Anda di halaman 1dari 2

Nama : Firman Dwi Saputro

Kelas : XII IPA 4 (11)

UKBM HAL. 106

1. Identitas novel berjudul Robohnya Surau Kami

Judul            : Robohnya Surau Kami


Pengarang   : A.A. Navis
Tahun          : Cetakan ketujuh belas: November 2010
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama
Dimensi       : 142 halaman
Tahun terbit : 1986
ISBN            : 978-979-22-6129-5
Harga Buku : Rp 18.500,00

2. Menceritakan kembali isi novel


Pada awalnya, surau yang dijaga oleh kakek adalah sebuah surau yang sangat
teduh dan nyaman untuk bersembahyang. Keadaan begitu terbalik saat kakek penjaga
surau itu telah meninggal dunia. Surau tersebut menjadi sebuah surau tua yang tidak
lagi terawat dan sangat usang. Surau itu berubah menjadi tempat bermain anak-anak,
dan yang lebih parah, bilik serta lantai kayu surau itu dijadikan sebagai persediaan
kayu bakar bagi penduduk sekitar. Hal tidak mengenakkan ini berawal dari cerita Ajo
Sidi tentang seorang yang di dunia taat beragama, yaitu Haji Saleh.
Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah seorang yang taat menjalankan agama.
Pada saat meninggal dunia, Haji Saleh serta orang-orang lainnya sedang menunggu
giliran di akhirat untuk menerima penghakiman Tuhan untuk dimasukkan ke neraka
atau ke surga. Saat gilirannya tiba, Haji Saleh tanpa rasa takut menjawab pertanyaan
Tuhan tentang apa saja yang dilakukannya di dunia pada masa hidupnya. Haji Saleh
dengan percaya diri berkata bahwa pada saat ia hidup di dunia, yang dilakukannya
adalah memuji dan menyembah Tuhan, serta menjalankan ajaran agama dengan taat.
Namun, Tuhan tidak memasukkan Haji Saleh ke surga, melainkan ke neraka. Di
neraka, Haji Saleh bertemu juga dengan teman-temannya di dunia yang ibadahnya
juga tidak kurang dari dirinya, bahkan ada juga orang yang sampai bergelar syekh.
Akhirnya, karena tidak terima dengan keputusan Tuhan, orang-orang di neraka yang
menganggap dirinya tidak pantas dimasukkan ke neraka itu melakukan aksi unjuk
rasa kepada Tuhan. Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan pembicara bagi mereka.
Sekali lagi, Tuhan menanyakan kepada mereka apa yang telah mereka lakukan di
dunia. Mereka menjawab bahwa mereka semua adalah warga negara Indonesia yang
taat beragama dan negaranya sangat kaya akan sumber daya alam, namun hasilnya
sering di ambil oleh pihak asing. Lalu Tuhan menjawab kepada mereka, bahwa
mereka semua hanya mementingkan diri mereka sendiri, karena selama hidup mereka
hanya berdoa dan menyembah-Nya, tetapi tidak mempedulikan keadaan sekitar,
sehingga banyak kekayaan negara mereka sendiri yang diambil oleh pihak asing,
sedangkan anak cucu mereka sendiri hidupnya kekurangan.
Dari cerita Ajo Sidi itu, mungkin kakek penjaga surau itu merasa tersinggung
dan terpukul. Karena selama hidupnya, kakek itu hanya menyembah dan memuji
Tuhan, sampai-sampai tidak memiliki istri serta anak cucu. Kakek itu kemudian
merasa marah dan tertekan lalu akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

3. Penilaian cerpen
Cerpen ini sangat menarik walaupun ceritanya berlatar belakang keislaman tetapi
masih dapat diterima oleh agama lain. Cerpen ini mengandung nasihat-nasihat dan
hikmah dalam kehidupan, bahwa sebagai manusia kita tidak hanya dituntut untuk
beribadah kepada Tuhan saja. Akan tetapi, kita juga perlu peka terhadap lingkungan
sekitar dan kita harus menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajiban kita sebagai
manusia dan makhluk Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai