Anda di halaman 1dari 8

KONSEP KEPERAWATAN RUFAIDAH AL-ASLAMIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Islami


Dosen pengampu : Ns. M. Iqbal Angga Kusuma, M.Kep
DISUSUN OLEH :

DINDA SIREGAR
KELAS A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UMMI BOGOR


PRODI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN
2023

Rufaidah lahir di Madinah pada tahun 570 M. Ia termasuk kaum Anshor, golongan
pertama penganut Islam di Madinah. Ia merupakan wanita yang pandai membaca, menulis
serta memiliki empati tinggi. Ia wafat pada usia 62 tahun 630 M dan selama hidupnya ia
mempelajari ilmu keperawatan saat ia membantu sang ayah yang seorang tabib. Dalam karya
milik Muhammad Hamid, Shuwarmin Hayat al-Shahabiyyat, disebutkan nama Shahabiyah
ini adalah  Rufaidah  binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj. Namun, ia lebih dikenal dengan
nama Rufaidah. Panggilan itu sendiri, dinisbatkan kepada marganya, Aslam, klan dari suku
Khazraj di Madinah. Ia berasal dari kalangan para tabib, yang hidup pada zaman Rasulullah
SAW abad pertama Hijrah atau abad ke 8 Masehi.

Rufaidah Al-Aslamiyah lahir di Yathrib, kurang lebih 25 tahun sebelum kedatangan


Rasulullah saw. Beliau tergolong ke dalam marga Aslam yang merupakan salah satu marga
dari suku Khazraj di Madinah. Beliau merupakan kaum Ansar, yakni golongan orang yang
pertama kali menganut Islam di Madinah. Beliau mengalami masa jahiliah dan masa Islam
dalam sekaligus. 

Rufaidah menerima pendidikan keperawatan dari ayahnya yang bernama Sa’ad Al-
Aslami yang merupakan seorang tabib terkemuka. Sejak kecil, praktik keperawatan sudah
melekat di kehidupannya. Punya ayah dokter, Rufaida yang pandai pun ikut tertarik
mempelajari dunia kesehatan. Dia dengan senang hati merawat dan membantu pengobatan
orang sakit.

Rufaidah menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam sebagai public health
care dan social worker. Rufaidah juga penyokong advokasi pencegahan penyakit atau lebih
dikenal dengan preventive care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (Health
Education). Prof. Dr. Omar Hasal Kasule, Sr. 1998 mengemukakan dalam Studi paper
Presented at the 3 rd International Nursing Conference "Empowerment and Health : An
Agenda For Nurses in the 21 st Century di Brunei Darusallam 1-4 Nopember 1998,
menyampaikan bahwa Rufaidah adalah seorang perawat profesional pertama dimasa sejarah
Islam yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW  abad pertama hijrah/abad ke-8 sesudah
masehi sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati, seorang pemimpin yang
organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain.

Keahliannya ini semakin dipertajam dengan menangani banyak pasien dengan


beragam penyakit. Begitu pula ketika peperangan terjadi, Rufaida mengabdikan dirinya untuk
merawat orang-orang yang terluka. Wanita tangguh itu turut serta dalam Perang Badar
sebagai perawat, serta beberapa peperangan lainnya seperti Perang Uhud, Khandaq dan
Khaibar. Dia tidak sendiri. Rufaida berinisiatif melatih sekelompok wanita untuk menjadi
perawat. Saat peperangan, Rufaida memimpin para wanita ini supaya sigap menolong prajurit
yang terluka. Keikutsertaannya dalam perang ini setelah meminta izin terlebih dahulu kepada
Nabi Muhammad SAW. Misalnya saja saat Nabi Muhammad SAW bersiap Perang Khaibar,
Rufaida meminta izin apakah boleh ikut di garis belakang perang untuk mengobati para
pejuang. Setelah diizinkan, Rufaida segera bersiap. Dia pun melakukan tugasnya dengan
sangat baik.

Ketika Perang Khandaq, Saad bin Muaath terluka cukup serius. Nabi Muhammad
SAW pun meminta Rufaida untuk mengobatinya di rumah sakit dalam tenda yang telah
disiapkan. Wanita itu mengobatinya hingga sembuh. Setelah peperangan usai, perempuan
Muslim itu melanjutkan kegiatan sosialnya menolong pasien yang membutuhkan. Rufaida
juga senang hati membantu anak-anak yatim piatu, cacat dan miskin hingga akhir hayatnya.
Kisah inspiratif tentang ketangguhan dan kehebatan Rufaida dalam dunia keperawatan
diceritakan dari generasi ke generasi. Di Pakistan, namanya pun diabadikan menjadi nama
sebuah gedung Aga Khan University.

Rufaidah terkenal di kalangan masyarakat pada saat itu karena dua hal. Pertama, kala
itu ia dikenal sebagai pakar pengobatan dan ilmu bedah. Ia biasa mengkarantina orang-orang
yang sakit dan terluka di medan pertempuran.11 Bahkan dalam perang khandaq ia
mengusulkan diri kepada rasulullah saw untuk ikut andil dalam perang tersebut.12 Kedua,
Ketika masa damai beliau mendirikan tenda kesehatan di depan masjid Nabawi. Kemudian
perhatiannya tidak terbatas di tenda kesehatan saja, dia mencoba mengatasi masalah sosial
yang akan menyebabkan penyakit. Selain itu, membantu setiap muslim yang membutuhkan,
memelihara yatim piatu, dan mendidik mereka.

Ketika Islam masuk ke Madinah pada abad VII, Rufaidah telah menjadi mukhalaf dan
berhasil menggabungkan keilmuannya dalam bidang keperawatan dengan ajaran Islam.
Rufaidah memiliki kontribusi besar terhadap kesehatan umat Islam di Madinah. Pada masa
peperangan, beliau telah ikut serta ke medan perang untuk mengobati orang yang terluka.
Ketika damai, beliau berpartisipasi  dalam aktivitas sosial masyarakat di Madinah. 

Sebelum peperangan Islam yakni sekitar tahun 622 M, Rufaidah mengubah metode
pengobatan yang diajarkan oleh ayahnya supaya sesuai dengan ajaran islam. Selanjutnya,
ketika peperangan Islam berlangsung sekitar tahun 623-630 M, beliau siap sedia dalam
mengobati tentara Islam yang terluka akibat perang. Beliau juga membawakan makanan dan
minuman untuk semua mujahid yang berperang bersama dengan para wanita yang lainnya.
Rufaidah juga mendirikan rumah sakit yang dikenal sebagai tenda palang merah pertama
dalam sejarah manusia. Umumnya, rumah sakit ini digunakan ketika peperangan karena
dapat berpindah-pindah. Rumah sakit ini dikelola oleh paramedis wanita yang terlatih.
Rasulullah saw. memerintahkan sahabat beliau yang terluka ketika peperangan untuk datang
ke tenda Rufaidah. Akhirnya, rumah sakit ini dikenal dengan nama Khaimah
Rufaidah (Tenda Rufaidah) yang kemudian menjadi latar belakang penyebutan Rufaidah
sebagai Mummaridah al-Islam al-Ula (Perawat Wanita Pertama dalam Sejarah Islam).

Atas keterlibatannya dalam peperangan Islam, Rufaidah mendapat penghargaan


khusus dari Rasulullah saw. berupa sebuah kalung indah karena beliau telah mengorganisir
para perawat dan peran pentingnya sebagai perawat yang berkontribusi terhadap jalannya
perang. Informasi mengenai akhir hayatnya masih samar akan tetapi terdapat satu hal yang
pasti yakni bahwa beliau tidak pernah pindah ke tempat manapun sehingga dapat dipastikan
bahwa ia meninggal di kota kelahirannya yaitu Madinah.

Rufaidah Al-Aslamiyah mengalami kehidupan jahiliah dan masa Islam sekaligus. Hal
ini berpengaruh terhadap peranannya di masyarakat. Kontribusi ia di kota Madinah adalah
mengembangkan praktik keperawatan tradisi lokal warisan ayahnya dengan tradisi Islam.
Pada kajian kali ini akan melihat peranannya pada masa jahiliah. Kondisi praktik kesehatan di
masa Rufaidah dan ayahnya hidup dipengaruhi oleh praktik kesehatan Persia dan Byzantium.
Hal ini dikarenakan sekitar abad keenam penduduk Arab berada dalam kurun waktu kedua
kerajaan ini. Praktik kesehatan yang diserap oleh Rufaidah dari ayahnya kala itu terkait
praktik keperawatan. Mereka mengenal dua tradisi praktik kesehatan selama masa jahiliah
yakni, praktik kesehatan lokal masyarakat Arab dan praktik kesehatan peradaban kuno.

Praktik kesehatan lokal masyarakat Arab terbilang masih sederhana sesuai keadaan
geografis. Mereka memanfaatkan kondisi alam untuk melakukan praktik kesehatan. Mereka
sebagian besar bergantung kepada hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar mereka seperti:
jinten hitam, bunga Memecylon, truffle gurun, air kencing unta, empedu hewan buas, susu
keledai betina, dan lemak cair dari ekor domba. Selain itu, mereka telah mengembangkan
teknik pengobatan seperti: teknik venesection, kauterisasi, dan bekam. Teknik venesection
adalah teknik pengobatan yang dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dari pembuluh
darah vena. Teknik ini dilakukan ketika pasien mengalami sumbatan-sumbatan tertentu di
daerah pembuluh darah vena akibat dari pola makan yang tidak teratur. Selanjutnya, teknik
kauterisasi. Teknik ini dilakukan dengan cara menyulut badan dengan besi yang telah
dipanaskan. Teknik ini dilakukan untuk mengatasi penyakit mental, kudis, keropeng, dan
luka terbuka lainnya. Terakhir adalah teknik bekam. Teknik ini merupakan teknik pengobatan
yang dilakukan dengan cara menyedot keluar darah kotor yang ada di tubuh. Teknik ini
dipercaya mampu mengeluarkan racun dan zat berbahaya dalam tubuh.

Teknik-teknik pengobatan ini bukan praktik kesehatan bangsa Arab murni. Teknik-
teknik ini merupakan warisan praktik kesehatan sebelumnya yang diselamatkan oleh bangsa
Persia dan Byzantium yang kemudian berasimilasi dengan praktik kesehatan lokal bangsa
Arab. Teknik pengobatan venesection dan kauterisasi berasal dari praktik kesehatan Yunani
kuno. Praktik kesehatan ini kemudian diselamatkan oleh Galen dan bertahan di Byzantium.
Ketika Byzantium mengalami keruntuhan, teknik ini kemudian diselamatkan oleh bangsa
Arab dan mengalami perkembangan. Sama halnya dengan teknik sebelumnya, teknik
pengobatan bekam merupakan warisan praktik kesehatan dari Cina yang dikembangkan oleh
bangsa Persia. Maka dari itu, kondisi praktik kesehatan saat itu terikat oleh tradisi lokal
masyarakat Arab yang mereka ciptakan berdasarkan turun temurun dan dipengaruhi oleh
praktik kesehatan dari luar yang berasal dari Persia dan Byzantium. Praktik kesehatan yang
masih sederhana di kalangan masyarakat Arab dianggap sebagai cerminan kondisi kehidupan
masyarakat Arab sesuai tahapan sejarah mereka pada masa itu. Data dari para sejarawan Arab
pun kebanyakan berkonsentrasi pada keyakinan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kepercayaan orang Arab pada masa jahiliah sampai datangnya agama Islam. Sehingga
aktifitas para tabib atau dokter pada masa itu tidak menjadi perhatian mereka. Maka dari itu,
data terkait peranan Rufaidah pada masa jahiliah tidak lebih dari beberapa halaman saja.

Namun, setelah Islam datang dan Rufaidah memeluk agama Islam, semua praktek
pengobatan yang ia lakukan pada masa jahiliyah ia tinggalkan dan beralih kepada pengobatan
yang sesuai dengan ajaran Islam dan tuntunan Rasulullah Saw. Rasulullah memiliki
pemahaman yang sangat luar biasa terhadap kesehatan manusia. Anjuran-anjuran beliau
mengenai kesehatan dan proses penjagaannya serta obat-obat yang beliau berikan sangat luar
biasa khasiatnya. Hal ini bisa dimaklumi karena semua yang beliau sarankan merupakan
bimbingan dari Allah SWT (Syamsuri, 2015:878). Ajaran agama Islam menganjurkan
umatnya untuk menjaga kebersihan dimana pun dan kapan pun (Andi Muflih, 2013:8).
Karena hal itu Rufaidah selalu menyandarkan tata cara pengobatannya pada Rasulullah Saw.
Adapun praktek pengobatan yang ia lakukan pada masa Islam sebagai berikut:

1) Membasuh Kedua Tangan Dan Berwudlu Sebelum Melakukan Pengobatan Sebelum


menangani pasien yang datang,
Rufaidah selalu membiasakan diri untuk membasuh tangannya dan berwudlu untuk
menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana yang dijarkan oleh Islam. Sebelum
menyentuh bagian tubuh pasien yang sakit, Rufaidah mengawalinya dengan
membasuh tangannya terlebih dahulu karena dengan membasuh kedua tangan dapat
membersihkan dari berbagai jenis kuman dan bakteri yang menempel pada tangan
yang akan berakibat buruk jika terkena kepada bagian yang terluka atau sakit.

2) Menyandarkan Pengobatan Pada Ajaran Islam dan Hadits Nabi Dalam melakukan
pengobatan,

Rufaidah selalu menyertai pengobatannya dengan berlandaskan kepada ajaran Islam


dan ajaran Rasulullah SAW, seperti membersihkan luka menggunakan air hangat,
mengobati dengan menggunakan segala yang halal, menghilangkan panas dengan
menggunakan air dingin, dan tidak memaksa orang sakit untuk meminum dan
memakan sesuatu. Segala macam obat yang diraciknyapun bersumber dari ajaran
Nabi SAW.

3) Memohon Kesembuhan Hanya Kepada Allah SWT.

Ketika menangani pasien yang sedang sakit, dan mereka menanyakan apakah
pengobatan tersebut akan berhasil atau tidak, Rufaidah selalu menjawab bahwa hanya
kepada Allah dia meminta kemudahan dan kesembuhan. Kesembuhan itu datangnya
dari Allah SWT dan kita sebagai makhluk-Nya hanya berusaha sekuat tenaga dan
berdoa serta menyerahkan segalanya kepada Allah SWT.

Konsep teori keperawatan Rufaidah adalah dalam memberikan perawatan dan


pengobatan tidak mendiskriminasi antara pasien kaya atau miskin. Rufaidah selalu
memberian  perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim  atau penderita cacat
mental dan mendidik mereka. Rufaidah memiliki kepribadian yang luhur dan empati dalam
pelayanan keperawatan. Dalam hal ini sentuhan sisi kemanusiaan sangat penting bagi perawat
yang bersinergi dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. 

Perkembangan keperawatan di masa Rufaidah (570 -- 630 M) dengan perkembangan


keperawatan era 2000an sangat berbeda seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Meskipun demikian dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan teori Rufaidah saat ini masih
diterapkan yaitu strategi preventif  seperti penyuluhan kesehatan tentang pencegahan
penyakit seperti cuci tangan, mengatur pola makan, berwudhu, sholat dan berpuasa agar
memiliki hidup yang sehat.

Dari sejarah Rufaidah Al-Islamiyah, perawat bisa mencontoh kepribadiannya sebagai perawat
penuh ketulusan dan perjuangan dalam  menolong sesama manusia dalam rentang sehat dan
sakit dengan penuh empati, menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat dengan
melaksanakan kode etik profesi keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai