Ai Nurhayati (4002230352)
Anisah (4002230347)
Desrina Agustiningrum (4002230362)
Rita Chairunisa (4002230047)
Siti wasiah Meilani (4002230344)
Titin Suhartini (4002230067)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makala yang berjudul “Advokasi
dan Etik Keperawatan Pada Kasus Kegawat Daruratan Berbagai Sistem”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar
dan Bencana. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai Advokasi dan Etik Keperawatan Pada
Kasus Kegawat Daruratan Berbagai Sistem.
Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan
senang hati. Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu
berdasarkan pada cita cita luhur, niat yang murni untuk keselamatan pasien dan
kesejahteraan umat tanpa membedakan kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”.
4
b. Untuk mengetahui advokasi pada kasus kegawatdaruratan.
BAB 2
PEMBAHASAN
5
lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan organisasi, kurangnya
perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi
emosional keluarga, terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik.
Sementara itu faktor yang mendukung meliputi: kondisi pasien,
pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin
tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit (Nurul Etty,
2013).
b. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. (Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (1).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan. (Undang-undang No
38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (2). Pelayanan Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat
maupun sakit. (Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1
Ayat (3).
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (4). Asuhan
Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-undang No 38/2014
Tentang Keperawatan, Pasal 1Ayat (5).
6
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency)
sehari- hari adalah hak azasi manusia/hak setiap orang, dan merupakan
kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri PPGD/GELS/SPGDT Dirjen
Buk Depkes RI tahun 2006). Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan
dimana seseorang seseorang secara tiba tiba dalam kedaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi
cacat atau mati) bila tidak mendapat pertolongan segera (Standar pelayanan
keperawatan gawat darurat Dirjen BUK KemenkesRI 2011). Gawat darurat
adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
(UU No 44/2009 Tentang Rumah Sakit)
Pada awalnya pelayanan usaha keperawatan merupakan
tindakan yang berdasarkan insting dan pengalaman. Seiring dengan
kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, asuhan keperawatan yang
dilakukanoleh perawat harus berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Perk
embangan di era penegakkan hukum dan perlindungan HAM dewasa ini,
pelayanan keperawatan mempunyai implikasi terhadap hukum, untuk itu
perlu adanya tanggung jawab dan tanggung gugat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan ( Pratianingsih, Sri 2012).
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan
keperawatan wajib menggunakan metodologi proses keperawatan ,
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi oleh etik dan etika
keperawatan, keperawatan dalam lingkup kewenangannya serta tanggung
jawabnya (Darmawan, Deden 2013), tanggung jawab yang dimaksud adalah
dapat dipertanggung jawabkan dari segi profesi kesehatan maupun segi
hukum. Di samping perawat sebagai profesional di bidang pelayanan
keperawatan gawat darurat, salah tugas yang tidak kalah
pentingnya perawat juga bertindak sebagai advokasi pasien untuk
melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu atau kompeten,
sehingga dapat memperparah kondisi pasien. Perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
7
individu, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan peran sebagai care
giver, perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatannya. Perawat bertindak sebagai
comforter, protector, advocat, communicator, serta
rehabilitor (Pratianingsih, Sri 2012).
8
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayaakn kepadanya kecuali jika diperlukan
oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014 tentang
Keperawatan, Pasal 38, tertulis : Perawat dalam melaksanakan Praktik
Keperawatan berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional pr
osedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Menghormati hak Klien.
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1. Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk keanggota
perawat lain yang lebih tinggi kemampuan atau pendidikannya;
2. Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke
tenagakesehatan lain.
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan
standar pelayanan keperawatan.
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudahdimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada Kliendan/atau keluarganya
sesuai dengan batas kewenangannya.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat;
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Peran Advokasi Perawat Menurut Undang Undang No 44 Tentang Rumah
Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) terdapat, Undang- undang Kesehatan
9
nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecatatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien
dan / atau meminta uang muka. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak
boleh menolak atau minta uang muka., dalam pasal ini perawat dan
tenagakesehatan lainnya dilarang menolak pasien dan meminta uang
mukadan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat
wajibmemberikan pertolongan awal. Peran advokasi dari
keterangantersebut diatas adalah jangan sampai ada penolakan atau
permintaanuang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan
pasien,karena perawat adalah profesi yang profesional bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5. Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang
kesehatan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pada pembukaan poin (b) bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip non diskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
bagi pembangunan nasional. Disini perawat sebagai tenaga kesehatan yang
profesional juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/ Instalasi Gawat
Darurat agar tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat
merugikan pasien.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Nurul, Etty dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat di Rumah
Sakit Negeri di Kabupaten Semarang .Volume 1, No. 2, November 2013
Pratomo, Hadi. 2015. Advokasi Konsep Tekhnik dan Apliksi Bidang Kesehatan
di Indonesia. PT Raja grafindo Persada : Jakarta