Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi.


Kurikulum sebagai implementasi adalah realitas dari pelaksanaan kurikulum
operasional dilapangan, yang tiada lain adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh siswa baik didalam maupun di luar kelas. Seperti yang telah
dikemukakan kurikulum sebagai dokumen tidak akan bermakna tanpa
implementasi dalam bentuk pembelajaran, sebaliknya pembelajaran tidak
akan efektif tanpa dokumen kurikulum.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, terutama dalam


dunia pendidikan, segala kebutuhan masyarakat pendidik yang semakin
kompleks maka pendidikan dengan segala cara membentuk suatu system,
strategi serta proses pendidikan yang begitu beragam.

Namun walaupun demikian, segala sesuatu yang menyangkut tentang


pendidikan, baik itu system, strategi serta proses didalamnya, tiada lain hanya
untuk mencapai salah satu tujuan belajar yang sesuai dengan kaidah-kaidah
pembelajarannya, serta demi tercapainya pendidikan yang bermutu dan
berkualitas bagi calon guru sebagai fasilitatornya dan peserta didik sebagai
objek dimana proses belajar mengajar berlangsung.

Maka dari itu, makalah yang kami buat ini Insya Allah akan mengisi dengan
bahasan “Pengembangan dan Dokumen KTSP & Sistem Pembelajaran”.
Semoga apa yang penulis bahas ini dapat menjadikan kemanfaatan bagi
kita .Amin.
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat dirumuskan bebrapa


permasalahan sebagai berikut.

1. Apa itu yang dimaksud dengan Pengembangan Dokumen KTSP ?

2. Apa itu yang dimaksud dengan Pengembangan Dokumen Satu KTSP ?

3. Apa itu yang dimaksud dengan Pengembangan Dokumen Dua KTSP ?

4. Apa itu yang dimaksud dengan Pengertian dan Kegunaan Sistem


Pembelajaran?

5. Apa saja faktor-faktoor yang mempengaruhi Sistem Pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui, mendeskripsikan dan
memberikan pemahaman mengenai :

1. Memahami Pengembangan Dokumen KTSP.

2. Memahami Pengembangan Dokumen Satu KTSP.

3. Memahami Pengembangan Dokumen Dua KTSP.

4. Memahami pengertian dan Kegunaan Sistem Pembelajaran.

5. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Dokumen Ktsp

A.Pendahuluan

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni kurikulum


sebagai dukumen dan kurikulum sebagai implementasi. Kurikulum
sebagai dokumen melahirkan bentuk kurikulum tertulis, yang kemudian
dijadikan pedoman bagi setiap pengembang kurikulum termasuk guru.
Kurikulum sebagai implementasi adalah realitas dari pelaksanaan
kurikulum operasional di lapangan, yang tiada lain adalah proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa baik didalam maupun diluar
kelas. Proses implementasi inilah yang kemudian dinamakan kurikulum
nyata (real curriculum).

Stuktur KTSP terdiri atas 2 dokumen. Dokumen pertama berisi tentang


acuan pengembangan KTSP memuat latar belakang, tujuan dan prinsip
pengembangan, tujuan pengembangan, tujuan pendidikan, stuktur dan
muatan kurikulum, kalender penidikan. Dokumen kedua berisi tentang
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Secara lengkap dokumen
tersebut adalah :

Dokumen Satu

BAB I. Pendahuluan

1. Latar Belakang dan Dasar Pengembangan

2. Tujuan Pengembangan dan Fungsi KTSP


4

BAB 2. Tujuan Pendidikan

1. Tujuan Pendidikan

2. Visi dan Misi Sekolah

3. Misi Sekolah

BAB 3. Struktur dan Muatan Kurikulum

1. Mata Pelajaran

2. Muatan Lokal

3. Kegiatan Pengembangan Diri

4. Pengaturan Beban Belajar

5. Ketuntasan Belajar

6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

7. Penjurusan

8. Pendidikan Kecakapan Hidup

9. Pendidikan Berbasis Lokal dan Global

BAB 4. Kalender Pendidikan Minggu, hari dan jam efektif

1. Program Tahunan

2. Program Semester

Dokumen Dua
5

Dokumen dua berisi tentang silabus dan mata pelajaran.

2.2 Pengembangan Dokumen Satu KTSP

Pada dokumen satu terdiri atas 4 bab, yakni pendahuluan, Tujuan


Pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, serta kalender pendidikan.

BAB I Pendahuluan

Komponen-komponen pada bab pendahuluan adalah latar belakang,


tujuan, dan prinsip-prinsipmpengembangan KTSP.

A. Latar Belakang

Pada latar belakang perlu dikemukakan alas an-alasan perlu


disusunnya KTSP untuk sekolah. Pada latar belakang perlu
dirumuskan dua alas an, yakni alasan rasional dan dasar hokum
penyusunan KTSP. Alasan rasional berisi untuk menjawab ke-
mengapa-an perlunya KTSP. Alasan yang berhubungan dengan
dasar hokum adalah sebagai ketentuan yang tercantum dalam
perundang-undangan. Seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan lain
sebagainya.

B. Tujuan Pengembangan dan Fungsi KTSP

Tujuan pengembangan KTSP perlu dirumuskan untuk menjawab apa


kegunaan dan fungsi KTSP untuk setiap orang yang terlibat dalam
proses pendidikan khususnya untuk guru.

C. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP disesuaikan dengan aturan dan


kebijakan yang telah ditentukan, yakni :
6

i. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan


kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

ii. Beragam dan terpadu.

iii. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,


teknologi, dan seni

iv. Relavan dengan kebutuhan kehidupan.

v. Menyeluruh dan berkesinambungan.

vi. Belajar sepanjang hayat.

vii. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan


daerah.

BAB II Tujuan Pendidikan

Bab II terdiri atas tujuan pendidikan, visi dan misi sekolah, serta tujuan
sekolah itu sendiri.

A. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan undang-undang No. 20


Tahun 2003, Pasal 3, yakni untu berkembangnya potensi peserta didik,
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.
Dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
7

B. Visi dan Misi Sekolah

Sebuah visi adalah sasaran akhir yang terukur dan realistis sesuai
dengan potensi sekolah yang bersangkutan. Visi bukanlah berisi
angan-angan abstrak sehingga suli dicapai, akan tetapi merupakan
sasaran yang dirumuskan oleh berbagai komponen sekolah yang dapat
dijangkau, sehingga kurikulum dikembangkan untuk dicapai sasaran
yang dirumuskan.

BAB III Stuktur dan Muatan Kurikulum

A. Mata Pelajaran

Kelompok Mata PelajaranPeraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


tentang standar Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) menyatakan
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan husus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas.

i. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

ii. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

iii. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

iv. Kelompok mata pelajaran estetika; dan

v. Kelompok mata pelajaran jasmanai, olahraga, dan kesehatan.

vi. Stuktur Kurikulum

Stuktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran


yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Kedalam muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompentensi yang harus dikuasai peserta didik dengan beban
8

belajar yang tercantum dalam stuktur kurikulum. Kompetensi


yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian integral dari stuktur kurikulum pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

vii. Muatan Lokal

Beberapa ketentuan dalam pengembangan muatan lokal


diantaranya :

1. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk


mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah.

2. Materi muatan lokal tidak dapat dikelompokkan kedalam


mata pelajaran yang ada.

3. Substansi muatan lokal ditentuka oleh satuan pendidikan.

4. Bentuk penilaian muatan lokal bersifat kuantitatif


(angka).

5. Setiap sekolah dapat melaksanakan lebih dari satu jenis


setiap semester sesuai dengan minat siswa dan
karekteristik sekolah.

viii. Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang


harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
9

dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga


kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegitan
ekstra kurikuler.

ix. Pengaturan Beban Belajar

Beberapa petunjuk dalam pengembangan komponen


pengaturan beban belajar adalah sebagai berikut :

1. Pengaturan beban belajar berisi tentang jumlah beban


belajar per mata pelajaran, per minggu, per semester
dan pertahun pelajaran yang dilaksanakan disekolah,
sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam
stuktur kurikulum.

2. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap


mata pelajaran pada semester ganjil dan genap dalam
satu tahun pelajaran sesuai dengan kebutuhan, tetapi
jumlah beban belajar pertahun secara keseluruhan tetap.

x. Ketuntasan Belajar

Pengembangan ketuntasan belajar mengacu pada ketentuan


sebagai berikut :

1. Kreteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal


per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.

2. Ketuntusan belajar ideal untuk setiap indicator adalah


0-100%, dengan batas kreteria ideal minimum 75%.

3. Sekolah harus menetapkan kreteria ketuntasan minimal


(KKM) per mata pelajaran dengan mempertimbangkan
kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, sumber daya
pendukung.
10

4. Sekolah dapat meningkatkan KKM dibawah batas


kreteria ideal, tetapi secara bertahap harus dapat
mencapai kreteria ketuntasan ideal.

xi. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan, serta


trategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang
diberlakukan oleh sekolah.

xii. Penjurusan

Berisi tentang kriteria dan mekanisme penjurusan serta


strategi/kegiatan penelusuran bakat, minat, dan prestasi yang
diberlakukan oleh sekolah.

BAB IV Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan disusun oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan


daerah, karekteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat
dengan mengacu pada ketentuan yang ditetapkan dalam standar isi.

1. Jumlah Minggu dan Hari Efektif

Menetapkan alokasi waktu, merupakan langakah pertama dalam


menerjemahkan kurikulum. Menentukan alokasi waktu pada
dasarnya adalah menentukan minggu efektif dalam setiap semester
pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk
mengetahui berapa jam waktu efektif yang tersediauntuk
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dalam satu tahun ajaran.
Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar
kompentensi dan kompentensi dasar minimal yang harus dicapai
sesuai dengan rumusan standar isi yang ditetapkan.

2. Perencanaan Program Tahunan


11

Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu


tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompentensi dan
kompentensi dasar) yang telah ditetapkan. Perencanaan program
tahunan diperlukan agar kompetensi dasar yang ada dalam standar
isi seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Sering guru mengeluh
karena materi pelajaran yang harus disampaikan tidak sesuai
dengan waktu pelajaran yang tersedia.artinya, materi pelajaran atau
sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai terlalu banyak, tidak
sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang disediakan dalam
kurikulum.

3. Rencana Program Semester

Rencana program semester merupakan penjabaran dari program


tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan
jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar,
maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minngu
keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar itu dilakukan.

2.3 Pengembangan Dokumen Dua KTSP

Pada dokumen dua dalam KTSP berisi tentang Silabus dan Rencana
Pelaksana Pembelajaran (RPP).

A. Pengembangan Silabus
a.Pengertian

Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran satu


atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi
yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya, dan
bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Dengan demikian silabus, dapat dijadikan pedoman
12

bagi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran setiap


kali melaksanakan pembelajaran.

b.Manfaat Silabus

silabus sebagai racangan program memiliki beberapa manfaat penting


bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan. Dalam
sebuah silabus terdapat hal-hal penting seperti standar kopetensi dan
kompetensi dasar pokok-pokok materi ternasuk pengalaman belajar
dan alat penilaian yang dapat dijadikan acuan beserta alokasi waktu
untuk setiap kompetensi yang harus dicapai. Dengan demikian, untuk
guru silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam menyusun
perencanaan pembelajaran, sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
suatu proses pembelajaran.

c.Prinsip Pengembangan Silabus

Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam pengembangan silabus


yaitu antara lain sebagai berikut :Ilmiah,
Relavan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Actual
dan Konsektual, Fleksibel,Menyeluruh

d.Unit Waktu

(1) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu


yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan ditingkat satuan pendidikan.

(2) Penyusunan silabus memerhatiakan alokasi waktu yang


dosediakan persemester, pertahun, dan alokasi waktu mata
pelajaran lain yang sekelompok.

(3) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan


silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada
stuktur kurikulum
13

e.Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara


mandiri, tau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa
sekolah, kelompok musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada
atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan dinas pendidikan.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a.Pengertian dan Fungsi RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program


perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan
berdasarkan silabus.

b.Komponen-Komponen RPP

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-


komponen yang satu sama yang lain saling berkaitan, dengan
demikian, maka merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah
merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. Dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran minimal ada 4 komponen pokok, yaitu :

1. Komponen tujuan pembelajaran

2. Materi pelajaran

3. Media dan sumber pembelajaran

4. Evaluasi

2.4 Pengertian dan Kegunaan Sistem Pembelajaran

A. Pengertian dan Kegunaan Sistem


14

Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks/


terorganisir : suatu himpunan / perpaduan hal-hal / bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan / keseluruhan yang kompleks/utuh.

Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yangg


bersam-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

Sistem merupakan sehimpunan komponen / subsistem yang


terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.

Definisi-definisi diatas, yang pertama (a) menekankan soal wujud


sistem, yang kedua (b) menaruh perhatian pada fungsi komponen yang
saling berkaitan dan tujuan sistem, dan yang ketiga (c) menampilkan
unsur rencana disamping saling berkaitannya antar komponen dan
tujuan dari sistem itu sendiri. Meskipun definisi-definisi diatas itu
berbeda-beda tetapi mengandung unsur persamaan yang dapat
dipandang sebagai ciri umum dari sistem yaitu yang mencakup hal-hal
sebagai berikut :

1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terstruktur

2. Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling


berpengaruh

3. Dan masing-masing komponen tersebut mempunyai fungsi


tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi
struktur, yaitu mencapai tujuan sistem.[1]

Dengan demikian sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan


integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut
satusama lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing,
tetapi secara fungsi komponen itu, terarah pada pencapaian satu tujuan
(yaitu tujuan dari sistem itu sendiri) sebagai gambaran ilustrasi berikut
ini mungkin dapat memperjelas arti batasan tersebut : Lalu lintas jalan
raya adalah sebuah sistem, tujuannya adalah memperlancar hubungan
15

transportasi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Tujuan
tersebut dapat dicapai jika ditunjang oleh sejumlah komponen, antara
lain : jaringan jalanan yang dapat dilalui berbagai jenis kendaraan,
macam-macam jenis kendaraan dan pemakai jalanan yang berbeda
watak dan sifatnya. Juga peraturan-peraturan / ketentuan-ketentuan
lalu lintas yang harus ditaati oleh pengemudi dan pemakai jalan,
misalnya berjalan harus di sebelah kiri, ambulans harus didahulukan
dan seterusnya. Tanda jalan / rambu jalan termasuk lampu pengatur
lalu lintas.

Oleh sebab itu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan


melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya,
maka sistem erat kaitannya dengan perencanaan. Perencanaan itu
sendiri adalah pengambilan keputusan bagaimana memberdayakan
komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna. Oleh sebab itu
proses berpikir dengan pendekatan sistem memiliki daya ramal akan
keberhasilan suatu proses, artinya apabila seluruh komponen yang
membentuk sistem bekerja sesuai dengan fungsinya , maka dapat
dipastikan tujuan yang telah ditentukan akan tercapai secara optimal
sebaliknya, jika komponen-komponen yang membentuk sistem tidak
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, maka pergerakan sistem akan
terganggu, yang berarti akan menghambat pencapaian tujuan.

Suatu sistem memiliki ukuran dan batas yang sifatnya relatif. Bisa
terjadi sesuatu sistem tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari
suatu sistem yang lebih luas, misalnya, sistem pembelajaran yang
memiliki komponen-komponen tertentu pada dasarnya merupakan
subsistem dari suatu sistem pendidikan, dan sistem pendidikan
merupakan subsistem dari sistem sosial masyarakat. Dalam sistem itu
pun memiliki subsistem yang lebih kecil misalnya subsistem media,
subsistem strategi dan lain-lain.

Kemudian, mengapa pembelajaran dikatakan sebagau suatu sistem ?.


karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan yakni
16

membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian


kegiatan yang melibatkan berbagai komponen sehingga setiap
pendidik harus memahami sistem pembelajaran melalui pemahaman
tersebut, minimal setiap guru akan memahami tentang tujuan
pembelajaran dan hasil yang diharapkan.

Menurut (Ely :1979) sistem bermanfaat untuk merancang /


merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses
dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang
diharapkan[2]. Oleh sebab itu proses perencanaan yang sistematis
dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya sebagai berikut :

1. Melalui sistem perencanaan yang matang guru akan terhindar


dari keberhasilan secara untung-untungan. Sistem memiliki peran
yang kuat dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran karena
memang perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal.

2.Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat


menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi.
Sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang bisa dilakukan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3.Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai


langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang
ada untuk ketercapaian tujuan.

B.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

1. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam


implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa adanya guru
bagaimana pun bagus dan idealnya suatu strategi jika tanpa adanya
17

guru, strategi tersebut tidak dapat di implikasikan, karena guru


merupakan suatu pekerjaan profesional, sehingga jabatan ini
memerlukan suatu keahlian khusus yang menuntut seorang guru
menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-
ilmu lainnya, dengan harapan akan dapat melaksanakan tugas-
tugasnya dengan baik secara otomatis akan mampu menghasilkan
output yang baik pula.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai


model / teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai
pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian,
efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh
karena itu, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas / kemampuan guru.

Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat


mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari fakta guru,
yaitu :

1) Teacher Formative Experience, meliputi jenis kelamin serta


semua pengalaman hidup seorang guru yang menjadi latar
belakang sosial mereka, yang termasuk ke dalam aspek ini
diantaranya meliputi tempat asal kelahiran, suku, latar belakang
budaya dan adat istiadat.

2) Teacher Training Experience, meliputi pengalaman-


pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang
pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat
pendidikan, pengalaman jabatan dan lain-lain.

3) Teacher Properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan


dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap
profesinya, sikap guru terhadap siswa,kemampuan / intelegensi
guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam
pengelolaan pembelajaran teramsuk di dalamnya kemampuan
18

dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun


kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.

2.Faktor Siswa

Barnadila (1983) memberikan kriteria tentang seseorang dapat


disebut sebagai siswa (kesiswaan) manakala telah lulus ujian
seleksi, maupun latar belakang kultural / akademis yang kuat,
wawasan yangg luas dan cukup mendalam, integritas kepribadian
yang dewasa, dan memiliki sifat-sifat ilmuan : objektif, kritis,
analitis, integratif dan komprehensif dengan daya logika yang
tinggi untuk jenjang sarjana.[3] Kriteria tersebut tentu akan jelas
berbeda dengan kriteria bagi anak yang baru mau masuk SMP
maupun SMA.

Siswa ada organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan


tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo
dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek
tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
perkembangan anak yang tidak itu, disamping karakteristik lain
yang melekat pada diri anak.

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


proses pembelajaran dilohat dari aspek siswa meliputi aspek latar
belakang siswa yang menurut Dunkin disebut Pupil Formative
experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa (Pupil Properties).

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat


kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain-lain, sedangkan
dilihar dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar
pengetahuan dan sikap. Setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda yang dapat dikelompokan pada siswa berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan
19

tinggi biasanya ditunjukan oleh motivasi tinggi dalam belajar,


perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan lain-lain.
Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai
dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam
mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan lain
sebagainya.

Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga bisa


mempengaruhi proses pembelajaran, ada kalanya ditemukan siswa
yang sangat aktif (Hyperaktif) dan ada juga siswa yang pendiam,
tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi rendah
dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses pembelajaran
di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi
pembelajaran.

3.Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung


dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta
alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana adalah fasilitas yang tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan / pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara
langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah
untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus lapangan
olahraga[4].

Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki


kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu :

1.Kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan


gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat
dari 2 dimensi, yaitu sebagai proses penyampaian materi
20

dan sebagai proses pengaturan lingkungan. Lingkungan


yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika belajar
dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka
dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang
dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien,
sedangka manakala mengajar dipandang sebagai proses
mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar, maka
dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber
belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

2.Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan


berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa
memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang bertipe
auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengaran,
sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar
melalui penglihatan.

4.Faktor Lingkungan

Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran,


yakni :

1.Faktor organisasi kelas, yang didalamnya meliputi jumlah


siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa
mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang
terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran, karena cenderung :

a.Sumber daya kelompok akan terhambat luas, sesuai


dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia
akan semakin sempit.

b.Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan


dan menggunakan semua sumber daya yang ada.
Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah
21

siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang


banyak pula, sehingga sumbangan pemikiran akan
sulit didapatkan dari setiap siswa.

c.Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung


menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang
terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang
terbatas dari setiap guru.

d.Perbedaan individu antara anggota akan semakin


terlihat sehingga akan semakin sulit mencapai
kesepakatan.

e.Anggota kelompok yang terlalu banyak


berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang
terpaksa menunggu untuk sama-sama maju
mempelajari materi baru.

f.Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung


semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi
aktif dalam setiap kegiatan kelompok[5]

Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses


pembelajran adalah faktor iklim sosial-psikologis. Maksudnya keharmonisan
hubngan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini
dapat terjadi secara internal / eksternal. Secara internal yang ditunjukan oleh
kerja sama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka mungkin
iklim belajar menjadi sejuk dan tenang. Sehingga akan berdampak pada motivasi
belajar siswa. Sebaliknya manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan
mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar
24

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pengembangan


dokumen KTSP merupakan suatu hal yang juga wajib ada pada
kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran. Karena
dalam pengembangan kurikulum terdapat proses implementasi.
Kurikulum sebagai proses implementasi adalah realitas dari
pelaksanaan kurikulum operasional dilapangan, yang tiada lain adalah
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa baik di dalam
maupun diluar kelas. Seperti yang telah dikemukakan kurikulum
sebagai dokumen tidak akan bermakna tanpa implementasi dalam
bentuk pembelajaran, sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa
dokumen kurikulum

Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks /


terorganisir; suatu himpunan / perpaduan hal-hal / bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan / keseluruhan yang kompleks / utuh.
Definisi-definisi sistem :

a) Menekankan soal wujud system

b) Menaruh perhatian pada fungsi komponen yang saling berkaitan


dan tujuan sistem.

c) Menampilkan unsur rencana disamping saling berkaitan antar


komponen dan tujuan dari sistem.
25

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran :

1. Faktor guru

2. Faktor siswa

3. Faktor sarana dan prasarana

4. Faktor lingkungan

3.2 Saran

Sebagai seorang pemula,kemungkinan maklah ini masih terdapat


kekurangan dan kesalahan,untuk itu kami menerima kritik dan saran
guna memperbaikinya.Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat
bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam tentang materi ini.
26

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. Strategi Pembelajaran,hal 51-57, Kencana Prenada Group :
2008

http://forumsejawat.com/2010/II/20/pembelajran,sumberbelajar,teknologipendidikan.

Muhammad Joko Susilo,S.Pd.,M.Pd., Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, hal 29-


65, Pustaka Belajar : 2007.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Group : 2008

Susilo, Muhammad Joko. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pustaka Pelajar :


2007.

Wina Sanjaya. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai