Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU KALAM

PERBEDAAN PAHAM ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM

( QADARIYAH )
Dosen Pengampu : Drs. H. Rasyid, M.Ag

Di susun

Oleh

Deska ramadanti

Mutiara kh

SEMESTER II

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM AL-HAMIDIYAH

JAKARTA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia – Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERBEDAAN PAHAM ALIRAN
TEOLOGI DALAM ISLAM” Shalawat serta salam tak lupa kita sampaikan kepada
baginda alam nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zama
jahiliyah kepada zaman mahiriyah dan membimbing umat manusia menuju kebahagiaan
kesejahteraan dan kedamaian, baik di dunia maupun diakhirat. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ILMU KALAM oleh Dosen Pengampu Drs.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih orang atau pihak terkait yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Kami berharap semoga dengan hadirnya makalh
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih mendapat banyak kekurangan,
karena kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang sangat baik selanjutnya. Amiin

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumus Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2


A. Awal Kemunculan Aliran Qadariyah ................................................................. 2
B. Sejarah munculnya Qadariyah ............................................................................ 2
C. Ciri-ciri Penganut Aliran Qadariyah................................................................... 3
D. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah ......................................................................... 4
E. Pemikiran Qadariyah .......................................................................................... 4
F. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Qadariyah .............................................................. 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 8


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran-aliran firqoh muncul setelah Rasulullah SAW wafat, pada zaman Nabi
Muhammad Saw umat islam dapat kompak dalam lapangan agama, termasuk dibidang
aqidah. Kalau adahal-hal yang tidak jelas atau hal-hal yang diperselisihkan daintara
para sahabat, mereka mengembalikan persoalannya kepada nabi. Maka penjelesan
beliau itulah yang kemudian menjadi pegangan dan ditaatinya. Namun setelah
Rasulullah wafat mulailah bermunculan aliran-aliran firqoh ilmu kalam, terutama pada
masa pemerintahan kholifah Usman bin Affan. Syi’ah merupakan firqoh pertama yang
kemudian di susul oleh firqoh-firqoh lainnya,salah satunya adalah firqoh qadariyah.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Qadariyah. Dalam makalah ini
penyusun hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran qadariyah.
Mencakup didalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran
ajarannya secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal kemunculan Aliran Qadariyah?
2. Siapa tokoh-tokoh Aliran Qadariyah?
3. Bagaimana pemikiran Aliran Qadariyah?
4. Bagaimana pokok-pokok Ajaran Aliran Qadariyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui awal kemunculan Aliran Qadariyah
2. Mengetahui tokoh-tokoh Aliran Qadariyah
3. Memahani pemikiran Aliran Qadariyah
4. Mengetahui Pokok-pokok Ajaran Aliran Qadariyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal kemunculan Aliran Qadariyah


Pengertian Qadariyah cara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang
bermakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi istilah adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh allah.
Aliran –aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya sendiri.
Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dankekuatan manusia dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatannya. Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksankan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar tuhan.
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr. Hadariansyah, orang-
orangyang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia
memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan
perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni
baik dan buruk.

B. Sejarah Munculnya Qadariyah


Sejarah lahirnya aliran qadariyah tidakdapat diketahui secara pasti dan masih
masih merupakansebuah perdebatan. Akan tetapi, menurut Ahmad Amin, ada sebagian
pakar teologi yang mengatakan bahwa qadariyah pertama kali dimunculkan oleh
Ma’bad al-jauhani dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitartahun70 H/689M.
Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Ahmad Amin, aliran qadariyah pertama kalidimunculkan oleh orang irak yang
pada mulanya beragama kristen, kemudian masuk islam dankembali lagi ke agama
kristen. Namanya adalah susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib.
Sementara W. Montgomery Watt dalam kitab ar-risalah dan ditulis untukkhalifah
Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitartahun 700 M.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa qadariyah mula-mula
ditimbulkan pertama kali sekitar tahun 70 H/689 M, dipimpinoleh seseorang bernama
Ma’bad al-juhani dan ja’ad bin Dirham, pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik

2
bin Marwan (689-705 M). Menurut Ibn Nabatah, Ma’bad al-juhani dan temannya
Ghailan al-Dimasyqi mengambil faham ini dari seorang kristen yang masuk islam di
irak. Ma’ad al-juhni adalah seorang tabi’in, pernah belajar kepada Washil bin Atho’,
pendiri Mu’tazilah. Dia dihukummati oleh al-Hajaj, gubernur Basrah, karena ajaran-
ajarannya. Dan menurut al-Zahabi, Ma’ad adalah seorang tabi’in yang baik, tetapiia
memasuki lapangan politik dan memihak Abd al-Rahman ibn al-Asy’as, gubernur
sajistan, dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. Dalam pertempuran dengan al-
Hajjaj Ma’ad mati terbunuh dalam tahun 80 H.
Sedangkan Ghailan al-Dimasyqi adalah penduduk kota Damaskus. Ayahnya
seorang yang pernah bekerja pada khlaifah Ustman bin Affan. Ia datang ke Damaskus
pada masa pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H). Ghailan juga
dihukum mati karena fahm-fahmnya. Ghailan sendiri menyiarkan faham qadariyahnya
di damaskus, tetapi mendapat tantangandari khlifah Umar ibn Abd al-Aziz. Menurut
Ghailan, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak
dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi
perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Dalam faham ini
manusia merdeka dalam tingkah lakunya.
Disini tak terdapat faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya
bertindak menurut nasibnya yang telah ditentukan semenjak azal. Selain pengatur
faham qadariyah, Ghailan juga merupakan pemuka Murji’ah dari golongan al-Salihiah.

C. Ciri-Ciri Penganut Aliran Qadariyah


Diantara ciri-ciri paham Qadariyah adalah sebagai berikut:
1. Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka
perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya
sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.
2. Iman adalah pengetahuan dan pemahaman, sedang amal perbuatan tidak
mempengaruhi iman. Artinya, orang berbuat dosa besar tidak mempengaruhi
keimanannya.
3. Orang yang sudah beriman tidak perlu tergesa-gesa menjalankan ibadah dan amal-
amal kebajikan.

3
D. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah
Tokoh utama Qadariyah adalah Ma’bad Al-juhani dan Ghailan Al-Dimasyqi.
Kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tantang qadar. Semasa
hidupnya, Ma’bad Al-juhani berguru dengan Hasan Al-Basri, sebagaimana Washilbin
Atha’, tokoh pendiri mu’tazilah. Jadi, Ma’bad termasuk tabiin atau generasi kedua
sesudah nabi. Sedangkan Ghailan semula tinggal di damaskus. Ia seorang ahli pidato
sehingga banyak orang tertarik dengan kata-kata dan pendapatnya.
Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh. Ma’bad Al-juhani terbunuh dalam
pertempuran melawan Al-Hajjaj padatahun 80 H. Ia terlibat dalam dunia politik
dengan mendukung gubernur Sajistan, Abdurrahman Al-Asy’ats menentang kekuasaan
bani Umayyah. Sedangkan ghailan Al-Dimasyqi dihukum bunuh pada masa
pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M), khalifah dinasti
Umayyah yang kesepuluh. Hukuman bunuh atas ghailan dilakukan karena ia terus
menyebar luaskan faham qadariyah yang dinilai membahayakan pemerintah. Ghailan
gigih menyiarkan faham qadariyah di damaskus sehingga mendapat tekanan dari
khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun terus mendapat tekanan,
ghailan tetap melakukan aktivitasnya hingga umar wafat dan diganti oleh Yazid II
(720-724 M). Baru pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
kegiatan ghailan berhenti dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya.

E. Pemikiran Qadariyah
Harun Nasuton menjelaskan pendapat Ghailan tentang ajaran Qadariyah bahwa
manusia berkuasa atas perbuatn-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan
perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan mausia sendiri pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya
sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan
dengan daya itu ia daoat berkuasa atas segala perbuatannya.
Dengan denikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan ats kehendaknya
sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas
kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun jahat. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula
memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan disini
disamakan dengan balasan surga kelak di akhirat dan ganjaran siksa dengan

4
balasanneraka kelak di akhirat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan
oleh takdir tuhan. Karena itu, sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan
balasannya sesuai dengan alasannya.
Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yang
umum yang di pakai oleh bangsa arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa
nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya
bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan
demikian takdir adalah ketentuan allah yang diciptakannya bagi alam semesta beserta
seluruhnya isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah Al-qur’an adalah
sunnatullah.
Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat
diubah. Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti
hukum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh tuhan tidak mempunyai sirip seperti
ikan yang mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai
kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.
Dengan pemahaman sepertiini tidak ada alasan untuk menyandarkan perbuatan
kepada allah. Di antara dalil yang mereka gunakan adalah banyak ayat-ayat al-qur’an
yang berbicara dan mendukung paham itu, antara lain:
1. Fush-Shilat:40

       


Artinya:”Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki sesungguhnya ia melihat apa
yang kamu perbuat”. (QS.Fush-Shilat:40).

2. Ar-Ra’d:11

         


Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan (Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama
mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.) yang ada pada diri
mereka sendiri”. (QS.Ar-Ra’d:11)
Qadariyah adalah sebagai berikut:
1. Meningingkari takdir allah Ta’ala dengan maksud ilmunya

5
2. Melampaui di dalam menetapkan kemmapuan manusia dengan menganggap
mereka bebas berkehendak (iradah). Didalam perbuatan manusia, allah tidak
mempunyai pengetahuan (ilmu) mengenainya dan ia terlepas dari takdir (qadar).
Mereka menganggap bahwa allah tidak mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu
kecuali selepas ia terjadi.
3. Mereka berpendapat bahwa allah tidakbersifat dengan suatu sifat yang ada pada
makhluknya. Karena ini akan membawa kepada penyerupaan (tasybih). Oleh itu
mereka menafikan sifat-sifat Ma’ani dari allah ta’ala.
4. Mereka berpendapat bahwa Al-qur’an itu adalah makhluk. Ini disebabkan
pengingkaran mereka terhadap sifat allah.
5. Mengenal allah wajib menurut akal, dan iman itu ialah mengenal Allah.
6. Mereka mengingkari melihat Allah (rukyah), karena ini akanmembawa kepada
penyerupaan (tasybih).
7. Mereka mengemukakan pendapat tentang syurgadan neraka akan musnah (fana),
selepas ahli syurga mengecapa nikmat dan ahli neraka menerima azab siksa.

F. Pokok-Pokok Ajaran Aliran Qadariyah


Pokok-pokok ajaran Qadariyah, menurut Prof. Dr. Ahmad dalam bukunya “Fajrul
Islam” dikelompokkan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Tentang perbuatan manusia
Menurut Qadariyah, bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat
dan bertindak. Oleh karena itumanusia bertanggung jawab sepenuhnya atas
perbuatannya sendiri. Mausia itu bebas berbuat atau tidak berbuat. Itulah sebabnya
manusia berhak menerima pujian dan pahala atas perbuatnnya yang baik, dan
menerima celaan atau hukuman atas perbuatannya yang salah.

2. Tentang dosa besar


Perbuatan dosa besar yang dilakukan oleh seorang mukmin kemudian mati
sebelum taubat maka orang tersebut kafir.

3. Tentang keesaan tuhan


Menurut paham Qadariyah bahwa allah itu esa dalam artilain Allah itu tidak
mempunyai sifat wajib dan jaiz. Menurut mereka allah itu mengetahui, berkuasa,

6
hidup, mendengar, dan melihat dengandzatnya sendiri. Pendapat yang menyatakan
bahwa Allah memiliki sifat qadim, menurut Qodoriah sama dengan mengatakan
bahwa Allah itu lebih dari satu dan tidak bersekutu dengan segala hal.

4. Tentang akal manusia


Menurut Qodoriah bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, walaupun allah tidak menurunkan agama. Sebab, kata
mereka sesutu ada memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk
misalnya”benar” itu memiliki sifat yang menyebabkan baik, dan sebaliknya,
“bohong” itu juga memiliki sifat sendiri yang menyebabkan buruk.
Diantara dalil-dalil yang mereka gunakan adalah banyak ayat-ayat Al-qur’an

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Faham Qadariyah menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak
dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mapu melakukan
segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik perbuatan yang baik maupun
perbutan yang buruk tanpa campur tangan dari Allah SWT .
2. Dalam teologi modern faham Qadariyah ini dikenal dengan nama free will,
freedom of willingness atau fredom of action, yaitu kebebasan untuk berkehendak
atau kebebasan untuk berbuat.
3. Sejarah lahirnya aliran qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih
merupakan sebuah perdebatan. Akan tetapi menurut Ahmad Amin, ada sebagian
pakar teologi yang mengatakan bahwa qadariyah pertama kali dimunculkan oleh
Ma’bad al-jauhani dan Ghialn ad-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689 M
4. Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang irak yang
pada mulanya beragama kristen, kemudian masuk islam dan kembali lagi ke agama
kristen. Namanya adalah susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib.
5. Sementara W.Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan
bahwa bahwa paham qadariyah terdapat dalam kitab ar-risalah dan ditulis untuk
khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Jabir El-Jazairi. Pola Hidup Muslim Aqidah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 1990.

http://chamshoday.blogspot.com/2012/04/makalah-aliran-qodariyah.html?m=1. Diunduh
pada tanggal 21 Agustus 2014,pkl 21.48 WIB.

http://new4share.blogspot.com/2012/01/makalah-qodariyah.html?m=1. Diunduh pada


tanggal 21 Agustus 2014, pkl 21.23 WIB.

https://ibnuramadan.wordpress.com/2008/11/01/firqoh-qadariyah-gen-firqoh-dan-akar-
bidah/. Diakses pada tanggal 25 September 2015

Ilmu Tuhid Lengkap. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996.

Sufyan Raji Abdullah. Mengenal aliran-aliran dalam islam dan ciri-ciri ajarannya.
Jakarta: Pustaka Riyadl. 2007

Anda mungkin juga menyukai