Anda di halaman 1dari 16

ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

1. Buat pengkajian sesuai ABCDE dan juga diagnose untuk masing-masing fokus
PASIEN SYOK KARDIOGENIK PASIEN SYOK SEPSIS PASIEN SHOK HIPOVOLEMIK
HASIL PENGKAJIAN DIAGNOSA HASIL PENGKAJIAN DIAGNOSA HASIL PENGKAJIAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(NANDA) (NANDA) (NANDA)
A Pasien mengatakan sesak napas, Ketidakefektifan pola Pernafasan Dyspneu, Ketidakefektifan Sesak napas, frekuensi Ketidakefektifan pola
napas pasien cepat 26x/menit, napas B.D terdapat bunyi napas bersihan jalan napas B.D napas 26 x/ menit, napas B.D
terpasang O2 5Lpm Hiperventilasi tambahan Ronchi. sekresi yang tertahan terpasang O2 4 LPM Hiperventilasi
B Frekuensi napas cepat, terdapat Ketidakefektifan Frekuensi pernapasan 25 x/ Ketidakefektifan pola Frekuensi napas cepat, Ketidakefektifan pola
penggunaan otot bantu bersihan jalan napas menit, SaO2 90 %, retraksi napas B.D Hiperventilasi terdapat penggunaan otot napas B.D
pernapasan, retraksi dindig dada, B.D sekresi yang dinding dada, pernapasan bantu pernapasan, retraksi Hiperventilasi
suara nafas ronchi. tertahan cuping hidung. dindig dada, tidak terdapat
bunyi nafas tambahan
C Pasien terlihat sianosis, TD : Ketidak efektifan Pasien tidak mengalami Resiko Syok Pasien nampak sianosis, Resiko Syok
80/60 mmHg, nadi : 60 x/menit, perfusi jaringan B.D perdarahan, CRT < 3 detik, mengalami perdarahan,
CRT < 2 detik gangguan aliran darah Nadi 98 X/ menit, TD : TD : 80/60 mmHg, CRT :
sekunder akibat 90/70 mmHg, akral hangat <2 detik.
gangguan vaskuler
D Kesadaran pasien composmetis, Gangguan rasa nyaman Keadaan umum somnolen, - Keadaan umum somnolen, -
GCS : 4-5-6, nyeri pada dada B.D gejala terkait GCS : E3, V3, M4 GCS : E3, V3, M4
penyakit.
E Tidak terdapat cidera pada - Pasien tidak terdapat jejas - Pasien terdapat Resiko Jatuh
seluruh tubuh pada seluruh tubuh luka/fraktur terbuka di
kaki kanan

2. Buat Tujuan (NOC) sesuai hasil respon pasien dari pengkajian ABCDE sesuai soal no 1 untuk masing-masing fokus
PASIEN SYOK KARDIOGENIK PASIEN SYOK SEPSIS PASIEN SHOK HIPOVOLEMIK
HASIL PENGKAJIAN NOC HASIL PENGKAJIAN NOC HASIL PENGKAJIAN NOC
A Pasien mengatakan sesak napas, 1. Frekuensi Pernafasan Dyspneu, 1. Frekuensi pernafasan Sesak napas, frekuensi 1. Frekuensi
napas pasien cepat 26x/menit, pernapasan terdapat bunyi napas 2. Irama pernafasan napas 26 x/ menit, pernapasan
terpasang O2 5Lpm 2. Kedalaman Inspirasi tambahan Ronchi. 3. Kedalaman inspirasi terpasang O2 4 LPM 2. Kedalaman
3. Dispnea 4. Kemampuan Inspirasi
4. Penggunaan alat 5. mengeluarkan secret 3. Dispnea
bantu napas Suara napas tambahan 4. Penggunaan alat
bantu napas

B Frekuensi napas cepat, terdapat 1. Frekuensi Frekuensi pernapasan 25 x/ 5. Frekuensi pernapasan Frekuensi napas cepat, 1. Frekuensi
penggunaan otot bantu pernafasan menit, SaO2 90 %, retraksi 6. Kedalaman Inspirasi terdapat penggunaan otot pernapasan
pernapasan, retraksi dindig dada, 2. Irama pernafasan dinding dada, pernapasan 7. Dispnea bantu pernapasan, retraksi 2. Kedalaman
suara nafas ronchi. 3. Kedalaman inspirasi cuping hidung. 8. Penggunaan alat dindig dada, tidak terdapat Inspirasi
4. Kemampuan bantu napas bunyi nafas tambahan 3. Dispnea
mengeluarkan secret 4. Penggunaan alat
5. Suara napas bantu napas
tambahan
C Pasien terlihat sianosis, TD : 1. Tekanan darah Pasien tidak mengalami 1. Tekana darah sistolik Pasien nampak sianosis, 1. Tekana darah
80/60 mmHg, nadi : 60 x/menit, sistolik perdarahan, CRT < 3 detik, 2. Tekanan darah mengalami perdarahan, sistolik
CRT < 2 detik 2. Tekanan darah Nadi 98 X/ menit, TD : diastolik. TD : 80/60 mmHg, CRT : 2. Tekanan darah
diastolik 90/70 mmHg, akral hangat, 3. Penurunan tingkat <2 detik. diastolik.
3. Kekuatan denyut kesadaran somnolen kesadaran 3. Denyut jantung
nadi 4. Denyut jantung apikal.
apikal.
5. Saturasi O2.

PASIEN SYOK KARDIOGENIK PASIEN SYOK SEPSIS PASIEN SHOK HIPOVOLEMIK


HASIL PENGKAJIAN NOC HASIL PENGKAJIAN NOC HASIL PENGKAJIAN NOC
D Kesadaran pasien composmetis, 1. Ekspresi nyeri wajah Keadaan umum somnolen, _ Keadaan umum somnolen, _
GCS : 4-5-6, nyeri pada dada 2. Menyeringai GCS : E3, V3, M4 GCS : E3, V3, M4
3. Frekuensi napas
4. Denyut nadi
5. Tekanan darah
E Tidak terdapat cidera pada _ Pasien tidak terdapat jejas _ Pasien terdapat 1. Pergerakan otot
seluruh tubuh pada seluruh tubuh luka/fraktur terbuka di 2. Pergerakan sendi
kaki kanan 3. Fraktur extremitas
4. Sifat otot
5. Pergerakan sesuai
arah yang di
inginkan

3. Buat intervensi dan Evaluasi sesuai hasil respon pasien dari pengkajian ABCDE sesuai soal no 1 untuk masing-masing fokus
PASIEN SYOK KARDIOGENIK PASIEN SYOK SEPSIS PASIEN SHOK HIPOVOLEMIK
INTERVENSI EVALUASI INTERVENSI EVALUASI INTERVENSI EVALUASI
A O : monitor status S : pasien mengatakan nafas O : Monitor status S : - O : monitor status pernafasan S : -
pernafasan terasa sesak pernafasan dan O : frekuensi pernapasan N : berikan teknik semi O : Frekuensi napas 24 x?
N : berikan teknik O : Frekuensi napas 25 x? oksigenasi, 24x/menit, ronchi di fowler menit, nafas cepat,
semi fowler menit, nafas cepat, sebagaimana mestinya lapang paru, pernapasan E : Ajarkan tehnik menggunakan O2 nasal kanul 4
E : Ajarkan tehnik menggunakan O2 nasal N : Buang secret cuping hidung bernapas/relaksasi LPM
bernapas/relaksasi kanul 5 LPM A : masalah C : kolaborasi dalam A : Masalah ketidakefektifan
dengan memotivasi
C : kolaborasi A : Masalah ketidakefektifan bersihan pemberian O2 pola napas belum teratasi
dalam pemberian ketidakefektifan pola napas pasien untuk melakukan jalan napas belum teratasi N : intervensi di lanjutkan
O2 belum teratasi P : intervensi dilanjutkan - Monitor status pernapasan
batuk atau menyedot
N : intervensi di lanjutkan - Moonitor status Berikan teknik semi fowler
- Monitor status lender pernapasan
pernapasan - Lakukan
E : Instruksikan
- Berikan teknik semi penghispan lendir
fowler bagaimana agar bisa
melakukan batuk efektif
C : kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
Nebulizer
B O : Monitor status S : pasien mengatakan O : monitor status S:- O : monitor status pernafasan S:-
pernafasan dan dahak sulit keluar pernafasan O : Frekuensi napas 24 x? N : berikan teknik semi O : Frekuensi napas 24 x?
oksigenasi, O : frekuensi pernapasan N : berikan teknik semi menit, nafas cepat, fowler menit, nafas cepat,
sebagaimana 25x/menit, ronchi di lapang fowler menggunakan O2 nasal E : Ajarkan tehnik menggunakan O2 nasal kanul 4
mestinya paru, pernapasan cuping E : Ajarkan tehnik kanul 5 LPM bernapas/relaksasi LPM
N : Buang secret hidung bernapas/relaksasi A : Masalah C : kolaborasi dalam A : Masalah ketidakefektifan
A : Masalah C : kolaborasi dalam ketidakefektifan pola pemberian O2 pola napas belum teratasi
dengan memotivasi
ketidakefektifan bersihan pemberian O2 napas belum teratasi N : intervensi di lanjutkan
pasien untuk jalan napas belum teratasi N : intervensi di lanjutkan - Monitor status pernapasan
P : intervensi dilanjutkan - Monitor status Berikan teknik semi fowler
melakukan batuk
- Monitor status pernapasan
atau menyedot pernapasan Berikan teknik semi
- Lakukan suction fowler
lender
- Anjurkan batuk efektif
E : Instruksikan
bagaimana agar
bisa melakukan
batuk efektif
C : kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
Nebulizer
C O : Monitor TTV 4 S : pasien mengatakan O : Monitor TTV S : - O : Monitor TTV pasien S:-
jam sekali. lemas pasien O : TD : 90/80 mmHg, N : Lakukan penilaihan O : TD : 90/70 mmHg, Nadi :
N : Lakukan O : TD : 90/70 mmHg, Nadi N : Lakukan penilaihan Nadi : 78 x/Menit, SaO2 : sirkulasi perifer secara 88 x/Menit, SaO2 : 98%
: 70x/menit sirkulasi perifer secara 99% konprehensif, Tingkat kesadaran Somnolen
pemeriksaan fisik
A : masalah konprehensif, Tingkat kesadaran E : Instruksi pasien dan A : masalah resiko Syok belum
system ketidakefektifan perfusi E : Instruksi pasien dan Somnolen keluarga unruk melindungi teratasi
jaringan belum teratsasi keluarga unruk A : masalah resiko Syok area yang mengalami P : Intervensi dilanjutkan
kardiovaskuler atau
P : Intervensi dilanjutkan melindungi area yang belum teratasi gangguan dari mengalami - monitor TTV pasien
penilaian yang - Monitor TTV mengalami gangguan P : Intervensi dilanjutkan trauma - lakukan penilaian sirkulasi
- Lakukan dari mengalami trauma - monitor TTV pasien C : Kolaborasi dengan dokter perifer secara komperhensip
kemprehansif pada
pemeriksaan fisik C : Kolaborasi dengan - lakukan penilaian dalam pemberian Obat
sirkulasi perifer system dokter dalam pemberian sirkulasi perifer secara
kardiovaskuler atau Obat komperhensip
(mis, memeriksa
penilaian yang
denyut nadi perifer, kemprehansif pada
sirkulasi perife
edema, waktu
pengisian kapiler,
warna dan suhu)
E : Instuksikan
pasien mengenai
faktor-faktor yang
menggangu
sirkulasi darah
(mis,
merokok,pakaian
ketat, terlalu lama
didalam suhu
dingin, dan
menyilangkan
kaki)
C : kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat-obatan

D O : Monitor TTV, S : pasien mengatakan nyeri


Monitor kejadian berkurang
Nyeri O : skala nyeri 3, pasien
N : ajarkan teknik tidak menunjukan expresi
relaksasi nafas wajah nyeri
dalam, berikan A : masalah gangguan rasa
suasana senyaman nyaman nyeri teratasi
mungkin P : Intervensi dilanjutkan
E : edukasi pasien - Monitor TTV
dan keluarga
tentang manajemen
nyeri
C : Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
antipiuretik
E O : mengidentifikasi S:-
karakteristik lingkungan yang O : pasien terbaring lemas,
dapat meningkatkan potensi tingkat kesadaran somnolen,
untuk jatuh ADL dibantu.
N : lakukan penguncian pada A : Masalah resiko jatuh belum
roda bed tempat tidur, pasang teratasi
pagar tempat tidur P : intervensi dilanjutkan
E : instruksikan keluarga - lakukan penguncian pada
untuk menjaga dan roda bed tempat tidur, pasang
mengawasi pasien. pagar tempat tidur

Analisa Jurnal: Ventilator Bundle/VAP Bundle


Jelaskan tentang, pengertian, tujuan, dan cara/prosedurnya, rasional tindakan terhadap prosedur, dan apakah
prosedur tersebut biasa dilakukan berikan alasannya (Minimal 500 kata)
Elevation of the Head of the Bed - Pengertian Elevation of the Head of the Bed: sebuah prosedur tindakan dimana posisi kepala lebih tinggi dari kaki.
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfalitasi fungsi pernapasan pasien, sehingga
kebutuhan okksigen pada pasien dengan gangguan pernapasan bisa terpenuhi, prosedur tindakan Elevation of the
Head of the Bed ini termasuk dalam tindakan non farmakologi pada kasus gangguan pernapasan. Elevation of the
Head of the Bed adalah tindakan untuk mencegah terjadinya aspirasi dan pneumonia pada pasien yang terpasang
ventilator. selain menjadi tindakan non farmakologi pada masalah gangguan pernapasan tindakan ini juga dapat
dijadikan untuk menghindari terjadinya infeksi VAP (Ventilator Associated Pneumonia) yang disebabkan oleh
bakteri pada pasien yang terpasang ventilator

- Tujuan Elevation of the Head of the Bed : tujuan dari prosedur tindakan Elevation of the Head of the Bed adalah
1. Mengurangi komplikasi akibat imobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya exspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
5. Mencegah aspirasi
6. Mencegah pneumoni
7. Menghindari infeksi VAP (Ventilator Associated Pneumonia)

- Cara prosedur Elevation of the Head of the Bed


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
4. Atur tempat tidur pasien dengan kepala lebih tinggi dari kaki
5. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien
6. Untuk posisi semifowler (30-45), dan fowler (90)
7. Posisikan pasien senyaman mungkin dan hindarkan dari resiko jatuh
8. Jelaskan pada keluarga bahwa tindakan sudah selesai
9. Cuci tangan.

- Rasional Elevation of the Head of the Bed : pemberian dari tindakan Elevation of the Head of the Bed pada pasien
yang terpasang ventilator dilakukan sebagai cara untuk membantu mengurangi sesak nafas. Posisi ini dengan
kemiringan sekitar 45 derajat, yaitu dengan meggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma, memposisikan kepala lebih tinggi dari kaki juga menghambat
terjadinya aspirasi dan pneumonia yang mengakibatkan VAP (Ventilator Associated Pneumonia). Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian tindakan Elevation of the Head of the Bed posisi elevasi head of bed meningkatkan
PaO2 pada pasien dengan ventilasi mekanik di ICU RSUP Dr. Sardjito, pada penelitian Drakulovic banyak
ditemukan VAP (Ventilator Associated Pneumonia) 23% pada pasien dengan posisi terlentang dan 5% pasien
dengan posisi tegak yakni elevasi 30-45 derajat dan pada pasien yang berada pada posisi terlentang 2.9 kali
beresiko terjadinya atau terkena VAP (Ventilator Associated Pneumonia).

- Kesimpulan Elevation of the Head of the Bed : tindakan Elevation of the Head of the Bed atau memposisikan
kepala lebih tinggi dari kaki, prosedur ini bisa dilakukan pada tatanan kesehatan/ rumah sakit dengan
menggunakan prosedur tindakan Elevation of the Head of the Bed atau kepala lebih tinggi dari kaki, dapat
memperlancar jalanya pernapasan pada pasien dengan kasus gangguan pernapasan sehingga masalah pada pasien
dengan gangguan pernapasan bisa terpenuhi dan meningkatnya SaO2 pada pasien dengan agangguan pernpasan,
tndakan prosedur Elevation of the Head of the Bed ini juga sebagai tindakan non farmakologi dalam mengatasi
masalah sesak pada pasien dengan gangguan pernapasan. Prosedur tindakan Elevation of the Head of the Bed ini
juga dapat menurunkan aspirasi , pneumonia, dan menghindari terjadinya VAP (Ventilator Associated Pneumonia)
Daily “Sedation Vacations” and Assessment of - Pengertian Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate : merupakan penghentian
Readiness to be Extubate. secara berkala agen sedasi dan penilaian kesiapan ekstubasi, penghentian obat sedasi dan untuk penilaian kesiapan
dalam melakukan ekstubasi. Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate mempunyai
kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria ini ditujukan dalam mencegah terjadinya ekstubasi tidak terencana. Kriteria
inklusi : pasien dengan cedera paru yang setabil, hemodinamik stabil(HR <100, MAP> 65), FiO2 <0,5 dengan
SpO2 >88, PEEP <8 dan pasien mampu memulai napas. Kriteria eklusi : pasien on pressors, pasien dengan ciri-ciri
kematian, saturasi O2 < 90%, HR > 140 X/ menit.

- Tujuan Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate


1. Mencegah terjadinya ekstubasi tidak terencana
2. Mencegah terjadinya VAP pada pasien yang terpasang ventilator

- Cara prosedur Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate:


1. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga
2. Cuci tangan
3. Nilai pasien dari kriteria inklusi dan eklusi
4. Batasi sedasi pada pasien terpasang ventilator
5. Observasi keadaan pasien selama pembatasan sedasi
6. Cuci tangan
7. Dokumentasi
8. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai

- Rasional Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate. : penghentian sedasi yang
berkala untuk kesiapan peneliaian ekstubasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi VAP
pada pasien gagal nafas yang terpasang ventilator. seperti yang dilansir pada penelitian dengan uji kontrol acakpada
pasien dengan penggunaan ventilator yang menerima obat sedasi secara kontinyu di ruang ICU. Dalam penelitian
ini didapatkan bahwa dengan mengurangi penggunaan sedasi dapat menurunkan jumlah waktu yang dihabiskan
dalam penggunaan ventilator mekanik dan karena itu risiko VAP menurun. Selain itu pelepasan pasien dari
penggunaan ventilator menjadi lebih mudah ketika pasien mampu membantu diri mereka sendiri saat diekstubasi
dengan batuk dan mengontrol sekresi.

- Kesimpulan Daily “Sedation Vacations” and Assessment of Readiness to be Extubate. : penghentian secara berkala
agen sedasi dan penilaian kesiapan ekstubasi, tindakan ini bisa di lakukan di tatanan rumah sakit tentunya di Ruang
ICU tidak hanya untuk mengurangi pemakaian sedasi, penghentian secara berkala akan menghambat terjadinya
infeksi VAP pada pasien yang terpasang ventilator. penghentian sedasi ini bukan tanpa resiko, misalnya ada
ketakutan bahwa pasien yang tidak diberikan sedasi akan memiliki potensi untuk meningkatkan self extubation.
Obat sedasi yang ideal adalah obat sedasi dengan onset cepat, waktu paruh singkat, dieliminasi dengan baik, tidak
ada efek samping pada kardiovaskular, dan respirasi serta tidak ada efek akumulasi di tubuh
Daily Oral Care With Chlorhexidine - Pengertian Daily Oral Care With Chlorhexidine : tindakan prosedur Oral care adalah sebuah tindakan perawatan
mulut dengan menggunakan air bersih, hangat, matang atau cairan yang bersifat membunuh kuman pada rongga
mulut, oral care bisa dilakukan saat melakukan kebersihan tubuh atau perawatan lainya guna meningkatkan
kebersihan daerah mulut agar terhindar dari kuman yang berbahaya sehingga mengurangi kuman dimukosa mulut
dan mencegah kolonisasi kuman di saluran pernapasan agar resiko terjadinya VAP dapat menurun

- Tujuan Daily Oral Care With Chlorhexidine : pembersihan rongga mulut (Oral Care) memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Memberikan rasa nyaman pada daerah mulut pasien
3. Mengurangi nyeri yang berlebihan.
4. Mencegah terjadinya komplikasi
5. Mencegah terjadinya VAP pada pasien terpasaang Ventilator
6. Menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tak sedap
7. Melembabkan mukosa membran mulut dan bibir
8. Mencegah penyakit gigi dan mulut

- Cara prosedur Daily Oral Care With Chlorhexidine :


1. Persiapan alat
2. Memberitahukan pada keluarga tindakan yang akan dilakukan.
3. Jelaskan prosedur kepada keluarga
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Tinggikan tempat tidur
7. Letakan handuk di bawah wajah klien dan bengkok di bawah dagu
8. Larutkan cairan Chlorhexidine
9. Mulai mebersihkan permukaan luar gigi, usapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi, secara lembut
usap bagian lidah ulangi sampai bersih
10. Bersihkan sekitar bibir pasien dengan tisu
11. Lepaskan sarung tangan
12. Atur kembali posisi pasien
13. Bersihkan alat
14. Cuci tangan

- Rasional Daily Oral Care With Chlorhexidine : pemberian oral care dengan Chlorhexidine pada pasien gagal nafas
yang terpasang ventilator adalah untuk menurunkan efek samping dan komplikasi yaitu infeksi jalan nafas, infeksi
jalan nafas yang berhubungan dengan pemakaian ventilator dikenal dengan VAP (Ventilator Associated
Pneumonia). VAP terjadi akibat kurang terjaganya kebersihan mulut, oleh karena itu pentingya Oral Care pada
pasien gagal nafas yang terpasang Ventilator. Hygine mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan
kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya VAP pada pasien yang terpasang
ventilator jangka panjang adalah perawatn mulut dengan cairan Chlorhexidine secara teratur atau setiap hari dapat
menurunkan kuman yang dapat menginfeksi dan dapat mengakibatkan VAP pada pasien gagal napas yang
terpasang Ventilator. Hal ini didukung oleh penelitian yang di lakukan IHI dimana intervensi dalam bentuk oral
care dapat menurunkan resiko pasien ICU terhadap VAP

- Kesimpulan Daily Oral Care With Chlorhexidine : intervensi ini sangat cocok digunakan dan diterapkan pada
pasien dengan gagal napas yang terpasang ventilator dan rumah sakit atau tenaga medis bisa menggunkan tindakan
prosedur Oral care dengan Chlorhexidine pada pasien terpasang ventilato karena dengan oral hygine menggunakan
cairan Chlorhexidine selama 2x sehari mampu menurunkan terjadinya infeksi VAP. Menurut penelitian ditemukan
bahwa semua sampel diberikan oral care dimana oral care ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi kuman
dimukosa mulut dan mencegah kolonisasi kuman di saluran pernapasan agar resiko terjadinya VAP dapat
menurun. Hal ini didukung oleh penelitian yang di lakukan IHI dimana intervensi dalam bentuk oral care dapat
menurunkan resiko pasien ICU terhadap VAP. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa oral care dengan
Chlorhexidine dapat menurunkan kejadian VAP pada pasien terpasang ventilator
Peptic Ulcer Disease Prophylaxis - Pengertian Peptic Ulcer Disease Prophylaxis: Peptic Ulcer Disease Prophylaxis adalah sebuah terapi penggunaan
obat yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Pemberian Prophylaxis
adalah sebagai terapi pengobatan tukak lambung yang disebabkan karena infeksi, Peptic Ulcer Disease Prophylaxis
dengan golongan PPI dan antagonis H2 dapat menurunkan volume isi lambung dan meningkatkan pH lambung

- Tujuan Peptic Ulcer Disease Prophylaxis: tujuan dari pengobatan ulkus peptikum adalah
1. Menghilangkan rasa sakit
2. Menyembuhkan ulkus
3. Mencegah kambuhnya ulkus
4. Mencegah terjadinya komplikasi
5. Mengosongkan volume isi lambung
6. Meningkatkan kadar pH pada lambung

- Cara prosedur pemberian Peptic Ulcer Disease Prophylaxis :


1. Jelaskan prosedur kepada keluarga
2. Cuci tangan
3. Persiapan alat
4. Siapkan obat dengan mencocokan permintaan dokter
5. Doubel cek dengan teman
6. Bawa kotak obat ke samping pasien
7. Identifikasi pasien dengan mencocokan gelang identitas
8. Berikan obat ke pasien
9. Bereskan alat
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi
12. Jelaskan kepada keluarga bahwa prosedur sudah selesai

- Rasional Peptic Ulcer Disease Prophylaxis: tindakan Peptic Ulcer Disease Prophylaxis adalah elemen ke empat
dari penilaian peggunaan VB atau Ventilasi Bundle yang sebagai profilaksis atau pemberian obat yakni golongan
PPI dan antagonis H2 pemberian profilaksis ini dapat menurunkan volume isi lambung dan meningkatkan pH, pH
masing-masing organ berbeda misalnya kadar ph normal darah yang cenderung netral hingga alkali dengan interval
7,35-7,45 namun sangat berbeda pada organ lambung yang memiliki kadar pH 2 hingga sampai 3,5 atau sangat
asam. Perubahan pH pada lambung yang melebihi batas normal akan mengganggu keseimbangan fungsi tubuh .
volume lambung pada orang dewasa hanya mampu menampung 200 cc jika seorang gagal nafas terpasang selang
lambung perlu memperhatikan asupan makanan yang di berikan jika pemberan terlalu banyak maka lambung tidak
bisa mencerna dan akan mengakibatkan penumpukan sisa makanan yang mengakibatkan bakteri dan terjadinya
infeksi, perlunya pengosongan volume isi lambung untuk menetralisir sisa makanan yang ada di lambung.

- Kesimpulan Peptic Ulcer Disease Prophylaxis :tindakan Peptic Ulcer Disease Prophylaxis atau pemberian obat
profilaksis dengan golongan PPI dan antagonis H2 bisa di terapkan di lingkungan atau tatanan rumah sakit hal ini
di karenakan pemberian obat yakni golongan PPI dan antagonis H2 pemberian profilaksis ini dapat menurunkan
volume isi lambung dan meningkatkan pH, pH masing-masing organ berbeda misalnya kadar ph normal darah
yang cenderung netral hingga alkali dengan interval 7,35-7,45 namun sangat berbeda pada organ lambung yang
memiliki kadar pH 2 hingga sampai 3,5 atau sangat asam. Perubahan pH pada lambung yang melebihi batas
normal akan mengganggu keseimbangan fungsi tubuh . volume lambung pada orang dewasa hanya mampu
menampung 200 cc jika seorang gagal nafas terpasang selang lambung perlu memperhatikan asupan makanan yang
di berikan jika pemberan terlalu banyak maka lambung tidak bisa mencerna dan akan mengakibatkan penumpukan
sisa makanan yang mengakibatkan bakteri dan terjadinya infeksi, perlunya pengosongan volume isi lambung untuk
menetralisir sisa makanan yang ada di lambung. Menurut penelitian semua pasien menerima pemberian profilaksis
ulkus peptikum dengan presentasi penggunaan mencapai 100% dimana semua pasien dengan penilaian
penggunaan VB seluruhnya mendapatkan profiklasis peptikum yang sangat baik dalam menurunkan volume
sekresi gaster dan meningkatkan pH lambung
Deep Venous thrombosis prophylaxis - Pengertian Deep Venous thrombosis prophylaxis : profilaksis trombosis vena dalam merupakan pemberian
profilaksis akibat terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskular termasuk arteri, vena, ruang jantung dan
mikrosirkulasi. Terjadinya trombosis pada arteri atau vena adalah sebagai akibat adanya kelaainan dari pembulu
darah, aliran darah dan komponen pembekuan darah. Toromboemboli dapat bermanifestasi sebagai TVD
(trombosis vena dalam) atau emboli paru. Faktor resiko yang mempengaruhi tromboemboli nena yaitu stasis vena,
cedera pembulu darah dan gangguan hiperkoagulasi.

- Tujuan Deep Venous thrombosis prophylaxis:


1. Mengurangi faktor resiko Tromboemboli
2. Mencegah terjadinya TVD (Trombosis Vena Dalam)
3. Mencegah terjadinya bekuan darah
4. Menghindari penyebab infeksi VAP

- Prosedur tindakan Deep Venous thrombosis prophylaxis :


1. Jelaskan prosedur kepada keluarga
2. Cuci tangan
3. Persiapan alat
4. Siapkan obat dengan mencocokan permintaan dokter
5. Doubel cek dengan teman
6. Bawa kotak obat ke samping pasien
7. Identifikasi pasien dengan mencocokan gelang identitas
8. Berikan obat ke pasien
9. Bereskan alat
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi
12. Jelaskan kepada keluarga bahwa prosedur sudah selesai

- Rasional Deep Venous thrombosis prophylaxis : pemberian profilaksis pada pasien yang terpasang ventilator
dengan kejadian gagal nafas TVD (Trombosis Vena Dalam) sangat di perlukan untuk mengurangi penyumbatan
vena, mengurangi emboli paru, menurunkan kejadian infeksi VAP. Faktor risiko terjadinya tromboemboli vena
berkurang jika profilaksis diterapkan secara konsisten. Terpapi ini sangat dianjurkan dan direkomendasikan untuk
digunakan sebagai profilaksis pada pasien terpasang ventilator, berdasarkan hasil dari beberapa pengamatan dapat
dikatakan bahwa tingkat VAP menurun secara drastis di rumah sakit dimana semua elemen dari VB (Ventilasi
Bundle) dilaksanakan, termasuk pemberian TVD (Deep Venous thrombosis prophylaxis) oleh karena itu penting
untuk menialai semua pasien rawat inap terhadap terjadinya tromboemboli vena dalam dan dengan menambahkan
profilaksis yang sesuai.
- Kesimpulan Deep Venous thrombosis prophylaxis : pemberian profilaksis pada pasien yang terpasang ventilator
dengan kejadian gagal nafas bisa diterapkan di tatanan rumah sakit oleh karena itu penting untuk menialai semua
pasien rawat inap terhadap terjadinya tromboemboli vena dalam dan dengan menambahkan profilaksis yang sesuai.
Beberapa obat yang sesuai dan dapat digunakan sebagai TVD profilaksis adalah Un-Fractionated Heparin (UFH),
Low Molecular Weight Heparin (LMWH) juga efektif terhadap TVD.

Obat-obatan yang sering di gunakan di ICU


1. Aspirin (Asam Salisilat)
Obat ini adalah golongan analgesik, asam salisilat yang lebih dikenal sebagai aspirin adalah analgesik, antipiuretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunaka. Selain
sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis.
2. DOBUTAMIN (Dobutamine Hydrochloride)
Obat ini termasuk golongan Inotropik, dobutamine adalah simpatomimetic sinetik yang secara struktur berhubungan dengan dopamine dan tergolong selective. Dobutamin
hidroklorida merupakan serbuk kristal, berwarna putih, agak larut dalam dalam air dan alkohol.
3. EPINEPRIN
Obat ini termasuk golongan Vasopressor, pada pemberian obat epi dapat menimbulkan gejala seperti perasaan takut, khawatir, gelisah, tegang, nyeri kepala, tremor, pusing,
pucat. Epi dikontraindikasikan pada penderita yang mendapat Bloker Nonslektif, karena kerjanya yang tidak terimbang pada reseptor pembulu darah menyebabkan
hipertensi.
4. FUROSEMID (DIURETIK KUAT)
Obat ini termasuk dalam obat Diuretik, diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibanding diuretic lain. Tempat kerja utamanya dibagian
epitel tebal ansahenle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretic
5. HEPARIN
Obat ini termasuk golongan obat Antitrombolitik, heparin tidak diabsorbsi secara oral, karena itu diberikan secara IV atau secara SK
6. HIDRALAZIN
Obat ini termasuk golongan obat Antihipertensi, absorpsi dari saluran cerna dan hampir sempurna, tetapi mengalami metabolisme lintas pertama di hati, yang
besarnyaditentukan oleh fenotip asetilasi.
7. NITRROGLISERIN
Obat ini termasuk obat anti angina, efek samping dari pemberian obat ini adalah sakit kepala umum ditemukan ini akan berkurang bila obat dilanjutkan atau dosis
dikurangi. Efek samping lainya seperti rasa lemah dan sinkop yang berhubungan dengan hipotensi postural : takikardi dan palpitasi.
8. PAVULON.
Obat ini termasuk golongan obat Relaksan, indikasi dari obat ini untuk relaksasi otot rangka, adapun efek samping dari pemberian obat ini Krdiovaskular : takikardi,
hipertensi, Pulmoner : Hipoventilasi, Apne, Bronkospasme.
9. PHENOBARBITAL / LUMINAL
Obat ini termasuk dalam obat Relaksan, indikasi dari obat ini adalah untuk relaksasi otot rangka, efeksamping yang di timbulkan seperti ini Krdiovaskular : takikardi,
hipertensi, Pulmoner : Hipoventilasi, Apne, Bronkospasme
10. LIDOKAIN.
Obat ini termasuk dalam obat Anastesik, Lidokain adalah anastesik lokal yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan

Anda mungkin juga menyukai