Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN BULANAN

PELAKSANAAN KEGIATAN TENAGA KERJA BAKTI RIMBAWAN

BULAN JUNI 2019

Oleh :
DESYSETIAWATI A. SAPI’I,S.HUT
(Tenaga Teknis Lapangan)

KPHP BANAWA LALUNDU (UNIT VII)


PROPINSI SULAWESI TENGAH
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

berkat dan karunia-Nya sehingga laporan Tenaga Bakti Rimbawan dapat terselesaikan

dengan sebagaimana mestinya.

Laporan bulanan ini meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama bulan

Februari di KPHP Banawa Lalundu (Unit VII).

Disadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan maka kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

laporan kegiatan kedepannya ini sangat diperlukan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari persiapan hingga

tersusunnya laporan ini di ucapkan terima kasih.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Watatu, Juni 2019

Penulis

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kawasan hutan merupakan wilayah yang paling sering mengalami tekanan dan

gangguan berupa deforestasi dan degradasi. Indonesia yang memiliki luas hutan ke-3

terbesar di dunia, setelah Brazil dan Zaire, tak luput dari deforestasi dan degradasi

yang meyebabkan penurunan penutupan vegetasi hutan.

Indonesia yang merupakan negara maritim, memiliki kurang lebih 17 ribu pulau

yang terdiri dari pulau besar dan kecil yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km

dan luas daratannya sekitar 1,93 juta km2 (Sukardjo, 1996). Dari wilayah pantai

tersebut dapat dijumpai hutan mangrove, tetapi tidak semua wilayah pesisir ditumbuhi

mangrove, karena untuk pertumbuhannya ada persyaratan atau faktor lingkungan yang

mengontrolnya. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki hutan mangrove yang

terluas didunia, beberapa tahun terakhir ini mengalami berbagai tekanan. Pertumbuhan

penduduk yang semakin meningkat disekitar hutan mangrove dan semaraknya

pembangunan yang memanfaatkan areal hutan, mengakibatkan terjadinya perubahan

hutan mangrove bahkan ada kemungkinan hilangnya ekosistem tersebut. Pemanfaatan

hutan mangrove, baik itu dalam bentuk ekplorasi hasil hutan maupun konversi lahan

untuk keperluan lain, sebetulnya sudah sejak ratusan tahun lalu, dan keadaan ini masih

terus berlangsung hingga saat ini (Budiman & Kartawinata 1986). Bahkan Pramudji

(1997, 1999) menyebutkan bahwa pemanfaatan hutan mangrove beberapa tahun

terakhir ini semakin meningkat, terutama subsektor perikanan yang memanfaatkan


hutan tersebut untuk kegiatan budidaya tambak, penambangan atau kegiatan

pembangunan lainnya yang kurang memperhitungkan akibat sampingannya.

Pembangunan KPH mutlak dilakukan setelah melihat situasi lemahnya

pengelolaan kawasan hutan negara di lapangan. Terbitnya Peraturan Pemerintah No. 6

Tahun 2007 jo PP. No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan menandai orientasi baru

pembangunan kehutanan yang menyelamatkan fungsi publik atas hutan dan

mewujudkan mimpi kawasan hutan yang akan dipertahankan sebagai hutan tetap,

serta menjadi dasar pengelolaan hutan lestari.

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai

fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

Terbentuknya organisasi pengelolaan hutan dalam bentuk KPH akan lebih mendorong

implementasi desentralisasi yang nyata, optimalisasi akses masyarakat terhadap

sumberdaya hutan sebagai salah satu jalan untuk resolusi konflik, kemudahan dan

kepastian investasi, tertanganinya wilayah tertentu yang belum ada pengelolanya yaitu

areal yang belum dibebani ijin, serta upaya untuk meningkatkan keberhasilan

rehabilitasi dan perlindungan hutan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Laporan bulanan ini adalah untuk mengetahui

perkembangan kegiatan-kegiatan pada KPH tempat tenaga bakti rimbawan ditugaskan.

Dalam hal ini adalah KPHP Banawa Lalundu Unit VII.


II. KONDISI UMUM TEMPAT KERJA

Secara geografis wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu terletak pada 119o50’

4,48” - 119o33’ 14,17” BT dan 0,7o43’ 8,14” - 1o27’ 16,75” LS. Wilayah KPHP Unit

VII Banawa Lalundu berada di bagian selatan Kabupaten Donggala yang

membentang dari arah utara (pegunungan Gawalise) hingga ke arah selatan

(sungai Lariang), terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa. Dilihat dari

posisinya, wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu terletak di bagian barat yang

berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan di bagian timur berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Sigi dan Kota Palu.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.79/Menhut-II/2010

tanggal 10 Pebruari 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sulawesi

Tengah, luas wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu adalah +117.272Ha. Seiring

dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.869/Menhut-

II/2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Sulawesi Tengah,

luas KPHP Unit VII Banawa Lalundu setelah disesuaikan dengan SK Menhut tersebut

menjadi +110.078,63 Ha. Secara administratif KPHP Unit VII Banawa Lalundu berada

dalam 2 (dua) wilayah kabupaten/kota yaitu Kabupaten Donggala dan Kota Palu

Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan demikian, KPH ini termasuk KPH lintas. Wilayah

KPHP Unit VII Banawa Lalundu yang berada di Kota Palu berada di kawasan Hutan

Lindung (HL) Gawalise, tepatnya di Kelurahan Buluri-Watusampu Kecamatan Palu


Barat. Sebaran luas berdasarkan wilayah administratif ini tertuang dalam Tabel 2.1

berikut:

Tabel 2.1. Luas Wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu Berdasarkan Wilayah
Administrasi Pemerintahan

Wilayah Administrasi
No. Luas (Ha) % tase
Pemerintahan
1 Kab. Donggala 107.200,57 97,39
2 Kota Palu 2.878,06 2,61
Jumlah 110.078,63 100

Sedangkan sebaran luas wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu berdasarkan fungsi

kawasan hutan disajikan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Luas Wilayah KPHP Unit VII Banawa Lalundu Berdasarkan Fungsi
Kawasan Hutan

No. Fungsi Kawasan Luas


Ha %
1 Hutan Lindung 40.084,62 36,41
2 Hutan Produksi Tetap 6.954,29 6,32
3 Hutan Produksi Terbatas 63.039,72 57,27
Jumlah 33,649.95
110.078,6 100,00
Sumber:BPKH Wilayah XVI Palu, 2015. 3
46,983.69
117,079.28
KPHP Unit VII Banawa Lalundu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara: berbatasan dengan kawasan APL di Kecamatan Banawa hingga

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

 Sebelah timur: berbatasan dengan KPHL unit VI di Kecamatan Marawola Barat,

Kinovaro, Dolo Barat dan Dolo Selatan Kabupaten Sigi dan Palu Barat Kota Palu.
 Sebelah selatan: berbatasan dengan KPHL Unit VIII di Kecamatan Pipikoro

Kabupaten Sigi dan Kabupaten Mamuju Utara.

 Sebelah barat: berbatasan dengan kawasan APL di Kecamatan Rio Pakava

Kabupaten Donggala.

Gambar 2.1 Peta Wilayah KPHP Unit VII Banawa lalundu dan Fungsi Hutannya
III. MATRIKS LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Nama : MARGARETHA PUTRI MANDAKE


Jabatan : Tenaga Teknis Lapangan
Tempat Bertugas : KPHP BANAWA LALUNDU Unit VII
Pembina : SUSANTO WIBOWO,S.Hut,M.Si

Pemecaha Penanggu
Jenis Capaian Permasala
No Tujuan Sasaran Lokasi Waktu Biaya (%) n ng Ket.
Kegiatan Hasil han
Masalah Jawab
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Untuk
Mengetahui
Desa Lumbulama
Pengukuran Lokasi Lokasi Wilyah KPH
1 Kec. Banawa Juni 2019 Terlaksana 100 - - KKPH
HR Pembuatan HR Banawa Lalundu
Selatan
serta batas dan
Luasannya

Untuk Mengajak
Masyarakat sama
menjaga dan
melestarikan
Sosialisai hutan, serta Desa Malino Kec.
2 Masyarakat Juni 2019 Terlaksana 100 - - KKPH
Pengamanan Hutan memberi Banawa
pemahaman
kepada
masyarakat akan
pentingnya hutan

Untuk Mengajak
Masyarakat
3 GEMARI Kelor Menanam dan Masyarakat Desa Loli Tasiburi Juni 2019 Terlaksana 100 - - KKPH
Melestarikan
Kelor

Watatu, Juni 2019


Pembina Tenaga Bakti Rimbawan Tenaga Kerja Bakti Rimbawan

SUSANTO WIBOWO,S.Hut,M.Si MARGARETHA PUTRI MANDAKE


NIP. 19711102 199302 1 002 Tenaga Teknis Lapangan

Anda mungkin juga menyukai