Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Ramyeni Sukma

NIM : 19046043
Matkul : Kepariwisataan tugas Minggu 9

Review 3 Artikel

1.

Identitas Artikel
Judul : Studi Perkembangan Pariwisata dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Fisik di
Pantai Balangan, Desa Ungasan, Jimbaran
Penulis : Yulien Prastika dan I Nyoman Sunarta
Jurnal : Destinasi Wisata
Volume dan Nomor : Vol. 6 No. 1
Tahun : 2018
Reviewer : Putri Ramayeni Sukma
Tanggal : 30, Oktober, 2020

Latar Belakang Artikel


Pada artikel tersebut memiliki latar belakang bahwa di wilayah Bali memiliki
daya tarik wisata terutama wisata pantai, wisata pantai yang terkenal di Bali di
antaranya adalah Pantai Kuta, Pantai Sanur, dan Desa Panglipuran. Semakin banyak
para wisatawan yang berkunjung ke Bali, maka wisata di Bali pun semakin
berkembang contohnya pada wisata Pantai Balangan yang juga ikut berkembang,
wisata pantai ini terletak di desa Ungasan keluharan Jimbaran Bali. Pada pantai ini
banyak dikunjungi wisatawan untuk melakukan surfing, maka dari itu melihat potensi
dari pantai Balangan ini maka masyarakatnya pun juga ikut berpartisipasi untuk
mengembangkan wisata ini. Namun, masyarakat lokal yang ikut berpartisipasi pada
daerah wisata pantai ini banyak yang tidak menegtahui aturan hal tersebut di kethui
dengan adanya bangunan di sekitar pantai, sampah juga berserakan di sekitar pantai,
bahkan sampah juga mencemari laut.

Rumusan Masalah dan Tujuan


Rumusan masalah yang di dapat dari kepenulisan artikel ini adalah bagaimana
pengaruh pengembangan pariwisata pada fisik lingkungan alam di Pantai Balangan,
serta tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari pariwisata
pantai Balangan serta untuk mengetahui pengaruh dari perkembangan wisata di
daerah pantai Balangan.

Temuan Data
Pantai Balangan merupakan Pantai yang terletak di Pulau Bali, di wilayah desa
Ungasan, keluharan Jimbara, kecamatan Kuta Selatan. Jarak yang dibutuhkan dari
Denpasar sekitar 25KM atau membutuhkan waktu sekitar 60 menit, sedangkan dari
Bandara Nugrah Rai sekitar 17KM atau membutuhkan waktu tempuh sekitar 45
menit. Perkembangan pariwisata pada pantai Balangan ini dapat dilihat sekitar 5 tahun
sekali, karena jika di lihat dalam kurun waktu pertahun tidak begitu banyak
perkembangan yang terlihat. Perkembangan yang terlihat diantaranya yaitu jumlah
pengunjung wisatwan yang semakin bertambah setiap 5 tahun, bisa dilihat dari data
pengunjung bahwa yang berkunjung di tahun 2006 hanya sekitar 3000an orang,
sedangkan pada tahun 2011 sudah sampai 38.000an orang yang masih di dominasi
oleh orang lokal, kemudian pada tahun 2016 jumlah kunjungan sudah mencapai
112.000an orang dengan wisatawan lokal dan wisatawan dari mancanegara.
Pertumbuhan pengunjung pada daerah kawasan pantai ini sangat banyak dan
melonjak dengan drastis, jika di lihat dari tahun 2006-2016 maka perkembangan
wisatawan terjadi sekitar 109.000an pengunjung. Pada perkembangan fasilitas juga
terjadi hal yang serupa, dimana pada tahun 2006 hanya terdapat 2 bangunan saja, lalu
kemudian pada tahun 2016 sudah terdapat 21 bangunan yang terdiri dari akomodasi,
hotel, restaurant, tempat perlengkapan atraksi, tempat ibadah, parkir, tempat sampah
dan lainnya.
Untuk atraksi pada pantai Balangan sebenarnya terletak pada pantai itu sendiri,
namun untuk menjaga daya tarik pengunjung agar pantai Balangan masih tetap
diminati maka di adakan atraksi tambahan seperti Surfing, Snorkling, Sunbathing,
Sunset, dan Fishing. Bahkan latar belakang pantai Balangan yang memiliki tebing
juga sering dijadikan sebagai spot foto pre wedding untuk pernikahan. Perkembangan
dari pantai Balangan ini juga tak lepas dari partisipasi masyarakat setempat yang juga
mau untuk menjadikan daerah tersebut sebagai darah pariwisata, hal ini di tunjukkan
dengan maunya masyarakat memberikan izin untuk menjadikan daerah tersebut
sebagai daerah wisata, bahkan masyarakat ada yang terjun langsung untuk mengelola
akomodasi, penginapan, penyewaan fasilitas atraksi pada pantai tersebut.

Pengaruh perkembangan wisata Balangan pada lingkungan fisik pantai tersebut


adalah : pertama, pada sarana Pariwisata terdapat 21 bangunan rumah makan yang
terdiri dari bangunan permanen dan semi permanen, akomodasi dan sarana
transportasi juga semakin banyak, serta fasilitas untuk ber swafoto semakin banyak,
ide-ide kreatif dari masyarakat setempat untuk konsep swafoto juga banyak yang
digunakan oleh pengunjung. Kedua, pada prasarana seperti jalan, tempat sampah,
persediaan air bersih, tempat parkir, dan loket masuk sudah cukup membaik. Namun,
meskipun tempat sampah sudah baik tetapi tempat pembuangan sampah kelurahan
Jimbaran tidak begitu baik dan pengolahannya pun tidak begitu baik, hal ini
mengakibatkan lingkungan di sekitar pantai Balangan terlihat kumuh, sampah organik
dan non organik tidak di pisahkan, sampah non organik sudah ada yang berserakan di
laut, tentunya ini bisa mempengaruhi kondisi alam dan laut.

Metode dan Teori penelitian


Metode penelitian pada daerah pariwisata ini adalah dengan menggunakan
metode kualitatif dan kuantitaatif, dimana penulis menggunakan metode kualitatif
pada kualitas pariwisata yang terlihat dan bisa di rasakan oleh pengunjung, sedangkan
pada metode kuantitatif merupakan hasil dari seberapa banyak kunjungan wisatawan
yang datang dan banyaknya bangunan pada daerah pariwisata.
Sedangkan pada teori penelitian penulis menggunakan Teori : Exploration,
Inolvement (Keterlibatan), Development (Pembangunan), Consolidation
(konsolidasi), Stagnasi (kunjungan), Rejuvenation (peremajaan lokasi wisata) yang
terlibat pada perkembangan dan pengelolaan wisata Pantai Balangan.

Simpulan
Perkembangan pada pantai wisata Balangan sejak tahun 2006 sudah berkembang
dengan pesat, yang awalnya hanya terdapat 3000 pengunjung hingga pada 2016
mencapai 112.000 pengunjung, yang pada awalnya hanya terdapat 2 bangunan pada
tahun 2006 lalu pada tahun 2016 terdapat 27 bangunan dengan saran dan prasarana
yang maju. Atraksi pantai dan spot foto juga di tambah untuk menarik daya kunjung
wisatawan, serta dengan persediaan air bersih juga sudah tersedia dengan baik untuk
kenyamanan pengunjung pantai. Namun, pengelolaan sampah belum cukup baik
meskipun tempat sampah sudah banyak disediakan.

2.

Judul : Kiat Pengelola Wisata Kuliner Seafood Dalam Memberikan Pelayanan


Kepada Wisatawan di Pantai Kedonganan (Berbasis Hospitality)
Penulis : I Gusti Ayu Putri Yukitasari dan I Gusti Agung Oka Mahangga
Jurnal : Destinasi Wisata
Volume dan Nomor : Vol. 6 No. 1
Tahun : 2018
Reviewer : Putri Ramayeni Sukma
Tanggal : 30, Oktober, 2020

Latar Belakang Artikel

Pantai Kedonganan merupakan salah satu pantai yang terkenal di Pulau Bali pada
kabupaten Badung, pantai ini terletak tidak terlalu jauh dari bandara Nugrah Rai yaitu
hanya berjarak sekitar 5KM. Pantai ini menjadi destinasi favorit bagi para pelancong
lokal maupun pelancong mancanegara. Selain karena panorama alamnya yang indah
dan pasir putihnya, tetapi pantai ini juga terkenal dengan restaurant dengan hidangan
seafoodnya yang terkenal. Pelayanan yang baik dan ramah terhadap wisatawan yang
datang untuk makan sambil di temani sunset juga menjadi daya tarik tersendiri bagi
pantai Kedonganan, namun apabila keramh tamahan dan pelayanan berkurang maka
akan mengurangi daya tarik wisatawan, maka dari itu penelitian ini di latar belakangi
untuk menghindari berkurangnya keramah-tamahan dari pelayanan pantai
Kedonganan.

Rumusan masalah dan Tujuan

Rumusan masalah pada penulisan jurnal ini adalah bagaimana cara untuk
mengatasi berkurangnya keramah-tamahan dari pelayanan pantai Kedonganan, serta
tujuan dari kepenulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk
mengatasi berkurangya keramah-tamahan pelayanan pada wisata pantai kedonganan
terutama pada wisata kuliner Seafoodnya.

Temuan Data

Pantai Kedonganan adalah pantai wisata yang terdapat di Pulau Bali dengan
lokasi yang cukup dekat dengan bandara internasional Nugrah Rai. Pantai inimemiliki
24 kafe yang menyajikan menu utama seafood. Karena banyaknya cafe yang terdapat
di pantai Kedonganan, maka sebagian besar mata pencarian masyarakat di sana
berasal dari pantai dan cafe tersebut. Kafe tersebut tersebar di 6 banjar yang setiap
banjarnya terdiri dari 4 cafe, dalam 1 kafe memiliki 1-3 pengelola sehingga pada
setiap 1 banjar terdapat 12 pengelola. Besaran ukuran cafe tersebut adalah lebar depan
17 meter, panjang 25 meter, dan lebar teras 6 meter, serta memiliki tempat parkir
selebar 10 meter, lokasi berdirinya kafe harus sesuai dengan peraturan pemerintahan
desa Adat Kedonganan. Di dalam kepenulisan artikel ini diambil 4 kafe sebagai bahan
penelitian yaitu Blue Marlin (Banjar Pasek), Kafe New Moon (Banjar Kerthayasa),
Kafe The Cuisine (Banjar Anyar Gede )dan Kafe Sea Side (Banjar Pengenderan).
Kafe tersebut digunakan untuk melihat kiat dari pengelola kafe untuk pengelolaan
kafe serta memberikan pelayanan kepada pengunjung, dan penguasaan bahasa. Selain
itu juga untuk melihat kiat lokasi pelayanan, lokasi, dan kebersihan kafe, karena
faktor inilah yang akan menjadi sebuah momen yang bisa membuat nyaman
pengunjung dan menjadi momen yang tak terlupakan.

Metode dan konsep

Metode pada penelitian ini adalah metode kulaitatif yang bisa di lihat dari kiat-
kiat kafe Seafood di pantai Kedonganan. Sumber data yang di pakai adalah sumber
data primer yang di dapat dari hasil wawancara langsung dari pengelola 4 kafe yang
menjadi kafe penelitian, sedangkan untuk data sekunder di dapat dari hasil penelitian
geografis pantai Kedonganan. Untuk penentuan informan diambil dengan teknik
purposif, sehingga hasilnya bisa saling terkait dan dapat di bahas dengan baik.
Untuk konsep, pada penelitian ini terdapat konsep :
1. Konsep Kiat (taktik), taktik yang digunakan untuk mempertahankan pengunjung
wisata.
2. Konsep pengelolaan, seperangkat peranan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang
ada pada sarana wisata, hal ini berkaitan dengan pengelola kafe pantai Kedonganan.
3. Konsep daya tarik wisata kuliner, wisata kuliner merupakan wisata yang bertujuan
untuk memenuhi motivasi wisatawan untuk singgah dan disuguhkan berbagai macam
hidangan.
4. Konsep wisatawan, merupakan pengunjung yang berkunjung kedaerah wisata
pantai Kedonganan.
5. Konsep Hospitality (keramah-tamahan), ramah-tamah adalah kunci utama dalam
pelayanan wisata, jika pelayanannya ramah maka tempat wisata tersebut akan baik
dimata pengunjung.
6. Konsep pelayanan fisik, merupakan pelayanan yang di berikan kepada konsumen,
mulai dari pelayanan akomodasi, interior ruangan, rasa, dan kebersihan.

Simpulan

Para pengelola kafe memiliki kiat untuk memberikan pelayanan yang terbaik
dengan mengajak seluruh karyawan dan salah seorang kepala bagian untuk makan di
kafe lain ataupun tempat lain untuk membandingkan pelayanan mana yang lebih
unggul, baik dari segi rasa maupun interior kafe. Selanjutnya kiat yang dilakukan
adalah memberikan fasilitas kepada karyawan kafe untuk mempelajari bahasa asing
dan memberikan banyak bacaan buku-buku sebagai sumber belajar bahasa asing,
karena pada setiap kafe diwajibkan untuk bisa berbahasa asing.
3.

Judul : Dampak Perkembangan Pariwisata Pantai Tambkrejo Terhadap Ekonomi Desa


Tambakrejo Kabupaten Blitar
Penulis : Gendis Wedah Nugraheni, Ida Bagus Suyawan
Jurnal : Destinasi Wisata
Volume dan Nomor : Vol. 6 No. 1
Tahun : 2018
Reviewer : Putri Ramayeni Sukma
Tanggal : 30, Oktober, 2020

Latar Belakang Artikel

Pantai Tambakerejo merupakan pantai yang terletak di desa Tambakrejo di Blitar


Jawa Timur. Pada sebelumnya hasil pencarian masyarakat desa Tambakrejo ada
nelayan, namun setelah dilakukannya pengembangan wisata di pantai Tambakrejo hal
ini juga berdampak pada perekonomian masyarakat Tambakrejo. Mereka mulai
membuka usaha seperti berdagang di tepi pantai, menjual ikan segar, dan menjual
pernak-pernik khas pantai. Untuk itu, latar belekang penelitian ini adalah untuk
melihat seajuh mana dampak ekonomi yang diberikan kepada desa Tamabkrejo ini.

Temuan Data

Pantai Tambakrejo di temukan pada tahun 1970, lalu kemudian di izinkan untuk
menjadi desnitasi usaha dan rekreasi melalui perda Blitar no. 19 tahun 2000. Kegiatan
yang dilakukan biasanya di pantai ini adalah melihat pemandangan pantai yang indah,
bersih, air laut yang biru dan pasir pantainya yang putih. Perkembangan pariwisata di
Pantai Tambakrejo mulai terjadi pada tahun 2012 kemudian mulai meningkat pada
tahun 2015-2016, pertumbuhan dan perkembangan ini bisa dilihat dari jumlah
pengunjung pantai yang setiap tahun semakin bertambah banyak pada tahun 2011
jumlah kunjungan wisatawan mencapai 1.898 orang, kemudian pada tahun 2016
mencapai 116.702 orang hal ini menandakan bahwa perkembangan pariwisata pada
pantai Tambakrejo sudah cukup pesat. Selain itu pada interaksi wisawatan dan
masyarakat lokal juga terjadi sangat baik. Masyarakat lokal yang kemudian sudah bisa
melihat potensi wisata pada pantai Tambakrejo kemudian juga ikut andil dalam
rangka mempromosikan daerah pariwsata tersebut, serta masyarakat lokal sangat baik
dan ramah dalam menyambut para wisatawan.
Fasilitas di pantai Tambakrejo pada tahun 2011 hanya terdapat 35 unit fasilitas
yang terdiri dari 19 warung, 5 toilet,5 area parkir, 1 musholla, 1 penginapan, 2 kapal,
dan 2 toko souvenir. Pada tahun 2016 sudah berkembang menjadi 116 unit yang
terdiri dari 64 warung, 16 toilet, 9 area parkir, 1 penginapan, 1 musholla, 4 perahu,
dan 11 toko Souvenir. Pada bagian atraksi selain menyajikan keindahan pantai, atraksi
pada pantai ini juga di tambah dengan wahana ATV untuk mengitari pantai. Pada
bagian promosi, pengelola pantai gencar untuk melakukan promosi baik melaluimedia
sosial, dan bekerja sama dengan majalah serta stasiun tv nasional untuk melakukan
promosi pantai Tamabkrejo.
Pada hasil pendapatan ekonomi, pariwisata ini memiliki pengaruh terhadap
pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat sebelum berkembangnya pariwisata
di pantai Tamabkrejo yang di ambil daro 13 responden mengaku bahwa sebelum ini
penghasilan mereka hanya <Rp.500.000, 21 responden mengaku <Rp.500.000 -
Rp.1.000.000, lalu 6 responden Rp.1.000.000-Rp.2.000.000, dan 0 responden
>Rp.2.000.000. Kemudian setelah pantai Tambakrejo di jadikan destinasi pariwisata,
maka 0 responden yang mendapatkan penghasilan <Rp.500.000, 13 responden
Rp.500.000-Rp.1.000.000, 21 responden medapat Rp.1.000.000-Rp.2.000.000, dan 6
responden yang mendapat >Rp. 2.000.000. Hal ini menunjukkan perkembanagan
ekonomo masyarakat pantai Taambakrejo bertambah, karena mereka juga bisa
berdagang di pantai, atau membuka usaha penyewaan untuk para pengunjung pantai.
Selain itu kesempatan kerja untuk penduduk setempat pantai Tambakrejo juga
bertambah, yang awalnya sebagian besar masyarakatnya neayan, kini sudah bisa
menjadi pengelola pantai, pengelola tempat makan disekitar pantai, pengelola
penginapan, dan pengelola sarana prasarana pantai.

Metode dan konsep

Metode penelitian pada artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan melihat
hasil perbandingan kualitas perkembangan wisata dari tahun 2011 hingga tahun 2016,
kemudian juga menggunakan metode kuantitatif dengan melihat perkembangan
bangunan dan fasilitas yang juga mulai berkembang pada pantai Tamabkrejo. Selain
itu juga menggunakan metode wawancara, observasi, kuisioner, serta studi
kepustakaan untuk mendapatkan hasil perkembanagan ekonomi masyarakat di daerah
pantai Tambakrejo.

Simpulan

Pantai Tambakrejo terdapat didesa Tambakrejo, Biltar Jawa Timur, pertumbuhan


pariwisata dan perkembangan sarana prasarana di pantai ini sudah berkembang dari
tahun 2011 hingga 2016. Kunjungan wisatawan paling tinggi terjadi di tahun 2016,
dengan jumlah pengunjung mencapai 166.000an orang. Fasilitas dan bangunan pun
juga bertambah, hal ini akan mendukung untuk kelancaran sarana dan prasarana.
Respon dari masyarakat setempat mengenai perkembangan tempat wisata ini juga
baik, karena dengan berkembangnya wisata pada pantai ini otomatis kesempatan kerja
bagi masyarakat ada, dan penghasilan ekonomi masyarakat juga bertambah. Hal ini
juga bisa membantu kesejahteran bagi penduduk setempat pantai Tambakrejo.

Anda mungkin juga menyukai