Anda di halaman 1dari 7

BIOETIKA DAN BIOLOGI/BIOTEKNOLOGI

(HUBUNGAN BIOETIKA DENGAN BIOLOGI,


BIOETIKA DI PERGURUAN TINGGI AGAMA
ISLAM DAN TEORI ETIKA DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK TERHADAP
DILEMA BIOETIKA)
A. Hubungan Bioetika dengan Biologi

Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai dalam bioetika. Etika
kedokteran, etik berasal dari kata yunani ethos yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Banyak masalah dalam bioetika
masih sejalan dengan apa yang dulu dibicarakan dalam etika kedokteran yang merupakan skla
mikro. Masalah-masalah pada skala makro yaitu yang menyangkut masyarakat luas yang mana
masalah terbesar adalah keadilan dalam pelayan kesehatan.

Hak atas pelayanan kesehatan yang layak merupakan hak asasi manusia. Isu-isu yang
berkembang dalam dunia kesehatan secara luas dan studi tentang social, etika dan isu-isu yang
timbul dalam ilmu-ilmu biologi. Isu-isu yang bersangkutan dalam bioetika diantaranya yaitu
sebagai berikut. Hampir tak satu pun kehidupan kita yang tidak tersentuh teknologi, tidak
semua teknologi mempunyai akibat-akibat baik namun ada juga akibat-akibat buruk.
Kasus yang paling tajam menunjukkan masalah-masalah moral adalah penggunaan abortus
sebagai jalan keluar untuk kegagalan kontrasepsi. Transplantasi organ adalah wilayah dalam ilmu
kedokteran modern, di mana telah terjadi paling banyak perubahan dan perkembangan yang
menggemparkan. Rekayasa genetic dimaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang kita miliki
untuk mencampuri kehidupan manusia di samping aspek-aspek alam lainnya dan mengubah
menurut rencana dan keinginan kita.

Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang menjanjikan di bidang


kedokterna/kesehatan. Problem-problem lebih besar lagi muncul berkaitan dengan rekayasa
genetic. Bagaimana pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak akan lepas dari
tanggung jawab manusia itu sendiri. Biologi adalah ilmu pengetahuan yang paling lekat dengan
manusia dalam lingkungan kehidupannya.
Aristoteles 300 SM menyatakan pemikirannya, bahwa binatang atau makhluk kecil
itu munculnya begitu saja dari benda yang mati. Pemikiran itu dianut juga oleh
Needham, pendeta Irlandia yang pada tahun 1745-1750 mengadakan percobaan
dan penelitian dengan variasi emulsi dan cairan biji-bijian, daging dan subrat
lainnya. Air rebusan yang disediakan disimpan rapat-rapat dalam wadah tertutup
namun mikroorganisme dapat muncul dan hidup pada media
tersebut. Kesimpulannya, kehidupan baru dapat muncul dari benda yang mati.

Pendapat ini terkenal dengan teori abiogenesis atau juga disebut teori genaratio
spontanea . Tetapi kemudian, pendapat Aristoteles dan Needhan tersebut dibantah
oleh Spallanzanin yang membuktikan bahwa perebusan dan penutupan botol yang
dilakukan Needham tidak akurat. Pendapat ini dikenal dengan semboyan Omne
vivum ex ovo, omne ovum ex vivo . Mereka berhenti disana, tidak ada paduan atau
petunjuk yang mengarahkan pada suatu keyakinan yang berada di luar rasio
mereka.

Dengan rekayasa genetic ini, manusia telah mampu membuat makhluk-makhluk


baru yang terekayasa secara genetic, yang dalam bioteknologi modern dikenal
dengan sebuatan GMO atau ONT organism of new treatment = makhluk yang telah
diberikan perlakuan baru .
B. Bioetika di Perguruan Tinggi Agama Islam

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya memiliki sederet visi yang salah
satunya adalah «Berkarakter» yang berarti IAIN Palangka Raya berkomitmen
untuk terus menggali, mengaplikasikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
akhlakul karimah seluruh civitas akademika dan masyarakat berdasarkan al
Quran dan al Hadits. Sehingga kebutuhan mahasiswa akan pengetahuan agama
benar-benar menjadi visi kampus untuk dapat mewujudkan hal
tersebut. Sehingga pembelajaran bioetika tetap diperlukan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa etika tidak akan dapat menggantikan agama, tidak
bertentangan dengan agama, bahkan diperlukan oleh agama. Ada masalah
dalam bidang moral agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa penggunaan
metode-metode etika. Etika dan moral sebagai kajian tentang baik dan buruk
seuatu perbuatan, ditentukan berdasarkan akal pikiran dan kebiasaan
masyarakat, sedangkan akhlaq berdasarkan wahyu. Namun, etika, moral dan
akhlaq tetap saling membutuhkan, sebab dalam pelaksanaannya, norma akhlaq
di dalam al Quran dan as Sunnah masih bersifat tekstual . Untuk melaksanakan
ketentuan akhlaq yang terdapat didalam al Quran dan al Hadits, dibutuhka
penalaran dan ijtihad oleh umat.
C. Teori Etika dalam Pengambilan Keputusan Etik
Terhadap Delima Bioetika

Perkembangan ilmu pengetahuan antara lain biologi, telah menimbulkan dilema-dilema


serius dan mendalam, yang menantang sistem nilai kita maupun kebudayaan yang di
dasarkan atas nilai-nilai tersebut . Di dalam pengambilan pengambilan keputusan etik yang
sering harus dilakukan dalam kaitannya dengan bioetika, ada 2 teori dasar atau teori etika
atau metode yaitu Konsekuensialisme, dan Deontologi .
Dengan konsekuensialisme, seseorang tidak cukup melakukan yang baik, melainkan
mestinya tahu perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin atau
menyediakan kebaikan yang terbesar untuk sebanyak-banyaknya orang .
Istilah «deontologi» berasal dari kata Yunani deon yang berarti «tugas/
kewajiban/keharusan/prinsip» . Problem terbesar adalah deontologi tidak peka terhadap
konsekuensi-konsekuensi perbuatan.
Bagaimana dengan Islam? Islam sangat menekankan pada kemampuan berpikir, keputusan
etik dilakukan melalui pertimbangan yang sangat cermat antara kemaslahatan dan
kemudharatan sesuatu hal. Konsekuensialisme lebih sesuai dalam Islam untuk mencari solusi
dalam menghadapi kasus dilema bioetika. Pembelajaran bioetika dapat dilakukan dalam
bentuk menentukan keputusan etik melalui kajian antara resiko dan manfaat , keputusan yang
mendatangkan kemaslahatan paling banyak dengan paling sedikit kemudharatannya.
D. INTEGRASI KEISLAMAN

manusia diberi wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu yang ada di
dunia ini namun manusia tidak dapat berbuat dan mengeksploitasi secara
berlebihan tanpa batas. Hal ini terdapat di dalam beberapa ayat al-Qur’an, di
antaranya Q.S. al-Jāśiyah: 13:

Terjemahnya:
“dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”.

Menurut beliau, ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa manusia
memiliki kekuasaan mutlak untuk berbuat sekehendak hatinya dan tidak pula
memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak
keseimbangan ekologisnya. Lebih lanjut, signifikansi mendasar ayat ini adalah
mengingatkan umat manusia bahwa Pencipta mereka telah menjadikan semua
yang ada di alam ini sebagai amanah yang harus mereka jaga

Anda mungkin juga menyukai