Anda di halaman 1dari 21

Hak Warga Negara dalam Menjalankan Agamanya dan Kewajiban Pemerintah dalam Menjamin Kebebasan Beragama

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila Dosen Pengampu: Itok Dwi Kurniawan, S.H., M.H. Disusun oleh: Agustin Poncowati (K1513004)

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang percaya kepada Tuhan, bangsa Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan semata-mata perjuangan rakyat, namun semua itu tidak akan pernah terwujud jika Tuhan Yang Maha Kuasa tidak menghendakinya. Artinya, kelahiran negara Indonesia didasari oleh nilai-nilai Ketuhanan. Dalam Pembukaan UUD 1945 alenia ke-empat dinyatakan secara tegas bahwa: Kemerdekaan Indonesia adalah berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Kemudian dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 29 diperkuat lagi pengakuan negara atas kekuatan Tuhan yang menyatakan bahwa Negara berdasakan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sehingga, sangatlah jelas bahwa Indonesia percaya pada Tuhan. Indonesia bahkan dengan jelas menyatakan akan melindungi Hak Asasi Manusia yakni bebas dalam menjalankan agama. Dalam hal ini, terdapat dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dalam Amandemen UUD 19451, kebebasan beragama ini juga tercantum dalam pasal 28E: (1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Perlindungan kebebasan beragama ini juga tercantum dalam Undang-undang no. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, terutama pasal 22.
1. Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M., Relasi Antara Agama dan Negara Menurut Konstitusi Indonesia dan Problematikanya(Malang: UMM, 2012), hal.1

Namun, dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, masih terdapat beberapa permasalahan yang timbul. Sehingga, menurut penulis perlu untuk dijabarkan dalam makalah ini. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulisan makalah di atas, berikut ini permasalahan yang akan dibahas: 1. Apakah Agama dan HAM itu? 2. Apakah landasan hukum hak kebebasan beragama di Indonesia dan Internasional? 3. Apa sajakah agama yang resmi di Indonesia? 4. Apakah Problematika agama di Indonesia? 5. Apakah peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut? 6. Apakah atheis diperbolehkan di Indonesia? 7. Apakah agama minoritas dengan agama mayoritas memiliki hak yang berbeda? C. Batasan Masalah Pembahasan di dalam makalah ini perlu dibatasi agar tertuju pada apa dibicarakan yakni, Hak Beragama dan Kewajiban Pemerintah melindungi kebebasan tersebut serta permasalahan kehidupan agama yang terjadi di Indonesia.

BAB II Hak Warga Negara dalam Menjalankan Agamanya dan Kewajiban Pemerintah dalam Menjamin Kebebasan Beragama A. Agama dan HAM 1. Agama Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata: a artinya tidak, gama artinya kacau. Agama berarti tidak kacau. Sebagian yang lain mengartikan a adalah cara, gama adalah jalan. Agama berarti cara jalan, maksudnya cara berjalan menempuh keridaan Tuhan.2 Agama dalam bahasa Inggris adalah religion, berasal dari bahasa Latin relegere yang artinya mengumpulan, membaca. Religion mengandung pengertian sebagai kumpulan cara-cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca. Sedangkan dalam bahasa Arab adalah Al-din yang secara etimologis memiliki arti: balasan atau pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat dan patuh, kebiasaan.3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama berarti sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.4 Agama juga berhubungan dengan Hak Asasi Manusia karena agama termasuk di dalamnya. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang
2. 3. 4. Dr. Ali Nurdin, M.Ag., Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd., Drs. Wawan Suharwan, M.Pd., Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) hal.5.3 Ibid. Ibid. hal.9.2

dimiliki manusia sejak lahir dan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya tanpa terkecuali.5 Agama diklasifikasikan menjadi tiga kategori:6 1. Wahyu dan Non-Wahyu Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para Rasul dan kepada kitabNya, serta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia. Sedangkan agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata aturan ilahi diatas. Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan agama non-wahyu adalah Hindu, Budha, Confusionisme. 2. Misionaris dan Non-misionaris Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan

pengikutnya menyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut Al Masdoosi agama yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, Kristen dan Budha menjadi agama misionaris. 3. Rasial dan Universal Ditinjau dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan: semitik, arya, da Mongolia. Yang termasuk agama semitik adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme, Zoaterianisme.
5. 6. C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Lili Nurlaili, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal.65 Dr. Ali Nurdin, M.Ag., Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd., Drs. Wawan Suharwan, M.Pd., Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) hal.5.4 5.5

Sedangkan yang tergolong Mongolian adalah Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme. Indonesia sendiri telah mengakui dan meresmikan 6 agama, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. 2. HAM HAM dapat meliputi Hak hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak. Hak hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya. Hak hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality). Hak hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan. Dan hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.7 Walau secara historis pemakaian Ham dalam kehidupan bernegara telah dimulai sejak berabad-abad yang lalu, namun pada umumnya dipahami bahwa wacana ini baru berkembang pesat setelah revolusi Amerika dan revolusi Perancis. Sebab sejak resolusi itulah ada upaya mengimplementasikan gagasan
7. 8. Aunur Rohim, Ham di Indonesia, http://hukum.kompasiana.com/2013/05/28/ham-diindonesia-563659.html (akses 14 Oktober 2013) Dr. Moh. Mhfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi (Yogyakarta:Gama Media,1999) hal.100

John Locke (1632-1704), Montesquieu (1689-1755), dan penggagas-penggagas besar lainnya tentang perlindungan Ham di bawah pemerintahan yang demokratis.8 Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.9 Ini semua muncul sebagai ungkapan keinginan menyatukan manusia dan hak-hak asasi manusia dalam masyarakta internasional yang mersakan akibat buruk peperangan.10 Sebelumnya dunia barat sangat tidak perduli dengan HAM sampai membuat mereka terbelakang dan mundur sekali. Sampai pada 15 Juni 1215M muncullah piagam MAGNA CHARTA dimasa kesewenangan raja inggris yang bernama John Lackland. Waktu itu para bangsawan merasa tidak puas dan berhasil memaksa raja John untuk menandatangani perjanjian yang mereka namakan Magna Charta atau Piagam Agung. Namun piagam ini hanya memuat
9. Kholid Syamhudi, Lc, Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Islam, (Makalah disampaikan dalam Kajian Tematik, Masjid Jami Al Shofwa, Jakarta Selatan, 17 April, 2011) 10. Ibid.

pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.11 Indonesia sendiri telah mengakui HAM dalam pembukaan UUD 1945 dan beberapa landasan hukum lain dan menjamin akan perlindungannya. Indonesia juga telah meratifikasi sejumlah konvensi internasional tentang HAM. B. Instrumen HAM Kebebasan Beragama12,13 Dalam pelaksanaan perlindungan terhadap HAM beragama di Indonesia, ada beberapa landasan hukum yang mengikat, yakni: Pasal 29 ayat (2) UUD: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 28E UUD 1945 1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, tempat memilih di pekerjaan, wilayah memilih dan kewarganegaraan, memilih tinggal negara

meninggalkannya, serta berhak kembali.


11. Ibid. 12. Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M., Relasi Antara Agama dan Negara Menurut Konstitusi Indonesia dan Problematikanya(Malang: UMM, 2012), hal.2-4 13. Dasar Landasan Hukum, http://www.komnasham.go.id/profil-6/landasan-hukum (akses 9 Oktober 2013)

2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Pasal 28I UUD 1945 1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Pasal 28 J 1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil dan sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 4 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Pasal 22 1. Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
9

2. Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya dan kepercayaannya itu. KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII/MPR/1998 Pasal 13 Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 37 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non - derogable). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Ratifikasi Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik Pasal 18 1.Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan, dan pengajaran. 2.Tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaannya sesuai dengan pilihannya. 3.Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan berdasarkan hukum, dan yang

10

diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan, atau moral masyarakat, atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang lain. 4.Negara Pihak dalam Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua dan apabila diakui, wali hukum yang sah, untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri. C. Agama di Indonesia Pada tahun 1965, dengan Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965, yang kemudian diangkat menjadi undang-undang dengan UU No. 5 Tahun 1969, dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 1 UU itu, bahwa terdapat 6 agama yang hidup dan berkembang di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Tetapi tidaklah berarti bahwa hanya 6 agama itu yang boleh hidup di Indonesia, karena pada paragraph berikutnya dari Penjelasan Pasal 1 itu dinyatakan bahwa hal itu tidaklah berarti bahwa agamaagama lainnya, seperti Zoroaster, Shinto, dan Tao dilarang di Indonesia. Agama-agama itu juga boleh hidup di Indonesia dan mendapatkan jaminan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UUD 1945. Dengan kata lain, UU No. 1/PNPS/1965 ternyata sangat terbuka di dalam menjamin kebebasan beragama di Indonesia.14 Berikut ini penjelasan singkat mengenai 6 agama di Indonesia15: 1. Islam Islam secara bahasa adalah : Islamul wajh (menundukkan wajah), Al istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan sejahtera),
14. M. Atho Mudzhar Pengaturan Kebebasan Beragama dan Penodaan Agama di Indonesia dan Berbagai Negara, (Makalah disampaikan dalam Kajian tentang Putusan Mahkamah Konstitusi No. 140, Kementerian Hukum dan HAM, Padang, 28 Juni, 2010) 15. Coelumprocyon, Penjelasan Singkat 6 agama di Indonesia, http://coelumprocyon.wordpress.com/2012/07/15/penjelasan-singkat-6-agama-di-indonesia/ (akses 19 Oktober 2013)

11

As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj). Secara istilah, Islam berarti wahyu Allah, diin para nabi dan rasul, pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di dalam Al Quran dan As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus, untuk keselamatan dunia dan akhirat. a. Nama kitab suci Agama Islam : Al-Quran. b. Nama pembawa Ajarannya : Nabi Muhammad SAW c. Permulaan : Kurang lebih 1400 tahun lalu. d. Nama tempat peribadatan : Masjid. e. Hari besar keagamaan : Muharram, Asyura, Maulid Nabi, Isra Miraj, Nuzulul Qur an, Idul Fitri, Idul Adha, dan Tahun Baru Hijriah. 2. Kristen Protestan dan Katolik Agama kristen ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen. Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Kata Katolik sebenarnyabermakna universal atau keseluruhan atau umum dari ajektiva Bahasa Yunani (katholikos) yang menggambarkan sifat gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. a. b. c. Nama kitab suci Kristen Protestan dan Katolik : Injil. Nama pembawa Ajaranya : Isa / Yesus Kristus. Permulaan : Kurang/lebih 2.000 tahun lalu.
12

d. e.

Nama tempat peribadatan : Gereja. Hari besar keagamaan : Natal, Jumat Agung, Paskah, Kenaikan Isa Almasih, dan Pantekosta.

3. Hindu Agama Hindu Adalah agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini, Hindu dalam Bahasa Sanskerta artinya : Sanatana Dharma (Kebenaran Abadi), dan Vaidika-Dharma (Pengetahuan Kebenaran). Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM. a. Nama kitab suci Hindu : Weda b. Nama pembawa Ajaran: c. Permulaan : Masaprasejarah. d. Nama tempat peribadatan : Pura. e. Hari besar keagamaan : Nyepi, Saraswati, Pagerwesi, Galungan, dan Kuningan. 4. Buddha Buddha dalam Bahasa Sansekerta adalah : Mereka yang Sadar, Yang

mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sansekerta: Budh, untuk mengetahui, Buddha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. a. Nama kitab suci Buddha : Tri Pitaka. b. Nama pembawa Ajarannya : Sidharta Gautama.
13

c. Permulaan : Kurang/lebih 2.500 tahun lalu. d. Nama tempat peribadatan : Vihara. e. Hari besar keagamaan : Waisak dan Katina. 5. Kong Hu Cu Kong Hu Cu atau Konfusius, adalah seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok, terkadang sering hanya disebut Kongcu (Hanzi, hanyu pinyin: Kongfuzi Kongzi) (551 SM 479 SM). Filsafahnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisional Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi. a. Nama Kitab suci Kong Hu Cu : b. Nama Pembawa Ajarannya : Kong Hu Cu c. Permulaan : d. Nama Tempat Ibadahnya : Klenteng/Vihara e. Hari besar Keagamaannya : Sembayang kepada arwah leluhur, Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Twan Yang, Hari Tangcik/Sembayang Ronde dll. D. Permasalahan Agama di Indonesia 1. UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan agama dinilai bertentangan dengan HAM karena membatasi suatu agama tertentu dan mengabaikan kepercayaan dan atau agama minoritas selain 6 agama resmi di Indonesia. Seperti dalam kasus Ahmadiyah, pemerintah mengeluarkan SKB tiga menteri untuk membubarkan kelompok aliran tersebut.
14

2. Anak sekolah yang beragama atau berkepercayaan minoritas biasanya diwajibkan untuk mengikuti kelas agama mayoritas. 3. Kebebasan HAM di batasi oleh UU agama resmi diminta untuk mengisi agamanya dengan salah satu dari 6 agama resmi tersebut. 5. Muncul pertanyaan, dapatkah menjadi atheis di Indonesia? E. Peran Pemerintah dalam Menjawab Permasalahan Agama Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa UU No.1/PNPS/1965 adalah diskriminatif karena membatasi agama hanya pada enam agama, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, adalah pendapat yang tidak benar. Memang pada Penjelasan Pasal 1 paragraf pertama UU itu dikatakan sebagai berikut: Agama-agama yang dipeluk oleh Penduduk Indonesia ialah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu Cu (Confusius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan agama-agama di Indonesia. Tetapi kemudian dalam paragraf ketiga Penjelasan Pasal 1 itu juga, secara eksplisit disebutkan sebagai berikut: Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarazustrian, Shinto, Thaoism, dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 (UUD 1945) dan mereka dibiarkan adanya . . .dst. Perlu dicermati di sini bahwa baik ketika menyebutkan enam agama tersebut di atas maupun ketika menyebutkan agama-agama lainnya, Penjelasan Pasal 1 itu menyebutkan bahwa kedua jenis kelompok agama itu mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh Pasal 29 UUD 1945. Bahkan ketika menyebut agama-agama lainnya selain yang enam tersebut, Penjelasan itu secara eksplisit menyatakan bahwa jaminan itu bersifat penuh. Karena itu, UU No.1/PNPS/1965 tidak
15

4. Dalam Pencatatan kependudukan, seringkali penduduk dengan agama selain 6

bertentangan dengan UUD 194516. Makna kata dibiarkan yang terdapat di dalam Penjelasan Pasal 1 paragraf 3 UU ini harus diartikan sebagai tidak dihalangi dan bahkan diberi hak untuk tumbuh dan berkembang, dan bukan dibiarkan dalam arti diabaikan17. Sedangkan Keberadaan SKB seperti dalam kasus JAI merupakan bukti dari kehati-hatian dalam pelaksanaan kewenangan negara untuk melakukan tindakan hukum terhadap orang/ kelompok yang dianggap menyimpang menurut internal agama masing-masing. Pada tahun 2003, Indonesia mengesahkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang itu disebutkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya. Diatur pula bahwa guru yang mengajarkan agama itu harus memeluk agama yang sama dengan agama yang diajarkannya itu dan agama muridnya. Ditegaskan pula dalam Penjelasannya bahwa bagi sekolahsekolah (swasta) yang tidak memiliki guru agama dimaksud, maka Pemerintah memfasilitasi penyediaan guru-guru agama itu. Aturan ini sangat sejalan dengan prinsip-prinsip HAM18. Adanya pembatasan-pembatasan itu tidak perlu mengecilkan hati kita seolaholah kita adalah bangsa yang tidak memiliki kebebasan beragama. Hal itu dimungkinkan sepanjang dilakukan melalui undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan dan ketertiban umum.
16. M. Atho Mudzhar, Op.Cit. 17. Ibid. 18. Ibid.

16

Sesungguhnya dalam instrumen-instrumen internasional pun hal serupa memang diatur. Dengan demikian, Pasal 28J UUD 1945 sesungguhnya juga sejalan dengan berbagai instrumen internasional yang telah diadopsi dan ditandatangani oleh PBB. Dalam hal ini maka apabila UU No.1/PNPS/1965 itu dipandang sebagai salahsatu pembatasan yang dilakukan dengan UU, maka hal itu sebenarnya adalah tidak bertentangan dengan UUD 1945, karena adanya peluang yang diberikan oleh Pasal 28J UUD 1945 itu yang harus dibaca sebagai bagian tak terpisahkan dari pasal-pasal lainnya19. Dalam permasalahan kependudukan yang diatur dalam UU no.23 tahun 2006 pasal 2 disebutkan bahwa, Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagal agama berdasarkan ketentuan Peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan. Praktik diskriminasi yang dialami oleh masyarakat penganut kepercayaan adalah bentuk dari kesalahan penerapan norma dalam hukum administrasi dan bukan merupakan permasalahan pertentangan norma UU Pencegahan Penodaan Agama terhadap UUD 1945. Mengenai permasalahan seorang atheis di Indonesia20, memang belum ada peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang seseorang menganut paham ateisme. Di sisi lain, konsekuensi hukum dari paham ateisme yang dianutnya, orang yang bersangkutan boleh jadi tidak dapat menikmati hak-hak yang pada umumnya bisa dinikmati mereka yang menganut agama tertentu di Indonesia.
19. Ibid. 20. Adi Condro Bawono, Diana Kusumasari, Bolehkan menjadi Atheis di Indonesia?, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f4545a9b77df/bolehkah-menjadi-ateis-diindonesia? (akses 9 Oktober 2013)

17

Namun, Seorang ateis dilarang menyebarkan ateisme di Indonesia. Penyebar ajaran ateisme dapat dikenai sanksi pidana Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyebutkan: Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Indonesia sebagai Negara yang mempercayai Tuhan Yang Maha Esa telah mengakui dan menjamin kebebasan Warga Negaranya dalam menjalankan ibadah. Tidak hanya sebatas agama mayoritas di Indonesia, namun juga agama dan kepercayaan yang tidak disebutkan dalam UU. Maka, Warga Negara Indonesia tidak perlu khawatir akan pembatasan-pembatasan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaannya. Pembatasan-pembatasan tersebut semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum. B. Saran Sebaiknya dalam perumusan UU berkaitan dengan kebebasan beragama lebih dijelaskan dengan rinci agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran dalam hal praktiknya. Dan dalam hal praktik di kehidupan masyarakat, sebaiknya jangan ada lagi diskriminasi terhadap agama dan atau kepercayaan minoritas.

19

Daftar Pustaka Pratiwi, Cekli Setya. SH.,LL.M. Relasi Antara Agama dan Negara Menurut Konstitusi Indonesia dan Problematikanya. Malang: UMM, 2012 Nurdin, Ali M.Ag., Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd., Drs. Wawan Suharwan, M.Pd. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009 Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil, Lili Nurlaili, Pendidikan Kewarganegaraan 1 SMP/MTs.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007 Rohim, Aunur. Ham di Indonesia, http://hukum.kompasiana.com/2013/05/28/hamdi-indonesia-563659.html akses 14 Oktober 2013 MD, Dr. Moh. Mahfud. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi.Yogyakarta:Gama Media,1999 Syamhudi, Kholid Lc. Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Islam. Makalah disampaikan dalam Kajian Tematik, Masjid Jami Al Shofwa, Jakarta Selatan, 17 April, 2011 Dasar Landasan Hukum. http://www.komnasham.go.id/profil-6/landasan-hukum. akses 9 Oktober 2013 Mudzhar, M. Atho. Pengaturan Kebebasan Beragama dan Penodaan Agama di Indonesia dan Berbagai Negara. Makalah disampaikan dalam Kajian tentang Putusan Mahkamah Konstitusi No. 140, Kementerian Hukum dan HAM, Padang, 28 Juni, 2010. Coelumprocyon. Penjelasan Singkat 6 agama di Indonesia. http://coelumprocyon.wordpress.com/2012/07/15/penjelasan-singkat-6-agama-diindonesia/. Akses 19 Oktober 2013 Kusumasari, Diana. Hukum berkaitan dengan rumah ibadat. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2196/hukum-berkaitan-dengankegiatan-rumah-ibadat. Akses 9 Oktober 2013

20

Salmande,

Ali.

Delik

Penghinaan

terhadap

agama.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4464/delik-penghinaan-terhadap-agama. Akses 9 Oktober 2013 Rachmadsyah, Shanti. Hak Anak dalam Keluarga (Memiliki Keyakinan Berbeda dengan Orang Tua). http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ccaef70a8194/hak-anak-dalamkeluarga-%28memiliki-keyakinan-berbeda-dengan-orang-tua%29. Akses 9 Oktober 2013 www.kompasham.go.id. Akses 9 Oktober 2013

21

Anda mungkin juga menyukai