Anda di halaman 1dari 23

Hefri Asra Omika, S.

Sos
Portal Sosiologi
Skip to content

Home

Bahan Ajar

Profil

Soal

Tugas Siswa

MTP

Pendidikan

Galeri

ICT

Perubahan Sosial

A. Pengertian, Teori dan Bentuk Perubahan Sosial

Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan apa yang tejadi saat ini
dengan beberapa tahun yang lalu. Maka akan banyak ditemukan perubahan baik yang
direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat. Perubahan-perubahan tersebut
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang ada. Dimana manusia
selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu manusia selalu mencari
sesuatu agar hidupnya lebih baik.

Sebagai contoh kasus, dahulu keluarga sepenuhnya berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi
anak-anak yang belum dewasa, sumber pengetahuan (pendidikan) dan keterampilan serta sumber
ekonomi. Namun, pada masa sekarang, fungsi keluarga mengalami perubahan. Anak-anak tidak
hanya memperoleh pengetahuan dari keluarga, tetapi juga melalui berbagai media massa, seperti
televisi, radio, koran dan internet.
1. Pengertian Perubahan Sosial

Ada beberapa ahli sosiologi yang memberikan definisi perubahan sosial, antara lain.

a. J.L Gillin dan J.P Gillin


Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima, akibat adanya perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, kompoisisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi
dan penemuan baru dalam masyarakat.

b. Kingsley Davis
Mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis
telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan
seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

c. William F Ogburn
Mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

d. Selo Soemardjan
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

e. Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang yang terjadi dalam pola-pola
kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.

f. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan hubungan sosial.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah


perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan lembaga sosial masyarakat. Perubahan sosial
meliputi perubahan dalam berbagai hal, seperti perubahan teknologi, perilaku, sistem sosial dan
norma. Perubahan tersebut mempengaruhi individu dalam masyarakat tertentu.

2. Teori-teori Perubahan Sosial

a. Hukum Tiga Tahap (Auguste Comte)

Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat
manusia dari masa primitif sampai ke peradaban Prancis abad kesembilan belas yang sangat
maju. hukum ini menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat (umat manusia) berkembang
melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan:
teologis, metafisik dan positif.

Comte menjelaskan hukum tiga tahap sebagai berikut:


Bahwa setiap konsepsi kita yang paling maju, setiap cabang pengetahuan kita, berturut-turut
melewati tiga kondisi teoretis yang berbeda: teologis atau fiktif; metafisik atau abstrak; ilmiah
atau positif. Dengan kata lain, pikiran manusia pada dasarnya dalam perkembangannya,
menggunakan tiga metode berfilsafat yang karakternya sangat berbeda malah bertentangan. Yang
pertama merupakan titik tolak yang harus ada dalam pemahaman manusia; yang kedua hanya
suatu keadaan peralihan; dan yang ketiga adalah pemahaman keadaannya yang pasti dan tak
tergoyahkan.

Dalam fase teologis, akal budi manusia, yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab
pertama dan sebab akhir (asal dan tujuan) dari segala akibat (pengetahuan absolut)
mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural.
Dalam fase metafisik, yang hanya merupakan suatu bentuk lain dari yang pertama, akal budi
mengandaikan bukan hal supernatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang
benar-benar nyata melekat pada semua benda (abstraktsi-abstaksi yang dipersonifikasikan), dan
yang mampu menghasilkan semua gejala. Dalam fase terakhir, yakni fase positif, akal budi sudah
meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan
alam semesta, serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang
hukum-hukumnya, yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah.
Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.

Untuk menggambarkan perbedaan yang ditekankan Comte, bayangkanlah bahwa kita akan
menjelaskan suatu gejala alam seperti angin taufan. Dalam tahap teologis, gejala serupa itu akan
dijelaskan sebagai hasil tindakan langsung dari seorang Dewa angin atau Tuhan. Dalam tahap
metafisik gejala yang sama itu akan dijelaskan sebagai manifestasi dari suatu hukum alam yang
tidak dapat diubah. Dalam tahap positif angin taufan itu akan dijelaskan sebagai hasil dari suatu
kombinasi tertentu dari tekanan-tekanan udara, kecepatan angin, kelembaban, dan suhu semua
variabel yang dapat diukur, yang berubah terus menerus dan berinteraksi menghasilkan angin
taufan itu.

Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisa
yang lebih terperinci, Comte membaginya ke dalam periode fetisisme, politeisme dan
monoteisme. Fetisisme, bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi
kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Akhirnya
fetisisme ini diganti dengan kepercayaan akan sejumlah hal-hal supernatural yang meskipun
berbeda dari benda-benda alam, namun terus mengontrol semua gejala alam. Begitu pikiran
manusia terus maju, kepercayaan akan banyak Dewa itu diganti dengan kepercayaan akan Satu
Yang Tertinggi. Katolisisme di abad pertengahan memperlihatkan puncak tahap monoteisme.
Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. tahap ini
ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan
dengan akal budi. Gagasan bahwa ada kebenaran tertentu yang asasi mengenai hukum alam yang
jelas dengan sendirinya menurut pikiran manusia, sangat mendasar dalam cara berpikir
metafisik.
Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir.
Tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak; semangat positivisme
memperlihatkan suatu keterbukaan terus menerus terhadap data baru atas dasar mana
pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi penting seperti dalam periode
metafisik, tetapi harus dipimpin oleh data empiris. Analisa rasional mengenai data empris
akhirnya akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum
dilihat sebagai uniformitas empiris daripada kemutlakan metafisik.

b. Teori Siklus Pitirim Sorokin

Kalau Comte mengusulkan suatu model linear yang berkulminasi pada munculnya masyarakat
positivis, Sorokin mengembangkan model siklus perubahan sosial; artinya, dia yakin bahwa
tahap-tahap sejarah cenderung berulang dalam kaitannya dengan mentalitas budaya yang
dominan, tanpa membayangkan suatu tahap akhir yang final. Tetapi siklus-siklus ini tidak
sekedar pelipat gandaan saja; sebaliknya ada banyak variasi dalam bentuk-bentuknya yang
khusus, dimana tema-tema budaya yang luas dinyatakan.

Setiap tahap sejarah masyarakat memperlihatkan beberapa unsur yang kembali berulang (artinya,
pengulangan tahap yang terdahulu) dan ada beberapa daripadanya yang unik. Sorokin mengacu
pada pola-pola perubahan budaya jangka panjang yang bersifat berulang-berubah. Penekanan
Sorokin pada berulangnya tema-tema dasar dimaksudkan untuk menolak gagasan bahwa
perubahan sejarah dapat dilihat sebagai suatu proses linear yang meliputi gerak dalam satu arah
saja; dalam hal ini Sorokin berbeda dari Comte yang percaya akan kemajuan yang mantap dalam
perkembangan intelektual manusia.

Tipe-tipe Mentalitas Budaya


Menurut Sorokin, kunci untuk memahami suatu supersistem budaya yang terintegrasi adalah
mentalitas budaya-nya. Konsep ini mengacu pada pandangan dunia (world view) dasar yang
merupakan landasan sistem sosio-budaya. Pandangan dunia yang asasi dari suatu sistem sosio-
budaya merupakan jawaban yang diberikan atas pertanyaan mengenai hakikat kenyataan terakhir
(merupakan pertanyaan tentang apakah ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia). Ada tiga
jawaban logis yang mungkin terhadap pertanyaan filosofis dasar itu.
Pertama adalah bahwa kenyataan akhir itu seluruhnya dari dunia materil yang kita alami
dengan indera (tidak ada kehidupan lain setelah dunia).
Yang lainnya adalah bahwa kenyataan akhir itu terdiri dari suatu dunia atau tingat keberadaan
yang melampaui dunia materil ini: artinya kenyataan akhir itu bersifat transenden (gaib) dan
tidak dapat ditangkap sepenuhnya dengan indera kita.
Jawaban ketiga yang mungkin adalah antara kedua ekstrem dan keadaan itu, yang secara
sederhana berarti bahwa kenyataan itu mencakup dunia materil dan dunia transenden.

Sehubungan dengan pertanyaan ini ada beberapa pertanyaan tambahan yang menyangkut kodrat
manusia dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Secara hakiki, pertanyaan-pertanyaan
ini harus mencakup apakah kebutuhan-kebutuhan dasar manusia itu bersifat fisik atau spiritual;
luasnya kebutuhan yang seharusnya dipenuhi; dan apakah pemenuhan kebutuhan manusia itu
harus mencakup penyesuaian diri (sehingga kebutuhan itu sendiri dikurangi) atau penyesuaian
lingkungan (sehinggat kebutuhan itu dapat dipenuhi).
Atas dasar itu, Sorokin menyebutan tiga mentalitas budaya dan beberapa tipe-tipe kecil yang
merupakan dasar untuk ketiga supersistem sosio-budaya yang berbeda-beda itu.

1) Kebudayaan Ideasional
Tipe ini mempunyai dasar berpikir (premis) bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateril,
transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini dilihat sebagai suatu ilusi,
sementera dan tergantung pada dunia transenden, atau sebagai aspek kenyataan yang tidak
sempurna dan tidak lengkap. Kenyataan akhir merupakan dunia Ilahi, atau suatu konsepsi
lainnya mengenai ada yang kekal dan tidak materil. Tingkat ini dipecah kedalam beberapa
bagian:

a) Kebudayaan ideasional asketik. Mentalitas ini memperlihatkan suatu ikatan tanggung jawab
untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materil manusia supaya mudah diserap ke
dalam dunia transenden
b) Kebudayaan ideasional aktif. Selain untuk mengurangi kebutuhan inderawi, tipe ini berusaha
mengubah dunia materil supaya selaras dengan dunia transenden

2) Kebudayaan Inderawi (sensate culture)


Tipe ini didasarkan pada pemikiran pokok bahwa dunia materil yang kita alami dengan indera
kita merupakan satu-satunya kenyataan yang ada. Eksistensi kenyataan transenden disangkal.
Mentalitas ini dapat dibagi sebagai berikut:
a) Kebudayaan inderawi aktif. Kebudayaan ini mendorong usaha aktif dan giat untuk
meningkatkan sebanyak mungkin pemenuhan kebutuhan materil dengan mengubah dunia fisik
ini sedemikian, sehingga menghasilkan sumber-sumber kepuasan dan kesenangan manusia.
Mentalitas ini mendasari pertumbuhan teknologi dan kemajuan-kemajuan ilmiah serta
kedokteran.
b) Kebudayaan inderawi pasif. Mentalitas inderawi pasif meliputi hasrat untuk mengalami
kesenangan-kesenangan hidup inderawi setinggi-tingginya. Sorokin menggambarkan pendekatan
ini sebagai suatu eksploitasi parasit, dengan motto, makan, minum dan kawinlah, karena
besok kita mati. Mengejar kenikmatan tidak dipengaruhi oleh suatu tujuan jangka panjang apa
pun.
c) Kebudayaan inderawi sinis. Dalam hal tujuan-tujuan utama, mentalitas ini serupa dengan
kebudayaan inderawi pasif, kecuali bahwa mengejar tujuan-tujuan inderawi/jasmaniah
dibenarkan oleh rasionalisasi ideasional. Dengan kata lain, mentalitas ini memperlihatkan secara
mendasar usaha yang bersifat munafik (hipokrit) untuk membenarkan pencapaian tujuan
materialistis atau inderawi dengan menunjukkan sistem nilai transenden yang pada dasarnya
tidak diterimanya.

3) Kebudayaan campuran
Kategori ini mengandung penegasan terhadap dasar berpikir (premis) mentalitas ideasional dan
inderawi. Ada dua tipe dasar yang terdapat dalam mentalitas kebudayaan campuran ini:
a. Kebudayaan Idealistis. Kebudayaan ini terdiri dari suatu campuran organis dari mentalitas
ideasional dan inderawi, sehingga keduanya dapat dilihat sebagai pengertian-pengertian yang
sahih mengenai aspek-aspek tertentu dari kenyataan akhir. Dengan kata lain, dasar berpikir kedua
tipe mentalitas itu secara sistematis dan logis saling berhubungan.
b. Kebudayaan ideasional tiruan (Pseudo ideasional culture). Tipe ini khususnya didominasi oleh
pendekatan inderawi, tetapi unsur-unsur ideasioal hidup secara berdampingan dengan inderawi,
sebagai suatu perspektif yang saling berlawanan. Tidak seperti tipe a di atas, kedua perspektif
yang saling berlawanan ini tidak terintegrasi secara sistematis, kecuali sekedar hidup
berdampingan sejajar satu sama lain.

c. Teori Cultural Lag William F Ogburn

Konsep ketertinggalan budaya (Cultural lag) dikemukakan oleh William F Ogburn. Konsep ini
mengacu pada kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial dan pola-pola organisasi sosial
yang tertinggal di belakang (lag behind) perubahan dalam kebudayaan materil. Akibatnya adalah
bahwa perubahan sosial selalu ditandai oleh ketegangan antara kebudayaan materil dan
nonmateril.

Jelas hal ini bertentangan dengan Comte dan Sorokin. Bagi Ogburn, segi yang paling penting
dari perubahan sosial adalah kemajuan dalam kebudayaan materil, termasuk penemuan-
penemuan dan perkembangan teknologi; sedangkan Comte dan Sorokin menekankan perubahan
dalam bentuk-bentuk pengetahuan atau pandangan dunia sebagai rangsangan utama untuk
perubahan sosial, di mana perubahan dalam kebudayaan materil mencerminkan perubahan dalam
aspek-aspek kebudayaan nonmateril.

Penemuan dan inovasi paling sering terjadi dalam dunia kebudayaan materil. Perubahan-
perubahan ini terbentang mulai dari penemuan-penemuan awal seperti roda dan perkakas sampai
ke komputer dan satelit-satelit komunikasi. Kebudayaan nonmateril seperti kebiasaan, tata
cara, pola organisasi sosial akhirnya harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
dalam kebudayaan materil tetapi karena adanya pelbagai sumber yang menolak perubahan,
proses penyesuaian itu selalu ketinggalan di belakang perubahan-perubahan dalam kebudayaan
materil. Hasilnya adalah ketegangan antara kebudayaan materil dan kebudayaan nonmateril.

Perubahan-perubahan dalam kebudayaan materil sudah terjadi dari masa ke masa dalam sejarah,
tetapi derap perubahan menjadi sangat cepat karena datangnya Revolusi Industri dan tekanan
yang terus-menerus pada perkembangan teknologi. Jadi kebudayaan nonmateril tidak mampu
mengejar, karena kecepatan perubahan dalam kebudayaan materil terus-menerus melaju.
Hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus meningkat antara kebudayaan materil dan yang
beradaptasi atau kebudayaan nonmateril. Banyak masalah sosial zaman sekarang dapat ditelusuri
pada kegagalan kebiasaan-kebiasaan sosial dan pola-pola institusional untuk mengikuti
kemajuan tekonologi dalam kebudayaan materil.

3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

a. Perubahan Lambat dan perubahan cepat


Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang
saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Perubahan pada evolusi terjadi karena
usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-
keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Ada
bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada umumnya dapat digolongkan ke dalam
beberapa kategori sebagai berikut:
1) Unilinear theories of evolution
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya)
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang
sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini
adalah Auguste Comte.

2) Universal theory of evolution


Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap
tertetu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara
lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke
kelompok yang heterogen baik sifat maupun susunannya.

3) Multilinier theories of evolution


Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap pekembangan
tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan
sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam
masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut
dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga
kemasyarakat) dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adanya perubahan yang cepat
dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di
dalam revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa
rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinakan revolusi, sebenarnya bersifat relatif
karena revolusi dapat memakan waktu yang lama.
Misalnya revolusi industri di Inggris, di mana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi
tanpa mesin menuju ke tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan tersebut dianggap cepat
karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan,
hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya.

b. Perubahan kecil dan perubahan besar


Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas karena batas-batas
pembedaannya agak relatif. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan
kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian misalnya,
tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak
mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya proses
industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya merupakan perubahan yang
akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Pelbagai lembaga kemasyarakatan akan ikut
terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi
masyarakat dan seterusnya.

c. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki
atau tidak direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change,
yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam
melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk
mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan
selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu
dinamakan perencanaan sosial (social planning).
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-
perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan
suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut
tidak mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan dari masyarakat itu sendiri. Atau
dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada atau
dengan cara membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja sama
dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling mempengaruhi.

d. Perubahan Progres dan Perubahan Regres


Perubahan progres yaitu perubahan yang membawa kemajuan bagi masyarakat. Perubahan ini
akan membawa keberuntungan terhadap kehidupan masyarakat yang mengalami perubahan
tersebut. Misalnya dengan adanya listrik masuk desa, maka banyak terjadi perubahan-perubahan
dalam masyarakat baik dalam bidang transportasi, komunikasi, hiburan, kemajuan ekonomi, dan
sebagainya.
Perubahan regres, yaitu perubahan yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi
masyarakat sehubngan dengan bidang-bidang tertentu. Misalnya, perubahan dalam sistem
komunikasi di desa akan mengakibatkan berkurangnya intensitas hubungan masyarakat.

B. Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Terjadinya perubahan dalam masyarakat, pada prinsipnya berasal dari sifat dasar manusia yang
tidak pernah puas dan mudah bosan dengan keadaan yang dialaminya. Perubahan sosial dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendri (internal) atau
faktor-faktor yang berasl dari luar masyarakat (eksternal).

1. Faktor Internal

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk


Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Misalnya orang
lantas mengenal hak milik individu atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil dan seterusnya
yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau
dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan
kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan.

b. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat,
dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat yang bersangkutan.

Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan


menjadi discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau
serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah
mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Sering kali proses dari discovery
sampai ke invention membutuhkan suatu rangkaian penciptaan. Penemuan mobil, misalnya,
dimulai dari usaha seorang Austria, yaitu S. Marcus (1857) yang membuat motor gas yang
pertama. Sebetulnya sistem motor gas tersebut juga merupakan suatu hasil dari rangkaian ide
yang telah dikembangkan sebelum Marcus. Sungguhpun demikian, Marcuslah yang telah
membulatkan penemuan tesebut, dan yang untuk pertama kali menghubungkan motor gas
dengan sebuah kereta sehingga dapat berjalan tanpa ditarik seekor kuda. Itulah saatnya mobil
menjadi suatu discovery.

Jadi, 30 tahun kemudian sesudah suatu rangkaian sumbangan dari sekian banyak pencipta lain
yang menambah perbaikan mobil tersebut, barulah sebuah mobil dapat mencapai suatu bentuk
sehingga dapat dipakai sebagai alat pengangkutan oleh manusia dengan cukup praktis dan aman.
Bentuk mobil semacam itu yang mendapat paten di Amerika Serikat 1911 dapat disebut sebagai
permulaan dari kendaraan mobil yang pada masa sekarang menjadi salah satu alat yang amat
penting dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan tercapainya bentuk tersebut, kendaraan
mobil menjadi suatu invention.

Pada saat menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Sungguhpun kira-kira sesudah 1911
produksi mobil dimulai, mobil masih belum dikenal oleh seluruh masyarakat. Penyebaran alat
pengangkutan tersebut masih harus disebarluaskan kepada khalayak ramai. Selain itu biaya
produksi mobil demikian tingginya sehingga hanya suatu golongan kecil saja yang dapat
membelinya. Satu persoalan lain yang juga harus dihadapi adalah apakah masyarakat sudah siap
menerimanya karena misalnya diperlukan pembuatan jalan-jalan raya yang baru. Seluruh proses
tersebut merupakan rangkaian proses inovasi dari sebuah mobil.
Penemuan-penemuan baru dalam kebudayaan jasmaniah atau kebendaan menunjukkan adanya
berbagai macam pengaruh pada masyarakat. Pertama-tama, pengaruh suatu penemuan baru tidak
hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi ia sering kali meluas ke bidang-bidang yang
lainnya. Misalnya penemuan radio menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga
kemasyarakatan seperti pendidikan, agama, pemerintahan, rekreasi dan seterusnya, seperti yang
terlihat ada gambar berikut ini.
Kemungkinan lain adalah perubahan-perubahan yang menjalar dari satu lembaga
kemasyarakatan ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Penemuan baru kapal terbang
membawa pengaruh pada metode peperangan, yang kemudian kian memperdalam perbedaan
antara negara-negara besar dengan negara-negara kecil.
Beberapa jenis penemuan baru dapat pula mengakibatkan satu jenis perubahan sebagai berikut.
Misalnya penemuan mobil, kereta api, telepon dan sebagainya menyebabkan tumbuhnya lebih
banyak pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburb.

c. Pertentangan (conflict) masyarakat


Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan
kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok. Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia
bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Tidak jarang timbul
pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi


Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolut berubah
menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-
perubahan yang mendasar.

2. Faktor Eksternal

Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.

a. Lingkungan fisik
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia. Terjadinya
gempa bumi, topan, banjir dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang
mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.

b. Peperangan
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya berbagai sarana dan
prasarana kebutuhan hidup sehari, hari, terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta
tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa frustrasi dan tidak berdaya.

c. Pengaruh kebudayaan lain


Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena
kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara
fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik. Artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga
menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.
Namun apabila hubungan tersebut berjalan melalui alat-alat komunikasi massa, ada
kemungkinan pengaruh itu hanya datang dari satu pihak saja, yaitu dari masyarakat pengguna
alat-alat komunikasi tersebut. Sementara itu, pihak lain hanya menerima pengaruh tanpa
mempunyai kesempatan memberikan pengaruh balik. Apabila pengaruh dari masyarakat tersebut
diterima tidak karena paksaan, hasilnya dinamakan demonstration effect.
Di dalam pertemuan dua kebudayaan tidak selalu akan terjadi proses saling mempengaruhi.
Kadangkala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling menolak. Keadaan semacam
itu dinamakan cultural animosity. Namun, apabila salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu
mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu
peniruan terhadap unsur-unsur kebudayaan lain.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial

Perubahan sosial dan kebudayaan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan sosial tediri dari faktor-faktor yang mendorong dan faktor yang
menghambat terjadinya perubahan sosial.

1. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan

a. Kontak dengan kebudayaan lain


Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan
baru yang telah dihasilkan. Ada dua tipe difusi, yaitu pertama difusi intramasyarakat dan kedua
difusi antarmasyarakat. Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan memberikan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan
nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal
baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.
b. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi
usaha-usaha penemuan baru.
c. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), yang bukan merupakan
delik
d. Sistem pelapisan sosial yang terbuka. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri.
e. Penduduk yang heterogen.
f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
g. Orientasi ke masa depan.
h. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

2. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan

Adapun faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan sosial dalam suatu masyarakat
adalah sebagai berikut.
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interest
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
h. Adat atau kebiasaan
i. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki

D. Proses-Proses Perubahan Sosial Dan Kebudayaan:

1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan
di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling
mengisi. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, masyarakat dapat
menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud
menerima unsur yang baru.

Adakala unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-
norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti
adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut berarti bahwa
ketegangan-ketegangan serta kekecewaan di antara para warga tidak mempunyai saluran
pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan,
keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya yang terjadi, maka
dinamakan ketidakpenyesuaian sosial (maladjustment).

2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (channel of change) merupakan saluran-


saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama dan
seterusnya. Lembaga kemasyarakat yang menjadi titik tolak perubahan tergantung pada cultural
focus masyarakat pada suatu masa tertentu.
Lembaga kemasyarakatan yang pada suatu waktu mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat
cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan.

3. Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)

Disorganisasi atau disintegrasi dapat dirumuskan sebagai suatu proses pudarnya norma-norma
dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Sementara itu, reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses
pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan.

Adapun gejala-gejala yang menyebabkan disintegrasi sosial adalah sebagai berikut:


a. Tidak adanya persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat yang semula
dijadikan pedoman oleh anggota masyarakat.
b. Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik.
c. Ada pertentangan norma-norma dalam masyarakat.
d. Tidak ada sanksi yang tepat bagi pelanggar norma.
e. Tindakan-tindakan dalam masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma-norma
masyarakat.
f. Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan proses sosial yang disosiatif.

Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga
dalam diri warga masyarakat. Berhasil atau tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam
masyarakat mengikuti formula sebagai berikut. Efektifitas menanam merupakan hasil positif
penggunaan tenaga manusia, alat, organisasi dan metode di dalam menanamkan lembaga baru.
Semakin besar kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai dan sistem penanaman sesuai
dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh usaha penanaman
lembaga baru itu.

Akan tetapi, setiap usaha untuk menanam sesuatu unsur yang baru pasti akan mengalami reaksi
dari beberapa golongan masyarakat yang merasa dirugikan. Kekuatan menentang masyarakat, itu
mempunyai pengaruh negatif terhadap kemungkinan berhasilnya proses pelembagaan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa apabila efektivitas menanam kecil, sedangkan kekuatan menentang
masyarakat besar, kemungkinan suksesnya proses pelembagaan menjadi kecil atau bahkan hilang
sama sekali. Sebaliknya apabila efektivitas menanam besar dan kekuatan menentang masyarakat
kecil, jalannya proses pelembagaan menjadi lancar.

Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah digambarkan oleh
William I Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya The Polish Peasant in Europe
and America. Khusus tentang disorganisasi dan reorganisasi, mereka membentangkan pengaruh
dari suatu masyarakat yang tradisional dan masyarakat yang modern terhadap jiwa para
anggotanya. Watak atau jiwa seseorang paling tidak merupakan pencerminan kebudayaan
masyarakat.

Pada masyarakat-masyarakat tradisional, aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah


kepentingan masyarakatnya. Segala sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk
mengubah satu unsur saja. Itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur
masyarakat seluruhnya. Struktur dianggap sesuatu yang suci, tak dapat diubah-ubah dengan
drastis dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat tradisional menjadi
masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan dalam jiwa setiap anggota
masyarakat.

Thomas dan Znaniecki menggambarkan betapa para petani Polandia yang pindah dari Eropa ke
Amerika mengalami disorganisasi karena di tempat asalnya, mereka merupakan bagian dari
masyarakat yang tradisional dan di Amerika mereka berhadapan dengan masyarakat modern
yang mempunyai pola kehidupan yang berbeda. Timbullah disorganisasi, misalnya dalam
keluarga batih. Orang tua di Eropa mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap anak-
anaknya, tetapi di Amerika kekuasaan tadi menjadi pudar dan melemah. Dan dalam reorganisasi,
timbullah norma-norma baru yang mengatur hubungan antara orang tua dengan anak-anak.
Loading...
15 Comments

15 thoughts on Perubahan Sosial


1. TRI SUZANTI says:

September 7, 2012 at 1:45 pm

penjelasan materinya sangat jelas,,,sy suka.

Reply

2. @BIGEAZIADICT says:

September 19, 2012 at 10:10 pm

terima kasih atas ilmu nya

Reply

3. rehann says:

October 16, 2012 at 12:10 pm

wahh makin nambah ilu ilmu nih


thanks

Reply
o Hefri Asra Omika says:

November 6, 2012 at 10:19 am

sama-sama

Reply

4. haniii says:

October 16, 2012 at 12:18 pm

tambah dierbanyak dong informasinya

Reply

o Hefri Asra Omika says:

November 6, 2012 at 10:20 am

ya.. akan diusahakan menambah materi..

Reply

5. dian wahyuni says:

October 23, 2012 at 11:07 am

thanks buat infonya


semoga makin sukses

Reply
o Hefri Asra Omika says:

November 6, 2012 at 10:18 am

amiin.. terimakasih

Reply

Tri Widiastuti says:

September 3, 2013 at 1:09 pm

Complete super cool pack you up to the father teacher

6. Saiful Bahroie says:

August 14, 2013 at 1:51 pm

Cukup menambah wawsanb bagi yang ingin memperdalam masalah perubahan sosial

Reply

7. Helma says:

September 26, 2013 at 10:17 am

waaahh lengkap nih


terima kasih
Reply

8. anton pw says:

October 6, 2013 at 11:50 pm

IZIN COPAS MAS

Reply

9. yustiagustiani says:

November 8, 2013 at 10:23 pm

Ini d aplod

Reply

10. andy vadillah astuti says:

March 27, 2014 at 2:22 pm

makasih bgt ilmunya sekalian tambahin sa buat un n pembahasannya soalnya antara


penerbit yg satu dg yg lain pembhasan n jawabannya beda2

Reply

11. Tommy P. Nainggolan says:

December 13, 2014 at 2:59 am

Tks artikelnya, mohon izin kutip mas


Reply

Leave a Reply

Asmaul Husna
Hefri Asra Omika

Hefri Asra Omika

November 2016
M T W T F S S
Apr
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30

Digital Clock

Flash Clock Widgets at Widgia.com

Pages
Profil

Sos Kelas X
o Interaksi Sosial

o Nilai dan Norma Sosial

o Pengendalian Sosial

o Perilaku Menyimpang

o Sosialisasi dan Kepribadian

o Sosiologi Sebagai Ilmu

Sos Kelas XI

o Dinamika Kebudayaan

o Kelompok Sosial

o Konflik dan Integrasi Sosial

o Masyarakat Multikultural

o Struktur Sosial

Sos Kelas XII

o Lembaga Sosial

o Modernisasi dan Globalisasi

o Penelitian Sosial

o Perubahan Sosial

Recent Posts
Resensi Buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran

Pengembangan Instrumen Penilaian

Tugas Penyusunan Instrumen Penilaian PLPG

Penilaian K13
RPP Sosiologi SMA KTSP

Recent Comments
desita on Soal Masyarakat Multikultural

desita on Soal Masyarakat Multikultural

nora on Soal Masyarakat Multikultural

Wunikha on Soal Dinamika Kebudayaan

subhan sidiq on RPP Sosiologi SMA Terbaru

Top Posts
Kelompok Sosial

Struktur Sosial

Perubahan Sosial

Perilaku Menyimpang

Pengendalian Sosial

Modernisasi dan Globalisasi

Sosialisasi dan Kepribadian

Masyarakat Multikultural

Soal Masyarakat Multikultural

Lembaga Sosial
Beasiswa
ADS

AMINEF

Student-Grants

STUNED

Utrecht Excellence scholarship

Latihan Soal Kelas X


1. Latihan Sosiologi Sebagai Ilmu

2. Latihan Nilai dan Norma Sosial

Latihan Sosialisasi dan Kepribadian

Latihan Soal Kelas XI


3. Soal Remedial UH1 Sem1

Latihan Soal Kelas XII


1. Latihan Perubahan Sosial

2. Latihan Modernisasi dan Globalisasi

Links
Blog Dana Islauna,S.Pd

Dinas Pendidikan Prov Jambi

e-dukasi

Jardiknas
Jurnal Sosiologi

Komunitas Guru Sosiologi Jambi

PSB SMA

website SMAN 1 Batanghari

WordPress.com

Perangkat Sosiologi
Program Sosiologi Kelas X

Program Sosiologi Kelas XI

Program Sosiologi Kelas XII

RPP Sosiologi kls XII sem 1

RPP Sosiologi kls XII sem 2

Silabus Sosiologi SMA Kls X

Silabus Sosiologi SMA Kls XII

Jadwal Shalat

Get Your Prayer Times Widget!

Statistik
1,973,310 hits
map counter

web counter</

flag counter

Family
http://static.pbsrc.com/flash/rss_slideshow.swf

Blog at WordPress.com.

Follow

Anda mungkin juga menyukai