejadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan yang
tercatat pada stasiun mewakili suatu luasan (Sosrodarsono dan
Takeda, 1976) Metode ini digunakan dengan ketentuan :
a. Digunakan pada daerah datar dan pegunungan
b. Jumlah stasiun harus banyak
c. Bermanfaat untuk hujan yang singkat
Dimana :
Ai = luas antara dua garis isohyet
Home Work
1. Cari peta Daerah aliran sungai, dengan masing-masing stasiun hujan
yang ada pada Daerah aliran sungai tersebut, minimal 3 stasiun hujan!
2. Cari data hujan harian dari stasiun hujan (point 1) selama 10 tahun!
3. Analisis data hujan harian menjadi curah hujan bulanan!
4. Uji Konsisitensi Datanya!
5. Gambar polygon thiessen nya!
6. Cari curah hujan wilayah metode aritmatik/rata-rata aljabar, dan
metode polygon thiessen!
6.11. Latihan
1. Dari data curah hujan harian yang telah kalian dapatkan, hitunglah
curah hujan efektifnya ?
Tabel 7.3. Besaran nilai angot (Ra) dalam evaporasi ekivalen dalam
hubungannya dengan letak lintang (mm/hari) (untuk daerah Indonesia,
antara 50LU sampai 100LS)
Bulan Lintang Utara (LU) Lintang Selatan (LS)
5 4 2 0 2 4 6 8 10
Januari 13 14.3 14.7 15 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Pebruari 14 15 15.3 15.5 15.7 15.8 16 16.1 16
Maret 15 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3
April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Juni 15 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6
Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8
Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14 13.7 12.2
September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15 14.9 13.3
Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6
Nopember 14.3 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16 15.6
Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16 16
Minimum 13 14.1 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 11.8
Maksimum 15.7 15.5 15.6 15.7 15.7 15.8 16 16.1 16.1
Rata-rata 14.8 14.9 14.9 14.9 14.9 14.8 14.8 14.7 14.2
Dengan :
P : resiko kegagalan
L : umur rencana (design Life)
T : tahun berulangnya
Pemilihan suatu teknik analisa penentuan banjir rancangan tergantung
dari data-data yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut.
Kriteria pemilian banjir dengan hanya meninjau kemungkinan terjadinya
banjir yang lebih besar atau sama dengan banjir rencana, sekali atau lebih
selama bangunan air tersebut berdiri. Kriteria lain yang dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pemilihan banjir rancangan sebagai berikut:
Tabel 8.1. Kriteria pemilihan kala ulang banjir rancangan
Dimana :
S : Standart Deviasi
Xi : Curah Hujan (mm/hari)
X : Curah Hujan rata-rata
n : jumlah data hujan
b. Koefisien Skewness (Cs)
Koefisien kemencengan adalah penyimpangan kesimetrisan
suatu distribusi, jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah
sebagai berikut :
𝑛
𝐶𝑠 = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑑3 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )3 ………………...............(22)
Dwi Ariyani, ST. MT. Hidrologi | 65
c. Koefisien Kurtosis (Ck)
Kurtosis merupakan kepuncakan (peakness) distribusi. Rumus
koefisien kurtosis menurut Soewarno, 1995)
𝑛2
𝐶𝑘 = (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆𝑑4 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)4 ………………......(23)
Dimana :
Xt : curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm/hari)
𝑋̅ : curah hujan rata-rata hasil pengamatan (mm/hari)
𝑌𝑡 : reduced variable, parameter gumbel untuk periode T tahun
𝑆𝑛 : reduced standart deviasi, merupakan fungsi dari banyaknya
data (n)
𝑆𝑥 : Standart deviasi
𝑋𝑖 : curah hujan maksimum (mm)
𝑛 : lamanya pengamatan
Tabel 8.4. Tabel Reduced Mean (Yn)
Tr YT K SD . K R rancangan
X = 224,38
.Tr = 2, dari tabel Gumbel diperoleh Yt = 0.3665
Sd = 39,4517
Yt Yn
K =
Sn
0.3655 0.5035
=
0,9833
= -0,139
Hujan Rancangan
X = X K .Sd
= 224,38 + (-0,139 x 39,4517)
= 219 mm
(log Xi log x)
2
i 1
Sd =
(n 1)
Hitung koefisien kemencengannya dengan rumus:
Ket : ubah waktu dari menit menjadi jam, contoh durasi selama
5 menit, maka durasi hujannya menjadi 5/60, atau selama 0,833
jam
2. Metode kedua adalah Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4
11300t Xi
R= √ [ ]
t + 3,12 100
Dimana :
t : durasi curah hujan dalam satuan waktu
R,Rt : curah hujan maksimum yang terpilih
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi ditambah dengan
durasi 60 menit
Durasi 5 menit
1218t + 54
R i = Xt ( )
Xt (1 − t) + 1272t
= 55,35
Untuk 1 ≤ t < 1 jam
11300t Ri
R= √ [ ]
t + 3,12 100
= 32,87
R
I=
t
= 394,46mm/jam
Durasi 60 menit
1218t + 54
R i = Xt ( )
Xt (1 − t) + 1272t
11300t Ri
R= √ [ ]
t + 3,12 100
= 29,33
R
I=
t
= 29,33 mm/jam
f. Waktu Kosentrasi
0,385
0,87𝑥𝐿2
𝑡𝑐 = ( )
1000 𝑥 𝑆
g. Faktor Tampungan
k = 0,5617.A0,1798 .S −0,1446 .SF −1,0897 .D0,0452
dimana :
k : koefisien tampungan.
A : luas DTA (km²).
S : landai sungai rata-rata.
SF : faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah semua panjang
sungai tingkat 1 dengan jumlah semua panjang sungai semua
tingkat.
D : kerapatan jaringan kuras (drainage density) atau indeks
kerapatan sungai yaitu perbandingan jumlah panjang sungai
semua tingkat dibagi dengan luas DTA.
8.5. Latihan
1. Dari data hujan harian periode waktu 10 tahun yang sudah kalian
dapatkan, hitunglah hujan rencana dengan semua metode,
bandingkan hasilnya! Dan berikan kesimpulan nya ?
2. Setelah didapatkan hujan rencananya hitunglah debit banjir
rencananya?
9.2. Latihan
Tentukan debit andalan dengan metode FJ Mock dari data Cuah hujan
yag telah kalian dapatkan pada bab sebelumnya ?
a. Daerah Tangkapan
Tangkapan dari sistem pengambilan air adalah permukaan yang secara
langsung menerima curah hujan dan menyediakan air untuk sistem.
dapat berupa area beraspal seperti atap atau halaman bangunan, atau area
yang tidak beraspal seperti halaman atau tanah terbuka
c. Talang (Gutters)
Talang adalah drainase dangkal di tepi atap miring dan sekitar untuk
mengumpulkan dan mengangkut air hujan dari atap ke tangki
penyimpanan
f. First flush
perangkat siram pertama adalah pengaturan katup / by pass yang
memastikan aliran dari hujan pertama, yang mengandung jumlah polutan
yang relatif besar dari udara dan puing-puing dari tangkapan dibuang dan
tidak masuk ke sistem pengumpulan