Anda di halaman 1dari 3

Pada abad ke 18, pemikiran filsafat diliputi oleh suatu masa bernama Aufklarung, yang

memiliki arti pencerahan. Kata Aufklarung sendiri berasal dari Bahasa Jerman, dalam Bahasa
Inggris ini diartikan sebagai Enlightenment. Pada masa ini, masyarakat Eropa mendapatkan
penerangan dari masa kegelapan dengan mulai optimis untuk maju dalam pemikiran dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Masa ini juga tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai
gerakan sebelumnya dan merupakan hasil pahit dari empirisme dan rasionalisme yang
muncul sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini melanda hampir seluruh Eropa yang disebabkan
oleh adanya perdebatan antara pihak gerekan yang menggunakan iman dan negarawan yang
mementingkan akal, pemaksaan oleh pihak gereja kepada masyarakat untuk memaksakan
doktrin dan melupakan kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno.
Akibat dari gerakan reformasi yang diprakarsai oleh Luther, terjadi konflik antara Reformis
dengan Gereja Katolik. Kaum Reformis yang begitu cepat mengabil hati kaum tani, berimbas
pada kaum bangsawan yang menguasai tanah. Zaman ini tidak lepas dari pengaruh zaman
Renaissance sebagai gerakan sebelumnya, dan merupakan buah pahit dari Fmpirisme dan
rasionalisme yang muncul beberapa saat sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul
melanda hampir semua negara Fropa terutama di Inggris, Perancis dan Jerman. Zaman
Aufklarung sendiri disebut juga dengan zaman Rasionalisme, bahwa eksploitasi mengenai
metode berpikir dapat mengantarkan manusia kepada aneka konsep penyelesaian masalah-
masalah yang berkaitan dengan kehidupan. Pendekatan tersebut menjadi nyata dan benar-
benar dalam karya Immanuel Kant yang dianggap sebagai penutup zaman Aufklarung.
Perjanjian Damai Westfalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani didua kota di
wilayah Westfalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan diMünster (24 Oktober 1648).
Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di
Kekaisaran Romawi dan Perang 80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda.
Perdamaian Westfalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum
Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern
yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebabnya adalah :
a. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan
perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa.
b. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang
suci.
c. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan
didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.
d. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam
Perjanjian Westfalia.
Perjanjian Westfalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik
mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas
kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni
pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja. Perjanjian Westfalia
menghasilkan konsep negara yang sekuler dengan toleransi agama. Semenjak itu penguasa
tidak berwenang lagi menghalangi atau mengharuskan pengalihan masing-masing kaulanya
masing masing berdasarkan prinsip Cuius regio, eius religio (siapa yang menguasai daerah,
disana dia menentukan agamanya). Perubahan itu membuat Undang-Undang dan perjanjian
dengan pengusaha mensyaratkan persetujuan parlemen. Perjanjian itu menghasilkan apa yang
dikenal sebagai Balance of Powers dalam hubungan internasional
John Locke adalah pemikir yang membuka Zaman Aufklarung, dengan melansir
kemungkinan untuk menjatuhkan seorang penguasa secara konstitusional. Dia memberikan
kontribusi yang menentukan untuk memindahkan kekuasaan dari omein personal ke domein
institusional (Prinsip the rule of law). Keadaan ilmiah bagi Jhon Locke adalah suatu State of
Peace, Good Will, Mutual Assistance and Preservation, dengan pandangannya dia menjadi
pemikir pertama yang mulai melansir kemungkinan untuk menjatuhkan seorang penguasa
secara konstitusional dengan penegasan negara diperintah oleh “Government of Laws,not of
men”.
Dalam bukunya Two Treaties of Government menguraikan konsep pemisahan kekuasaan
dalam bab XII yang membicarakan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan federatif dari negara,
kemudian dikembangkan jauh oleh Montesquieu sebagi Trias Politika. Locke mengajarkan
konsep balance of powers yang kemudian dijadikan pangkal dalam Konstitusi Amerika
Serikat.
Masa yang relatif damai seperti yang dihasilkan Perjanjian Westfalia mendorong terjadinya
penemuan baru yang bermuara pada Revolusi Industri di abad XIX, menimbulkan perubahan
mendasar kehidupan manusia, yang mempengaruhi hubungan antar manusia dan hukum yang
mengatur. Refleksi tersebut dilakukan Montesquieu, dengan menulis Letters persanes dan De
I’esprit des lois. Dia memberikan pemikiran mengenai politik dan hukum melalui konsepnya
tentang bentuk-bentuk negara dalam kerangka negara hukum. Dia mengembangkan lebih
jauh ajaran John Locke dengan menawarkan monarki konstitusional, dimana kekuasaan yang
satu membatasi kekuasaan yang lain (Trias Politika). Ajaran ini berdampak langsung pada
robohnya paham absolutisme yang pada waktu itu diwujudkan dalam pola pemerintahan yang
monarkis. Ajaran ini mempengaruhi terjadinya Revolusi Amerika (1776) dan juga Revolusi
Prancis (1789).
Dengan juga melalui pemikiran Jean-Jacques Rousseau, dapat dikatakan pemikirannya
menjadi pemicu dan pecahnya Revolusi Prancis juga karena konsep perjanjian masyarakat.
Menurutnya melalui karnyanya Du Contract Social ; ou Pricipes du Droit Politique (Prinsip
Hak Politik, 1762), dasar negara bukanlah hukum alam atau hukum Tuhan, melainkan
perjanjian masyarakat diakrenakan hakikat kebebasan (Liberte) pada manusia. Negara harus
menjamin kemerdekaan (Independence) dan persamannya (egalite) masing-masing dengan
kehendak seluruh rakyat sebagai kehendak Bersama dalam mencapai yang terbaik bagi
semua masyarakat. Revolusi Prancis kemudian mengambil 2 konsep yang menjadi semboyan
Revolusi : Liberte, Egalite et fraternite (kemerdekaan, persamaan, persaudaraan).
Pada lahirnya Idealisme Jerman Immanuel Kant, dengan ajaran yang menonjol yaitu
idealisme kritis. Dalam stelsel Kant, kaidah kesusilaan mensyaratkan adanya Tuhan,
kemerdekaan kehendak, dan jiwa yang tidak dapat mati. Dalam Grundlegung zur
Metaphysikder Sitten (Dasar-dasar Metafisika Kesusilaan, 1785), Kant membedakan dua
macam keharusan moral yaitu: yang terbit dari alam dan yang terbit dari akal. Bagi Kant,
moral menentukan beres atau tiaknya kehidupan bersama manusia. Filsafat moral bagi Kant
identik dengan kewajiban, yang bila dijalankan dunia akan aman dan damai (dalam buku
Zum ewigen Frieden).
Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era yang disebut
dengan “renaisans”. Renaissansce adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam
bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pols pemikiran abad pertengahan
yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia
dan bentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaissans terkenal dengan era
kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berfikir.
Zaman aufklarung tidak lepas dari pengaruh Renaissance sebagai gerakan sebelumnya, dan
merupakan buah pahit dari Empirisme dan Rasionalisme yang muncul beberapa saat
sebelumnya. Gerakan Aufklarung ini muncul melanda hampir semua negara Eropa terutama
di Inggris, Perancis dan Jerman. Serta pada zaman modern terdapat berbagai aliran filsafat
diantaranya rasionalisme, empirisme, kritisme, idealisme, positivisme dan marxisme.

Anda mungkin juga menyukai