Anda di halaman 1dari 16

MATERI KEGAWAT-DARURATAN

HUBUNGAN PERLINDUNGAN HUKUM PROFESI KEPERAWATAN DALAM


SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT
(TINJAUAN HUKUM POSITIF/NORMATIF)

OLEH:
Oleh : Adzanri, AMK SS MH
Sekretaris Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil Padang
Alumni Pasca Sarjana (S2) Program Ilmu Hukum Univ Bung Hatta Padang

Hanya digunakan untuk lingkungan sendiri, tidak diperjual belikan


Materi ini disarikan dari berbagai sumber
BAB I
PENDAHULUAN

I.Pendahuluan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat peran profesi perawat
mempunyai peran serta yang strategis dalam upaya menolong penderita/korban yang
tertimpa musibah baik akibat kecelakaan maupun akibat non kecelakaan ( dalam gawat
atau emergency), untuk, (1).mencegah kematian, (2) mencegah kecacatan, (3 serta
merujuk (pra rumah sakit, antara rumah sakit) untuk mendapatkan tindakan yang definitif,
sehingga pasien dapat hidup dan berfungsi kembali layaknya manusia normal lainnya,
Dalam melaksanakan tugas / tindakan/intervensi asuhan keperawatan perawat tentu
saja harus paham tugas dan wewenang dalam memberian asuhan pelayanan keperawatan
darurat, dan susuai dengan ketentuan undang undang dan peratutaran yang berlaku.
Sehingga tujuan pelayanan keperawatan gawat darurat yang profesional dan humanis,
karitatif dapat diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan kepada individu dan masyarakat
yang membutuhkan.
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
wajib menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dilandasasi oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkup kewenangannya
serta tanggung jawabnya (Pengantar Keperawatan Profesional, Deden Darmawan, 2013),
tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat dipertanggungjawabkan dari segi profesi
kesehatan maupun segi hukum.
Sebagai profesi keperawatan memiliki otonomi dan kehalian serta pengawasan
terhadap pendidikan dan praktik keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses yang
dilasanakan dengan tindakan terarah, berorientasi pada masalah dengan menggunakan
pendekatan ilmiah dan dilandasi etika profesi (Hukum Kesehatan, Ta`adi, Hukum
Kesehatan 2010)
Secara umum aspek legal atau aspek sah secara hukum dalam profesi keperawatan
dimulai dari aspek legal pendidikan yang diakui oleh pemerintah mulai dari perkuliahan
sampai memiliki ijazah perawat yang dikeluarkan oleh yang berwenang. Sedangkan aspek
legalitas dan wewenang adalah aspek standar, kompetensi yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang dan organisasi pofesi keperawatan serta undang undang yang berlaku,
melalui seminar, workshop, dan pelatihan.
Pengertian hukum dalam kamus KBBI adalah ,”Undang undang peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah,
otoritas. Sedangkan sifat hukum mengikat, sebagai instruksi kepada pemerintah, lembaga
masyarakat dan setiap orang / warga negara untuk taat dan patuh”.
Fungsi hukum secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Aturan /Pedoman dalam perikehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
2) Memberikan jaminan ketertiban, keamanan dan perlindungan hukum
3) Memberikan jaminan memperoleh keadilan dan kepastian hukum bagi setiap warga
negara.
Yang dimaksu dengan gawat darurat adalah “Orang yang tiba tiba menjadi gawat
baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu saja memerlukan tindakan darurat agar
terhindar dari “kematian” dan “kecacatan” serta dapat “dirujuk” untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan secara definitif, apabila tidak atau terlambat mendapatkan
tindakan darurat atau pertolongan akan dapat menimbulkan kematian dan kecacatan”, oleh
sebab itu peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai peran penting
dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.
Klsifikasi dan kategori /Tingkat pasien gawat darurat, dapat dipilah sebagai berikut :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan
mengancam nyawanya.
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat
menyelamatkan jiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan
tidak akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo
Notoatmojo 2010).
Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat
signifikan oleh sebab itu pengembangan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
khususnya tentang gawat darurat dan bencana harus terus menerus dikembangkan, disisi
lain tuntutan akan kepastian hukum legalitas perawat profesional juga harus ditempatkan
secara proporsional dengan arti kata adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasional
prosedur, petunjuk pelaksanaaan, kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan
gawat darurat harus dijadikan pedoman, sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting
dimiliki dan dipahami oleh tim tanggap darurat agar pelayanan gawat darurat mempunyai
kepastian hukum, sehingga sinkronisasi dan koordinasi yang bersifat holistik dalam
pelayanan gawat darurat akan mampu melahirkan sikap profesional dan bertanggung jawab
sebagai bentuk kepedulian terhadap keselamatan umat manusia
III. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendapatkan hubugan hukum profesi perawat dalam memberikan intenvensi
/ tindakan gawat darurat dalam sistem pelayanan gawat darurat
2. Melihat hubungan hukum positif (nomatif) dengan profesi perawat dalam
pelayanan gawat darurat
IV.Manfaat penulisan
1. Untuk memahami dan mengsoslisasikan aspek perlindungan perawat dalam sudut
hukum positif (normatif)
2. Upaya pengembangan ilmu keperawatan khusus etik keperawatan
V. Metode penulisan
Dalam melakukan kajian penulis melakukan pendekatan tinjauan kepustakaan,
yaitu dengan membaca dan menterjemahkan bahan bahan yang terkait dengan hukum
positif (normarif), profesi keperawatan, dan pelayanan gawat darurat
Dalam kegiatan penulisan ini penulis melakukan metode pendekatan yuridis
normatif, yaitu merupakan pendekatan terhadap masalah yang ada dengan jalan
memahami dan mempelajari hukum normatif dari suatu objek penulisan kedudukan profesi
keperawatan, pelayanan gawat darurat, hukum pelayanan gawat darurat yang ada dalam
dalam sistem hukum positif (normatif) di Indonesia), dan aturan yang tertulis atau bahan
bahan hukum yang lain.
Sebagai sebuah penulisan dlakukan tinjauan perpustakaan atau studi dokumen
disebabkan penulisan ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang
ada diperpustakaan. (Adzanri, 2012)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.Pengertian Hukum Positif (Hukum Normatif)


Aliran hukum postif menurut Hans Kelsen seperti yang dikutip oleh Lyli Rasyidi “
merupakan suatu teori tentang hukum senyatanya dan tidak mempersoalkan senyatanya itu,
yakni apakah hukum positif adil atau tidak adil, selaon dapat juga dikatakan bahwa hukum
positif merupakan kebalikan dari hukum alam. Sebab aliran ini mengidentikkan dengan
Undang Undang. Satu satunya sumber hukum adalah Undang Undang (Zainuddin Ali,
2010)
Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan,adalah untuk mengurangi
kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan :
Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenal hukum yang berlaku bukan mengenal
hukum yang seharusnya.
1. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam
2. Teori hukum sebagi teori tentang norma norma tidak ada hubungannya dengan
daya kerja norma norma hukum.
3. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang tata cara menata, mengubah isi
dengan cara khusus.
4. Hubungan antaa teori hukum dan sistem hukum yang khas dari hukum ialaha
hbungan apa yang mungkin dengan hukum yang nyata ((Zaibuddin Ali, 2010)
B.Profesi keperawatan
Pelayanan Keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya /anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secara tepat dan tepat (Keperawatan Gawat
Darurat, Musliha, S Kep Ners, 2010).
Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur di bidang kesehatan.
Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Commitee on Nursing adalah
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayanani/merawat (care) suatu gabungan
humanistik dari ilmu pengetahuan (Aditama Tjandra Yoga, 2010)

Pada waktu lampau, peran perawat adalah memberikan perawatan dan kenyamanan
karena perawat menjalankan fungsi perawatan spesifik. Namun, peran perawat telah
berubah menjadi lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Dewasa ini perawat dituntut
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang. Perawat menjalankan
fungsinya dalam kaitannya dengan berbagai peran yaitu perawat sebagai pelaksana,
perawat sebagai pendidik, perawat sebagai pengelola, perawat sebagai peneliti.
Keperawatan adalah salah profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam
penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar
tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan
menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus menerus
melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit. Dalam hal ini
ditambahkan bahwa sejak lebih dari 100 tahun yang lalu, perawat legendaris Florence
Nightingale telah mmenyatakan bahwa hospital should not harm the patient dan ditahun
1859 ia menyatakan bahwa pelayanan keperawatan bertujuan untuk put patient in the best
conditin for nature to act upon him. Hal ini menunjukkan kepedulian yang mendalam dari
seorang perawat yang ditanganinya di rumah sakit (Tribowo, Cecep 2010)
C.Pengertian Gawat Darurat.
Gawat darurat adalah “Suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis.
Gawat Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau
siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan
pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat,
bermutu dan terjangkau”. (“Etika dan Hukum Kesehatan”, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo
2010).
Menurut Undang No 44 /2009 tentang rumah sakit yang dimaksud dengan gawat
durat adalah “Keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut”.
Di dalam bukum Pedoman Pelayan Gawat cetakan ke 2 Departemen Kesehatan RI
1995) kategori pelayanan gawat darurat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Pasien gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat adalah Pasien akibat musibah yang datang tiba-
tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya, misal : luka sayat
dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat Misalnya pasien TBC kulit. Kecelakaan
(accident) adalah Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik,
mental, sosial). Cedera adalah Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai
akibat kecelakaan. (Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes RI 1995).
Di dalam buku sistem penanggulangan gawat darurat terpadu SPGDT, Depkes
2004) gawat darurat di definisikan ,” pasien gawat darurat adalah pasien yang
berada dalam ancaman kematian dan memrlukan pertolongan segera”.
C.1.Tujuan Pelayanan Gawat Darurat
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan
pertama yang cepat dan tepat antara lain :
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimanamestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penaganan yang memadai.
3. Menanggulangi korban musibah massal, dan bencana
4. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan penderita
gawat darurat Menanggulangi korban bencana. (pedoman pelayanan gawat darurat
Kemkes RI, 1995/SPGDT 2004))
C.2.Pelayanan gawat darurat
Seperti pada pelayanan gawat darurat (emergency)npra rumah sakit, maka
pelayanan di rumah sakit di Indonesia harus memiliki :
1. Melakukan pemeriksaan awal kasus kasus emergency
2. Melakukan resusitasi dan stabilisasi
3. Pelayanan gawat darurat rumah sakit harus buka 24 Jam.
BAB III
PEMBAHASAN MASAAH

Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan Penderita Gawat


Darurat (PPGD) terdapat, “Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat
(1) “Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu”. Ayat (2) “Dalam keadaan darurat Fasilitas
pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka”. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak boleh menolak atau minta uang
muka., dalam pasal ini perawat dan tenaga ksehatan lainnya dilarang menolak pasien dan
meminta uang muka dan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat wajib
memberikan pertolongan awal.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4,”
setiap orang berhak atas kesehatan, dalam penjelasannya hak untuk memperoleh
kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya”. Pasal ini mengatakan setiap individu dan masyarakat berhak atas
nilai nilai kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan
poin (b) bahwa “setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional”. Disini perawat dan tenaga kesehatan lain dilarang bertindak
diskriminatif.
Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi
kesehatan lainnya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan pada
kasus kasus kegawatan darurat dan bencana, Yang disebut Tenaga Kesehatan dalam
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab I Ketentuan Umum Pasal
1 Ayat (6) : “Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini
mempertegas bahwa perawat dan petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan
termasuk dalam pelayanan gawat darurat yang terjadi baik dalam keadaan sehari hari
maupun dalam kedaaan bencana.
Peran perawat Di dalam penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) terdapat
dalam Undang Undang Nomor 38/2014 tentang Keperawatan, Pasal 35 tertulis :
1. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam
kasus gawat darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan
penderita sangat penting untuk dipahami dan sesuai dengan standart yang telah diteapkan,
untuk menghindari konflik dan kesalah pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan
hukum bagi pihak yang dirugikan.

A. Profesi perawat dan Pelayanan Gawat Darurat


Gawat darurat adalah “Suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis.
Gawat Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau
siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan
pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat,
bermutu dan terjangkau”. (“Etika dan Hukum Kesehatan”, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo
2010).
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan, Pasal 20, “Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 15”, Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dan izin
praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), “Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Pasal 11 poin (a) Perawat berhak
Memperoleh perlindungan hukum”.
Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan penyelenggaran
Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15 Ayat (I),” Dokter dan dokter
Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan kedokteran dan tindakan kedokteran
gigi , kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya secara tertulis”.

B.Perlindungan hukum perawat dalam melaksanan pelayanan gawat Darurat


Perlindungan hukum bagi perawat dan tenaga Kesehatan, Perawat, Bidan, Dokter.
Terdapat juga di dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal
(27) :
1. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
gawat darurat, profesi keperawatan dan profesi kesehatan lainnya juga mendapatkan
perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan Profesi keperawatan dan
profesei kesehatan lainya diwajibkan juga untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan secara maksimal termasuk keterampilan dibidang kegawat daruratan. Bagi
perawat tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan bantuan hidup dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life Support dan lain
sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.
Dalam undang undang no 36 tentang kesehatan Pasal (83),
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan
untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan
terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Dalam Undang Undang No 38 /2014 tentang keperawatan Pasal 36 ayat (1) perawat
dalam melaksanakan praktek keperawatan berhak “memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi , standar
prosedr operasional, dan ketentuan perundan undangan.
Di dalam Undang Undang no 36/209 tentang Kesehatan Pasal 83, berbunyi :
1. Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan
untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan
terbaik bagi pasien.
2. Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam Melaksanakan Tugas Sebagai Perawat Profesioanal Harus Memahami Peran
Hukum Dalam Mealksanakan Tugas Sehari, perawat hukum keperawatan antara lain :
1. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat agar diterima hukum, sehingga menimbulkan adanya
kepastian hukum bagi perawat dan masyarakat.
2. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat
darurat yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya, dan juga hak
apsien gawat darurat
3. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas
tindakan keperawatan mandiri (otonomi profesi)
4. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan keperawatan
yang dibuat oleh profesi keperawatan.
Aspek hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan sebagai
pedoman agar pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang dapat
merugikan profesi keperawatan atau masyarakat yang berakibat pada konflik.
Perawat tidak pernah bertugas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak pernah
mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim
tanggap darurat kemungkinan tidak akan maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap
gawat darurat bersifat khusus dan spesifik dan memerlukan keterampilan khusus di
samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting dalam penyelamatan pasien gawat
darurat.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan
juga mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan
juga untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan
profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat
tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat,
Nursing Emergency, General Emergency Life Support, Manajemen Bencana,
simulasi tanggap darurat dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat
tanggap darurat.
DAFTAR PUSTAKA :

1. Pedoman Pelayanan Gawat darurat Departemen kesehatan RI tahun 1995

2. Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Departemen Kesehatan RI

2006

3. Deden Darmawan,2013”Pengantar Keperawatan Profesional, Jakrta

4. Ta`adi,2010 “Hukum Kesehatan” EGC Jakrta

5. Zainuddin Ali, 2010,”Dasar Filsafat Hukum”, Sinar Grafika Jakarta

6. Soekijo Notoatmodjo,”Etika dan Hukum Kesehatan, 2010

Peraturan dan perundang undangan

o Undang undang 36/2009 tentang kesehatan

o Undang undang 44/2009 Rumah Sakit

o Undang undang 38/2014 tentang keperawatan

o Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan penyelenggaran

Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi

o Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik

Keperawatan

o Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dan izin

praktik keperawatan
Curiculum Vitae :

Nama : Adzanri, AMK., SS., MH


Tempat / Tanggal lahir : Sinurut, 23 Juli 1966
Jabatan : Sekretaris Komite Etik dan Hukum Djamil Padang

1.Riwayat jabatan :
o Staf Perawat Pelaksana Instalasi Gawat Darurat 1986-2001
o Sekretaris Instalasi Bedah Sentral 2001-2007
o Kepala Instalasi Humas, Promkes 2009-2010
o Sekretaris Komite Etik Hukum 2010-2016
o Sekretaris Pelayanan Pusat Jantung 2013-2016
o Sekretaris Komite Etik dan Hukum 2017-sekarang
o Semuanya di RSUP DR M Djamil Padang
o Tim Akrditasi RSUP DR M Djamil Padang
2.Riwayat pelatihan gawat darurat
No Penataran/Pelatihan Tahun dan Keterangan
Tempat
1 Pelatihan TOT Basic Neurologis Life Support 24-27 Sept 2007 Peserta
(BCLS) Jakarta /undangan dan biaya dari
Interbational Medical
Corps/Usaid
Sertifikat
2 Pelatihan SPHERE “Humanatarian 28-31 Mei 2007 Peserta
Character & Minimum In Disaster Jakarta /undangan dan biaya dari
Response “ (Pelatihan Manajemen Interbational Medical
Penangulangan Bencana) Corps/Usaid
Sertifikat
3 “ Disasater Nursing” Untuk Profesi Maret April Mai Instruktur
Keperawatan di PSIK Unand 2009 Sertifikat
PSIK Unand
4 “Manajemen Bencana dan Simulasi 08-09 Sept 2007 Peserta
Lapangan” Kerjasama Yayasan AGD 118 Padang Sertifikat
Jakarat dengan Perhimpunan Ahli Bedah
Indonesia
Pelatihan PPGD Rumah Sakit 2001 Peserta
RSUP Dr M Sertifikat
Djamil
4 Pelatihan Keselamaan Kesehatan Kerja (K3) 2003 Peserta
RSUP Dr M Sertifikat
Djamil
5 Pelatihan Emergenci Life Support (GELS) 22-28 Agust 2005 Pesertta
Dinkes Prov Sertufikat
Sumbar
6 Manajemen Bencana dan PPGD Kerjasama 18-20 Jan 2011 Nara Sumber
Dinas Kesehatan Prov Sumatera Barat dengan Padang Sertufikat
International Organazation For Migration
7 Pelatihan SDM Hospital Disaster Plan 2009 Utusan
(HOSDIP) (Manajemen Bencana) Bandung Tidak bersertifikat
8 Gladi Posko dan Gladi lapangan (Evakuasi 21-23 Des 2010 Panitia
Korban Runtuhan Gedung) Badan Bungus Padang Sertifikat
Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera
Barat.
9 Instruktur Bantuan Hidup Dasar untuk 28-29 Jan 2013- Undangan
Awam/Umum Di Diklat PT Semen Padang Padang Sebagai nara Sumber
10 Nara Sumber Hukum Pelayanan Gawat 2004- sampai Undangan
darurat dan Instruktur PPGD dalam sekarang
berbagai Insitusi Kesehatan
Pemerintah/Rumah Sakit/Swasta/STIkes
dalam ruang lingkup Sumatera Barat
11 Pelatihan TOT Keperawatan Gawat Darurat 2017 Jakarta Undangan
12 Sertfikat keahlian instruktur keperawatan 2017 Dari DPP PPNI Jakarta
gawat darurat
13 Staf pengajar tidak tetap di bidang kegawat 2010-sekarang
daruratan di STIKes Mercubaktijaya Padang,
STIKes Indonesia Padang, STIKes nan
Tongga Padang, STIKes Amanah Padang

Demikianlah data data pribadi ini dibuat

Hormat Saya

Adzanri, AMK SS MH

Anda mungkin juga menyukai