http://bacaterus.com/wp-content/uploads/2015/12/makanan-khas-turki-kebab.jpg
Halo Semuanya......
Kalian pasti tau dong kuliner di Indonesia itu beragam. Nah, sekarang kita coba yuk tengok
makanan-makanan yang merupakan hasil asimilasi 2 budaya yang berbeda.
1. Martabak
2. Lumpia
Makanan khas Semarang yang satu ini juga merupakan hasil asimilasi. Berawal dari cinta yang tumbuh dari
pedagang lumpia dari Cina yang berisi daging babi dan rebung serta lumpia berisi kentang dan udang dari Jawa,
lahirlah lumpia khas Semarang.
3. Lekker
Kue lekker sering kita jumpai di depan sekolahan. Makanan ini mirip dengan crepes dari Perancis dan dibuat
dengan citarasa Nusantara. Berbagai varian rasanya menarik hati banyak orang.
4. Soto
Di Indonesia, ada banyak varian soto. Seperti soto Betawi, Kudus, Semarang, Lamongan, dan banyak lagi. Siapa yang
sangka ternyata soto merupakan hasil dari percampuran makanan khas Cina bernama caudo dan Indonesia.
makanan khas Cina bernama caudo dan Indonesia.
Kenikmatan selat Solo semakin terasa setelah disiram dengan kuah sejenis semur dengan
menggunakan daging sapi tenderloin. Berbagai seasoning juga diberikan seperti bawang
putih, cuka, kecap manis, kecap Inggris, lada dan pala. Selat Solo juga disajikan dengan
mayonnaise homemade dan juga mustard.
Meskipun mengusung nama salad, makanan ini sebenarnya tidak mirip salad sama sekali. Selat
Solo lebih mirip dengan perpaduan beefsteak yang umumnya memang disajikan dengan
berbagai sayuran rebus dengan saus steak yang berwarna kecokelatan. Selat Solo bahkan
sebenarnya mengandalkan si daging sapi sebagai primadona dalam hidangan ini. Sebagian
orang menyebut selat Solo sebagai cross-over antara bistik, salad dan sup (sup Indonesia
umumnya berisi wortel, buncis dan kentang).
Selat Solo cukup unik dan bisa disebut misterius. Kenapa? Di balik rasanya yang luar biasa
lezat, masih belum diketahui siapa sang koki pertama hidangan ini. Yang jelas, selat Solo
sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Pada masa itu penjajah Eropa membawa aneka bahan
makanan beserta teknik memasak mereka sendiri. Beberapa golongan kelas atas masyarakat
Jawa dan kaum berpendidikan turut pula merasakan makanan khas Eropa seperti roti, keju
dan beefsteak.
Selat Solo kemudian dijunjung tinggi sebagai makanan kelas atasnya masyarakat Hindia
Belanda, yang menyebabkan terjadinya adopsi dan perpaduan masakan Eropa ke dalam
masakan lokal Jawa.
Perpaduan makanan Barat dan Timur ini tampak pada penggunaan daging tenderloin steak,
kecap Inggris dan mayonnaise dengan kecap manis khas Indonesia dan berbagai sayuran serta
acar Jawa.
Akibatnya, banyak jenis makanan yang dibawa pun akhirnya diadopsi oleh
penduduk lokal.
Hingga akhirnya jadilah modifikasi kuliner Tiongkok yang disesuaikan dengan
lidah Indonesia.
Peleburan budaya kuliner ini terjadi di banyak hidangan dan makanan yang ada
di Indonesia.
1. Kecap
Ke
Kecap dikenalkan oleh imigran, namun kecap manis adalah makanan asli dari
Indonesia.
"Di Tiongkok tidak ada kecap manis,” sebut pakar kuliner peranakan Tiongkok,
Aji Bromokusumo, mengutip dari Kompas.com.
2. Siomay
Siomay asli ini adalah kuliner dari Tiongkok.
Namun, di Tiongkok menggunakan kulit dan parutan wortel di atasnya.
Sedangkan di Bandung, siomay dibuat tanpa kulit.
3. Mi Aceh
Kuliner mi Aceh ini merupakan kuliner khas Aceh yang sangat terkenal.
Olahan mi inilah yang diadopsi dari budaya kuliner di Tiongkok.
Namun, orang Indonesia membuat racikan bumbu lokal hingga membuat cita rasanya bisa diterima oleh
lidah Indonesia.
Kuliner mi Aceh ini merupakan kuliner khas Aceh yang sangat terkenal.
Olahan mi inilah yang diadopsi dari budaya kuliner di Tiongkok.
Namun, orang Indonesia membuat racikan bumbu lokal hingga membuat cita
rasanya bisa diterima oleh lidah Indonesia.
4. Kwetiau
Luwesnya penerimaan pengaruh Tiongkok ini juga tampak pada penyebutan
jenis makanan.
Orang Indonesia cenderung menyerap langsung penamaan jenis makanan yang
dibawa orang Tiongkok.
Seperti pada kwetiau dikenal di Tiongkok dengan nama 'gou tiau'.
Sementera itu, Lumpia berasal dari kata 'lun pia' dari Tiongkok.
“Penyebutan ‘mi’ (dari kata “mian”) pun hanya ada di Indonesia awalnya. Baru-
baru ini saja Malaysia dan Singapura ikut memakainya,” terang Aji.