Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa
dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi
syarat metode ilmiah.
Perbedaan antara karya ilmiah dan non-ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat
lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada
juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
(faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek
yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua,
karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur
dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain
artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi,
dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya
bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan
teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol,
tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi
sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa
dukungan bukti.
Jenis Karya Ilmiah
Makalah
adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan
pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang
bersifat empiris dan objektif.
Kertas Kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada
makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat
empiris dan objektif. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau
lokakarya.
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis
untuk meraih gelar sarjana langsung (observasi lapangan) skripsi tidak
langsung (studi kepustakaan).
Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru
dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya
lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk
meraih gelar magister.
Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru
yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya
ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
Note :
Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi
dapat dilihat dari hal-hal berikut:
(1) kegunaannya,
(2) tebal halaman,
(3) waktu pengerjaan, dan
(4) gelar akademik.
b)
c)
d)
2.
Berdasarkan fakta
Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya,
sebenarnya dan konkret.
3.
Logis
Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri,
diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
4.
Objektif
Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak
pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi
oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.
5.
Sistematis
Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah
disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan
sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.
6.
Valid
Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar
menurut aturan ilmiah yang berlaku.
7.
Jelas
Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernihjernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.
8.
Seksama
Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan
secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung
kesalahan betapa pun kecilnya.
9.
Tuntas
Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi,
supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu
luas.
10.
Bahasanya Baku
Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan
bahasa yamg dijadikan tolak ukur atau standar bagi betul tidaknya
penggunaan bahasa.
11.
2)
memilih salah satu aspek khusus dari topik yang menjadi pilihannya,
membatasi waktu dan ruang dari aspek yang telah dipilihnya, dan
Mengumpulkan bahan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai
mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak
maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang
relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang
relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara
sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul
tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan
sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.
3)
penulisan. Ada tiga alasan penulis perlu menyusun kerangka penulisan. Tiga
alasan tersebut adalah:
4)
Penulisan
Setelah kerangka penulisan karangan ilmiah tersusun, langkah selanjutnya
yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka penulisan tersebut
menjadi paragraf-paragraf pengembangan.
Pengembangan sebuah paragraf harus memperhatikan hal-hal berikut
ini :
5)
kalimat,
paragraf,
bahasa, dan
isi.
Sikap ilmiah
Sikap ilmiah bagi peneliti adalah sebagai berikut:
Eksplikasi
Memberikan pengertian secara langsung atas suatu istilah.
Contoh :
yang dimaksud konformitas dalam tulisan ini adala kesesuaian sikap perilaku
dengan nilai dan kaidah yang berlaku.
Analisis
Memberikan penguraian terhadap suatu objek menjadi bagian-bagian yang
lebih rinci dan setiap bagian didefinisikan lagi sehingga memperjelas bagian
utamanya.
Contoh :
mendefinisikan pohon, maka dilakukan dengan mengurai bagian pohon ke
dalam dahannya- kemudian jadi ranting, kemudian diuraikan lagi ke daun.
Deskripsi
Merupakan pemaparan dengan kata-kata yang jelas.
Ilustrasi
Penyajian definisi dengan menyertakan gambar, bagan, atau diagram untuk
membantu memberikan penjelasan makna definisi yang diharapkan.
Perbandingan
Diungkapkan dengan melakukan perbandingan, baik membandingkan
definisi lain maupun dengan bagian-bagian objek yang mendefinisikan
sebelumnya. Cara penyajian definisi perbandingan dapat juga dilakukan
dengan mengungkapkan ciri-ciri dari suatu istilah dengan istilah lainnya.
Istilah satu dengan istilah yang lain. Bisa yang bertentangan bisa juga
perbandingan yang sama.
Contoh :
pendekatan kualitatif ini tentu berbeda dengan pendekatan kuantitatif, pada
pendekatan ini kesimpulannya berupa pemaparan disertai bukti-bukti yang
empiris sedangkan dalam kuantitatif kesimpulannya dinyatakan dengan
angka-angka yang dianalisa.
Contoh :
sebenarnya pakar politik ekonomi neommarxis masih memiliki pandangan
sama dengan pakar dari mazhab marxis walaupun mereka menyebut mereka
sebagai institutional economists, mereka berpandangan bahwa ekonomi
merupakan barometer dalam politik suatu negara.
Analogi
Biasanya dilakukan dengan membandingkan suatu subjek dengan jenis yang
berbeda. Misalnya membandingkan kegiatan manusia dengan fenomena
alam.
Contoh :
memberikan pelajaran kepada anak autis perlu pendekatan personal yang
ada banyak tahapannya seperti halnya membuat sebuah kue yang enak tentu
didukung oleh tahapannya yang benar.
Contoh :
cintaku kepadamu takkan pernah goyah bagaikan karang di laut.
Eliminasi
Cara mengungkapkan definisi dalam bentuk negasi (penyangkalan, sangkalan
seperti tidak, bukan), yaitu mengeliminasi atau memberi batasan-batasan
definisi tersebut dari aspek-aspek lainnya sehingga ruang lingkupnya
terbatasi oleh pembatas negasi.
Contoh :
pendekatan linguistik entografi adalah pendekatan penelitian kebahasaan
yang meneliti kebudayaan masyarakat dalam sisi sejarah. ....bahwa penelitian
ini tidak bersifat instant research.
Etimologi
Pendefinisian suatu istilah dengan terlebih dahulu mengartikan asal usul
kata atau unsur-unsur pembentuknya.
Contoh :
Secara etimologi, Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philia yang berarti
persahabatn atau cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Abstrak
Menuntun pihak pembaca untuk berfikir abstraksi atau menggunakan
kerangka berfikir abstrak dalam memahami masalah. Tidak digambarkan
secara langsung apa masalah yang diangkat, hanya berupa gambaran.
Contoh :
Banyak sekali masalah yang dihadapi oleh guru saat sekarang dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, hal ini salah satu dampak dari lingkungan
sosial anak yang buruk yang berpengaruh pada perilakunya di kelas.
Objektif
Mengungkapkan masalah dengan data yang tepat secara objektif.
Contoh :
Tahun 1990, sejak pertama kali diperkenalkan metode communicative
language teaching sudah menjadi metode yang berkembang pesat karena
metode ini sangat tepat dalam mengajarkan bahasa asing.
Bernalar
Menguraikan masalah menggunakan pola hubungan kausal (sebab akibat).
Contoh :
Pengaruh media masa sangat berperan besar terhadap pembentukan
mentalitas anak. Salah satunya tentang kekerasan. Ada proses imitasi sikap
dari apa yang mereka tonton tersebut yang menyebabkan mereka memiliki
karakter negatif.
Konseptual
Menguraikan masalah didasarkan pada konsep-konsep keilmuan atau sudut
pandang para ahli.
Contoh :
Kepribadian
segala sesuatu dari masa lalu, hal ini diungkapkan oleh Alfred Adler dalam
teori psokoanalisanya. Untuk itulah peneliti merasa tertarik meneliti tentang
kepribadian manusia.
Source :
Arifin, Zainal. & Tasai, Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Mahmudi. 2013. Penuntun Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Ngalimun., Dewi, Candra., Mahmudi. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Suherli. 2010. Menulis Karangan Ilmiah : Kajian dan Penuntun dalam
Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Depok: Arya Duta.