Anda di halaman 1dari 49

The Origins of Positivism:

The Contributions of
Auguste Comte

02/15/24 1
Riwayat Hidup
 Auguste Comte
 Lahir di Montpellier, Perancis, tahun 1798
 Meninggal tahun 1857
 Berasal dari keluarga Katolik dan bangsawan,
namun ia tidak memperlihatkan loyalitasnya
 Ia menjadi mahasiswa yang keras kepala
 Memulai karir profesionalnya sebagai guru les
privat
 Meskipun ia memperoleh pendidikan
matematika, namun ia memfokuskan pada
masalah kemanusiaan dan sosial
02/15/24 2
Lanjutan…
 Ia sebagai sekretaris Saint Simon
 Di bawah Saint Simon ia adalah seorang
intelektual yang cemerlang dan sebagai
seorang tokoh intelektual yang terpandang
di Prancis
 Kondisi kehidupan ekonominya pas-pasan, di
akhir hayatnya ia hidup dengan pemberian
orang lain dan pengikut agama humanitas
 Pergaulan dengan gadis-gadis
mendatangkan malapetaka
 Menikah dengan bekas pelacur, Caroline
Massin, kemudian berpisah
02/15/24 3
Lanjutan…

 Tahun 1844 bertemu dengan Clothilde de


Vaux, seorang ibu yang mengubah
kehidupan Comte, kemudian meninggal
karena TBC
 Wanita ini mempengaruhi dan mengubah
pemikiran Comte
 Kekuatan yang sebenarnya yang mendorong
orang dalam kehidupannya adalah perasaan,
bukan pertumbuhan inteleginsianya, dia
mengusulkan reorganisasi masyarakat
dengan membangkitkan cinta murni, tidak
egoistik, dan demi kebesaran kemanusiaan
02/15/24 4
Lanjutan…

 Tujuannya adalah mengembangkan


agama baru, yaitu agama humanitas :
mengubah cinta diri dan egoisme
menjadi altruistik dan cinta, dan tidak
membenarkan ajaran agama
tradisional yang bersifat
supranaturalistik

02/15/24 5
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Kaum positivistis: masyarakat bagian dari
alam dan metode penelitian empiris dapat
dipakai untuk menemukan hukum-
hukumnya
 Comte: penemuan hukum-hukum alam itu
akan membukakan batas-batas yang pasti
yang inheren dalam kenyaaan sosial
 Melampau batas-batas itu yang merupakan
usaha pembaruan akan merusakan dan
menghasilkan hal yang sebaliknya

02/15/24 6
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Comte dikategorikan sebagai konservatif
 Comte: masyarakat sebagai keseluruhan
organik yang kenyataannya lebih daripada
sekedar jumlah bagian-bagian yang saling
tergantung
 Untuk mengerti kenyataan ini harus
menggunaan metode ilmiah dengan
keyakinan bahwa masyarakat merupakan
bagian alam seperti halnya gejala fisik

02/15/24 7
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Pemikiran ini merupakan sumbangan
yang tak terhingga dalam
perkembangan sosiologi
 Comte: perkembangan ilmu
pengetahuan tentang masyarakat
yang bersifat alamiah sebagai
puncak suatu proses kemajuan
intelektual yang logis
 Ilmu pengetahuan lain sudah
melewatinya
02/15/24 8
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Kemajuan itu mencakup
perkembangan dari bentuk-bentuk
pemikiran teologis purba, penjelasan
metafisik, dan terbentuknya hukum-
hukum ilmiah yang positif
 Sosiologi paling akhir melewati
tahap-tahap ini karena permasalahan
lebih komplek daripada fisika dan
biologi
02/15/24 9
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Comte mengajukan metode penelitian
empiris untuk semua ilmu: pengamatan,
eksperimen, dan perbandingan
 Comte mengakui tidak mungkin
menunggu sampai semua fakta tersedia
sebelum merumuskan suatu hukum
teoritis, sekurang-kurangnya sementara
 Metode pengamatan meski kurang
canggih, bukan hanya mencakup
pendaftaran semua fakta itu
02/15/24 10
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Sebaliknya: pengamatan diarahkan
oleh semacam teori implisit yang
memberikan arah kepada pengamat
gejala empiris
 Eksperimen lebih terbatas, karena sulit
melaksanakan eksperimen ilmiah dalam
kehidupan sosial
 Tetapi metode eksperimen tidak harus
bergantung pada keterlibatan langsung
dalam proses-proses sosial
02/15/24 11
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Eksperimen alamiah dapat terjadi seperti
suatu perkembangan sosial patologis
mengganggu hukum-hukum yang normal
dalam masyarakat
 Contoh: perkembangan politik revolusioner
 Analisis komparatif mencakup
perbandingan antara rumpun manusia dan
bukan manusia, antara masyarakat-
masyarakat yang berbeda yang hidup
berdampingan, antara tahap-tahap yang
berbeda dalam masyarakat
02/15/24 12
PERSPEKTIF POSITIVISTIS
 Metode perbandingan melahirkan metode
keempat: analisis historis, yaitu suatu
metode khusus untuk gejala sosial yang
memungkinkan suatu pemahaman mengenai
hukum-hukum dasar perkembangan sosial
 Dalam buku Course of Positive Philosophy,
Comte semua ilmu mempunyai kesatuan
filosofis
 Tujuan buku: untuk menunjukkan kesatuan
filosofis ini dengan menganalisis dasar-
dasar filosofis dari semua ilmu
02/15/24 13
SUMBANGAN KREATIF COMTE
 ORGANISME:
 Perspektif organik menekankan gambaran
tentang masyarakat sebagai suatu
organisme, keseluruhan lebih dari hanya
sekedar jumlah bagian-bagiannya dan
hanya dapat dimengerti sebagai suatu
totalitas
 Kenyataan masyarakat melampaui
kenyataan individu
 Individu tenggelam dalam kenyataan
masyarakat dan tradisi-tradisinya
02/15/24 14
 The theory proposes that there are three
intellectual stages through which the
world has gone throughout its history
 Not only does the world go through this
process, but groups, societies, sciences,
individuals, and even minds go through
the same three stages
 The three stages are the theological
stage, the metaphysical stage, and the
positivistic stage
02/15/24 15
The Law of the Three Stages
 Hukum tiga tahap ditentukan oleh
cara berpikir yang dominan di
masyarakat
 Pengaruh cara berpikir yang berbeda
ini meluas ke pola-pola
kelembagaan dan organisasi sosial
 Jadi watak struktur sosial
masyarakat bergantung pada gaya
epistemologis atau pandangan dunia
atau cara mengenal dan menjelaskan
gejala yang dominan
02/15/24 16
 Comte menjelaskan hukum tiga tahap
sebagai berikut:
 “Dari studi mengenai perkembangan
intelegensia manusia, di segala penjuru
dan melalui segala zaman, penemuan
muncul dari suatu hukum dasar yang
besar … Inilah hukuknya: - bahwa setiap
konsepsi kita yang paling maju – setiap
cabang pengetahuan kita – berturut-turut
melewati tiga kondisi teoritis yang
berbeda: teologi atau fiktif; metaphisik
atau abstrak; ilmiah atau positif.”

02/15/24 17
 Dengan kata lain:
 “pikiran manusia pada dasarnya, dalam
perkembangannya, menggunakan tiga
metode berfilsafat yang karakternya
sangat berbeda dan malah sangat
bertentangan … Yang pertama merupakan
titik tolak yang harus ada dalam
pemahaman manusia: yang kedua hanya
suatu keadaan peralihan; dan yang ketiga
adalah pemahaman dalam keadaannya
yang pasti dan tak tergoyahkan.”

02/15/24 18
The Theological Stage
 The theological stage characte-rized
the world prior to 1300
 During this period, the major idea
system emphasized the belief that
supernatural powers, religious
figures, modeled after humankind,
are at the root of everything
 In particular, the social and physical
world is seen as produced by God
02/15/24 19
 Akal budi manusia, yang mencari
kodrat dasar manusia, sebab
pertama dan sebab akhir (asal dan
tujuan) dari segala akibat
 Pengetahuan absolut mengandaikan
bahwa semua gejala dihasilkan oleh
tindakan langsung dari hal-hal
supranatural
 Merupakan periode paling lama
dalam sejarah manusia
 Tahap teologis: fetisisme, politeisme,
monoteisme
02/15/24 20
 Fetisisme: bentuk pikiran yang
dominan dalam masyarakat primitif
meliputi kepercayaan bahwa semua
benda memiliki kelengkapan
kekuatan hidupnya sendiri
 Politeisme: kepercayaan akan
sejumlah hal-hal supranatural yang
mengontrol semua gejala alam
(kepercayaan akan banyak dewa)
 Monoteisme: kepercayaan akan
adanya satu kekuatan yang tertinggi
02/15/24 21
CONTOH
 Peristiwa angin puting beliung
 Tahap teologis: sebagai hasil
tindakan langsung dari seorang dewa
angin atau tuhan yang agung
(tergantung periode tahapan
teologis)

02/15/24 22
Continuous…..

 The Metaphysical Stage


 Which occurred roughly between 1300
and 1800
 This era was characterized by the belief
that abstract forces like “nature”,
rather than personalized gods, explain
virtually everything
 Bentuk lain dari tahap teologis
 Akal budi mengandaikan bukan hal
supranatural, melainkan kekuatan-
kekuatan abstrak
02/15/24 23
 Hal-hal yang benar-benar nyata
melekat pada semua benda dan yang
mampu menghasilkan semua gejala
 Merupakan tahap transisi antara
tahap teologis dan tahap positif
 Ditandai oleh satu kepercayaan akan
hukum-hukum alam yang asasi yang
dapat ditemukan dengan akal budi

02/15/24 24
CONTOH
 Angin puting beliung sebagai
manifestasi dari suatu hukum alam
yang tidak dapat diubah

02/15/24 25
 The Positivistic Stage
 In 1800 the world entered the positivistic
stage.This era was characterized by belief in
science
 Akal budi sudah meninggalkan pencarian
yang sia-sia terhadap pengertian yang
absolut, asal dan tujuan alam semesta,
serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan
perhatiannya pada studi tentang hukum-
hukumnya – yakni hubungan-hubungan
urutan dan persamaannya yang tidak
berubah.
 Penalaran dan pengamatan digabungkan
secara tepat merupakan sarana-saranan
pengetahuan ini
02/15/24 26
 Tahap ini ditandai oleh kepercayaan
akan data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir
 Pengetahuan bersifat sementara,
tidak mutlak
 Semangat positivisme
memperlihatkan suatu keterbukaan
terhadap data baru sehingga
pengetahuan dapat ditinjau kembali
dan diperluas
 Akal budi penting, tetapi harus
dibimbing oleh data empiris
02/15/24 27
 Angin putting beliung sebagai hasil
dari suatu kombinasi tertentu dari
tekanan-tekanan udara, kecepatan
angin, kelembaban dan suhu –
semua variabel yang dapat diukur,
yang berubah terus menerus dan
berinteraksi menghasilkan angin
seperti itu

02/15/24 28
Continuous….

 People now tended to give up the search for


absolute causes (God or nature) and
concentrated instead on observation of the
social and physical world in the search for the
laws governing them
 In this theory of the world Comte focused on
intellectual factors
 He argued that intellectual disorder was the
cause of social disorder
 The disorder stemmed from (berasal dari)
earlier idea system (theological and
metaphysical) that continued to exist in the
positivistic (scientific) age
02/15/24 29
Continuous…..

 Only when positivism gained total control


would social upheavals (pergolakan) cease
(berhenti)
 Because this was an evolution process, there
was no need to foment (menimbulkan) social
upheaval and revolution
 Positivism would come, although perhaps
not as quickly as some would like
 Here Comte’s social reformism and his
sociology coincide (serupa)
 Sociology could expedite (mempercepat) the
arrival of positivism and hence bring order to
the social world
02/15/24 30
Tahap-tahap Intelektual dan
Organisasi Sosial
 Setiap tahap intelektual memiliki
hubungan afinitas dengan jenis organisasi
sosial
 Tahap teologis mendukung tipe organisasi
sosial militer
 Dukungan dari otoritas religius yang
mengesahkan adalah perlu untuk
menanamkan disiplin sosial untuk
kegiatan militer
 Kegiatanmiliter dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan material

02/15/24 31
 Selama periode teologis, keluarga
merupakan satuan sosial yang
dominan
 Tahap metafisik mendukung
munculnya negara bangsa
 Negara bangsa menjadi suatu
organisasi sosial yang dominan
 Tahap positif merangsang
tumbuhnya masyarakat industri
 Masyarakat industri dirangsang oleh
pertumbuhan ilmu pengetahuan
positif
02/15/24 32
 Pengetahuan ilmiahmerupakan dasar
kemajuan teknologi yang
memungkinkan perkembangan
industri
 Mentalitas positif dan industri bukan
bersifat dogmatis, melainkan suatu
hal yang dapat diuji dan selalu
mengusahakan kemajuan manusia
 Nasionalisme akan digantikan
dengan keteraturan sosial yang
meliputi humanitas seluruhnya
02/15/24 33
PRINSIP-PRINSIP KETERATURAN SOSIAL
 Comte mengakui saling ketergantungan
yang harmonis antara bagian-bagian
masyarakat, dan sumbangannya terhadap
bertahannya stabilitas sosial
 Meskipun keteraturan sosial dapat
terancam oleh anarkhi sosial, moral, dan
intelektual, selalu akan diperkuat kembali
 Periode sejarah yang lama sudah ditrandai
oleh stabilitas yang berarti, tugas
berikutnya adalah menemukan sumber-
sumber stabilitas ini
02/15/24 34
 Analisis Comte tentang keteraturan
sosial dibagi dua fase:
 Pertama, usaha untuk menjelaskan
keteraturan sosial secara empiris
dengan menggunakan metode positif
 Kedua, usaha untuk meningkatkan
keteraturan sosial sebagai suatu
cita-cita yang normatif dengan
menggunakan metode-metode yang
bukan tidak sesuai dengan
positivisme, tetapi yang menyangkut
perasaan dan juga intelektual
02/15/24 35
 Namun Comte lebih tertarik untuk menjelaskan
perkembangan evolusi daripada menjelaskan
stabilitas keteraturan sosial
 Sumbangan yang paling penting dari

perkembangan pra-positif adalah mereka


mementingkan konsensus intelektual
 Konsensus terhadap kepercayaan-kepercayaan

dan pandangan-pandangan dasar selalu


merupakan dasar dan utama untuk solidaritas
dalam masyarakat
 Karena kebanyakan sejarah manusia berada di

bawah dominasi cara berpikir teologis, agama


dilihat sebagai sumber solidaritas sosial dan
konsensus
 Pentingnya agama dalam solidaritas sosial dapat

dilihat dalam kenyataan bahwa otoritas politik


dan agama biasanya berhubungan erat
02/15/24 36
 Setelah pemisahan institusional antara
kekuasaan dunia dan spiritual dukungan
kekuasaan spiritual umumnya dimintakan
untuk memperkuat dan melegitimasi
kekuasaan duniawi
 Singkatnya, secara tradisional agama
sudah merupakan institusi pokok yang
mementingkan altruisme daripada
egoisme
 Keteraturan sosial juga bergantung pada
pembagian pekerjaan dan kerjasama
ekonomi

02/15/24 37
 Individu-individu menjalankan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan individu
 Namun begitu pembagian pekerjaan
muncul partisipasi individu dalam kegiatan
ekonomi menghasilkan kerjasama,
kesadaran akan saling ketergantungan
dan muncul ikatan-ikatan sosial baru atas
dasar itu
 Pembagian pekerjaan meningkat bersama
industrialisasi, dan bertambahnya
spesialisasi yang berhubungan dengan itu
mendorong individualisme
 Derajat saling ketergantungan juga
bertambah
02/15/24 38
 Keteraturan yang stabil dalam suatu
masyarakat kompleks, berbeda dengan
masyarakat primitif yang berstruktur
longgar dan berdiri sendiri, bersandar
pada saling ketergantungan itu yang
perkembangannya dibantu oleh
pembagian pekerjaan yang sangat tinggi
 Ada bahaya bahwa individualisme yang
meningkat karena pembagian kerja yang
tinggi, akan sangat ditekankan dengan
merugikan solidaritas sosial
 Untuk mengatasi terjadinga disintegrasi
dari pembagian pekerjaan, pemerintah
harus mengatur belbagai bagian dalam
masyarakat
02/15/24 39
Continuous…

Social Statics, Social Dynanics, and Organismic


Analogy
 Organismic Analogy
 Comte saw Sociology as an extension of Biology
in its study of organism.
 Sociology was to be the study of social organi-
zation, with an emphasis on social wholes.
 While the basic goal of Sociology was to
produced laws like those in the astriphysics of
his time, the subject matter was an extension
of Biology.
 Hints of this emphasis come from his interest in
studying social pathologies or in comparing the
02/15/24 40
Continuous…

anatomy of diverse (bermacam-macam) social


forms.
 In seeing the social organism as the subject matter
of Sociology, Comte reintroduction functional
analysis into Sociology: social facts are to be
studied with reference to their consequences for
maintaining the normal state of the social whole
 Thus, positivism in Sociology was originally very
much married to functional analysis
 Subsequent positivists like Herbert Spencer and
Emile Durkheim would continue this alliance of
searching for laws like those in physics on a subject
matter defined in biological terms

02/15/24 41
Social Statics
 Statics is the analysis of functions of social
parts to the whole
 The parts to be analyzed by Sociology were
not individuals. The family composed
minimally of husband and wife is, Comte’s
functional view, the most elementary unit of
social organization, with this elementary unit
becoming the basic building block for larger
social units
 Comte elaborated on this analysis, engaging
(menggunakan) in analogies between
biological organisms and social organisms
02/15/24 42
Continuous…

 The Social Dynamics


 The Social Dynamics confined (melahirkan) to
the law of the three stages in which the nature
of ideas, structure forms and their modes of
integration are examined for theological,
metaphysical, and positivistic stages.
 The details on this law are not as interesting as
the basic approach to social change: examine
the unit of the social whole; assess their modes
on integration ; explore the nature of idea
system and leaders who articulate these ideas
over time; examine change in the nature units,
patterns of integration, and use symbol system

02/15/24 43
Continuous…

 The historical trends is for ever more


differentiation of structural unit and
new forms of integration

02/15/24 44
Agama Humanitas
 Dia menekankan pada keteraturan sosial
 Dia khawatir bahwa anarkhi intelektual dan sosial
pada zamannya akan menghancurkan basis untuk
kemajuan yang mantap
 Dia mengakui bahwa agama masa lampau sudah
menjadi tonggak keteraturan sosial yang utama
 Agama merupakan konsensus universal dalam
masyarakat, mendorong identifikasi emosional
individu dan mendorong altruisme
 Dilihat perspektif ilmiah (positif), agama didasarkan
pada kekeliruan intelektual asasi yang mula-mula
sudah berkembang di saat awal perkembangan
intelektual manusia

02/15/24 45
Lanjutan…
 Bagaimana keteraturan sosial dapat
dipertahankan pada masa mendatang?
 Dia menjawab dengan agama humanitas, dan
mengangkat dirinya sebagai imam agung
 Agama humanitas dapat meningkatkan
keteraturan sosial
 Agama humanitas merupakan satu gagasan
utopis untuk mereorganisasi masyarakat
secara sempurna
 Sosiologi akan menjadi ratu ilmu pengetahuan
 Ahli-ahli sosiologi akan menjadi penjaga moral
dan
02/15/24 46
Lanjutan…

 Intelektual dalam tata baru ini, dan akan


membimbing para industriawan dan pemerintahan
 Singkatnya, para ahli sosiologi akan menjadi imam-
imam spiritual
 Gagasannya tentang agama humanitas makin
terperinci, dengan menyusun satu kalender untuk
menghormati ilmuwan-ilmuwan besar
 Menyelenggarakan ritus-ritus dan doa yang disusun
untuk menyalurkan hasrat-hasrat individu dan
memasukkannya ke dalam the great being of
humanity
 Juga mengkultuskan wanita dengan dirayakannya

02/15/24 47
Lanjutan…

 Persaan-perasaan altruistik wanita


 Hal ini memperlihatkan kepribadian
Comte yang suka memaksa dan
otoriter

02/15/24 48
PERSPEKTIF POSITIVISTIK
 Masyarakat merupakan bagian dari alam
dan metode penelitian empiris dapat
dipergunakan untuk menemukan hukum-
hukumnya
 Metode penelitian empiris: masyarakat
merupakan bagian dari alam
 Ini merupakan sumbangan yang tak
terhingga
 Metode penelitian: pengamatan,
eksperimen, dan perbandingan, serta
sejarah
02/15/24 49

Anda mungkin juga menyukai