Nama Kelompok :
Prodi : Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2020
Resume Bab 2
Tidak heran tatanan ekonomi di beberapa negara (sebagian besar) secara tidak langsung
sangat dipengaruhi oleh Amerika. Saat berakhirnya perang dunia kedua , kondisi ekonomi di
beberapa negara sangat kacau. Negara- negara berusaha bangkit dari keterpurukannya. Pada saat
itulah amerika memberikan uluran tangan untuk negara-negara yang membutuhkan dengan misi
mengajak negara lain mengikuti tatanan ekonomi yang dianggap benar oleh Amerika. Bantuan
yang diberikan oleh amerika juga merupakan strategi amerika untuk mempertahankan sistem dan
kekuatan ekonominya.
Memperbesar volume produksi untuk mendapat bahan baku yang lebih murah
2. Economic of scope
Memperluas jaringan dan jangkauan pemasaran untuk mengimbangi besarnya volume produksi
yang mereka buat.
Tidak dipungkiri dengan produksi barang amerika untuk berbagai negara menyebabkan
dampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain yaitu terpenuhinya kebutuhan konsumen.
Dan dampak negatifnya yaitu dengan menyebarnya barang-barang amerika secara tidak langsung
amerika juga memperkenalkan budaya serta sistem yang digunakannya.
Beralih ke negara Jepang , salah satu negara yang juga mengalami dampak dari perang
dunia kedua. Jepang menjadi lawan dari amerika pada saat itu dan perang dimenangkan oleh
amerika. Namun walaupun begitu Amerika tetap memberi bantuan kepada jepang secara
ekonomi pada saat itu ,salah satu alasannya untuk mempertahankan kekuasaan. Mau tidak mau
jepang mengikuti ketentuan dan sistem peraturan ekonomi yang dibuat oleh amerika. Walau
begitu semangat jepang untuk bangkit sangatlah besar dan budaya dari masyarakatnya yang
pantang menyerah patut diacungi jempol. Keadaan berbalik ketika amerika mengalami krisis
minyak yang membuat beberapa perusahaan mengalami kolapse. Pada saat itulah eksistensi
jepang mulai terlihat dan mulai mendirikan sendiri tatanan sistem ekonomi. Budaya di jepang
memiliki prinsip bahwa untuk menjadi bangsa yang kuat tidak boleh bercerai berai. Apabila
seseorang memiliki kesalahan pun harus mengakui kesalahan yang diperbuat – hierarki. Jika
dihubungkan dalam konteks bisnis , banyak CEO di jepang yang dengan gentle mengundurkan
diri saat berbuat kesalahan. Selain itu mereka cenderung lebih suka menggunakan kalimat kita
dalam bekerja untuk menjunjung kolektivitas. Keberhasilan jepang dalam mengintegrasikan nilai
budaya ke dalam kehidupan organisasi mendapat respon yang baik dari negara lainnya. Pada saat
bersamaan jepang juga berhasil membangun ekonominya kembali sehingga sistem yang
digunakan jepang mulai dipelajari bangsa lainnya. Dengan begitu sistem organisasi berkembang
menjadi organisasi yang culture based.
BAB 3
Teknologi informasi pada tahun 1990an, mengalami kemajuan yang begitu pesat sehingga
menyebabkan dunia seolah olah menjadi semakin kecil. Batas-batas wilayah negara yang selama
ini dianggap menjadi tembok pemisah antara satu bangsa dengan bangsa lain sepertinya sekarang
tidak ada lagi. Komunikasi visual antar umat manusia dari dua tempat yang sangat berjauhan
yang dahulu dianggap tidak mungkin sekarang menjadi hal yang lumrah.
Terlepas dari kecenderungan perilaku global seperti disebutkan diatas, lingkungan tempat
sekelompok orang tinggal, dibesarkan dan bergaul dengan sesama dalam kurun waktu yang
relatif lama tetap saja menjadi faktor penting yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir
dan cara bertindak mereka.
Budaya adalah sebuah kata yang memiliki banyak arti. Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata
budaya berasal dari Bahasa sansekerta bodhya yang berarti akal budi. Sinonim dari kata tersebut
adalah kultur, sebuah kata benda yang berasal dari Bahasa inggris culture atau cultuur dalam
Bahasa belanda atau kultur dalam Bahasa Jerman. Kata culture itu sendiri secara harfiah berasal
dari Bahasa latin Colere (dengan akar kata’’calo’’ kata kerja yang berarti mengerjakan tanah,
mengolah tanah atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak). Dilihat dari asal
katanya, dengan demikian istilah kultur sesungguhnya lebih dikaitkan dengan kegiatan pertanian
dan peternakan. Dalam upayanya untuk memahami aspek kehidupan manusia, pada awalnya
ilmu sosiologi dan antropologi memiliki orientasi yang sama. Keduanya berupaya untuk
memahami manusia melalui penerapan teknik-teknik ilmu pengetahuan (science). Konsep
budaya pada bidang studi antropologi mulanya diorientasikan untuk menjawab pertanyaan: apa
yang menyebabkan kita(manusia) disebut sebagai manusia? Perbedaan ini selanjutnya digunakan
sebagai landasan untuk membedakan budaya dengan alam di mana manusia dikaitkan dengan
budaya sedangkan binatang dikaitkan dengan alam. Dengan perbandingan ini para antropolog
selanjutnya mencoba membedakan antara ilmu tentang manusia dengan ilmu tentang alam. Oleh
karena itu, tidak heran jika pengertian budaya yang diberikan oleh para anthropology juga sangat
bervariasi.
PENGERTIAN BUDAYA
Edward B. Tylor orang pertama yang menggunakan istilah budaya dalam karya antropologi,
misalnya mengatakan bahwa budaya adalah hasil karya manusia dalam kedudukannya sebagai
anggota masyarakat. Pengertian budaya seperti yang dikemukakan Edward B. Tylor adalah
sebagai berikut:
- Kultur atau peradaban adalah kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai kapabilitas lainnya serta kebiasaan
apa saja yang diperoleh seorang manusia sebagai bagian dari sebuah masyarakat.
Pengertian budaya yang semula bersifat generic seperti disebutkan diatas, selanjutnya mulai
bergeser sejalan dengan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang terus mengalami
perkembangan. Dalam hal ini budaya tidak lagi dikaitkan semata-mata dengan aspek kehidupan
manusia secara umum tetapi mulai dikaitkan dengan manusia sesuai dengan
kelompok-kelompoknya. Dari definisi diatas, ada 3 hal yang perlu memperoleh elaborasi lebih
lanjut yakni:
- Tentang cakupan budaya, definisi diatas mengartikan budaya dalam perspektif yang cukup luas,
mencakup semua aspek kehidupan manusia yaitu semua dengan berkaitan dengan berbagai
macam hasil karya manusia mulai dari ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat
kebiasaan dan segala bentuk kapabilitas bentuk lainnya.
- Tentang wadah terbentuknya budaya, penegasan lain yang ingin disampaikan definisi diatas
adalah hasil kreasi manusia .
a. Mengidentifikasikan masyarakat
Untuk membedakan masyarakat, bisa digunakan beberapa faktor pembeda, diantaranya wilayah
geografis, etnik, agama/religi, kelas sosial, pekerjaan, gender dan batasan-batasan lain yang
relevan.
Saling bersinggungan dan overlapping antara satu masyarakat dengan masyarakat lain
tampaknya tidak bisa dihindarkan. Agar overlapping ini tidak menjadi rancu dalam memahami
budaya perlu ada batasan yang jelas terhadap sebuah masyarakat sehingga akan secara jelas pula
dipahami budaya masyarakat tersebut.
BAB 4
BUDAYA NASIONAL
Budaya dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena budaya
dan masyarakat merupakan dua buah sisi yang tidak terpisahkan, maka pemahaman yang benar
terhadap salah satu sisi juga akan membantu pemahaman sisi yang lain dengan benar.
Istilah budaya nasional bisa dikatakan sebagai istilah yang relatif baru. Sebelumnya
kajian budaya yang dilakukan para antroprolog secara tradisional lebih terfokus pada masyarakat
bukan dalam pengertian negara, tetapi dalam pengertian bangsa atau etnik. Sejak tahun 1970an
pelaku bisnis lintas negara atau yang dikenal sebagai perusahaan multinasional tidak lagi sekedar
mengekspor produknya, tetapi juga melakukan investasi langsung ke negara lain. Meski investasi
langsung bertujuan agar pengelolaan sumber daya lebih efisien dan dengan demikian
memperoleh laba lebih baik, sayangnya banyak perusahaan multinasional yang gagal. Salah satu
penyebabnya adalah berkaitan dengan persoalan manajemen.. Hal ini disebabkan karena pola
yang diterapkan di perusahaan induk tidak bisa sepenuhnya diterapkan di negara lain.
Oleh karena banyaknya kegagalan, para teoritisi organisasi dan manajemen membuat
kajian dan menyimpulkan bahwa teori organisasi atau manajemen yang dikembangkan di satu
negara belum tentu bisa diaplikasikan di negara lain utamanya karena pengembangan teori
tersebut lebih banyak didasarkan pada pengalaman empirik di negara negara tertentu. Dari hal
tersebut, para teoritisi organisasi dan manajemen mengembangkan teori teori baru yang
diharapkan bisa menutup kelemahan kelemahan teori yang berkembang pada periode
sebelumnya dengan memasukkan konsep budaya sebagai variabel moderasi maupun sebagai
variabel intervensi yang memungkinkan teori teori organisasi dan manajemen bisa diaplikasikan
pada masyarakat yang memiliki latar belakang kultural berbeda.
Karena komponen budaya nasional sangat bervariasi, maka konsep budaya nasional
dibagi menjadi 2 asumsi. Pertama, ketika membandingkan budaya nasional, yakni membedakan
budaya sebuah negara dengan budaya negara lain akan mengabaikan keragaman Kedua, ketika
menggunakan negara sebagai sebuah wilayah budaya tersendiri beranggapan seolah olah negara
tersebut merupakan unitary system yang terbebas dari konflik dan perbedaan walaupun orang
orang yang tinggal di negara tersebut karena pengalaman hidup dan gaya hidup yang berbeda
sesungguhnya memiliki keragaman tersendiri.
Terdapat persepsi yang awalnya para antropologi dianggap kurang memberikan nilai
terhadap masyarakat, mulai dikembangkan tahun 1930 di Amerika untuk membantu
menyelesaikan depresi terhadap kehidupan masyarakat, terutama pada kaum minoritas. Selain itu
terdapat 3 periode waktu.
Antropolog terlibat dalam penelitian yang dilakukan tahun 1927 dan 1932 dalam pengelolaan
organisasi Human Relation Approach. Terdapat tahapan dalam penelitian dan pendekatan,
diantaranya:
Penelitian oleh hawthrone ini menjadikan awal dari keterlibatan antropolog dalam studi
organisasi dan pendekatan antropologi dalam studi organisasi mulai dikembangkan.
Warner dan burleigh gardner mendirikan committee on human relation in industry d engan tujuan
membantu menyelesaikan masalah-masalah organisasi dengan pendekatan antropologi
menjadikan tempat kerja sebagai sebuah sistem sosial. Cornell university dan harvard university
mendirikan lembaga sejenis bernama society for applied anthropology yang berfungsi
mengumpulkan dan kajian hasil penelitian antropologi di perusahan atau industri. Selain itu
antropologi di eropa juga berkembang, dimana departemen antropologi dan sosiologi manchester
university pada tahun 1950-an mengembangkan observasi penuh. Model penelitian di Hawthorne
Plant yang menempatkan peneliti sebagai outsider meski melakukan observasi partisipasi, dalam
penelitian yang dilakukan Manchester University, para peneliti tidak hanya melakukan observasi
melainkan juga terlibat penuh dengan obyek yang diteliti sehingga para peneliti harus menjadi
insider.
Sejak tahun 1970-an studi organisasi diklasifikasikan menjadi 3 komponen yaitu sistem formal,
sistem informal, dan lingkungan organisasi.
A. Sistem formal disebut sebagai peta organisasi yang menggambarkan tujuan, strategi,
prosedur dan peraturan organisasi serta struktur organisasi, sistem organisasi, deskripsi
pekerjaan dan hirarki pengambilan keputusan. Sistem formal biasanya dikaitkan dengan
anggapan bahwa organisasi adalah rasional dan bebas nilai (value free).
B. Sistem informal adalah hubungan antar manusia di dalam organisasi, baik hubungan antar
individu maupun hubungan antar kelompok yang dilakukan di luar ketentuan formal
organisasi. Komponen kedua ini memiliki anggapan yang berlawanan dengan komponen
pertama yakni tidak semua anggota organisasi berpikiran rasional.
C. Selain lingkungan internal organisasi (sistem formal dan informal), organisasi juga memiliki
komponen ketiga yang berada di luar organisasi. Komponen ini biasa disebut sebagai
lingkungan eksternal organisasi. Termasuk dalam komponen ini misalnya sistem ekonomi,
politik, dan hukum sebuah negara, serta sistem sosial, budaya dan tata nilai masyarakat.
B. PEMINDAHAN KONSEP BUDAYA KE DALAM DISIPLIN ORGANISASI
Dengan merujuk pada teori pemindahan konsep sebagaimana dikemukakan oleh Schon – the
displacement of concept, Nancy Morey dan Fred Luthans, mengatakan bahwa proses
pemindahan konsep (displacement of concept) dari konsep budaya ke konsep organisasi
dilakukan melalui 4 tahap yakni:
1. Transposition stage
Tahap ini merupakan tahap awal di mana konsep lama (dalam hal ini konsep budaya)
dipindahkan ke situasi yang baru (dalam konteks organisasi).
2. Interpretation stage
Setelah tahap transposisi. Tahap berikutnya adalah tahap interpretasi. Pada tahap ini
konsep lama yang telah dipindahkan ke situasi yang baru digunakan untuk
menginterpretasikan kejadian-kejadian pada konteks organisasi.
3. Correction stage
Dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap kejadian yang sama menjadikan
semakin luasnya perspektif pemahaman organisasi. Maka dari itu, pada tahap ini perlu
adanya koreksi agar konsep lama tersebut betul-betul operasional.
4. Spelling-out stage
teori displacement of concept seperti diuraikan dimuka, awal popularitas istilah budaya
organisasi, jika diruntut ke belakang, salah satunya, bermula dari penelitian Hofstede yang
dilakukan dua tahap pada tahun 1968 dan 1972. Selain penelitian Hofstede, penelitian lain yang
menjadi embrio munculnya istilah budaya organisasi adalah penelitian Pascale dan Athos.
Pascale dan Athos melakukan penelitian di Jepang yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan
mengapa industri Jepang bisa bertahan hidup pada saat terjadi krisis minyak dunia (awal tahun
1970-an) sementara pada saat yang sama industri Amerika berkembangan. Pascale dan Athos
mengatakan bahwa salah satu kekuatan manajemen Jepang adalah praktik manajemen yang
mengadopsi budaya dan tata nilai setempat sebagian integral dari kegiatan manajerial dalam
bukunya “The Art of Japanese Management”.
Tahap ini ditandai dengan upaya-upaya untuk melegitimasi konsep baru. Upaya-upaya
tersebut biasanya muncul dalam bentuk tulisan yang mencoba meyakinkan para pembaca
awam tentang jelasan definisi, pentingnya konsep tersebut dan perlunya memahami dan
mengintegrasikan ide-ide awal yang masih berserakan. Tahap ini juga mencoba
mengelaborasi definisi-definisi awal yang relatif belum mapan dan membuktikan bahwa
konsep tersebut dapat menjelaskan fenomena yang ada (dalam hal studi organisasi, konsep
budaya dicoba digunakan untuk menjelaskan fenomena organisasi).
Dalam tahap pengembangan konsep adalah tahap konsolidasi dan akomodasi. Pada tahap ini
tingkat kontroversi relatif sangat rendah perdebatan tentang konsep yang semula begitu
intens sekarang tidak lagi terjadi karena secara umum konsep tersebut sudah bisa diterima.
Itulah sebabnya pada tahap ini satu atau dua definisi mulai menjadi definisi baku. Demikian
juga operasionalisasi konsep mulai didominasi oleh beberapa metode tertentu. Pada tahap ini
juga mulai dipahami batasan-batasan konsep, anteseden dan konsekuensi dari penerapan
sebuah konsep. Dari sini kemudian beberapa buku diterbitkan dan muncul peta analisis yang
mengkonsolidasikan temuan-temuan terdahulu. Meski demikian pada tahap ini bukan tidak
mungkin terjadi pengembangan konsep karena sesungguhnya proses pengembangan konsep
tidak berhenti hanya karena sebuah konsep tersebut sudah dianggap mapan.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan perjalanan konsep budaya dari perspektif antropologi ke organisasi.
Penjelasan bab ini dianggap penting dalam rangka untuk memperoleh gambaran bagaimana studi
tentang budaya pada dasarnya merupakan dominan bidang studi antropologi diadopsi oleh
bidang studi organisasi. Perjalanan konsep ini dimulai pada tahun 1920-an setelah Elton Mayo
melakukan penelitian di Hawthrone Plant yang pada awalnya lebih banyak menggunakan
pendekatan psikologi. Menjelang akhir penelitiannya, Mayo melibatkan Lloyd Warner, seorang
antropolog yang sebelumnya melakukan penelitian suku aborigin di Australia. Keterlibatan
antropolog tersebut memberikan warna baru dan menjadikan studi organisasi menjadi semakin
dinamis. Hasil penelitian tidak hanya diinterpretasikan secara psikologis tetapi juga antropologis
yang hasil interpretasinya ternyata berbeda.