Anda di halaman 1dari 9

KATA DAN PEMBENTUKAN KATA

A. Kata
Proses pembentukan kata banyak ragamnya dalam bahasa Indonesia. Sebagian besar
kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut, sebaiknya mengetahui terlebih dahulu
beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini.
1. Pengertian Kata
Kata suatu bagian dari suatu bahasa yang mengandung arti yang terdiri dari satu atau
lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau beberapa afiks. Gabungan
kata-kata dapat membentuk frase, klausa, atau kalimat. (KBBI).
Kata adalah unit bahasa yang mengandung arti/makna terdiri satu atau lebih morfem.
Bisa disertai afiks.(wilpedia).
Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila
ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak
dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks
meliputi prefiks, sufiks dan konfiks.
Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di
depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama
mendukung satu fungsi.
Kata turunan (kata jadian) = adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa
awalan, sisipa, akhiran, maupun gabungan kata. Atau kata dasar yang sudah diberi imbuhan.
Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata
dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

2. Afiks Bahasa Indonesia yang Umum

Prefiks:  ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

Sufiks:  -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

Konfiks:  ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya
 

Proses pembuatan kata bentukan yang memiliki makna baru dari kata dasar dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Afiksasi atau pengimbuhan - misalnya damai menjadi berdamai
2. Reduplikasi atau pengulangan - misalnya rumah menjadi rumah-rumah.
3. Komposisi atau pemajemukan, misalnya garam dapur, roda gila.
Pembentukan kata dapat juga dilakukan dengan kombinasi ketiga cara tersebut.
Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk terikat yang digunakan untuk
membentuk neologisme (lingkungan kata bentukan baru atau makna baru). Biasa
dikelompokkan menurut posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang
paling sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah:
1. prefiks (awalan, misalnya me-, ber-, -),
2. sufiks (akhiran, misalnya -an, -wan),
3. infiks (sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan
4. konfiks (gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).
Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata
dasar wire (kabel) dan sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa,
atau kurang. Afiks yang memiliki makna serupa dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada
beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-, mungkin karena
lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks -less pasti dialihbahasakan
menjadi nir-.
Reduplikasi
Reduplikasi adalah fenomena linguistik berupa pengulangan suatu kata atau unsur kata
(fonem, morfem) membentuk kata baru yang dapat mengubah makna dasar. Dalam bahasa
Indonesia, reduplikasi sering dilakukan dengan menambahkan tanda hubung (-). Contohnya
rumah-rumah.
Komposisi/pemajemukan
Banyak sekali kata yang dibentuk melalui proses pemajemukan dalam bahasa Indonesia,
contohnya rumah sakit,terima kasih, dll.
Yang menarik adalah, meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata cara
penulisan gabungan kata, masih banyak ditemukan kesalahan yang dilakukan pengguna
bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk. Prinsip ringkas penulisan kata gabungan
adalah:
1. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh darah daging.
2. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah
pengertian. Contoh orang-tuamuda.
3. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
4. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.
5. Ditulis serangkai untuk beberapa kata yang telah ditentukan. Contohnya manakala,
kilometer. Daftar lengkap bisa dilihat di pedoman EYD.

3.Penggolongan Kata

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar
pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan
karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau
sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk
dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk
adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnya baca, lari.
a. Verba transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek dalam kalimat.
Objek yang mengikuti bisa kata benda, frase atau kata ganti misalnya:
membunuh.
b. Verba kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak membutuhkan objek
misalnya: duduk, tidur, tidu, meninggal dan sebagainya
c. Pelengkap (komplement) adalah bagian frase verba yang membuatnya menjadi
predikat lengkap dalam klausa. Pelengkap dapat berupa frase nomina, verba,
adjektiva atau preposisi, atau klusa. (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras,cantik,
lembut.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan
kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
a. Orang pertama (kami),
b. Orang kedua (engkau),
c. Orang ketiga (mereka),
d. Kata ganti kepunyaan (-nya),
e. Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
a. Angka kardinal (duabelas),
b. Angka ordinal (keduabelas)
7. Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas, yang berdasarkan
peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
a. preposisi (kata depan) (contoh: dari),
b. konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi
subordinat (karena),
c. artikula (kata sandang) (contoh: sang, si)
d. interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
e. partikel penegas. misalnya lah, kah, tah, pun

4.Penggunaan Afiks

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks


merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks
Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah
Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna
sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah
umum untuk masing-masing jenis afiks.
              Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain)
digunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan
diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil
penambahan afiks (imbuhan) ke kata dasar. Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini
lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi
itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus
utama dalam kalimat atau bukan. 

Contoh penerapan afiks adalah:

a. ber- : penambahan prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali
mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat
menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih
aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks
"ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau
sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks
"ber-" memunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris.
Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini. 
Contoh :
Kebun berkebun (mengerjakan kebun)
b. me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini
membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus
utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis
prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan
atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu
dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari
prefiks ini.
Contoh :
makan mendapat awalan me memakan
angkut mendapat awalan meng mengangkut
bor mendapat awalan menge mengebor
sapu mendapat awalan meny menyapu
baca mendapat awalan mem membaca
c. di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-."
Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan
tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam
kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam
Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
Contoh:   
siksa mendapat awalan di disiksa
sikat mendapat awalan di disikat
d. pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang
melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki
makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata
dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk
dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari
tiap 110 kata yang tertulis dalam bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. 
Contoh:
tani mendapat awalan me petani
ternak mendapat prefiks pe peternak
e. ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam bahasa Indonesia memiliki
prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan. yaitu (1) Jika
menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang
menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya:
paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah) contoh tertinggi = paling
tinggi tercantik = paling cantik dsb. (2) Jika menambahkan ke kata dasar yang
bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif,
yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa
menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara
tiba-tiba atau tidak disengaja.
Contoh:
minum terminum
jatuh terjatuh
6. se-: menambah prefiks se- dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini
sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap
42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.  Penggunaan
paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:
a. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan. Contoh seliter
b. untuk menyatakan seluruh atau segenap. Contoh se Indonesia
c. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan. Contoh sehimpunan
d. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang
berhubungan dengan waktu. Contoh Saya berjanji bertemu,sehabis shalat magrib
6.  -an : menambah sufiks ini pada suatu kata biasanya menghasilkan kata benda yang
menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat,
instrumen. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam bahasa Indonesia
memiliki sufiks ini.   
Contoh : makan makanan (menunjukkan benda)
tiru tiruan (hasil meniru)

7.-i : menambahkan sufiks ini pada suatu kata akan menghasilkan verba yang
menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini
sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak
langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan
tersebut.    Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu
ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam bahasa Indonesia memiliki
sufiks ini. 
Contoh: Habisi saja kue itu, daripada tinggal dikerumuni semut.
Pukul + I = pukuli (memukul berkali-kali) menunjukkan perulangan
 8.-kan: menambah sufiks ini dalam suatukata akan menghasilkan kata kerja yang
menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi
utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat.
Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks
ini. 
9-kah :  menambah sufiks –kah pada suatu kata menunjukkan bahwa sebuah ucapan
merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus
pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.
Contoh: Apakah Tante Ipa masih tinggal di Bandung?
10-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi
secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus
perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar
satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. 
Contoh: Ambillah baju itu, jika engkau suka.
 11.ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata
yang tertulis dalam bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah bertujuan
untuk:   (a) membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam
pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar,   (b).
membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal,  (c) membentuk adjektif
yang menyatakan keadaan berlebihan,  (d). membentuk verba yang menyatakan
kejadian yang kebetulan.

Contoh: Semua keingianan si Budi dipenuhi oleh ibunya

12. pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks
ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya
perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang
tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. 
Contoh:
a. Perawatan. Kata dasar rawat mendapat konfiks (Pe-an).
b. Pengukuran. Kata dasar ukur mendapat konfiks (peng-an) .
c. Penyakitan. Kata dasar sakit mendapat konfiks (peny-an)
d. Pembebasan. Kata dasar bebas mendapat konfiks( pem-an).

13. per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang
menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan
tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar
atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh
dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih
konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam bahasa
Indonesia memiliki konfiks ini. 
Contoh:Perlakuan anak itu, membuat orang tuanya tercoreng arang di muka.
14. se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal
atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan
tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja.
Contoh: setinggi-tingginya = setinggi mungkin. 
15. -nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata
dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan
tidak dibahas di sini. 
contoh: Buku bukunya  
-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni. Pada umumnya
satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang
digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata
“bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka.
Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki
fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya”
berfungsi sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks
murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam bahasa Indonesia
memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua
jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi
lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan
majalah berita.

Bentuk lain yang bentuknya seperti imbuhan tetapi bukan imbuhan disebut klitika
yaitu: lah, kah, dan pun. Klitika adalah semacam imbuhan, dalam ucapan tidak mempunyai
tekanan sendiri, dan bukan pula merupakan kata karena tidak bisa berdiri sendiri, dan selalu
terikat pada bentuk (kata) yang lain. Atau klitika sering dikatakan morfem bebas yang secara
fonologi terikat pada kata atau frase lain

Contoh: Pergilah sekarang sebelum turun hujan.


Akukah yang ikut ke undangan atau engkau.
Apapun yang kau katakan saya tetap tidak percaya.

Anda mungkin juga menyukai