Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADVOKASI DAN ETIK KEPERAWATAN PADA KASUS KEGAWAT


DARURATAN BERBAGAI SISTEM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar dan
Bencana
Dosen Pengampu : Putri Puspitasari, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 2 :

Ai Nurhayati (4002230352)
Anisah (4002230347)
Desrina Agustiningrum (4002230362)
Rita Chairunisa (4002230047)
Siti wasiah Meilani (4002230344)
Titin Suhartini (4002230067)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) DHARMA HUSADA
BANDUNG
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makala yang berjudul “Advokasi
dan Etik Keperawatan Pada Kasus Kegawat Daruratan Berbagai Sistem”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar
dan Bencana. Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai Advokasi dan Etik Keperawatan Pada
Kasus Kegawat Daruratan Berbagai Sistem.

Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan
senang hati. Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.

Bandung, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Advokasi Keperawatan Gawat Darurat.............................................. 3
2.2 Advokasi pada Kasus Kegawatdaruratan......................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3)


Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian
interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai
tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
(Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Hubungan Perawat dan pasien (klien) merupakan hubungan yang bersifat
kemanusiaan yang berorientasi kepada kesembuhan dan keselamatan pasien
dari segala hal yang merugikan pasien, oleh sebab itu perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan wajib memberikan perlindungan kepada
pasien dari pelayanan yang tidak bermutu dan tidak profesional, atau dengan
kata lain advokasi pasien merupakan salah satu tanggung jawab perawat.

Begitu juga pada kasus kasus kegawataan daruratan yang menimpa


pasien yang terancam nyawanya atau pasien yang cacat akibat tertimpa suatu
musibah. Peran perawat sangat penting untuk memberikan tindakan yang cepat
dan tepat serta melindungi pasien dari pelayanan yang tidak profesional atau
tidak bermutu. Pelayanan Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan
gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat
darurat menetapkan diagnosis keperawatan, dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk atau dilakukan
tindakan definitif di semua level rumah sakit (Standar pelayanan gawat darurat
Direktoral Jenderal Kementrian Kesehatan RI tahun 2011). Di dalam buku kode
Etik PPNI (2010). Perawat Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan

3
keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu
berdasarkan pada cita cita luhur, niat yang murni untuk keselamatan pasien dan
kesejahteraan umat tanpa membedakan kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”.

Di samping memberikan perlindungan kepada pasien secara umum,


khususnya perawat yang bertugas di Unit Gawat darurat/ Instalasi Gawat
Darurat
juga sebagai advokasi pasien, mempunyai tanggung jawab moral tinggi dan
harus peduli pada keselamatan pasien agar keadaan pasien tidak
bertambah buruk keadaan dan nyawa pasien bisa diselamatkan dan kecacatan
bisa dicegah, pasien bisa hidup normal kembali. Perawat profesional
yang bertugas di Unit Gawat Darurat/ Instalasi Gawat Darurat harus memahami
mutu pelayanan gawat darurat secara umum baik kompetensi petugas, fasilitas
yang sesuai standar dan kebijakan kebijakan harus berorientasi pada
keselamatan pasien dari pelayanan yang tidak bermutu. Ruang lingkup
keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang ditujukan
kepada pasien gawat darurat yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
menjadi gawat dan terancam nyawanya/ anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secara cepat dan tepat (Musliha,2012).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan paparan di latar belakang masalah dapat


disimpulkan rumusan masalah, sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep advokasi keperawatan gawat darurat?


b. Bagaimana advokasi pada kasus kegawatdaruratan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui konsep advokasi keperawatan gawat darurat
dalam profesi keperawatan.

4
b. Untuk mengetahui advokasi pada kasus kegawatdaruratan.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Advokasi Keperawatan Gawat Darurat


a. Pengertian Advokasi
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang yang
berkaitan dengan upaya melindungi hak-hak manusia bagi mereka yang
tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ikatan perawat
Amerika/ANA (1985) adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
Advokasi kesehatan masyarakat di ideintifikasi sebagai advokasi yang
ditujukan untuk mengurangi kematian atau kecacatan sekelompok orang
(secara umum atau disebabkan penyebab khusus) dan tidak terbatas
padataan klinis (Pratomo, Hadi 2015).
Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk
mengubahkebijakan , posisi, atau program dari berbagai macam insitusi atau
lembaga mengajukan definisi bahwa advokasi adalah bekerja dengan orang
lain untuk membuat perubahan atau perbedaan (Pratomo, Hadi 2015).
Advokasi adalah keikutsertaan orang-orang dalam pembuatan
keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka (Pratomo, Hadi 2015).
Advokasi adalah peran profesional perawat untuk
melakukan pembelaan dan perlindungan kepada pasien.
Dalam pelaksanaannya terdapat faktor yang penghambat dan
pendukung peran advokat perawat. Pelaksanaan tindakan peran advokasi
meliputi memberi informasi,menjadi mediator dan melindungi pasien.
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari faktor
penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang menjadi penghambat antara

5
lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan organisasi, kurangnya
perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi
emosional keluarga, terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik.
Sementara itu faktor yang mendukung meliputi: kondisi pasien,
pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin
tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit (Nurul Etty,
2013).

b. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. (Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (1).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan. (Undang-undang No
38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (2). Pelayanan Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat
maupun sakit. (Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1
Ayat (3).
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (4). Asuhan
Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-undang No 38/2014
Tentang Keperawatan, Pasal 1Ayat (5).

c. Pengertian Gawat Darurat

6
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency)
sehari- hari adalah hak azasi manusia/hak setiap orang, dan merupakan
kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri PPGD/GELS/SPGDT Dirjen
Buk Depkes RI tahun 2006). Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan
dimana seseorang seseorang secara tiba tiba dalam kedaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi
cacat atau mati) bila tidak mendapat pertolongan segera (Standar pelayanan
keperawatan gawat darurat Dirjen BUK KemenkesRI 2011). Gawat darurat
adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
(UU No 44/2009 Tentang Rumah Sakit)
Pada awalnya pelayanan usaha keperawatan merupakan
tindakan yang berdasarkan insting dan pengalaman. Seiring dengan
kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, asuhan keperawatan yang
dilakukanoleh perawat harus berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Perk
embangan di era penegakkan hukum dan perlindungan HAM dewasa ini,
pelayanan keperawatan mempunyai implikasi terhadap hukum, untuk itu
perlu adanya tanggung jawab dan tanggung gugat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan ( Pratianingsih, Sri 2012).
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan
keperawatan wajib menggunakan metodologi proses keperawatan ,
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi oleh etik dan etika
keperawatan, keperawatan dalam lingkup kewenangannya serta tanggung
jawabnya (Darmawan, Deden 2013), tanggung jawab yang dimaksud adalah
dapat dipertanggung jawabkan dari segi profesi kesehatan maupun segi
hukum. Di samping perawat sebagai profesional di bidang pelayanan
keperawatan gawat darurat, salah tugas yang tidak kalah
pentingnya perawat juga bertindak sebagai advokasi pasien untuk
melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu atau kompeten,
sehingga dapat memperparah kondisi pasien. Perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

7
individu, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan peran sebagai care
giver, perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu
pasien mengatasi masalah kesehatannya. Perawat bertindak sebagai
comforter, protector, advocat, communicator, serta
rehabilitor (Pratianingsih, Sri 2012).

2.2 Peran Advokasi Perawat di Unit Gawat Darurat


1. Menurut ANA (1985)
Peran Advokasi perawat di Unit Gawat Darurat menurut ANA (1985)
adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapa pun. Melindungi pasien dari pelayanan yang
tidak bermutu, perawat disini harus menjaga keselamatan pasien baik dari
kompetensi petugas yang tidak profesional (petugas tidak ahli dibidang
gawat darurat sebaiknya tidak bertugas di Unit Gawat Darurat/ Instalasi
Gawat Darurat) . Menjaga pasien dari alat sarana dan parasana yang tidak
standar, sebaik alat harus standar dan mempunyai kelayakan standar dan
dikalibrasi seuai ketentuan yang berlaku. Melindungi pasien dari sistem
yang buruk dan bertele-tele (sistem yang merugikan pasien).
2. Peran Advokasi Dalam Praktik Etik Keperawatan. Dalam Pedoman Etik
keperawatan hasil Munas PPNI tahun 2010, secara garis besar merumuskan
etik perawat, antara lain, Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut,serta kedudukan sosial.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan klien.
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.

8
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayaakn kepadanya kecuali jika diperlukan
oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014 tentang
Keperawatan, Pasal 38, tertulis : Perawat dalam melaksanakan Praktik
Keperawatan berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional pr
osedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Menghormati hak Klien.
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1. Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk keanggota
perawat lain yang lebih tinggi kemampuan atau pendidikannya;
2. Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke
tenagakesehatan lain.
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan
standar pelayanan keperawatan.
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudahdimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada Kliendan/atau keluarganya
sesuai dengan batas kewenangannya.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat;
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Peran Advokasi Perawat Menurut Undang Undang No 44 Tentang Rumah
Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) terdapat, Undang- undang Kesehatan

9
nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecatatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien
dan / atau meminta uang muka. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak
boleh menolak atau minta uang muka., dalam pasal ini perawat dan
tenagakesehatan lainnya dilarang menolak pasien dan meminta uang
mukadan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat
wajibmemberikan pertolongan awal. Peran advokasi dari
keterangantersebut diatas adalah jangan sampai ada penolakan atau
permintaanuang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan
pasien,karena perawat adalah profesi yang profesional bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5. Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang
kesehatan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pada pembukaan poin (b) bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip non diskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
bagi pembangunan nasional. Disini perawat sebagai tenaga kesehatan yang
profesional juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/ Instalasi Gawat
Darurat agar tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat
merugikan pasien.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran Advokasi perawat gawat darurat sangat penting, agar pasien


terlindungi dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat harus memahami peran
advokasi adalah peran yang sangat penting karena asuhan keperawatan
yang bersifat bio, psiko, sosial dan spritual.

Perawat harus menjadi advokasi melindungi pasien dari perbuatan


tindak kekerasan, pelecehan seksual. Perawat harus menjadi advokasi pasien
dari lingkungan yang memperburukkedaan pasien. Perawat harus melindungi
pasien dari tindakan perawatan dan pengobatanyang tidak rasional

3.2 Saran

1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat


terkaitkeselamatan pasien, agar keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar sarana dan pra sarana, aturan dan
sistem pelayanan gawat darurat yang ditetapkan peraturan dan undang
undang.
3. Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang bertugas
diUnit/Instalasi Gawat darurat

11
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Deden. 2013.Pengantar Keperawatan Profesional. Gosyen


Publishing: Yogyakarta

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Gosyen Publishing: Yogyakarta

Musliha. 2012. Keperawatan Gawat Darurat . Nuha Medika : Yogyakarta

Nurul, Etty dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat di Rumah
Sakit Negeri di Kabupaten Semarang .Volume 1, No. 2, November 2013

Pratianingsih, Sri. 2012. Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan


kesehatan di Rumah Sakit PT Rajagrafindo : Jakarta

Pratomo, Hadi. 2015. Advokasi Konsep Tekhnik dan Apliksi Bidang Kesehatan
di Indonesia. PT Raja grafindo Persada : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai