PEREMPUAN
KARYA
NYOMAN. S. PENDIT
BAB I
PENDAHULUAN
Perempuan selalu di anggap kaum lemah dan tidak berdaya. Di lain sisi kaum laki-
laki sangat mendominasi di semua lini kehidupan, seorang laki-laki dapat dengan
leluasa keluar rumah, bekerja di luar rumah dan memiliki peran yang berpengaruh di
lingkungan masyarakat, seotrang laki-laki juga dapat menentukan dan memilih
perempuan mana yang akan di nikahi. Sedangkan kaum perempuan di wajibkan
selalu berada di dalam rumah, serta tidak memiliki pengaruh apapun dalam
masyarakat bukan hanya itu kaum perempuan kerap kali di paksa menikah dengan
orang yang tidak di cintainya dan bahkan belum di kenalnya.
Dalam sejarah peradaban islam kaum perempuan merupakan Partner bagi kaum
laki-laki, Islam juga sangatlah memuliakan wanita dimana menempatkan wanita
tidaklah di bawah kekuasaan kaum laki-laki, dan Rasullullah SAW berkata dalam
sebuah Hadist yang artinya :
“ Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita “
( HR. Muslim : 3729 )
“ Dahulu datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. Laki –laki itu
bertanya, “ wahai rasullallah, aku ingin berperang, aku ingin meminta
pendapatmu.” Rasulullah pun bertanya kepadanya, “ Apakah engkau
memiliki ibu?” Laki-laki itu menjawab ,”Iya.” Kemudia Rasulullah
memberinya arahan, “Tetaplah bersama ibumu, karena surga ada di bawah
kedua kakinya.” ( HR. Iman Baihaqi ).
Dari Hadist kedua ini sangatlah jelas bagaimana Islam memposisikan seorang
perempuan sebagai Ibu. Di mana seorang perempuan menjadi orang yang
menentukan peradaban bangsa dan melahirkan generasi penerus bangsa.
Analisis ini akan membahas mengenai bentuk penderitaan dan perjuangan yang
dialami tokoh wanita dalam Novel “Mahabharata” karya Nyoman.S.Pendit. Latar
belakang yang terdapat dalam novel ini yaitu tidak adanya kesetaraan hak keadilan
antara perempuan dan laki- laki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk
ketidakadilan yang dialami oleh tokoh perempuan dalam novel Mahabharata karya
Nyoman.S. Pendit.
Mahabharata merupakan kisah kilas balik yang di tuturkan oleh Resi Wesampayana
untuk Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan ucapara korban ular. Kisah
tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan Maharaja
Yayati, Bharata, dan Kuru, yang merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya.
Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama dalam
kisah Mahabharta. Mereka adalah Santanu, Chitrangada, Wicitrawirya, Drestarasta,
Pandu, Yudistira, Parikesit, dan Janamejaya.
Meskipun secara global kisah Mahabharata merupakan kisah peperangan antara dua
saudara sepupu yang mengakibatkan musnahnya bangsa Bharata, namun kisah ini
juga menampilkan dan mengisahkan bagaimana ketidakadilan yang di berikan
terhadap kaum perempuan. Dengan latar belakang kisah ini peneliti mencoba untuk
mencari serta menganalisis bentuk-bentuk ketidakadilan semacam apa yang di alami
oleh para kaum perempuan dalam novel tersebut.