Anda di halaman 1dari 51

Ulasan Cerpen Lintang

Judul

: Lintang

Pengarang

: Aveus Har

Data terbitan

: Edisi 08-07

Halaman

:1

Jumlah halaman

: 11

Cerpen yang berjudul Lintang ini menceritakan dua orang wanita yang bernama Lintang
dan Nisa. Nisa awalnya ingin menjadi orang yang terkenal, semua orang mengenalnya, semua
orang memperhatikannya, dan semua orang mengikutinya kemana pun ia pergi. Tetapi beda
dengan teman dekatnya atau bisa dikatakan sahabat karibnya, Lintang namanya pasti terlintas
sosok perempuan yang cantik dan rupawan. Kedua perempuan ini mempunyai keinginan yang
berbalikan, lintang ingin menjadi orang biasa namun mama tirinya mengarahkan lintang ke
bidang permodelan karena menurut mama tirinya ia mempunyai potensi yang perlu diasah
supaya berkemban dan menjadi orang yang terkenal.
Suatu ketika papa lintang menikah dengan tante wien, janda mantan foto model yang
sekarang jadi pengusaha, dan mengajak lintang pindah rumah yang begitu mewah. dan juga
pindah sekolah. Kini keduanya telah terpisah yang dulunya setiap hari bermain bersama, sudah
dua tahun lebih harapan untuk bertemu dengan sahabatnya hanya menjadi tugu dilintas kenangan
keduanya. Lintang telah menjadi artis yang jauh dilangit popularitasnya, sedangkan nisa masih
menjalani keseharianya yang begitu datar, tanpa sahabatnya yang bernama lintang.

Cerpen yang berjudul Lintang ini adalah kisah hidup Lintang ketika ia mencapai
kesuksesanya. Tentu persoalan dalam masyarakat atau individu, serta sikap dan tindakan
kelompok masyarakat yang dalam masyarakat sedikit banyaknya tertuang dalam cerpen ini.
Karena karya sastra erat kaitannya dengan dunia sosial yang nyata. Dan cerpen ini merupakan
tiruan atau cermin dari masyarakat pada zaman sekrang. Diantaranya pada kutipan berikut:
lintang telah menjadi bintang, meski ia pernah berkata tak menginginkannya. Dan nisa telah
mengubur impiannya menjadi bintang, meski ia termata ingin menjadi bintang. Kutipan diatas
mengungkapkan Lintang sudah menjadi artis terkenal dimana-mana sampai-sampai nisa iri
kepada lintang dengan gelimang harta, semua yang ia inginkan dapat tercapai. Tetapi yang
membuat ia berfikir dua kali yaitu ketitakbebasan Lintang dalam beraktifitas seperti anak muda
biasanya terdapat pada kutipan berikut:
aku justru iri sama kamu. Kamu busa bebas, bisa melakukan apapun tanpa khawatir, bisa
bergaul dengan siapa saja tanpa kepura-puraan, bisa menjadi dirimu sendiri. Sementara aku? Aku
meras hidup dalam kepalsuan, kesemuan, kepura-puraan. Kutipan di atas mengungkapkan
bahwa Lintang iri kepada sahabatnya walau hanya menjadi reporter majalah sekolah.
Pada kutipan berikutnya
Dan sebagai sahabat, Nisa tahu betapa nelangsa sesungguhnya hidup Lintang. Di tengah
popularitasnya, ia merasa sepi, sunyi. Tak ada ruang untuk kehidupan selayaknya remaja
seusianya. Tak ada kebebasan. Kemanapun pergi, ia harus menjadi orang lain.
Kutipan di atas mengungkapakan bahwa lintang lebih senang hidup yang sederhana daripada
menjadi artis tetapi tidak bisa menjadi dirinya dalam kehidupan sehari-harinya, betapa irinya
lintang kepada sahabatnya itu.

Struktur Teks Ulasan Cerpen Lintang


Orientasi
Cerpen yang berjudul Lintang ini menceritakan dua orang wanita yang bernama Lintang
dan Nisa. Nisa awalnya ingin menjadi orang yang terkenal, semua orang mengenalnya, semua
orang memperhatikannya, dan semua orang mengikutinya kemana pun ia pergi. Tetapi beda
dengan teman dekatnya atau bisa dikatakan sahabat karibnya, Lintang namanya pasti terlintas
sosok perempuan yang cantik dan rupawan. Kedua perempuan ini mempunyai keinginan yang
berbalikan, lintang ingin menjadi orang biasa namun mama tirinya mengarahkan lintang ke
bidang permodelan karena menurut mama tirinya ia mempunyai potensi yang perlu diasah
supaya berkemban dan menjadi orang yang terkenal.
Tafsiran
Suatu ketika papa lintang menikah dengan tante wien, janda mantan foto model yang
sekarang jadi pengusaha, dan mengajak lintang pindah rumah yang begitu mewah. dan juga
pindah sekolah. Kini keduanya telah terpisah yang dulunya setiap hari bermain bersama, sudah
dua tahun lebih harapan untuk bertemu dengan sahabatnya hanya menjadi tugu dilintas kenangan
keduanya. Lintang telah menjadi artis yang jauh dilangit popularitasnya, sedangkan nisa masih
menjalani keseharianya yang begitu datar, tanpa sahabatnya yang bernama lintang.
Evaluasi
Cerpen yang berjudul Lintang ini adalah kisah hidup Lintang ketika ia mencapai
kesuksesanya. Tentu persoalan dalam masyarakat atau individu, serta sikap dan tindakan
kelompok masyarakat yang dalam masyarakat sedikit banyaknya tertuang dalam cerpen ini.
Karena karya sastra erat kaitannya dengan dunia sosial yang nyata. Dan cerpen ini merupakan
tiruan atau cermin dari masyarakat pada zaman sekrang. Diantaranya pada kutipan berikut:

lintang telah menjadi bintang, meski ia pernah berkata tak menginginkannya. Dan nisa telah
mengubur impiannya menjadi bintang, meski ia termata ingin menjadi bintang. Kutipan diatas
mengungkapkan Lintang sudah menjadi artis terkenal dimana-mana sampai-sampai nisa iri
kepada lintang dengan gelimang harta, semua yang ia inginkan dapat tercapai. Tetapi yang
membuat ia berfikir dua kali yaitu ketitakbebasan Lintang dalam beraktifitas seperti anak muda
biasanya terdapat pada kutipan berikut:
aku justru iri sama kamu. Kamu busa bebas, bisa melakukan apapun tanpa khawatir, bisa
bergaul dengan siapa saja tanpa kepura-puraan, bisa menjadi dirimu sendiri. Sementara aku? Aku
meras hidup dalam kepalsuan, kesemuan, kepura-puraan. Kutipan di atas mengungkapkan
bahwa Lintang iri kepada sahabatnya walau hanya menjadi reporter majalah sekolah.
Pada kutipan berikutnya
Dan sebagai sahabat, Nisa tahu betapa nelangsa sesungguhnya hidup Lintang. Di tengah
popularitasnya, ia merasa sepi, sunyi. Tak ada ruang untuk kehidupan selayaknya remaja
seusianya. Tak ada kebebasan. Kemanapun pergi, ia harus menjadi orang lain.

Rangkuman :
Kutipan di atas mengungkapakan bahwa lintang lebih senang hidup yang sederhana daripada
menjadi artis tetapi tidak bisa menjadi dirinya dalam kehidupan sehari-harinya, betapa irinya
lintang kepada sahabatnya itu.

Unsur Intrinsik
a. Tema
Persahabatan dua wanita yang masing-masing mempunyai keinginan yang berbeda satu
sama lain.
b. Amanat
Kesederhaanaan dan menjadi diri sendiri memang lebih baik ketimbang menjadi orang
lain.
c. Alur
d. Latar
e. Tokoh dan Penokohan
f. Sudut Pandang
Unsur Ekstrinsik
a. Latar Belakang Pengarang
b. Latar belakang Masyarakat

Teks Ulasan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis

Cerpen karya A.A. Novis yang mengisahkan seorang kakek Garin, yang meninggal secara
mengenaskan yaitu membunuh diri akibat dari mendengar cerita bualan seseorang yang sudah
dikenalnya, ternyata cukup memikat siapapun yang membacanya. Karena daya pikat itu, peneliti

mencoba mengkajinya dan agar kajian ini, khususnya bab IV ini mudah dipahami agaknya perlu
juga memaparkan sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami tesebut. Sinopsisnya itu seperti yang
dipaparkan di bawah ini.
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang
ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini
masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut
sebagai Garin.
Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang
membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari
pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau
rokok.
Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan,
membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya
sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain,
apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu,
keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga
surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu
sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.
Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya
sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin
diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh
seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya.

Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama
seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya,
kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala
perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas
untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus
mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya.
Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi
bekerja.

Tinjauan atas Unsur Intrinsik


Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa
tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat
dalam cerpen Robohnya Surau Kami itu sebagai berikut:

Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti
dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut
tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.

Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami sesungguhnya terletak pada persoalan
batin kakek Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Gambaran ini terletak pada halaman 10
berikut ini.

Sedari mudaku aku disini, bukan? Tak ku ingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti
orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah.
Segala kehidupanku, lahir batin, ku serahkan kepada Allah Subhanahu Wataala. Tak pernah aku
menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan
manusia terkutuk. Umpan neraka. Tak ku pikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada
dan pengasih penyayang kepada umatNya yang tawakkal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci.
Aku pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepadaNya. Aku
bersembahyang setiap waktu. Aku puji-puji dia. Aku baca KitabNya. Alahamdulillah kataku
bila aku menerima karuniaNya. Astaghfirullah kataku bila aku terkejut. Masa Allah bila aku
kagum. Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.

Kemudian pada halaman 16 gambaran itu ditegaskan kembali, yaitu :

Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu sendiri. Kau takut
masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kaum mu sendiri,
melupakan kehidupan anak istimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah
kesalahan mu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara
semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.

Dengan demikian, jika kita buat kesimpulan atas fakta-fakta di atas maka tema cerpen ini adalah
seorang kepala keluarga lalai itu sehingga masalah kelalaiannya itu akhirnya mampu membunuh
dirinya. Dan simpulan temanya itu ternyata bersifat universal. Oleh karena itu, wajarlah kalau
cerpen karya A.A. Navis ini diteima oleh setiap orang.

Amanat

Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh
pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh
cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan kata lain

solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok persoalan,
yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilah yang
dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginan pengarang untuk
menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.

Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah:
Pelihara, jaga, dan jangan bermasabodoh terhadap apa yang kau miliki. Hal ini terdapat pada
paragraf kelima halaman delapan kalimat yang terakhir. Amanat pokok/utama ini kemudian
diperjelas atau diuraikan dalam ceritanya. Akibatnya muncullah amanat-amanat lain yang
mempertegas amanat utama itu. Amanat-amanat yang dimaksud itu di antaranya:

(a) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita karena ada
perbuatan kita yang kurang layak di hadapan orang lain. Amanat ini dimunculkan melalui ucapan
kakek Garin pada halaman 9.

Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah
lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak
karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal kepada Tuhan .

dari ucapan kakek Garin itu jelas tegambar pandangan hidup/cita-cita pengarangnya mengenai
karangan untuk cepat marah.

(b) Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa saja baik di
hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan itu. Coba saja tengok pengalaman
tokoh yang bernama Haji Saleh ketika dia disidang di akhirat sana:

Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu banyak teman-temannya didunia
terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya,
karena semua orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak kurang ibadahnya dari dia sendiri.
Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke Mekkah dan bergelar Syekh pula ( Hlm.
12 13 ).

Tidak hanya itu saja. Dari gambaran ini terpapar pula amanat lain, yaitu:

(c) Kita jangan terpesona oleh gelar dan nama besar sebab hal itu akan mencelakakan diri
pemakainya.

(d) Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, untuk itu cermati sabda Tuhan dalam cerpen
ini:

, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua, sedang harta
bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka
berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya

raya, tapi kau malas, kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh,
tidak membanting tulang. Sedang Aku menyuruh engkau semuanya beramal disamping
beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin . (hlm. 15).

(e) Jangan mementingkan diri sendiri, seperti yang disabdakan Tuhan dalam cerpen ini halaman
16.

. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk
neraka, karena itu kau taat bersembahyang, tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri,
melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah
kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau didunia berkaum, bersaudara
semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.

Dan akhirnya amanat (d) dan (e) menjadi kunci amanat yang diinginkan pengarang untuk
pembacanya. Kedua amanat itu kemudian dirumuskan, seperti yang sudah dituliskan pada bagian
awal tentang amanat di atas.

Latar

Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu:
latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.

Latar Tempat

Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah,
kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh
pengarangnya, seperti kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya :

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan
akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira
sekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan,
simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan
temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolan ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah
pancuran mandi. (hlm. 1 )

Latar Waktu

Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti
yang sudah dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :

Pada suatu waktu, kata Ajo Sidi memulai, ..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang
yang sudah berpulang . (hlm. 10)

Meskipun begitu, ada juga yang juga yang jelas-jelas menyebutkan soal waktu, misalnya:

Jika tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kebencian
yang bakal roboh

Sekali hari aku datang pula mengupah kepada kakek (hlm. 8)

Sedari mudaku aku di sini, bukan ?. (hlm.10)

Latar Sosial

Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial


dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di dalam cerpen ini latar sosial
digambarkan sebagai berikut :

Dan di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan
segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun Ia sebagai Garim,
penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek (hlm. 7)

Dari contoh ini tampak latar sosial berdasarkan usia, pekerjaan, dan kebisaan atau cara hidupnya.

Namun demikian, contoh latar sosial yang menggambarkan kebiasaan yang lainnya yaitu :

Kalau Tuhan akan mau mengakui kehilapan Nya bagaimana ? suatu suara melengking di
dalam kelompok orang banyak itu.

Kita protes. Kita resolusikan, kata Haji Soleh.

cocok sekali, di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh, sebuah suara
menyela.

Setuju. Setuju. Setuju. Mereka bersorak beramai-ramai (hlm. 13)

Kebiasaan ini tentunya mengisyaratkan kepada kita bahwa tokoh-tokoh yang terlibat dalam
dialog ini (hlm.13), termasuk kelompok orang yang sangat kritis, vokal, dan berani. Karena
kritik, vokalnya, dan beraninya Dia sering menganggap enteng orang lain dan akhirnya terjebak
dalam kesombongan. Tokoh-tokoh ini menjadi sombong di hadapan Tuhannya padahal apa yang
dilakukannya belum ada apa-apanya. Perhatikan pada berikut ini.

Haji soleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang
menggeletar dan berirama indah, Ia memulai pidatonya: O, Tuhan kami yang Mahabesar, kami
yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat
menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji
kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya

Akhirnya ada latar sosial lain yang digambarkan dalam cerpen ini meskipun hanya sepintas saja
gambaranya itu. Latar sosial ini menunjukkan bahwa salah satu tokoh dalam cerita ini termasuk
kedalam kelompok sosial pekerja. Datanya seperti ini.

Dan sekarang, tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan
Ajo Sidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab, dan sekarang ke mana dia ?

Kerja

Kerja?tanyaku mengulangi hampa.

ya.Dia pergi kerja.

Alur (plot)

Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang


diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubunganhubungan konsolitas itu memiliki struktur. Strukturnya itu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikan
seperti berikut.

Bagian Awal

Pada bagian awal cerita ini yang terdapat dalam cerpen ini terbagi atas dua bagian, yaitu bagian
eksposisi, yang menjelaskan/ memberitahukan informasi yang diperlukan dalam memahami
cerita. Dalam hal ini, eksposisi cerita dalam cerpen ini berupa penjelasan tentang keberadaan
seorang kakek yang menjadi garim di sebuah surau tua beberapa tahun yang lalu, seperti yang
diungkapkan pada data berikut :

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku . akan Tuan temui seorang
tua yang biasanya duduk di surau dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat.
Sudah bertahun-tahun ia sebagai garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek.

Sebagai penjaga surau, kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya
sekali sejumat. Sekali enam bulan Ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas
dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id, tapi sebagai Garim ia tak
begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena Ia begitu mahir dengan
pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tidak pernah meminta
imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting,
memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan
rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan
sedikit senyum (hlm. 7).

Dan yang kedua adalah sebagai instabilitas (ketidakstabilan), yaitu bagian yang didalamnya
terdapat keterbukaan.

Yang dimaksud di sini adalah cerita mulai bergerak dan terbuka dengan segala permasalahannya.
Perhatikan data berikut :

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa
penjaganya .

Jika Tuan datang sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian
yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya . (hlm. 8)

Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa yang dimaksud cerita mulai bergerak dan tebuka adalah
karena informasi ini belum tuntas bahkan menimbulkan pertanyaan, mengapa si Kakek wafat
dan bagaimana hal itu bisa terjadi ? sehingga ketidakstabilan ini memunculkan suatu
pengembangan suatu cerita.

Bagian Tengah

Meskipun ketidakstabilan dalam cerita memunculkan suatu pengembangan cerita tetapi bagian
tengah tidak dimulai dari ketidakstabilan itu. Justru, bagian tengah dimulai dengan jawaban atas
pertanyaan yang muncul, seperti yang disebutkan dalam bagian awal. Jawaban itu sedikitnya
menggambarkan suatu konplik, bahwa si Kakek wafat karena dongengan yang tak dapat
disangkal kebenarannya. Data untuk ini seperti berikut:

Dan biang keladi dari kecerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal
kebenarannya. (hlm . 8)

Data konflik ini kemudian diperkuat dengan pemunculan tokoh alur yang berniat hendak
mengupah si Kakek. Akan tetapi begitu tokoh atau bertemu dengan si Kakek suasananya sangat
tidak diharapkan.

Kakek begitu muram. Di sudut benar dia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan
dan dagunya. Pandangannya sayu kedepan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya.
Sebuah blek susu yang berisi minyak kelapa sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau
cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. (hlm. 8)

Rupanya si Kakek sedang dicekam konplik

Konplik ini berkembang menjadi konplikasi manakala tokoh aku menanyakan sesuatu yang
berupa pisau kepada si Kakek. Penyebab munculnya konplikasi ini bukan karena pisau itu
melainkan pemilih pisau itu. Hal ini terbukti ketika si Kakek menyebutkan nama pemilik pisau
itu, dia begitu geramnya bahkan mengancam.

Kurang ajar dia. Kakek menjawab.

Kenapa ?

Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.
(hlm. 9)

Kemarahannya ini demikian hebat, makanya dia mau saja melepaskan kekesalannya dengan
menceritakan apa yang dilakukan Ajo Sidi terhadapnya di hadapan tokoh aku. Dia bercerita
karena desakan dari dalam batinnya.

Begitu kuat dan hebat. Dia sendiri tak mampu menahannya untuk menyembunyikan apa yang
diceritakan Ajo Sidi. Namun, segala apa yang diungkapkannya di depan tokoh Aku ini tidak
membuatnya merasa ringan. Bahkan mungkin semakin berat dan menekan dada dan batinnya.
Akibatnya, klimaks kekecewaan si Kakek berakhir dengan cara yang tragis. Dia nekat
membunuh dirinya sendiri dengan cara menggorok lehernya.

Bagian Akhir
Bagian terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik karena adanya kejutan (surprise).
Kejutannya itu terletak pemecahan masalahnya, yaitu ketika orang-orang terkejut mendapatkan
si Kakek garin itu meninggal dengan cara mengenaskan, justru Ajo Sidi menganggap hal itu
biasa saja bahkan dia berusaha untuk membelikan kain kafan meskipun hal ini dia pesankan
melalui istrinya. Data berikut menggambarkan hal ini.

Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia. Ia
sudah pergi, jawab istri Ajo Sidi.

Tidak ia tahu Kakek meninggal ?

Sudah. Dan ia meniggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.

Dan sekarang, tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan
Ajo Sidi yang tidak sedikitpun bertanggung jawab, dan sekarang ke mana Dia ?

Kerja.

Kerja ? Tanyaku mengulang hampa

Ya. Dia pergi kerja. (hlm. 16-17).

Penyelesaian yang penuh kejutan ini agaknya menyisakan pertanyaan, benarkah Ajo Sidi orang
yang tidak bertanggung jawab? Bukankah perilaku Ajo Sidi yang berusaha menyuruh istrrinya
untuk membeli kain kafan itu merupakan suatu bentuk tanggung jawab? Lalu di mana salahnya?

Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur cerpen ini dikelompokkan ke dalam alur regresif
atau alur flash back (sorot balik). Dikatakan demikian karena benar-benar bertumpu pada kisah
sebelumnya, yang oleh tokoh Aku kisah itu diceritakan.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis. Dan
di ujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Dan di pelataran kiri surau itu akan
Tuan temui seorang Tua. Orang-orang memanggilnya kakek Tapi kakek ini sudah tidak ada
lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah
dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya (hlm.7-8). Dan
besoknya, ketika Aku mau turun rumah pagi-pagi istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.
Siapa yang meninggal? Tanyaku kaget.

Kakek.

Kakek? (hlm.16).

Penokohan

Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokohtokohnya berikut wataknya. A.A. Navis menampilkan tokoh-tokohnya sebagai berikut.

a. Tokoh Aku

Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah si Kakek
yang membunuh dirinya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau. Pengarang

menggambarkan tokoh ini sebagai orang yang ingin tahu perkara orang lain. Datanya seperti
berikut.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak
membuat bualan tentang kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu.
Lalu aku tanya pada kakek lagi: Apa ceritanya, kek ?

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi
kakek : Bagaimana katanya, kek ?.(hlm.9).

Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara, kataku seraya ceepat-ceepat meninggalkan istriku yang
tercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu
aku tanya dia.(hlm.16).

b. Ajo Sidi

Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan
keberlangsungan cerita ini . Secara jelas tokoh ini disebut sebagai si tukang bual. Sebutan ini
muncul melalui mulut tokoh Aku. Menurut si tokoh Aku, Ajo Sidi disebutkan sebagai si tukang
bual yang hebat karena siapa pun yang mendengarnya pasti terpikat. Selain itu bualannya selalu
mengena. Data untuk ini seperti berikut.

.Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin
ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan
bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan
pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang
diceritakannya menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang di sekitar kampungku yang cocok
dengan watak pelaku-pelaku ceritanya.(hlm.8-9)

Dari data ini pula ternyata disebutkan pula bahwa Ajo Sidi orang yang cinta kerja.

c. Si Kakek

Tokoh ini agaknya menjadi tokoh sentral. Dia menjadi pusat cerita. Oleh si pengarang tokoh ini
digambarkan sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan
orang, pendek akal dan pikirannya, serta terlalu mementingkan diri sendiri dan lemah imannya.

Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan cecrita Ajo Sidi. Padahal
yang namanya cerita tidak perlu ditanggapi serius tetapi bagi si kakek hal itu seperti
menelanjangi kehidupannya. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuat
imannya tidak mungkin ia mudah termakan cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera bertobat dan
bersyukur kepada Tuhan sehingga dia bisa membenahi hidup dan kehidupannya sesuai dengan

perintah tuhannya. Tetapi sayang, dia segera mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu dosa
yang lebih besar.

Sedangkan gambaran untuk tokoh si Kakek yang terlalu mementingkan diri sendiri digambarkan
melalui ucapanya sendiri, seperti data berikut:

Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti
orang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan hidupku sendiri(hlm.10).

d. Haji Saleh

Tokoh ini adalah ciptaan Ajo Sidi. Pemunculannya sengaja untuk mengejek atau menyindir
orang lain. Dengan begitu wataknya sudah dipersiapkan oleh penciptanya dan karena
kemahirannya Ajo Sidi tokoh ini demikian hidup. Secara jelas dan gamblang watak tokoh ini
digambarkan sebagai orang terlalu mementingkan diri sendiri.

6. Titik Pengisahan

Yang dimaksud dengan titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita tersebut.
Maksudnya apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu atau hanya sebagai
pengamat yang berdiri di luar cerita.

Di dalam cerpen Robonya Surau Kamii agaknya A.A. Navis memposisikan dirinya dalam cerita
ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam
cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke Kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan
akan berhenti di dekat pasar.(hlm.7).

Sekali hari Aku datang pula mengupah pada kakek. Biasanya kakek gembira menerimaku,
karena aku suka memberinya uang.(hlm.8).

Akan tetapi, ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh Aku, dan cerita ini
diperolehnya dari Ajo Sidi, maka pengarang sudah memposisikan dirinya sebagai tokoh
bawahan. Artinya, pengarang tetap melibatkan diri dalam cerita akan tetapi yang sebenarnya ia
sedang mengangkat tokoh utama atau berusaha ingin menceritakan tokoh utamanya. Di sini
pengarang tetap mengunakan kata Aku. Walaupun begitu kata Aku ini merupakan kata ganti
orang pertama pasif.

Engkau ?

Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.

lalu, setelah si Kakek menceritakan tentang Haji Saleh tokoh dongengan Ajo Sidi- ,pengarang
kembali ke posisi sebagai tokoh Aku seperti pada bagian awal cerita.

Gaya

Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasa disebut sebagai cara
pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang atau sebagai cara pemakaian bahasa
spesifik oleh seorang pengarang. Jadi, gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam
memilih dan menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat dan ungkapan.

Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam
bidang keagamaan (Islam), seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah, Astagfirullah,
Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan, beribadat menyembah-Mu,
berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan
Surau serta fitrah Id, juga Sedekah.

Selain ini, pengarang pun menggunakan pula simbol dan majas. Simbol yang terdapat dalam
cerpen ini tampak jelas pula judulnya, yakni Robohnya Surau Kami. Suaru di sini merupakan
simbol kesucian, keyakinan. Jadi, melalui simbol ini sebenarnya pengarang ingin mengingatkan
kepada pembaca bahwa kesucian hati atau keyakinan kita terhadap Tuhan dan agamanya sudah
roboh. Sebab, cukup banyak tokoh-tokoh kita dari berbagai kalangan tidak lagi suci hatinya.

Mereka sudah menggadaikannya dengan kedudukan, jabatan, dan pangkat. Mereka tenggelam
dalam Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan keegoismeannya. Bahkan ada pula yang
keyakinannya terhadap Tuhan dan agamanya terlibat luntur-pudar. Mereka ini tidak hanya
tenggelam dalam KKN dan egoisme tetapi juga tenggelam dalam kemunafikan dan maksiat serta
dibakar emosi dan dendam demi keakuan dirinya dan kelompoknya.

Sedangkan majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena di dalam
cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang, yakni tokoh Haji Saleh dan kehidupan di
akhirat, atau lebih tepatnya menggunakan majas parabel (majas ini merupakan bagian dari majas
alegori) karena majas ini berisi ajaran agama, moral atau suatu kebenaran umum dengan
mengunakan ibarat. Majas ini sangat dominan dalam cerpen ini

Selain majas alegori atau parabol, pengarang pun menggunakan majas Sinisme seperti yang
diucapkan tokoh aku: Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak
hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi (hlm.8). Inilah sebuah kritik untuk masyarakat
kita sekarang ini. Dengan demikian penggunaan majas-majas itu untuk mengingatkan atau
menasehati sekaligus mengejek pembaca atau masyarakat. Nasehat dan ejekannya itu ternyata
berhasil. Buktinya, ketika cerpen ini diterbitkan tidak lama kemudian cerpen ini mendapat
tempat di hati pembacanya dan masih terus dibicarakan hingga kini.

Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas.

Cerpen sebagai salah satu karya sastra jelas dapat memberikan manfaat seperti layaknya karya
sastra yang lain. Manfaatnya selain memberikan kenikmatan dan hiburan, dia juga dapat
mengembangkan imajinasi, memberikan pengalaman pengganti, mengembangkan pengertian
perilaku manusia dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Oleh karena itu dapat
memberikan manfaat, maka sewajarnya sebuah cerpen dapat dijadikan bahan/materi
pembelajaran sastra di kelas. Pemilihan dan penetapan cerpen sebagai bahan/materi
pembelajaran tentunya harus mengikuti kriteria yang sudah ditetapkan secara umum yaitu:

a. Dilihat dari segi bahasanya, cerpen ini jelas menggunakan bahasa yang bisa dipahami
pembaca orang Indonesia, yaitu bahasa Indonesia. Tidak hanya ini, gaya bahasanya pun menarik
dan pilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa dalam hal bidang keagamaan.
b. Latar belakang budaya yang ditampilkan pun masih terasa umum. Jadi, siapa pun (baik yang
beragama Islam, kristen, Hindu,maupun Budha) bisa dengan mudah memahaminya dan tidak
menimbulkan pertentangan yang mendasar. Meskipun di dalamnya terdapat kosa kata islami, hal
ini tidaklah menggangu bahkan akan menarik jika siswa membandingkan dengan kosa kata nonIslam yang sejenis.
Berdasarkan kriteria-kritera inilah kiranya cerpen ini sangat sesuai dan tepat bila dijadikan bahan
ajar untuk pembelajaran sastra di kelas I dan II, apalagi di kelas III SMU. Selain itu, akan lebih
menarik lagi jika gurunya pun aktif-kreatif ketika membelajarkan siswanya dalam menelaah
cerpen tersebut. Namun demikian, agar pembelajaran sastra dengan bahan cerpen itu menarik
dan lancar, guru dan siswanya pun haruslah sama-sama membaca cerpen itu lebih dari satu kali
dan jangan coba-coba membaca ringkasannya.

Kesimpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Nvis ini memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik
dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan
pembelajaran. Adapun hasil analisisnya sebagai berikut.

1. Unsur-unsur Intrinsik

a. Tema

Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya.

b. Amanat

Amanat cerpen ini adalah :

1) jangan cepat marah kalau diejek orang,

2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik,


3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar,

4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan


5) jangan egois.
c. Latar

Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

d. Alur

Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu
yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah,
dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal
bagian akhir.

e. Penokohan

Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh.

1) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.


2) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
3) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
4) Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.
f. Titik Pengisahan

Titik pengisahan cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab
secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai
tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku.

g. Gaya

Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan
sinisme.

2. Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen Robohnya Surau Kami sangat cocok /layak jika
dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMU, karena bahasa yang digunakannya bisa
dipahami oleh siswa SMU, konflik psikologis tokoh-tokohnya pun tidak terlalu sulit untuk
dipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis yang dimunculkan, masih sesuai dengan
perkembangan psikologis dan pemikiran siswa SMU, dan latar budaya yang ditampilkannya pun
masih tampak umum sehinga siswa yang berlatar belakang budaya Islam, Kristen, Hindu, dan
Budha pun dapat menerimanya. Selain kriteria ini, guru pun harus membaca terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai begitu pula dengan siswanya. Namun, jangan sekali-kali
membaca ringkasan cerpen tersebut tanpa pernah membaca cerita itu seluruhnya. Juga, guru
harus kreatif ketika sedang membelajarkan siswanya. Misalnya, guru harus mampu
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa akan isi cerpen tersebut.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis meyarankan sebagai berikut.

1. Saran untuk guru

Guru yang sudah berani menetapkan cerpen sebagai bahan pembelajaran sastra harus pula
membacanya berkali-kali agar memahami isinya.
Di dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
siswa terhadap cerita tersebut kemudian mengarahkannya ke dalam pengalaman siswa sehingga
ketika siswa membahas cerita itu, bahasannya benar-benar berdasarkan pengalaman siswa.
Pemilihan bahan/materi pembelajaran sastra yang berbentuk cerpen sebaiknya mengikuti
kriteria yang ada, yaitu bagaimana bahasanya, bagaimana kesesuaian psikologisnya, baik untuk
tokoh cerita maupun pembacanya yang duduk di tingkat SMU, dan bagaimana latar budaya yang
dimunculkan dalam cerita itu ? Tentu saja hal ini dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai.
2. Saran untuk siswa

Sebaiknya siswa harus membaca cerpennya secara utuh berkali-kali agar memahami isinya.
Selain itu, baca pula buku-buku yang mengulas isi cerpen itu jika ada.
Berdiskusilah dengan penuh minat dan perhatian agar manfaat sastra bisa dirasakan
Jika mungkin dan sempat, ikutilah setiap seminar atau diskusi sastra di manapun.

Teks Ulasan Cerpen Dreams Comes True


Identitas Cerpen

Judul

: Dreams Comes True

Penulis

: Ario Wibowo

Penerbit

: Bintang Book

Kota Tempat Terbit

: Jl. Sultan Mahmud, no. 19, Bandar Lampung

Tahun Terbit

: Cetakan I, Juli 2015

Jumlah halaman

: 2 halaman

Andrew adalah seorang anak biasa yang mempunyai mimipi besar untuk menjadi seorang
bintang musik. Mimpinya yang besar itu membuat Andrew kurang disukai oleh teman teman
sekelasnya. Pada suatu hari dia membaca sebuah pengumuman yang mengabarkan bahwa
sekolah mereka akan mengadakan lomba musik untuk seluruh kelasa XI. Seluruh kelas XI
diwajibkan untuk mengirimkan perwakilan Band untuk berpartisipasi dalam kontes tersebut.

Tetapi ketika dia mengajak teman teman sekelasnya, dia ditinggalkan oleh mereka. Teman
sekelas Andrew tak mengajak dirinya untuk bergabung. Meskipun begitu Andrew tak berputus
asa. Dia terus mencari anggota untuk mengikuti acara tersebut.

Hingga akhirnya Andrew bertemu dengan Michael temannya dari kelas lain. Ternyata Micahel
juga memiliki mimpi yang sama dengan Andrew, mereka pun bersatu untuk membuat Band.
Michael yang menjadi pemain gitar, sedangkan Andrew sang vokalis. Mereka sadar bahwa untuk
membentuk suatu band yang utuh mereka membutuhkan tambahan anggota. Setelah berjuang

dengan keras, akhirnya mereka menemukan anggota team lainnya dan bergabunglah Thomas,
George, dan Richard. Kemudian terbentuklah Project Revolution Band.

Mereka akhirnya bisa mengikuti kompetisi itu dan akhirnya keluar menjadi juara. Mereka
terutama Andrew berhasil membuktikan kepada teman sekelasnya bahwa dia berhasil
mewujudkan mimpinya.

Struktur Ulasan Cerpen Dreams Comes True

Orientasi
Andrew adalah seorang anak biasa yang mempunyai mimipi besar untuk menjadi seorang
bintang musik. Mimpinya yang besar itu membuat Andrew kurang disukai oleh teman teman
sekelasnya. Pada suatu hari dia membaca sebuah pengumuman yang mengabarkan bahwa
sekolah mereka akan mengadakan lomba musik untuk seluruh kelasa XI. Seluruh kelas XI
diwajibkan untuk mengirimkan perwakilan Band untuk berpartisipasi dalam kontes tersebut.
Tafsiran
Tetapi ketika dia mengajak teman teman sekelasnya, dia ditinggalkan oleh mereka. Teman
sekelas Andrew tak mengajak dirinya untuk bergabung. Meskipun begitu Andrew tak berputus
asa. Dia terus mencari anggota untuk mengikuti acara tersebut.
Evaluasi
Hingga akhirnya Andrew bertemu dengan Michael temannya dari kelas lain. Ternyata Micahel
juga memiliki mimpi yang sama dengan Andrew, mereka pun bersatu untuk membuat Band.
Michael yang menjadi pemain gitar, sedangkan Andrew sang vokalis. Mereka sadar bahwa untuk
membentuk suatu band yang utuh mereka membutuhkan tambahan anggota. Setelah berjuang
dengan keras, akhirnya mereka menemukan anggota team lainnya dan bergabunglah Thomas,
George, dan Richard. Kemudian terbentuklah Project Revolution Band.
Rangkuman
Mereka akhirnya bisa mengikuti kompetisi itu dan akhirnya keluar menjadi juara. Mereka
terutama Andrew berhasil membuktikan kepada teman sekelasnya bahwa dia berhasil
mewujudkan mimpinya.

Unsur Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Unsur Instrinsik
Tema : Perjuangan menggapai mimpi
Latar : Sekolah : Andrew memasuki sekolahnya, SMAN 22 Bandar Lampung, Taman : Andrew
duduk di bangku taman dan termenung
Alur : Maju
Tokoh:
Major Character
Andrew : Ambisius, tidak gampang menyerah
Micahel : Baik, usil

Minor Character
Teman sekelas : Apatis
Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga tunggal
Moral value : Kejar mimpimu jangan menyerah hanya karena rintangan rintangan kecil.

Unsur Ekstrinsik
Latar belakang penulis :
Penulis ingin menyampaikan bahwa setiap orang memiliki bakat dan mimpinya tersendiri. Lebih
jauh penulis mengungkapkan bahwa kehidupan di masa remaja banyak sekali rintangan
rintangan yang siap menghadang mimipi dan cita cita tersebut. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan bahwa tiada yang tidak mungkin jika kita terus berusaha.

Nilai Nilai
Nilai moral : Nilai moral ditunjukan ketika tokoh utama diremehkan dan kemudian dia tidak
berputus asa dengan itu semua dan menjadikannya cambuk untuk maju.
Nilai budaya : Nilai ini ditunjukan ketika tokoh Michael membantu Andrew yang sedang
kesulitan.

Penulis

: Daniel Chrisnanda

Penerbit

: PT. YPVDP

Tahun terbit

: 2015

Jumlah halaman : 3
Judul

: Juara kampung

Cerpen satu ini menceritakan tentang perjuangan seorang bocah yang ingin menjadi
juara di mana ia tinggal di Kampung Kelapa. Tokoh utama pada cerpen satu ini adalah Bimo
anak kecil berusia 9 tahun yang sangat suka bermain bulu tangkis. Dikisahkan, di kampung
Kelapa ada sebuah pertandingan bulu tangkis yang merebutkan piala Kampung.
1 minggu sebelum dimulainya turnamen tersebut, Bimo sudah berlatih setiap hari. Jam
5 ia bangun setelah itu lari pagi mengitari Kampung Kelapa. Anyah Bimo adalah mantan atlet
bulutangkis jadi ayah Bimo juga membimbingnya dalam berlatih. 1 minggu penuh ia giat
berlatih.
Saat turnamen di gelar ia sangat antusias bermain dengan lawannya, ia terus melaju ke
babak selanjutnya. Hingga di sampailah ia ke babak final . di final ia melawan Andi yang usianya
4 tahun lebih tua darinya , tetapi Bimo tidak takut ia tetap bertanding melawannya. Hingga Bimo

bisa menjadi juara 1 dalam turnamen tersebut. Ia membuktikan bahwa dengan berlatih giat dan
berdoa semua bisa menjadi juara.

ULASAN CERPEN MARTINI


Cerpen yang berjudul Martini ini, menceritakan wanita itu bernama Martini. Kini ia
kembali menginjakkan kakinya di lndonesa, setelah tiga tahun ia meninggalkan kampung
halamannya yang berjarak tiga kilometer dari arah selatan Wonosari Gunung Kidul.
Didalam benak Martini berbaur rasa senang, rindu dan haru. Beberapa jam lagi ia akan berjumpa
kembali dengan suaminya, mas Koko dan putranya Andra Mardianto, yang ketika ia tinggalkan
masih berusia tiga tahun. Ia membayangkan putranya kini telah duduk dibangku sekolah dasar
mengenakan seragam putih merah dan menempati rumahnya yang baru, yang dibangun oleh
suaminya dengan uang yang ia kirimkan dari arab Saudi, Negara dimana selama ini ia bekerja.
Martini adalah seorang tenaga kerja wanita yang berhasil diantara banyak kisah mengenai tenaga
kerja wanita yang nasibnya kurang beruntung. Tidak jarang seorang TKW pulang ketanah airnya
dalam keadaan hamil tanpa jelas siapa ayah sang janin yang dikandungnya. Atau disiksa, digilas
dibawah setrikaan bersuhu lebih dari 110 derajat celcius, atau tiba tiba menjadi bahan
pemberitaan di media massa tanah air karena sisa hidupnya yang sudah ditentukan oleh vonis
hakim untuk bersiap menghadapi tiang gantungan atau tajamnya logam pancung yang kemudian
membuat kedubes RI, Deplu dan Depnaker kelimpungan dan tampak lebih sibuk. Sangatlah
beruntung bagi Martini mempunyai majikan yang sangat baik, bahkan dalam tiga tahun ia
bekerja, ia telah dua kali melaksanakan umroh dengan biaya sang majikan. Majikannya adalah
seorang karyawan disalah satu perusahaan minyak disana. Ia bekerja sebagai seorang pembantu
rumah tangga di El Riyadh dengan tugas khusus mengasuh putra sang majikan yang sebaya

dengan Andra, putranya. Hal ini membuatnya selalu teringat putranya sendiri dan menambah
semangat dalam bekerja.
Dengan cermat Martini memperhatikan sekeliling, akan tetapi ia tidak melihat seorang saudara
atau kerabatpun yang ia kenal. Sempat terbersit rasa iri dan kecewa ketika ia menyaksikan
beberapa rekanannya yang dijemput dan disambut kedatangannya oleh orang tua, anak atau
suami mereka. Namun dengan segera ia membuang jauh jauh pikiran tersebut. Ia tidak ingin
suuzon dengan suaminya. mungkin hal ini disebabkan karena kedatanganku yang memang
terlambat tiga hari dari jadwal kepulangan yang direncanakan sebelumnya, pikirnya huznuzon.
Dan pikiran ini malah membuatnya merasa bersalah, karena ia tidak memberitahukan
kedatangannya melalui telepon sebelumnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menuju terminal pulogadung dengan taksi bandara. Oleh karena
ia tidak tahu dimana pool bus maju lancar terdekat dari bandara soekarno-hatta, ia berharap
diterminal pulogadung ia bisa langsung menemukan bus tersebut dan membawanya ke wonosari
dengan nyaman, karena badannya sekarang sudah terlalu letihuntuk perjalanan panjangyang
ditempuh dari arab Saudi. Tanpa ia sadari, martini telah sampai didepan rumahnya, rumah yang
merupakan warisan ayahnya, yang ia huni bersama mas koko, andra dan ibunyayang telah renta.
Namun bingung dan pertanyaan muncul dalam benaknya. Yang ia lihat hanyalah rumah tua tanpa
berubahan sedikitpun, kecuali kandang sapi didekat rumahnyayang kini telah kosong. Sama
keadaanya dengan tiga tahun lalutatkala ia meninggalkan rumah tersebut. mana rumah baru
yang mas koko bangun seperti yang ada difoto yang mas koko kirimkan tiga bulan yang lalu.
Apakah ia membeli tanah ditempat lain dan membangunnya disana. Kalau begitu syukurlah,
pikirnya mencoba huznuzon. Ia ketuk perlahan lahan pintu rumahnya. Namun tidak ada
seorangpun yang muncul membukakan pintu kulo nuwun, mas! Andra! Mbok!

Beberapa saat kemudian barulah pintu yang terbuat dari kayu glugu tersebut terbuka. Madosi
sinten mbak? Tanya seorang bocah berusia 6 tahun yang tak lain adalah andra yang muncul dari
balik pintu. Andra aku ini ibumu, sudah lupa ya. Apakah bapakmu tidak menceritakan ihwal
kedatanganku? ucap martini balik bertanya. Ayah? Kedatanagn ibu? Oh mari masuk. Sebentar
ya, andra bangunkan mbah dulu, ujar Andra sambil berlari menuju kearah kamar neneknya.
Martini masuk kedalam rumah dan duduk diatas amben yang terletak disudut ruangan depan,
seraya memperhatikan keadaan didalam rumah yang ia huni sejak kecil tersebut. Keadaan dalam
rumahpun tidak tampak ada perubahan yang berarti. Martini ya. Wah wah anakku sudah
dating dari perantauan, terdengar suara tua khas ibu martini sedang setengah berlari keluar dari
kamarnya, menyambut kedatangan anaknya, diikuti oleh andra , membawakan segelas the
hangat. bagaimana keadaan simbok disini?, Tanya martini. oh, anakku simbok di sini baik
baik saja, kamu sendiri bagaimana, tini? saya baik baik saja mbok, ngomong ngomong mas
koko dimana mbok? Tanya martini. Mendengar pertanyaan itu, tiba tiba air muka ibu martini
berubah, ia tampak berpikir piker sejenak. oh mengenai suamimu, nanti akan simbok
ceritakan, sebaiknya kamu ngaso dulu. Kau pasti capek setelah melakukan perjalanan jauh.
Jangan lupa the hangatnya diminum dulu, saran ibu martini. Martini menurut saja apa yang
dikatakan ibunya. Setelah menikmati segelas the hangat, ia mengangkat kaki dan tiduran di atas
amben. Namun tetap saja ia tidak dapat memejamkan matanya. Pikirannya tetap melayang
memikirkan suaminya ; dimana dia, apakah dia merantau ke Jakarta untuk turut mencari nafkah
diperantauan, dimana letak rumah barunya, atau apakah mas koko malah meninggalkan dirinya
dan menikah dengan wanita lain? ah tidak mungkin, pikirnya kembali berusaha untuk tetap
huznuzon. Ia mencoba bangkit lalu menemui ibunya yang sedang memasak dipawon.

maaf Mbok, dimana mas koko, tini sudah kangen dan ingin berbicara dengannya, ujar martini
membuka kembali percakapan. Ibu martini tampak kembali berfikir sejenak, lalu berdiri dan
mengambil segelas air putih dingin dari kendi.
minumlah air putih ini agar kamu lebih tenang, Tini, nanti simbok ceritakan di mana suamimu
berada, kalau kamu memang sudah tidak sabar. Sementara itu martini bersiap untuk
mendengarkan dengan seksama penuturan ibunya.
tiga bulan lalu rumah yang dibuat suamimu atas biaya dari kamu sudah jadi. Letaknya didusun
sebelah sana, namun sejak itu pula kesengsem sama seorang wanita. Wanita itu adalah tetangga
barunya. Dua bulan lalu mereka menikah dan meninggalkan andra bersama simbok. Tentu saja
simbok marah besar kepadanya. Namum apa daya, simbok hanyalah wanita yang sudah renta,
sedang ayahmu sudah tiada, dan uang yang simbok pegangpun pas pasan. Mau mengirim surat
kepadamu simbok tidak bisa, kamu tahukan simbok buta huruf. Mau minta tolong kepada siapa
lagi, sedangkan kamu adalah anakku satu satunya. Kamu tidak mempunyai saudara yang bisa
simbok mintai tolong untuk mengirimkan surat kepadamu, sedangkan anakmu, andra masih
kelas 1 SD. Mendengar penuturan ibunya, martini langsung menangis, ia sedih marah dan kalut.
mengapa simbok tidak melaporkannya ke pak kadus dan pak kades, dan beliaupun sudah
berjanji untuk membantu simbok. Namun sampai saat ini simbok belum mendapatkan
jawabannya. Sedangkan suamimu sendiri dan istri barunya , tampak tak peduli dengan suara
suara miring para tetangga. Dan untuk lapor ke KUA, simbok tidak berfikir sampai kesitu,
maafkan simbok, tambah ibunya dengan suara yang terdengar bergetar. Duh Gusti.,
paringono sabar,. terdengar Martini terisak, berusaha untuk tetap ingat kepada Yang Maha
Kuasa. Bagaimana bisa, suami yang begitu ia cintai dan ia percaya, dapat berbuat begitu kejam

terhadapnya. Apalagi ia sekarang tinggal bersama istri barunya, di rumah hasil jerih payahnya
selama tiga tahun merantau di Arab Saudi. Mbok, di mana rumah baru itu berada?
wajah ibunya terlihat ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan anaknya dalam keadaan
kalut di sana apabila ia tahu letak rumah tersebut. Mbok, di mana Mbok, Suara Martini
semakin tinggi, namun ibunya tetap diam.
,Kenapa simbok tidak mau membertihu. Apakah Simbok merestuinya?_Apakah simbok
mendukungnya? Apakah Simbok membela bajingan itu dari pada saya anakmu sendiri?
Apakah.. Diam Tini, teganya kamu menuduh ibumu seperti itu. Kamu mau menjadi anak
durhaka? Ingatlah kamu kepada Tuhan,Nak, ingatlah kepada Gusti Allah,N ak Kalimat itu
muncul dari mulut ibunya, yang kemudian terduduk menangis mendengar ucapan pedas anaknya
tersebut.
ya sudah kalau Simbok tidak mau memberitahu. Tini akan cari sendiri rumah itu, teriak
Martini seraya meninggalkan ibunya yang sangat bersedih, yang berusaha mengejarnya namun
kemudian jatuh tersungkur di halam depan rumahnya karena tidak mampu lagi mengeiarnya.
Hei , mana Koko, bajingan sialan, teriak Martini sambil berjalan membabi buta, menyusuri
jalan dengan muka merah Padam. Pikrannya kacau balau.
Buat apa aku bekerja jauh-jauh mencari uang di Arab Saudi demi kamu dan.Andratetapi
mengapa kau tega memanfaatkanku, menggunakan uangku untuk membuat rumah dan tinggal di
sana bersama istri barumu,
Kurang apa aku? Mendengar teriakan Martini, kontan para tetangga di sekitar situ segera
berhamburan ke luar rumah. Mereka kebingungan menyaksikan ulah Tini yang sudah tidak
mereka lihat selama tiga tahun, tiba tiba muncul kembali di dusun itu dengan tingkah laku yang

berubah 180 derajat. Martini yang dulunya lembut, penurut, kini kasar dan beringasan. Apakah ia
telah gila? Apakah yang telah terjadi terhadap dirinya di Arab saudi? Apakah ia
Dianiaya sebagaimana sering terdengar berita di media massa mengenai TKW yang disiksa?.
Namun kemudian mereka segera menyadari. Hal ini pasti karena Martini telah mengetahui
perbuatan suaminya. Segera saja mereka mengejar dan mencoba menenangkan Martini. Namun
dengan kuat Martini mencoba melepaskan tangannya dari dekapan tetangganva itu. Dan saat itu
pula ia melihat suaminya, ya Koko bajingan itu, keluar dari rumahnya. Koko tampaknya tidak
menghiraukan kedatangannya. Bahkan istri barunya itu terlihat dengan mesranya berdiri
disamping koko yang meletakkan keduavtangannya dipinggang koko hei, siapa kamu. Tini
ya. Kenapa kamu kesini? Ini rumahku bersama mas koko. Bukannya kamu sudah mati, kalau
belum mendingan kamu mati saja sekarang. Itu lebih baik, dari pada mau merusak kebahagiaan
kami. Bukan begitu mas koko? ujar wanita yang ada disebelah koko sambil mengalungkan
tangan kanannya dileher koko dengan lembutnya.
Hal ini jelas membuat tini makin marah. hai , dasar kau, wanita murahan, tidak tahu diri. Koko
adalah suamiku. Dan kau koko, mengapa kau tega menipuku, meninggalkanku hanya untuk
menikahi wanita keparat ini. Dasar bajingan.
Dekapan tetangga yang memegang Martini akhirnya lepas. Dengan cepat Martini meraih sebuah
bamboo yang tergeletak di bawah pohon nangka dan berlari menuju kearah koko dan istri
barunya. Dengan tidak hati-hati ia menaiki anak tangga yang menuju kedalam rumah baru itu.
Secepat kilat ia mengayunkan bambu itu ke arah mereka berdua. Namun malang, belum sampai
bamboo itu mengenai sasaran, ia kehilangan keseimbangan. Ia terpeleset dari dua anak tangga
dan jatuh terjerembab tak sadarkan diri.

Mbak Mbak bangun Mbak. Mau turun di mana Mbak. Ini sudah sampai di wonosari,
terdengar sayup-sayup suara pemuda yang duduk di dekat Martini. Astaghiirullaahaladzlm.
Haapa?.. Wonosari, Tanya Martini. Ya Mbak sepertinya dari tadi Mbak gelisah tidurnya
ujar pemuda itu Apakah benar ini wonosari? Tanya Martini memastikan seraya mengarahkan
pandangannya keluar jendela. Ya ini adalah daerah yang telah tiga tahun ia tinggalkan.
Alhamdulillah ya. ,Allah terima kasih, batin Martini bahagia.

UNSUR INTRINSIK
Tema

: percayalah pada niat baikmu

Latar

Tempat : dalam bis(dalam perjalanan) dan di kampung


Waktu

: tiga tahun setelah kepergian martini ke Arab Saudi

Suasana : diawal cerita suasana yang timbul basa saja, tetapi pada pertengahan cerita suasana
yang timbul menegangkan karena adanya konflik yang timbul ketika tokoh utma bermimpi
Plot/alur : alur cerita itu adalah alur maju(episode) karena jalan cerita dijelaskan secara runtut.
Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh bermimpi, pada mimpinya
timbul suatu pertentangan yang berlanjut ke konflik (klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks
dan pada akhir cerita terdapat penyelesaian.
Perwatakan:
Tokoh utama(martini) :

wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras,

bertanggung jawab

terhadap keluarga, hal ini di tunjukan dari penjelasan tokoh,penggambaran fisik tokoh serta
tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama
Tokoh pembantu:

Mbok : sabar

Andra : patuh terhadap orang tua

Mas koko : tidak bertanggung jawab terhadap keluarga

Sudut pandang : orang ketiga

Mood/suasana hati : kecurigaan,kesabaran,kecemburuan,penyesalan,kebahagiaan

Amanat :

Seharusnya suami bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi anak dan istrinya

Jangan dulu bersikap suudzon kepada seseorang bila belum ada buktinya

Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan membuahkan hasil yang baik

Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah swt

SINOPSIS:
Martini adalah seorang TKW yang baru saja pulang dari Arab Saudi setelah 3 tahun lamanya ia
meninggalkan kampung halamannya. Akhirnya ia bisa pulang untuk bertatap muka dengan
keluarganya, namun ketika sampai di rumah ia mendapatkan suatu kejutan yang besar. Kejutan
itu bukan kejutan manis, melainkan sangat pahit. Ketika sampai di rumah, ia menanyakan
suaminya berada dimana. Namun ibu martini tidak menjawab. Akhirnya setelah Martini
mendesak, ibu martini mengungkapkan bahwa semenjak suaminya membeli rumah baru dari
hasil kiriman uang Martini dari Saudi Arabia, Koko (suaminya) kesemsem dengan tetangga
barunya, dan dua bulan kemudian mereka menikah. Mereka meninggalkan ibu martini dan anakanaknya. Ibu martini tidak bisa berbuat apa-apa karena ia sadar bahwa dirinya sudah tua dan
tidak ada sanak saudara yang bisa dimintai tolong.
Kemarahan Martini semakin meradang karena ternyata uang yang selama ini ia kirim untuk
keluarganya malah dipakai oleh suami dan istri barunya. Ia pun mendatangi rumah baru Koko
dengan berbagai cacian yang ia lontarkan disepanjang jalan. Spontan para tetangga heran dan
berhamburan keluar menyaksikan kemarah Martini yang meradang. Namun para tetangga sadar
bahwa Martini sudah mengetahui suaminya menikah lagi.

Setelah sampai di depan rumah suaminya, Martini mencaci maki mereka berdua. Martini
menaiki tangga rumah dengan mengambil sebuah balok yang dimaksudkan untuk memukul
mereka berdua, namun apa daya kaki martini tidak seimbang sehingga ia malah terjatuh.
Tiba-tiba seorang pemuda membangungkannya dan berkata bahwa ini sudah sampai di
Wonosari daerah yang sudah 3 tahun ia tinggalkan. Martini tersenyum bahagia, ternyata kejadian
yang menimpa dirinya itu adalah sebuah m

Anda mungkin juga menyukai