H
Nim : 802017243
Subjective well-being merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif, dan pendekatan
teori yang ada salah satunya menggunakan teori need and goal satisfaction. Orang yang memiliki
tujuan penting dan berjuang untuk meraihnya akan menjadi sosok yang lebih energik, mengalami
banyak macam emosi positif dan akan merasa bahwa hidupnya sangat bermakna (McGregor &
Little, 1998).(Nayana, 2013)
Seseorang yang memiliki subjective well-being yang tinggi dikarak- teristikkan dengan
tingginya tingkat emosi positif dibanding emosi negatif yang dialami, yang artinya emosi positif
yang berupa kebahagiaan, semangat, optimis, keyakinan, harus lebih tinggi dibandingkan dengan
emosi negatif yang berupa kecemasan, ketakutan, frustasi (Diansari, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Darusmin, D. F., & Himam, F. (2016). Subjective Well Being pada Hakim yang Bertugas di
Daerah Terpencil. Subjective Well Being Pada Hakim Yang Bertugas Di Daerah Terpencil,
1(3), 192–203. https://doi.org/10.22146/gamajop.8816
Diansari, D. (2016). Subjective Well-Being Mantan Pemulung Yang Mendapatkan Beasiswa
Magister. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(2), 175–186.
Kesejahteraan, S. W., & Dan, S. (2010). Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) Dan
Kepuasan Kerja Pada Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro. Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) Dan Kepuasan Kerja Pada
Staf Pengajar (Dosen) Di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 8(2),
117–123. https://doi.org/10.14710/jpu.8.2.117-123
Mujamiasih, M., Prihastuty, R., & Sugeng, H. (2013). Subjective Well-Being (Swb): Studi
Indigenous Karyawan Bersuku Jawa. Journal of Social and Industrial Psychology, 2(2), 36–
42.
Nayana, F. N. (2013). KEFUNGSIAN KELUARGA DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA. No.02, Agustus 2013, 66(1997), 37–39.