Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara bahari yang berpotensi besar dalam berbagai
aspek sumber daya alam hayati dan sumber daya manusia. Kawasan pesisir
serta masyarakatnya adalah suatu kesatuan dengan tingkat kerentanan yang
cukup tinggi. Dari sisi lingkungan, kawasan pesisir sangat rentan terhadap
perubahan kualitas yang ekstrim akibat faktor alam seperti abrasi maupun
sebab faktor antropogenik seperti pencemaran lingkungan akibat sampah,
limbah rumah tangga dan industri.
Dari sisi sosial-ekonomi, masyarakat pesisir dihadapkan pada
ketidakpastian hasil tangkapan akibat faktor alam seperti cuaca buruk,
mahalnya biaya bahan bakar, serta ketidakpastian penegakan hukum yang
berakibat pada minimnya pendapatan mereka. Desa Pesisir di Indonesia
dihadapkan pada empat persoalan pokok, yaitu : (1) tingginya tingkat
kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di Desa-Desa
pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010 dalam Kementerian Kelautan
dan Perikanan, 2011); (2) tingginya kerusakan sumberdaya alam pesisir; (3)
rendahnya kemandirian organisasi sosial Desa dan lunturnya nilai-nilai budaya
lokal; dan (4) rendahnya infrastruktur Desa dan kesehatan lingkungan
pemukiman. Keempat persoalan pokok ini juga memberikan andil terhadap
tingginya tingkat kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim yang
cukup tinggi pada Desa-Desa pesisir.
Daerah Desa Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
memiliki luas wilayah sekitar 14,68 km 2, mempunyai 364 orang/ km2
masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir tersebut, dan memiliki ketinggian
permukaan air laut sekitar 569 m, sehingga menjadikan Banyuwangi sebagai
kabupaten kelautan terbesar di Jawa Timur. Banyuwangi memiliki potensi
kelautan yang cukup beragam, baik dari sisi pariwisata, perikanan, rumput
laut, tambang dan transportasi laut.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 1


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Budidaya runput laut di Banyuwangi banyak ditemui di Desa
Sumberkencono, budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha alternatif
apabila keadaan musim yang tidak memungkinkan bagi nelayan untuk melaut.
Pendapatan per kapita dari aspek produksi rumput laut di kabupaten
Banyuwangi juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dapat
menghasilkan 9.140 ton pada tahun 2014 dan dengan nilai sebesar Rp.
10.971.828.000,- serta dengan luas area sekitar 825 ha.
Desa Sumberkencono adalah salah satu Desa pesisir di kecamatan
Wongsorejo, Banyuwangi dengan potensi besar yang masih belum
diberdayakan secara optimal. Sejak tahun 2008, masyarakat nelayan Desa
Sumberkencono beralih profesi menjadi petani rumput laut. Hal ini
disebabkan karena ketidakstabilan hasil tangkapan ikan akibat cuaca yang
tidak menentu ditambah lagi dengan mahalnya biaya bahan bakar yang harus
dikeluarkan. Selain itu, budidaya rumput laut relatif mudah jika dibandingkan
dengan budidaya lain semisal budidaya perikanan.
Hasil pertanian rumput laut di Desa Sumberkencono pun tergolong bagus
dari segi produktifitas. Tingginya permintaan pasar membuat berapapun hasil
produksi rumput laut oleh nelayan mampu terserap habis. Akan tetapi,
tingginya produktifitas ini nyatanya tidak berbanding lurus dengan
kesejahteraan masyarakat petani rumput laut Desa Sumberkencono.
Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa kawasan pesisir
Desa Sumberkencono memiliki potensi sebagai salah satu sentral produksi
rumput laut di kabupaten Banyuwangi. Untuk itu perlu diadakan penelitian
dan pendampingan terhadap masyarakat setempat terkait permasalahan -
permasalahan yang dihadapi dan bagaimana rencana pengembangan kawasan
tersebut untuk ke depannya.Dalam pengembangan tersebut dibutuhkan
pendekatan Logical Framework Approach (LFA) untuk menganalisis yang
baik dalam penilaian, evaluasi suatu rehabilitasi
Keberhasilan maupun kegagalan dalam pengembangan usaha budidaya
rumput laut untuk kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari peran

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 2


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
masyarakat dalam mendukung program pemerintah baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam makalah ini adalah bagaimana program yang tepat terkait
pengembangan kawasan budidaya rumput laut Desa Sumberkencono,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur melalui berbagai analisis menggunakan
metode LFA (Logical Framework Approach).

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah, didapatkan tujuan yaitu mengetahui program
yang tepat terkait pengembangan kawasan budidaya rumput laut Desa
Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur melalui berbagai
analisis menggunakan metode LFA (Logical Framework Approach).

1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat untuk dapat memberikan masukan atas permasalahan
dalam menganalisis masalah pengembangan budidaya rumput laut Desa
Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan metode LFA
(Logical Framework Approach).
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengkritisi masalah
pengembangan budidaya rumput laut Desa Sumberkencono, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur dengan metode LFA (Logical Framework
Approach).
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi untuk menyikapi masalah pengembangan budidaya
rumput laut Desa Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
sehingga dapat mensejahterahkan masyarakat melalui metode LFA
(Logical Framework Approach).

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 3


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
3. Bagi Lembaga dan Intansi Terkait
Memberikan informasi adanya pengembangan budidaya rumput laut Desa
Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan metode
LFA (Logical Framework Approach) dan dapat mengawasi, agar tetap
berkelanjutan.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 4


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Rumput Laut


Rumput laut merupakan salah satu prospek perikanan Indonesia, dengan
potensi lahan budidayanya seluas 4,5 juta hektar. Potensi ini yang memicu
pemerintah menargetkan produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2014 ini
sebanyak 10 juta ton. Apabila target ini tercapai, akan lebih mengukuhkan
Indonesia sebagai negara penghasil rumput laut terbesar di dunia (Burdmes,
2014 dalam Purwanti, 2015).
Kunci keberhasilan usaha budi daya rumput laut, salah satunya ialah
pemilihan lahan budi daya rumput laut yang tepat. Hal ini disebabkan
produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis
(oseanografis dan parameter kualitas air). Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam penentuan lokasi budi daya rumput laut yaitu faktor
kemudahan, resiko, serta konflik kepentingan (Ibid, 2000 dalam Purwanti,
2015).
Keberhasilan dalam melaksanakan budidaya rumput laut salah satunya
yaitu, pemilihan lokasi yang tepat. Artinya lokasi tempat budidaya rumput
laut merupakan salah satu faktor penentu mutu kualitas dari hasil panen
rumput laut. Gambaran tentang biofisik air laut yang diperlukan untuk
budidaya rumput laut penting diketahui agar tidak timbul masalah yang dapat
menghambat usaha budidaya dan mempengaruhi mutu hasil yang
dikehendaki.
Lokasi dan lahan budidaya untuk pertumbuhan rumput laut jenis
Eucheuma di wilayah pesisir dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologi
oseanografis yang meliputi parameter lingkungan fisik, biologi, dan kimiawi
perairan (Puslitbangkan, 1991 dalam Purwanti, 2015).
Rumput laut ini tergolong alga yang dikelompokkan menjadi empat
kelas, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau-biru (Cyanophyceae), alga
coklat (Phaecophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae). Keempat kelas

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 5


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
tersebut yang membedakan adalah pigmennya, Rhodophyceae memiliki
pigmen fikobilin yang terdiri fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru). Selain itu, Rhodophyceae bersifat adaptasi kromatik, yaitu
memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas
pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thallus seperti :
merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Spesies dari divisi
ini yang mempunyai nilai ekonomis adalah dari marga Gracilaria, Gelidium,
Hypnea, Gigartina, Rhodymenia dan Eucheuma sebagai penghasil ekstrak
caragenan (karaginan), foodstuff dan penghasil agar-agar.

2.2 Logical Framework Appoarch


Logical Framework Appoarch (LFA) adalah salah satu analisis yang baik
dalam penilaian, tindak lanjut dan evaluasi suatu proyek dengan
menggunakan pendekatan logika. Menurut Milica (2011) dalam bukunya
yang berjudul Guide to The Logical Framework Appoarch menjelaskan
bahwa LFA dirancang untuk mengatasi tiga pokok masalah dasar dalam
pelaksanaan suatu proyek, yaitu:
1. Perencanaan proyek yang terlalu samar
2. Tanggungjawab manajemen proyek yang tidak jelas
3. Ketidaksepakatan para stakeholders terkait dalam proses
pengevaluasian suatu proyek, biasanya ketidakpastian ini berupa proses
yang saling berlawanan karena terdapat ketidaksepakatan antara
stakeholders terkait untuk memastikan seperti apa tujuan dari proyek ini
benar-benar dapat dikatakan telah tercapai
Pendekatan logika yang dimaksud dalam LFA ini adalah membangun
hierarki kerangka logis yang berorientasi pada tujuan proyek tersebut. LFA
adalah jenis khusus model logika atau pendekatan logika untuk membantu
mengklarikasi tujuan proyek/program, mengidentifikasi hubungan kausatif
antara input, process, output outcome dan impact. Berdasarkan tujuan
tersebut, pada dasarnya menurut Dadang (2012), menjelaskan bahwa model

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 6


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
teori dari LFA dalam proses pengevaluasian suatu proyek/program dapat
dijelaskan pada bagian berikut:
1. Proses evaluasi proyek/program tidak bersifat linier, melainkan dinamis
yang jarang mengikuti urutan yan runtut.
2. Fokus pada nilai kebermanfaatan/dampak dari proyek/program dengan
tidak mengesampingkan kemungkinan adanya manfaat lain yang timbul
tanpa disengaja dan tanpa diharapkan, baik nilai kebermanfaatan itu
bersifat positifd maupun bersifat netral.
3. Model logic menghadapi tantangan ciri kasual, yaitu apabila
digambarkan secara langsung, tidak dapat terlihat hubungan sebab-
akibat atau hubungan tujuan-dampak dari proyek/program secara
langsung. Namun bukan berarti program tersebut dikatakan tidak
berhasil, karena kemungkinan besar program sebagai salah satu dari
banyak faktor yang mempengaruhi dampak.
4. Adanya faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh dan perlu
dipertimbangkan
Prinsip LFA tersebut pada dasarnya, suatu pembangunan terletak pada
bagaimana partisipasai para stakeholders dan pentingnya tujuan yang
jelas dari suatu proyek/program. Dalam praktiknya, LFA bukan bersifat
tidak runtut ataupun tidak terstruktur namun dikarenakan secara prinsip
LFA fokus pada mengevaluasi secara kerangka logis antara
dampak/nilai kebermanfaatan kesesuaian dengan tujuan dari
proyek/program.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 7


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Studi Penulisan


Studi penulisan dilakukan di Dusun Krajan, Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis wilayah
Kabupaten Banyuwangi terletak pada 7043 s/d 8046 Lintang Selatan dan
113053 s/d 114038 Bujur Timur. Secara Administratif Kabupaten
Banyuwangi berbatasan dengan :
Sebelah utara : Kabupaten Situbondo
Sebelah timur : Selat Bali
Sebelah selatan : Samudera Indonesia,
Sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso.

Gambar 1. Lokasi Desa Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi


( Sumber : Google Earth )

3.2 Deskripsi Penulisan


Studi penulisan ini menggunakan deskriptif analisis yakni menjabarkan
dan menganalisis data-data pendukung yang ada. Data dan fakta yang
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 8
Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
berhubungan dengan pembahasan tema berasal dari tahapan-tahapan
pengumpulan data dengan pembacaan secara kritis terhadap ragam literatur.

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan untuk studi penulisan ini yaitu data
sekunder. Dimana data ini didapatkan dalam penulisan tentang tinjauan kritis
terhadap metode pendekatan LFA (Logical Framework Approuch) pada
budidaya rumput laut. Selain itu diperlukan dukungan adanya jurnal, buku,
penelitian yang sesuai dengan tema pembahasan.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 9


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
3.4 Mekanisme Penulisan
Mulai

Studi Pendahuluan

Pengumpulan Data dan Informasi :


tentang pendekatan LFA (Logical Framework
Approuch) pada budidaya rumput laut

Pengolahan Data Analisa Situasi

Analisa Strategi
Analisa Pendekatan LFA (Logical
Framework Approuch) pada budidaya
rumput laut Pembuatan Matrix

Pelaksanaan
Kesimpulan

Selesai

Gambar 2. Flowchart Meanisme Penulisan

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 10


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi


Analisis situasi adalah proses penggalian dan pengumpulan data
mengenai keadaan masyarakat, masalah, potensi dan berbagai informasi
terkait,yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi dan dinamika
masyarakat Desa. Tahap ini bertujuan untuk menggali secara objektif, cermat
dan lengkap tentang potensi, permasalahan dan kebutuhan Desa.
a. Analisis Stakeholders
Stakeholder adalah pihak bisa individu atau kelompok atau
organisasi/lembaga yang terkait dengan kegiatan program/project yang
akan dilakukan. Sedangkan untuk analisis stakeholder dilakukan untuk
memetakan dan menganalis setiap stakeholder yang terkait dengan
pencapaian project. Pihak-pihak yang berperan sebagai stakeholder dalam
pengembangan usaha budidaya rumput laut ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Stakeholders Yang Terlibat Dalam Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut

Pengalaman, Peran (terkait


Urutan Interest dan Hambatan dan
keahlian dan dengan
Stakeholder Keinginan isu
sumberdaya kegiatan)
Pihak yang Harga jual Harga jual Aktif
Petani/nelayan melakukan rumput laut komoditas rumput berpartisipasi
rumput laut proses tidak laut fluktuatif dalam setiap
penanaman, mengalami Banyak lumut pelatihan
pemanenan dan fluktuasi agar yang menempel di penanganan dan
pengeringan. pihak rumput laut pada pengolahan
kelompok tani musim-musim rumput laut pasca
mendapatkan tertentu panen
keuntungan Keterbatasan
yang tetap. modal usaha
Meningkatnya Rendahnya mutu
kualitas peralatan atau
produksi fasilitas
rumput laut

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 11


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Perusahaan Pengolahan Hasil olahan Jumlah rumput Distributor akhir
rumput laut rumput laut laut tidak dalam upaya
menjadi akan memiliki menentu, menampung hasil
berbagai macam nilai jual yang sehingga panen rumput laut
bentuk olahan. lebih tinggi perusahaan sulit agar dilanjutkan
untuk untuk dengan
dipasarkan baik mendapatkan pengolahan
di pasar bahan produksi
domestic yang berkualitas
ataupun pasar Harga jual
internasional. komoditas olahan
rumput laut
fluktuatif
Pemerintah Memiliki akses Keberhasilan Menurunnya Membantu dalam
Daerah untuk budidaya tingkat pendapatan hal perijinan
menunjang rumput laut daerah dalam
keberlangsungan secara langsung penggunaan
dan kenyamanan dapat pantai dan akses
usaha rumput meningkatkan kesumber
laut pendapatan permodalan.
daerah

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 12


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
b. Analisis Permasalahan
Pohon permasalahan memberikan gambaran mulai dari akar sampai
pucuk permasalahannya dan akan menjadi panduan untuk menyusun
logframe. Berdasarkan analisis, secara garis besar berikut adalah penyebab
kurang berkembangnya usaha budidaya rumput laut.

Gambar 3. Fault Tree Strategi Pengembangan Budidaya rumput laut yang masih kurang terencana

Pada Gambar 3. menunjukkan Fault Tree pada permasalahan strategi


berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Desa Sumberkencono,
Banyuwangi. Kegiatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal
pertama, meliputi kurangnya pembinaan dan pengarahan dari pemerintah
setempat. Sehingga menyebabkan rendahnya pengetahuan petani rumput
laut terhadap pemeliharaan rumput laut dan berakibat terhadap rendahnya
kualitas rumput laut yang dihasilkan.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 13


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Kedua, koperasi Desa setempat yang kurang berjalan dengan baik,
akibatnya para petani rumput laut sukar dalam mencari modal untuk
mengembangkan usaha mereka, dan hal ini pula yang menyebabkan
rendahnya kualitas produk rumput laut yang dihasilkan, sehingga
menurunnya daya tawar perusahaan yang akan membeli produk rumput
laut masyarakat setempat.
Strategi pengembangan budidaya rumput laut yang masih kurang
terencana mengakibatkan rendahnya mutu peralatan dan fasilitas, dimana
masyarakat minim informasi terhadap teknologi baru yang dapat
memabantu mereka dalam meningkatkan kualitas produksi rumput laut.
Budidaya rumput laut yang kurang terencana pada akhirnya menimbulkan
permasalahan ekonomi pada nelayan petani, karena nilai jual rumput laut
menurun akan menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat.
Berbagai permasalahan yang timbul harus segera dicegah, karena
sejak dahulu hingga sekarang permasalahan kesejahteraan merupakan
kasus yang pelik untuk diselesaikan, jika tanpa adanya kerja sama yang
baik antara pihak- pihak yang terkait, baik secara lsngsung maupun tidak
langsung.

c. Analisis Hasil
Analisis hasil merupakan prosedur yang secara sistematis
mengenali, memilah dan menjelaskan secara rinci mengenai keterlibatan
semua pihak dalam situasi tertentu. Analisis hasil digunakan untuk
mengetahui tujuan yang diharapkan setelah terlebih dahulu diketahui
kondisi awal (current state).

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 14


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Gambar 4. Analisis hasil dari strategi pengembangan budidaya rumput

4.2 Analisis Strategi


1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (stenght), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek/program. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim menjadi
SWOT.
a. Strenght (Kekuatan)

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 15


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Adanya ARLINDO (Arus Lintas Indonesia) sangat erat kaitannya
dengan fenomena El Nino dan La Nina yang cukup kuat berpengaruh
terhadap pola sirkulasi di sekita perairan Banyuwangi. Pada periode-
periode tertentu dimana ARLINDO kuat, maka aliran massa air yang
masuk keperairan sebelah Timur Banyuwangi melalui Selat Bali
sangat kuat.
Aliran tersebut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
kesuburan perairan yang disebabkan oleh masukan bahan nutrien dari
perairan Utara Jawa Timur dan Utara Bali. Banyuwangi menjadi salah
satu kota penghasil rumput laut yang berkualitas di Indonesia
sehingga adanya kesuburan perairan akibat adanya ARLINDO sangat
menguntungkan.
b. Weakness (Kelemahan)
Perilaku masyarakat yang masih memegang erat adat istiadat di
daerahnya dapat pula merugikan kondisi perairan sekitar lokasi
budidaya. Rendahnya kesadaran akan sanitasi juga menjadi salah satu
faktor penghambat peningkatan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat di Desa SumberKencono.
c. Opportunities (Peluang)
Perubahan prilaku masyarakat dalam penanganan rumput laut
pasca panen menjadi suatu peluang tersendiri karena hal tersebut
dapat mempermudah masuknya berbagai edukasi melalui sosialisasi
dan penyuluhan
d. Threath (Tantangan/Ancaman)
Pola sirkulasi arus akan menjadi pertimbangan dalam menentukan
lokasi budidaya rumput laut, dimana lokasi yang dipilih seharusnya
memiliki sedikit variabilitas fluktuasi arus yang ekstrim. Peningkatan
kesuburan perairan akan menyebabkan dua kemungkinan yaitu
berlimpahnya ikan Lemuru yang akan menguntungkan pembudidaya
ikan dana tau menjadi penyebab utama terjadinya algae blooming di
area sekitar ARLINDO. Terjadinya algae blooming akan mengganggu

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 16


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
kestabilan perairan karena akan menutup permukaan air sehingga
perairan mengalami kekurangan kandungan oksigen terlarut dan
meningkatkan turbiditas suatu perairan.
2. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut
Strategi pengembangan budidaya rumput laut di Desa
Sumberkencono dibagi menjadi tiga tahap, yakni jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. Target pengembangan dalam jangka
pendek yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pertanian
rumput laut dan pemenuhan infrastruktur dasar seperti listrik, air bersih
dan sanitasi dengan berbagai penyuluhan dan pendampingan secara intens.
Target pengembangan jangka menengah adalah restorasi kawasan
perairan yang rusak. Rendahnya kesadaran masyarakat karena pola pikir
yang masih menganut paradigma lama dan tanpa sentuhan teknologi
menjadikan penurunan kualitas perairan. Restorasi kawasan perairan yang
rusak dapat diperbaiki dengan adanya kerjasama dari ketiga stakehlders
yakni, stakeholder primer, stakeholders sekunder, dan stakholders tersier.
Pola pendekatan yang bersifat bottom up memungkinkan adanya
perbaikan lingkungan dari permasalahan yang dialami masyarakat lokal
dan penyelesaian yang diselesaikan oleh masyarakat lokal sendiri.
Sedangkan peran pemerintah, LSM dan komunitas adalah sebagai
perantara dan fasilitator untuk mencapai target yang diharapkan.
Target jangka panjang adalah menjadikan Desa Sumberkencono
khususnya di Kabupaten Banyuwangi sebagai Desa wisata. Adanya Desa
wisata menjadikan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
berhubungan dengan peningkatan perekonomian dan peningkatan soft skill
berupa manajemen kegiatan yang baik. Penjelasan mengenai strategi
pengembangan kawasan budidaya rumput laut terlihat pada Gambar 4.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 17


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Gambar 4. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Desa Sumberkencono,
Kabupaten Banyuwangi

4.3 Matrix LFA (Logical Framework Approuch)


Matrix akan menjelaskan keterkaitan hirarki logis mulai dari input,
aktifitas, output, purpose dan goal dari project. Matrix juga menjelaskan
setiap hirarki logis tersebut dengan indikator, alat verifikasi indikator dan
asumsi yang digunakan. Ada 2 analisis logis yang digunakan; yaitu analisis
logis vertikal dan analisis logis horizontal.
1. Analisis vertikal dilakukan menjelaskan mengapa dan bagaimana project
akan dilakukan dalam mencapai target secara bertingkat.
2. Analisis horizontal dilakukan untuk menjelaskan prasyarat apa yang
dibutuhkan supaya setiap kegiatan dapat dilakukan.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 18


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Tabel 2. Analisis Matrik LFA (Logical Framework Approuch)

No Hirarki Logis Indikator Alat Verifikasi Asumsi-asumsi


Indikator terpenting
(Faktor
Eksternal)
Goal/Tujuan
Peningkatan taraf Peningkatan Survey Adanya
hidup masyarakat desa Taraf hidup Pendapatan kerjasama dan
Sumberkencono masyarakat desa masyarakat Desa satu visi dari
sejalan dengan Sumberkencono Sumberkencono berbagai pihak
keberlanjutan usaha serta yang terkait
budidaya rumput laut terbentuknya
1.
yang lestari serta olahan hasil
dapat mengolah hasil produk rumput
rumput laut menjadi laut(dari petani,
produk yang memiliki pedagang,
nilai tinggi distributor,
industri hingga
konsumen)
Purpose/Maksud
Meningkatkan Berkurangnya Data dari Pemda Kontrol dari
kesejahteraan masyarakat atau BPS pemerintah
penduduk, Desa Banyuwangi melalui
mengentaskan Sumberkencono mengenai lembaga-
2. kemiskinan, menyerap miskin, perkembangan lembaga terkait
tenaga kerja dan berkurangnya kondisi ekonomi
meningkatkan pengangguran penduduk
pertumbuhan ekonomi
daerah melalui olahan
rumput laut
Output/Keluaran
Adanya Pemahaman Memiliki Diskusi antara Adanya
masyarakat untuk produksi rumput masyarakat Desa kerjasama pihak
Meningkatkan laut yang Sumberkencono LSM, UKM
produksi rumput laut melimpah serta serta LSM dan tentang olahan
menjadi produk baru kualitas rumput UKM yang rumput laut
sehingga laut baik terkait dan
3.
mampu bersaing pada Melakukan melakukan
taraf nasional peningkatan survey lapangan
pemahaman
tentang produk
rumput laut
memiliki
ekonomis tinggi
Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 19
Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Activities/Input/
Kegiatan
Memfasilitasi kegiatan Adanya kegiatan Jumlah peserta Adanya
sosialisasi tentang sosialiasi serta sosialiasi tanggapan dan
4. budidaya rumput laut pelatihan melalui daftar kerjasama dari
untuk menjadi nilai hadir dan pihak- UKM-UKM
produk yang lebih pihak yang
ekonomis terkait

4.4 Pelaksanaan
Pada pelaksanaan pengembangan budidaya rumput laut yang
menggunakan metode LFA (Logical Framework Approuch) di Desa
Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi dapat melalui
workplan. Tujuan dari adanya workplan yaitu untuk mengetahui peran
sumber daya manusia, waktu yang dicapai dan budget yang harus dikeluarkan
dalam mencapai hasil.
Tabel 3. Workplan pengembangan budidaya rumput laut menggunakan metode LFA (Logical
Framework Approuch)
SDM yang
Durasi
No. Kegiatan melakukan Target Budget
Waktu
Kegiatan
Akademisi,
LSM,
Dinas
Mengadakan
Perikanan Rp.
pertemuan Mendapatkan
dan 3.000.000,-
kepada nelayan kunci
Kelautan, (untuk
1. rumput laut 1 hari permasalahan
Pihak konsumsi
dalam dari aktivitas
Kelurahan, dan sarana
mengutarakan budidaya
dan prasarana)
permasalahan
Nelayan
Rumput
Laut
2. Mengadakan Akademisi, 2 hari Meningkatnya Rp.
pelatihan LSM, kualitas produk 6.000.000,-
penanganan dan Perusahaan, rumput laut (untuk
pengolahan Dinas Desa konsumsi
rumput laut Perikanan Sumberkencono dan sarana
dalam dan prasarana)
meningkatkan Kelautan

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 20


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Nelayan
harga rumput
Rumput
laut
Laut
1
Akademisi, minggu
Menggunakan LSM, (uji coba
teknologi/teknik Dinas alat)
Rp.
baru Perikanan dan 2 Meningkatkan
50.000.000
penanaman dan bulan produktifitas
3. (Bagi 10
rumput laut Kelautan (uji pertanian
nelayan
dengan dan budidaya rumput laut
rumput laut)
keramba Nelayan rumput
apung Rumput laut
Laut sampai
panen)
Akademisi,
Rp.
Pihak
Membentuk Terbentuk 5.000.000
Kelurahan,
BUMDES BUMDES (untuk
4. dan 2 hari
(Badan Usaha (dalam bentuk onsumsi,
Nelayan
Milik Desa) Koperasi) sarana dan
Rumput
prasarana)
Laut
Pemerintah
Daerah,
Dinas
Menentukan Perikanan Adanya peta
zona dan zona Rp.
5. 1 bulan
perlindungan Kelautan, perlindungan 5.000.000
bersama serta bersama
Nelayan
Rumput
Laut
Pemenuhan
Pemerintah
infrastruktur Tersedianya
Daerah dan
dasar seperti, listrik, air Rp.
6. Lokal 3 bulan
listrik, air bersih, dan 500.000.000
(Kepala
bersih, dan kamar mandi
Desa)
sanitasi
7. Menjadikan Dinas 4 bulan Sebagai tempat Rp.
Desa wisata Perikanan wisata 5.000.000
dan
Kelautan,
Pemerintah
Daerah
serta
Masyarakat

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 21


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
Pesisir

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 22


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas didapat kesimpulan yaitu cara menganalisis
masalah pengembangan kawasan budidaya rumput laut Desa
Sumberkencono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan metode LFA
(Logical Framework Approach) dapat melalui beberapa tahap, yaitu analisis
situasi, analisis strategi, pembuatan matrix, dan pelaksanaan. Output yang
diharapkan adalah pengembangan kawasan budidaya rumput laut di Desa
Sumberkencono melalui 3 strategi yakni strategi jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang yang telah dijabarkan melalui 7 program, yaitu:
1. Mengadakan pertemuan kepada nelayan rumput laut dalam mengutarakan
permasalahan
2. Mengadakan pelatihan penanganan dan pengolahan rumput laut dalam
meningkatkan harga rumput laut
3. Menggunakan teknologi/teknik baru penanaman rumput laut dengan
keramba apung
4. Membentuk BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)
5. Menentukan zona perlindungan bersama
6. Pemenuhan infrastruktur dasar seperti, listrik, air bersih, dan sanitasi
7. Menjadikan Desa wisata

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 23


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi
DAFTAR PUSTAKA

Delevicia, Milica, PhD. 2011. Guide to the Framework Approuch. Global Print.
Belgrade.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Pedoman Umum Penyusunan
Rencana Pengembangan Desa Pesisir. Direktorat Pesisir dan
Lautan & Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Jakarta.
Purwanti, Eni, Aliwafa, Sigit Pramono Jati. 2015. Strategi pengembangan
Kawasan Budidiaya Rumpt Laut di Pesisir Desa
Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, Bnyuwangi. Laporan
Akhir Penelitian. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Soihin, Dadang. 2012. Logframe Analysis dan Pengembangan Instrumen
Monitoring dan Evaluasi. Diakses dari www.slideshare.net Pada 6
Juni 2017.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Rumput Laut Menggunakan 24


Metode LFA (Logical Framework Approach) di Desa Sumberkencono,
Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai