Ujar wanita setengah tua bernama Bu Wati itu. ia mengaku menemukan kartu namaku di saku baju
Kurniadi pada saat terkhirnya.
“Kami tidak tahu,Pak. Dia tinggal sendirian di rumah itu. sejak sakit,sepertinya tidak ada yang
pernah keliling ronda, almarhum terlihat mengap-mengap,lalu terjatuh di teras, bersama Pak RT kami
membawanya ke rumah sakit,tapi menjelang sore,almarhum tidak tertolong lagi,” ujar Bu Wati.
Dengan kepala berkunang-kunang, aku berusaha mengingat-ingat keluarga besar sobatku yang
malang itu. setahuku, Kurniadi tidak punya kakak atau adik. Ayahnya sudah meninggal sejak ia masih
SMA. Dan bersama ibunya, Kurniadi kemudian membuka toko komputer yang kemudian menjadi
sumber kehidupan mereka berdua. Ketika kami masih sering bertemu,seingatku belum pernah sekalipun
aku bertemu keluarga besarnya. Hanya sang ibu dan dia. Kurniadi wafat sebatang kara. Tanpa cuci muka
dan ganti baju,bergegas aku mengurus pemakaman sahabatku itu.
a. menegangkan
b. menakutkan
c. menyedihkan
d. mengharukan
e. mengenaskan
a. religi
b. moral
c. sosial
d.budaya
e. politik