Sos
Portal Sosiologi
Skip to content
Home
Bahan Ajar
Profil
Soal
Tugas Siswa
MTP
Pendidikan
Galeri
ICT
Perubahan Sosial
Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan apa yang tejadi saat ini
dengan beberapa tahun yang lalu. Maka akan banyak ditemukan perubahan baik yang
direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat. Perubahan-perubahan tersebut
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang ada. Dimana manusia
selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu manusia selalu mencari
sesuatu agar hidupnya lebih baik.
Sebagai contoh kasus, dahulu keluarga sepenuhnya berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi
anak-anak yang belum dewasa, sumber pengetahuan (pendidikan) dan keterampilan serta sumber
ekonomi. Namun, pada masa sekarang, fungsi keluarga mengalami perubahan. Anak-anak tidak
hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga, tetapi juga melalui berbagai media massa, seperti
televisi, radio, koran dan internet.
1. Pengertian Perubahan Sosial
Ada beberapa ahli sosiologi yang memberikan definisi perubahan sosial, antara lain.
b. Kingsley Davis
Mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis
telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan
seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
c. William F Ogburn
Mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
d. Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
e. Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang yang terjadi dalam pola-pola
kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
f. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan hubungan sosial.
Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat
manusia dari masa primitif sampai ke peradaban Prancis abad kesembilan belas yang sangat
maju. hukum ini menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat (umat manusia) berkembang
melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan:
teologis, metafisik dan positif.
Dalam fase teologis, akal budi manusia, yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab
pertama dan sebab akhir (asal dan tujuan) dari segala akibat (pengetahuan absolut)
mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
Dalam fase metafisik, yang hanya merupakan suatu bentuk lain dari yang pertama, akal budi
mengandaikan bukan hal supernatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang
benar-benar nyata melekat pada semua benda (abstraktsi-abstaksi yang dipersonifikasikan), dan
yang mampu menghasilkan semua gejala. Dalam fase terakhir, yakni fase positif, akal budi sudah
meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan
alam semesta, serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang
hukum-hukumnya, yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah.
Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.
Untuk menggambarkan perbedaan yang ditekankan Comte, bayangkanlah bahwa kita akan
menjelaskan suatu gejala alam seperti angin taufan. Dalam tahap teologis, gejala serupa itu akan
dijelaskan sebagai hasil tindakan langsung dari seorang Dewa angin atau Tuhan. Dalam tahap
metafisik gejala yang sama itu akan dijelaskan sebagai manifestasi dari suatu hukum alam yang
tidak dapat diubah. Dalam tahap positif angin taufan itu akan dijelaskan sebagai hasil dari suatu
kombinasi tertentu dari tekanan-tekanan udara, kecepatan angin, kelembaban, dan suhu semua
variabel yang dapat diukur, yang berubah terus menerus dan berinteraksi menghasilkan angin
taufan itu.
Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisa
yang lebih terperinci, Comte membaginya ke dalam periode fetisisme, politeisme dan
monoteisme. Fetisisme, bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi
kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Akhirnya
fetisisme ini diganti dengan kepercayaan akan sejumlah hal-hal supernatural yang meskipun
berbeda dari benda-benda alam, namun terus mengontrol semua gejala alam. Begitu pikiran
manusia terus maju, kepercayaan akan banyak Dewa itu diganti dengan kepercayaan akan Satu
Yang Tertinggi. Katolisisme di abad pertengahan memperlihatkan puncak tahap monoteisme.
Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. tahap ini
ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan
dengan akal budi. Gagasan bahwa ada kebenaran tertentu yang asasi mengenai hukum alam yang
jelas dengan sendirinya menurut pikiran manusia, sangat mendasar dalam cara berpikir
metafisik.
Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir.
Tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak; semangat positivisme
memperlihatkan suatu keterbukaan terus menerus terhadap data baru atas dasar mana
pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi penting seperti dalam periode
metafisik, tetapi harus dipimpin oleh data empiris. Analisa rasional mengenai data empris
akhirnya akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum
dilihat sebagai uniformitas empiris daripada kemutlakan metafisik.
Kalau Comte mengusulkan suatu model linear yang berkulminasi pada munculnya masyarakat
positivis, Sorokin mengembangkan model siklus perubahan sosial; artinya, dia yakin bahwa
tahap-tahap sejarah cenderung berulang dalam kaitannya dengan mentalitas budaya yang
dominan, tanpa membayangkan suatu tahap akhir yang final. Tetapi siklus-siklus ini tidak
sekedar pelipat gandaan saja; sebaliknya ada banyak variasi dalam bentuk-bentuknya yang
khusus, dimana tema-tema budaya yang luas dinyatakan.
Setiap tahap sejarah masyarakat memperlihatkan beberapa unsur yang kembali berulang (artinya,
pengulangan tahap yang terdahulu) dan ada beberapa daripadanya yang unik. Sorokin mengacu
pada pola-pola perubahan budaya jangka panjang yang bersifat berulang-berubah. Penekanan
Sorokin pada berulangnya tema-tema dasar dimaksudkan untuk menolak gagasan bahwa
perubahan sejarah dapat dilihat sebagai suatu proses linear yang meliputi gerak dalam satu arah
saja; dalam hal ini Sorokin berbeda dari Comte yang percaya akan kemajuan yang mantap dalam
perkembangan intelektual manusia.
Sehubungan dengan pertanyaan ini ada beberapa pertanyaan tambahan yang menyangkut kodrat
manusia dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Secara hakiki, pertanyaan-pertanyaan
ini harus mencakup apakah kebutuhan-kebutuhan dasar manusia itu bersifat fisik atau spiritual;
luasnya kebutuhan yang seharusnya dipenuhi; dan apakah pemenuhan kebutuhan manusia itu
harus mencakup penyesuaian diri (sehingga kebutuhan itu sendiri dikurangi) atau penyesuaian
lingkungan (sehinggat kebutuhan itu dapat dipenuhi).
Atas dasar itu, Sorokin menyebutan tiga mentalitas budaya dan beberapa tipe-tipe kecil yang
merupakan dasar untuk ketiga supersistem sosio-budaya yang berbeda-beda itu.
1) Kebudayaan Ideasional
Tipe ini mempunyai dasar berpikir (premis) bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateril,
transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini dilihat sebagai suatu ilusi,
sementera dan tergantung pada dunia transenden, atau sebagai aspek kenyataan yang tidak
sempurna dan tidak lengkap. Kenyataan akhir merupakan dunia Ilahi, atau suatu konsepsi
lainnya mengenai ada yang kekal dan tidak materil. Tingkat ini dipecah kedalam beberapa
bagian:
a) Kebudayaan ideasional asketik. Mentalitas ini memperlihatkan suatu ikatan tanggung jawab
untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materil manusia supaya mudah diserap ke
dalam dunia transenden
b) Kebudayaan ideasional aktif. Selain untuk mengurangi kebutuhan inderawi, tipe ini berusaha
mengubah dunia materil supaya selaras dengan dunia transenden
3) Kebudayaan campuran
Kategori ini mengandung penegasan terhadap dasar berpikir (premis) mentalitas ideasional dan
inderawi. Ada dua tipe dasar yang terdapat dalam mentalitas kebudayaan campuran ini:
a. Kebudayaan Idealistis. Kebudayaan ini terdiri dari suatu campuran organis dari mentalitas
ideasional dan inderawi, sehingga keduanya dapat dilihat sebagai pengertian-pengertian yang
sahih mengenai aspek-aspek tertentu dari kenyataan akhir. Dengan kata lain, dasar berpikir kedua
tipe mentalitas itu secara sistematis dan logis saling berhubungan.
b. Kebudayaan ideasional tiruan (Pseudo ideasional culture). Tipe ini khususnya didominasi oleh
pendekatan inderawi, tetapi unsur-unsur ideasioal hidup secara berdampingan dengan inderawi,
sebagai suatu perspektif yang saling berlawanan. Tidak seperti tipe a di atas, kedua perspektif
yang saling berlawanan ini tidak terintegrasi secara sistematis, kecuali sekedar hidup
berdampingan sejajar satu sama lain.
Konsep ketertinggalan budaya (Cultural lag) dikemukakan oleh William F Ogburn. Konsep ini
mengacu pada kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial dan pola-pola organisasi sosial
yang tertinggal di belakang (lag behind) perubahan dalam kebudayaan materil. Akibatnya adalah
bahwa perubahan sosial selalu ditandai oleh ketegangan antara kebudayaan materil dan
nonmateril.
Jelas hal ini bertentangan dengan Comte dan Sorokin. Bagi Ogburn, segi yang paling penting
dari perubahan sosial adalah kemajuan dalam kebudayaan materil, termasuk penemuan-
penemuan dan perkembangan teknologi; sedangkan Comte dan Sorokin menekankan perubahan
dalam bentuk-bentuk pengetahuan atau pandangan dunia sebagai rangsangan utama untuk
perubahan sosial, di mana perubahan dalam kebudayaan materil mencerminkan perubahan dalam
aspek-aspek kebudayaan nonmateril.
Penemuan dan inovasi paling sering terjadi dalam dunia kebudayaan materil. Perubahan-
perubahan ini terbentang mulai dari penemuan-penemuan awal seperti roda dan perkakas sampai
ke komputer dan satelit-satelit komunikasi. Kebudayaan nonmateril seperti kebiasaan, tata
cara, pola organisasi sosial akhirnya harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
dalam kebudayaan materil tetapi karena adanya pelbagai sumber yang menolak perubahan,
proses penyesuaian itu selalu ketinggalan di belakang perubahan-perubahan dalam kebudayaan
materil. Hasilnya adalah ketegangan antara kebudayaan materil dan kebudayaan nonmateril.
Perubahan-perubahan dalam kebudayaan materil sudah terjadi dari masa ke masa dalam sejarah,
tetapi derap perubahan menjadi sangat cepat karena datangnya Revolusi Industri dan tekanan
yang terus-menerus pada perkembangan teknologi. Jadi kebudayaan nonmateril tidak mampu
mengejar, karena kecepatan perubahan dalam kebudayaan materil terus-menerus melaju.
Hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus meningkat antara kebudayaan materil dan yang
beradaptasi atau kebudayaan nonmateril. Banyak masalah sosial zaman sekarang dapat ditelusuri
pada kegagalan kebiasaan-kebiasaan sosial dan pola-pola institusional untuk mengikuti
kemajuan tekonologi dalam kebudayaan materil.
c. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki
atau tidak direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam
melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk
mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan
selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu
dinamakan perencanaan sosial (social planning).
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan
suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut
tidak mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan dari masyarakat itu sendiri. Atau
dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada atau
dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama
dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling mempengaruhi.
Terjadinya perubahan dalam masyarakat, pada prinsipnya berasal dari sifat dasar manusia yang
tidak pernah puas dan mudah bosan dengan keadaan yang dialaminya. Perubahan sosial dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendri (internal) atau
faktor-faktor yang berasl dari luar masyarakat (eksternal).
1. Faktor Internal
b. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat,
dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Jadi, 30 tahun kemudian sesudah suatu rangkaian sumbangan dari sekian banyak pencipta lain
yang menambah perbaikan mobil tersebut, barulah sebuah mobil dapat mencapai suatu bentuk
sehingga dapat dipakai sebagai alat pengangkutan oleh manusia dengan cukup praktis dan aman.
Bentuk mobil semacam itu yang mendapat paten di Amerika Serikat 1911 dapat disebut sebagai
permulaan dari kendaraan mobil yang pada masa sekarang menjadi salah satu alat yang amat
penting dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan tercapainya bentuk tersebut, kendaraan
mobil menjadi suatu invention.
Pada saat menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Sungguhpun kira-kira sesudah 1911
produksi mobil dimulai, mobil masih belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebaran alat
pengangkutan tersebut masih harus disebarluaskan kepada khalayak ramai. Selain itu biaya
produksi mobil demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan kecil saja yang dapat
membelinya. Satu persoalan lain yang juga harus dihadapi adalah apakah masyarakat sudah siap
menerimanya karena misalnya diperlukan pembuatan jalan-jalan raya yang baru. Seluruh proses
tersebut merupakan rangkaian proses inovasi dari sebuah mobil.
Penemuan-penemuan baru dalam kebudayaan jasmaniah atau kebendaan menunjukkan adanya
berbagai macam pengaruh pada masyarakat. Pertama-tama, pengaruh suatu penemuan baru tidak
hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi ia sering kali meluas ke bidang-bidang yang
lainnya. Misalnya penemuan radio menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga
kemasyarakatan seperti pendidikan, agama, pemerintahan, rekreasi dan seterusnya, seperti yang
terlihat ada gambar berikut ini.
Kemungkinan lain adalah perubahan-perubahan yang menjalar dari satu lembaga
kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Penemuan baru kapal terbang
membawa pengaruh pada metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan
antara negara-negara besar dengan negara-negara kecil.
Beberapa jenis penemuan baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan sebagai berikut.
Misalnya penemuan mobil, kereta api, telepon dan sebagainya menyebabkan tumbuhnya lebih
banyak pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburb.
2. Faktor Eksternal
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia. Terjadinya
gempa bumi, topan, banjir dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang
mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.
b. Peperangan
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya berbagai sarana dan
prasarana kebutuhan hidup sehari, hari, terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta
tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa frustrasi dan tidak berdaya.
Perubahan sosial dan kebudayaan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan sosial tediri dari faktor-faktor yang mendorong dan faktor yang
menghambat terjadinya perubahan sosial.
Adapun faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan sosial dalam suatu masyarakat
adalah sebagai berikut.
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interest
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
h. Adat atau kebiasaan
i. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan
di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling
mengisi. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat
menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud
menerima unsur yang baru.
Adakala unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-
norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti
adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekecewaan di antara para warga tidak mempunyai saluran
pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan,
keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka
dinamakan ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment).
Disorganisasi atau disintegrasi dapat dirumuskan sebagai suatu proses pudarnya norma-norma
dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Sementara itu, reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses
pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga
dalam diri warga masyarakat. Berhasil atau tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam
masyarakat mengikuti formula sebagai berikut. Efektifitas menanam merupakan hasil positif
penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode di dalam menanamkan lembaga baru.
Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai dan sistem penanaman sesuai
dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman
lembaga baru itu.
Akan tetapi, setiap usaha untuk menanam sesuatu unsur yang baru pasti akan mengalami reaksi
dari beberapa golongan masyarakat yang merasa dirugikan. Kekuatan menentang masyarakat, itu
mempunyai pengaruh negatif terhadap kemungkinan berhasilnya proses pelembagaan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa apabila efektivitas menanam kecil, sedangkan kekuatan menentang
masyarakat besar, kemungkinan suksesnya proses pelembagaan menjadi kecil atau bahkan hilang
sama sekali. Sebaliknya apabila efektivitas menanam besar dan kekuatan menentang masyarakat
kecil, jalannya proses pelembagaan menjadi lancar.
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah digambarkan oleh
William I Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya The Polish Peasant in Europe
and America. Khusus tentang disorganisasi dan reorganisasi, mereka membentangkan pengaruh
dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa para
anggotanya. Watak atau jiwa seseorang paling tidak merupakan pencerminan kebudayaan
masyarakat.
Thomas dan Znaniecki menggambarkan betapa para petani Polandia yang pindah dari Eropa ke
Amerika mengalami disorganisasi karena di tempat asalnya, mereka merupakan bagian dari
masyarakat yang tradisional dan di Amerika mereka berhadapan dengan masyarakat modern
yang mempunyai pola kehidupan yang berbeda. Timbullah disorganisasi, misalnya dalam
keluarga batih. Orang tua di Eropa mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap anak-
anaknya, tetapi di Amerika kekuasaan tadi menjadi pudar dan melemah. Dan dalam reorganisasi,
timbullah norma-norma baru yang mengatur hubungan antara orang tua dengan anak-anak.
Loading...
15 Comments
Reply
2. @BIGEAZIADICT says:
Reply
3. rehann says:
Reply
o Hefri Asra Omika says:
sama-sama
Reply
4. haniii says:
Reply
Reply
Reply
o Hefri Asra Omika says:
amiin.. terimakasih
Reply
Cukup menambah wawsanb bagi yang ingin memperdalam masalah perubahan sosial
Reply
7. Helma says:
8. anton pw says:
Reply
9. yustiagustiani says:
Ini d aplod
Reply
Reply
Leave a Reply
Asmaul Husna
Hefri Asra Omika
November 2016
M T W T F S S
Apr
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30
Digital Clock
Pages
Profil
Sos Kelas X
o Interaksi Sosial
o Pengendalian Sosial
o Perilaku Menyimpang
Sos Kelas XI
o Dinamika Kebudayaan
o Kelompok Sosial
o Masyarakat Multikultural
o Struktur Sosial
o Lembaga Sosial
o Penelitian Sosial
o Perubahan Sosial
Recent Posts
Resensi Buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran
Penilaian K13
RPP Sosiologi SMA KTSP
Recent Comments
desita on Soal Masyarakat Multikultural
Top Posts
Kelompok Sosial
Struktur Sosial
Perubahan Sosial
Perilaku Menyimpang
Pengendalian Sosial
Masyarakat Multikultural
Lembaga Sosial
Beasiswa
ADS
AMINEF
Student-Grants
STUNED
Links
Blog Dana Islauna,S.Pd
e-dukasi
Jardiknas
Jurnal Sosiologi
PSB SMA
WordPress.com
Perangkat Sosiologi
Program Sosiologi Kelas X
Jadwal Shalat
Statistik
1,973,310 hits
map counter
web counter</
flag counter
Family
http://static.pbsrc.com/flash/rss_slideshow.swf
Blog at WordPress.com.
Follow