Dosen Pengampu :
Dr. Alfan Miko, M.Si
Dr. Jendrius, M.Si
Tugas III
Kelompok 9 :
Halim Perdana Trija 1310812016
Dewantri Putri 1510811023
Rahmi Aulia 1510811024
Indah Samisah 1510811025
Amrizal 1510811026
Miftah Nurul Azhima 1510812005
Ulfa Sevia Azni 1510812009
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
I. PERTANYAAN KUNCI
1. Aliran atau paham filsafat yang mempengaruhi pemikiran Comte ?
2. Positivisme ?
3. Comte sebagai statika dan dinamika sosial ?
4. Proses perkembangan atau perubahan masyarakat menurut Comte ?
5. Comte dengan perkembangan masyarakat positif ?
6. Comte dengan sosiologi sebagai agama universal ?
7. Kelemahan dari pemikiran-pemikiran Comte ?
II. URAIAN
1. Aliran filsafat positivisme. Aliran ini yang mendorong terciptanya sebuah buku
yang berjudul course of positivisme untuk mengembangkan filsafat positif yang
komprehensif dan lebih diperjelas dalam bukunya yang kedua yang berjudul
system of positive philosophy yang merupakan pernyataan mengenai strategi
pelaksanaan praktis pemikiran mengenai filsafat positif didasarkan pada hukum-
hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial yang dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembauran-pembauran
masyarakat. Yang dalam bahasa filsafat sendiri sebagai suatu fakta yang benar-
benar terjadi dan dapat di alami sebagai suatu realita. Aliran ini menjelaskan
hukum-hukum alam melalui teori penelitian empirisme yang diperoleh melalui
riset dan rasionalisme. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah
dengan memakai eksperimen,pengamatan, perbandingan dan ukuran-ukuran.
Dimana pada saat itu terjadi revolusi perancis dalam lingkungan yang memiliki
suasana pergolakan sosial yang terjadi ketika adanya hukum-hukum alam
mengenai persamaan dan kebebasan, suasana inteletual dan politik. Suasana
politk dan sosial pada saat itu mengalami gejolak yang berkesinambungan
dalam pernyataan, bahwa masyarakat akan dihancurkan dengan inteletual dan
sosial politik serta penegakan kembali keteraturan atas dasar pengetahuan
hukum masyarakat positif.
2. Gagasan positivisme muncul bukan dari Comte melainkan dari kaum positivis
yang percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan metode-
metode penelitian empiris yang dapat dipergunakan untuk menemukan hukum
hukum yang sudah tersebar luas di lingkungan intelektual di mana Comte hidup.
Comte percaya bahwa penemuan hukum-hukum alam akan membukakan batas-
batas yang pasti melekat dalam kenyataan sosial dan melampaui batas-batas itu
sebagai usaha pembaruan baik yang akan merusakkan dan menghasilkan
pembaruan yang baru. Orang positivis percaya bahwa hukum-hukum alam yang
mengendalikan manusia dan gejala sosial yang dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk mengadakan pembaruan-pembaruan sosial dan politik untuk
menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum.
Positivisme adalah suatu sistem filsafat dan metode, positivisme menolak
penjelasan yang dibangun berdasarkan interprestasi teologis atau spekulasi
metafisik. Sebagai keyakinan, positivisme menolak keberadaan tuhan sebagai
pribadi dan menempatkan humanitas sebagai objek penghormatan dan
penyembahan. Menurut Comte, positivisme kaidah-kaidah tersebut dapat
diperoleh melalui riset tentang suatu gejala sosial atau melalui wacana teoritis
tentang gejala sosial. Oleh karena itu, positivisme Comte mengandung aspek
penelitian empirisme, meskipun penelitian empirisme dianggap lebih rendah
kedudukannya dibandingkan teori. Comte seorang realistis, menurutnya
bagaimanapun dunia realitas sangat penting bagi ilmuan untuk menemukan dan
menjelaskannya. Comte mengatakan bahwa ahli filsafat positif memilih
pendekatan untuk mengkaji sesuatu dengan tujuan untuk menghasilkan
pernyataan yang benar tentang sesuatu. Dan untuk memperoleh pemahaman
dan menemukan gejala sosial yang benar-benar nyata maka dilakukan dengan
penelitian dan teoritis.
3. Statika dan dinamika sosial, statika lebih mengarah pada struktur dan dinamis
pada perubahan sosial atau perkembangan masyarakat. Statistika sosial :
Kedudukan individu. Menurut Comte, individu cerminan dari kelompok
atau masyarakat dimana individu menjadi bagian di dalamnya. Bagi
comte, sikap-sikap dasar dari individu penting dalam sosiologi.
Individu merupakan produk dari lingkungan sosialnya yaitu kelompok,
keluarga, dan masyarakat dimana ia hidup di dalamnya. Jika segala
sesuatu yang diberikan individu kepadanya oleh kelompok atau
masyarakat dihilangkan maka individu hanyalah sebuah sosok tubuh
yang mempunyai energi.
Dan pada setiap individu terdapat pula insting, menurut comte adalah
suatu dorongan yang spontan menuju kearah tertentu. Dalam prinsip
yang dimiliki oleh para ahli psikologi modern, insting terbagi 2 yaitu :
insting egoistik yaitu dorongan spontan yang dimiliki individu yang
cenderung menempatkan dirinya sebagai pusat orientasi dan insting
altruistik yaitu dorongan spontan individu untuk memberikan sesuatu hal
kepada orang lain dengan menempatkan orang lain atau kelompoknya
sebagai pusat orientasinya.
Kedudukan keluarga. Menurut comte keluarga adalah unit penting dalam
membentuk masyarakat yang merupakan kelompok kecil yang terbentuk
melalui insting dan daya tarik alamiah , yang diwujudkan pada sebuah
perkawinan. Fungsi keluarga sebagai pewaris nilai-nilai dan tata prilaku
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan keluarga merupakan
media bagi individu untuk belajar nilai-nilai, norma-norma masyarakat
sehingga individu dapat terbentuk kepribadiannya dan juga sifat
altruistiknya.
Kedudukan masyarakat. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga yang
berdiri sendiri. Dalam konsepsi Comte tentang masyarakat yaitu :
masyarakat adalah suatu kerjasama atau hubungan hubungan yang
saling memiliki ketergantungan yang terjadi bukan di atas landasan
insting atau daya tarik alamiah, akan tetapi landasan pembagian kerja,
masyarakat adalah laksana organisme dalam pengertian umum, dalam
masyarakat terdapat batas-batas dari masyarakat adalah kemanusiaan itu
sendiri. Dan dalam masyarakat adanya sifat saling ketergantungan dari
para anggota masyarakat.
Kedudukan negara. Keberadaan negara diperlukan untuk mengatur dan
menjaga kesatuan sosial melalui suatu kelompok politik.
Dalam negara terdapat pembagian kerja yang sangat beragam dan
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk itu negara
merupakan kebutuhan sosial. Artinya bahwa setiap organisasi sosial
cenderung akan menciptakan pemerintahan guna menjaga kesatuan
sosialnya.
Dan dinamika sosial, lebih mengarah pada perkembangan masyarakat atau teori
tentang hal tersebut. Suatu pemahaman akan perkembangan tatanan sosial
masyarakat tidak akan dapat diperoleh jika tidak melalui pendekatan dinamika
sosial atau pendekatan historis. Comte menambahkan, bahwa perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat yang terus-menerus, walaupun dalam
perjalanannya tidak mengikuti garis lurus dikarenakan adanya faktor hambatan-
hambatan tertentu, seperti : faktor iklim, kekuasaan politik, dll. Dan Comte
menggambarkan perkembangan mansyarakat melalui hukum tiga tahap yang
merupakan perkembangan masyarakat mulai dari masyarakat primitif sampai
masyarakat yang sudah maju di Perancis pada abad ke-19.
Manusia perlu mengikuti tahap teologis agar mereka terlindungi dari kejahatan yang
tidak diinginkan.
Tahap metafisik, merupakan tahap akan hukum-hukum alam yang dapat
diterima oleh akal budi manusia yang berasal dari kekuatan-kekuatan
abstrak , hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda dan
mampu menghasilkan gejala. Pada tahap ini, merupakan tahap transisi
antara teologis dan positif.
Dalam declaration of independence bahwa kita mengganggap kebenaran
ini jelas dari dirinya sendiri..... gagasan bahwa kebenaran tertentu yang
asasi mengenai hukum alam yang jelas dengan sendirinya mengenai
pikiran manusia, sangat mendasar dalam cara berfikir metafisik. Tahap
dimana gejala sosial muncul karena ada kekuatan tertentu yang pada
akhirnya akan terungkap.
Tahap positif, kepercayaan kepada data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir. Tetapi pengetahuan selalu sifatnya sementara,
semangat positivisme memperlihatkan akan adanya keterbukaan secara
terus-menerus terhadap data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau
dan diperluas kembali. Analisis rasional mengenai data empiris akan
memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum.
III. KESIMPULAN
Dalam pemikiran Comte berawal dari pemikirannya positif filsafat dalam
bukunya yang pertama yang mendorongnya menciptakan agama humanitas yang
bahkan diperjelas oleh bukunya yng kedua, yang tujuannya untuk memperoleh
keteraturan sosial dengan dua hal yaitu positivisme dan organisme. Positivisme
lebih mengarah pada hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan
gejala sosial yang digunakan dasar untuk mengadakan pembaruan-pembaruan
sosial dan politik agar selaras dengan institusi-institusi masyarakat sedangkan
organik lebih menekankan kepada kenyataan masyarakat yang terdapat tradisi-
tradisi tatanan sosial dan konsensus moral yang mengikat individu bersam-
sama. Kaum organik lebih suka organisasi masyarakat hirarki tradisional dari
pada tekanan positivis pada kebebasan dan persamaan. Sehingga mereka kuartir
bahwa nilai luhur yang terdapat dalam tradisi-tradisi suatu masyarakat yang
sudah terakumulasi akan dihancurkan oleh peningkatan rasionalitas ilmiah dan
kemajuan. Dan comte berpendapat bahwa kekacauan intelektual dan sosial
politik, serta penegakan kembali keteraturan atas dasar pengetahuan hukum
masyarakat positif akan diancam, yang terjadi pada revolusi Perancis sehingga
Comte menekankan pada keteraturan sosial.
IV. REFERENSI
Referensi dari buku :
a. Johnson, doyle paul.1986.Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid 1.
Jakarta : Gramedia,
b. Oetojo, Boedhi, dkk.2005.Teori Sosiologi Klasik.Buku Materi Pokok
SOS14201/4SKS/MODUL1-12.Jakarta : Universitas Terbuka.
DISKUSI 2 :
Hari, tanggal : Rabu,10 februari 2016
Jam : 10.30-12.30 WIB
Tempat : Di BC kantin asrama