Anda di halaman 1dari 11

RESENSI BUKU THE HOBBIT (tugas sekolah)

Detail buku:

Judul asli: The Hobbit

Penulis: J.R.R. Tolkien

Penerjemah: A. Adiwiyoto

Sampul: Eduard Iwan Mangopang

Tebal: 352 halaman

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan II, Mei 2002

ISBN: 978-686-767-2

1. Kepengarangan

Latar Belakang Pengarang

Kehidupan awal J.R.R. Tolkien

J.R.R. Tolkien lahir pada tahun 1892 di Bloomfontein, Afrika Selatan. Setelah tiga tahun berada di Afrika
Selatan, dia kembali ke Inggris bersama ibunya, Mabel. Sayangnya, ayahnya meninggal setahun
kemudian, meninggalkannya dengan sedikit kenangan tentang ayahnya. Masa kecilnya adalah masa kecil
yang bahagia jika dilihat dari berbagai aspek. Dia kemudian dibawa ke pedesaan di Warwickshire (banyak
orang menganggap asuhan yang ideal ini sebagai dasar bagi Shire di "Lord of the Rings").

Pada tahun 1904, ketika John baru berusia 12 tahun, ibunya Mabel meninggal karena diabetes dan
meninggalkan bekas yang mendalam pada dirinya dan adik laki-lakinya. Setelah kematian ibunya, dia
dibawa oleh pendeta Katolik dari keluarga mereka, Bapa Francis Morgen. Sejak usia muda, J.R.R. Tolkien
adalah seorang cendekiawan yang sangat baik, dengan ketertarikan yang khusus akan bahasa. Dia sangat
menikmati mempelajari bahasa, khususnya bahasa Yunani, bahasa Anglo-Saxon, dan kemudian di
Universitas Oxford, bahasa Finlandia.

Meskipun merupakan seorang sarjana di sekolah King Edward VI, pada awalnya dia gagal memenangkan
beasiswa ke Oxford. Hal ini sebagian disebabkan karena dia jatuh cinta pada kekasih masa kecilnya, Edith.
Ketika mengetahui tentang percintaan ini, walinya, Bapa Francis Morgen, melarang John untuk menemui
Edith sampai dia berusia 21 tahun dan tidak lagi berada dalam asuhannya. Bapa Morgen membuat John
berjanji untuk tidak menemui Edith, dan John dengan berat hati menyetujui permintaannya. John
dengan setia menunggu hingga ulang tahunnya yang ke-21, dan pada hari itu memperbarui
hubungannya dengan Edith, dan berhasil membujuknya untuk menikah dengannya. Hal ini adalah bukti
keyakinannya pada kesetiaan dan kejujuran bahwa dia bersedia untuk menunggu beberapa tahun untuk
menemui istrinya; sentimen kebangsawanan semacam itu sering muncul dalam tulisan-tulisannya;
contohnya, kisah cinta yang luar biasa dari Beren dan Luthien (dua tokohnya dalam buku "The
Silmarillion", yakni kisah percintaan antara dua pribadi yang berasal dari latar belakang bangsa yang
berbeda - Red.).

J.R.R. Tolkien di Oxford

Dari sudut pandang akademis, perpisahannya dengan Edith tampaknya berhasil, setahun kemudian dia
memenangkan beasiswa ke Exeter College, Oxford, tempat dia mempelajari studi Klasika. John tidak
benar-benar bersinar dalam pelajaran ini dan mulai menikmati kesenangan kehidupan universitas
meskipun pemasukannya yang sedikit membuatnya sulit mengikuti kebiasaan pengeluaran dari murid-
murid yang kaya. Tidak terinspirasi dengan studi Klasika, John berhasil beralih ke cintanya yang sejati,
Sastra Inggris. Dia adalah sarjana yang kompeten, tetapi kebanyakan waktunya dihabiskan untuk
mempelajari bahasa-bahasa lain di perpustakaan Bodleian. Di Oxford inilah, di mana dia menjadi
terpesona dengan bahasa Finlandia, sebuah bahasa yang menjadi landasan untuk bahasa Quenya;
sebuah bahasa yang nantinya akan dia berikan kepada bangsa Elf ciptaannya. Rasa cintanya terhadap
bahasa tidak memudar sepanjang hidupnya; khususnya, dia mulai mengembangkan bahasa-bahasanya
sendiri, sebuah usaha yang luar biasa. Bahkan, dia berkomentar bahwa bahasa-bahasa terletak sebagai
jantung hati tulisan-tulisannya; Silmarillion dan Lord of the Rings. Dia benar-benar mengatakan, cerita-
cerita tersebut ada untuk menyediakan kesempatan baginya untuk menggunakan bahasa-bahasa
tersebut. Para penggemar bukunya mungkin tidak akan setuju, tetapi bukunya mengilustrasikan
kepentingan yang mendalam yang dia lekatkan pada penggunaan bahasa-bahasa tersebut.

2. Sinopsis

Gara-gara Gandalf, Bilbo jadi terlibat petualangan menegangkan. Tiga belas Kurcaci mendatangi
rumahnya dengan mendadak, karena mengira ia seorang Pencuri berpengalaman, seperti kata Gandalf.
Terpaksa ia bergabung dalam petualangan mereka: mengadakan perjalanan panjang dan berbahaya
untuk mencari Smaug, naga jahat yang telah merampas harta kaum Kurcaci di masa lampau.

Dalam perjalanan, rombongannya dihadang pasukan goblin. Saat melarikan diri dari kejaran mereka,
Bilbo tersesat ke gua Gollum dan menemukan Cincin yang bisa membuatnya tidak kelihatan. Cincin ini
sangat membantunya ketika menghadapi Smaug, juga dalam perang besar yang berkobar kemudian,
antara kelompok Peri, Manusia, dan Kurcaci melawan pasukan goblin dan Warg.

Menulis The Hobbit

Pada awalnya, tulisan-tulisan J.R.R. Tolkien hanya diketahui oleh beberapa orang. Dia merasakan
waktunya banyak terserap dalam mengajar dan tugas-tugas lain sebagai seorang profesor. Dia juga
memiliki waktu untuk menulis makalah-makalah penting tentang sastra abad pertengahan. Karya-karya
ini termasuk karya-karya yang menjadi cikal bakal Sir Gawain and the Green Knight dan Beowulf. Pada
tahun 1945, dia diberikan jabatan guru besar Merton, dan mendapatkan tugas-tugas tambahan untuk
mengajar dan memberikan kuliah.

Beberapa saat setelah tahun 1930, Tolkien mendapatkan inspirasi yang tidak terduga untuk mulai
menulis "The Hobbit". Selagi memeriksa lembar-lembar ujian, dia menuliskan di tepi halaman kertas
kalimat "Di sebuah lubang dalam tanah, tinggallah seorang hobbit" yang abadi ini. Tidak seperti "The
Silmarillion", "The Hobbit" adalah sebuah kisah dongeng dan petualangan yang sederhana untuk anak-
anak. Mengisyaratkan tentang hal-hal yang jahat, cerita tersebut masih berakhir dengan bahagia untuk
selama-lamanya dan terutama bersangkutan dengan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Dalam
perjalanan beberapa tahun berikutnya, teman-temannya, termasuk C.S. Lewis, membaca naskahnya dan
memberikan ulasan yang baik. Seiring perjalanan waktu, salah satu penerbit, Allen and Unwin, membaca
karya tersebut; dengan referensi bersinar dari Rayner Unwin, anak dari Tuan Unwin yang berusia 10
tahun. Buku tersebut diterbitkan dan menjadi sukses secara komersial.

J.R.R. Tolkien dan C.S. Lewis

J.R.R. Tolkien berteman baik dengan C.S. Lewis dan bersama-sama mereka adalah anggota kunci dari
'Inklings', sebuah klub sastra Oxford yang tidak resmi, tempat para penulis bertemu bersama-sama untuk
membacakan puisi dan cerita-cerita pendek secara lantang. Tolkien memiliki iman Katolik yang kuat di
sepanjang hidupnya; dia sering kali mendiskusikan agama dengan C.S. Lewis. Lewis kemudian
mengatakan bahwa perbincangannya dengan Tolkien adalah faktor kunci dalam keputusannya untuk
memeluk kekristenan. Akan tetapi, hubungan mereka mendingin seiring berjalannya waktu. Terdapat
gesekan kecil atas hubungan C.S. Lewis dengan Joy Davidson (istri C.S. Lewis - Red.), tetapi mereka tetap
berteman akrab, dan C.S. Lewis selalu merupakan pembela sastra yang kuat untuk karya-karya Tolkien.
(Meskipun Tolkien agaknya kurang antusias terhadap karya-karya C.S. Lewis).

3. Unsur Intrinsik

1. Alur dan Latar

No

Unsur

Latar
Deskripsi

Eksposisi

· Kota Shire

· Lembah sebelah atas Anduin

· Mengenai para hobbit dari Shire..

· Kisah-kisah mereka yang paling awal sepertinya mengacu sekilas pada masa ketika mereka tinggal
di lembah-lembah sebelah atas Anduin

Komplikasi

· Rumah Bilbo

· ..suatu hari datang ke rumah Bilbo sang Penyihir besar..

Konflik

· Di balik tikungan, jalan menuju Woody End

· Dari balik tikungan datang seekor kuda hitam..

Klimaks

· Di Gerbang Moria

· “Jalan itu mungkin menuju Moria, tapi bagaimana kita bisa tahu dia keluar melalui Moria?”

Resolusi

· Lόrien

· Beberapa Peri yang bisa berbicara bahasa mereka datang membawa banyak hadiah.
2. Perwatakan

No

Tokoh

Watak

Deskripsi

Frodo Baggins

· Ramah

· Polos, kurang paham

· Mr. Frodo seorang hobbit muda yang sangat ramah

· ..aku masih belum mengerti..

Bilbo

· Pembohong

· Baik

· ..cerita diatas bukanlah cerita yang mula-mula disampaikan Bilbo pada teman-temannya.

· “selamat jalan Bilbo yang baik,”

Gandalf
· Perhatian

· Mementingkan orang lain

· “sejak Bilbo pergi, aku sangat khawatir tentangmu,”

· “Lari kalian bodoh!” teriaknya lalu hilang.

Sméagol/Gollum

· Ingin tahu

· Serakah

· Dibenci
· Pembohong

· Yang berwatak paling ingin tahu dan selalu mencari tahu dari keluarga itu adalah Sméagol

· “berikan cincin itu padaku Déagol sayang,”

· “karena ini hari ulang tahunku dan aku menginginkannya sayang,”

· Dia menjadi sangat tidak disukai dan dihindari

· “Gollum itu pembohong,”

Strider/Aragorn

· Misterius, baik, suka menolong

· Mudah bergaul

· Adil

· “Biarlah seluruh anggota rombongan mendapat perlakuan yang sama rata.”

6
Sam

· Setia kawan

· Suka menolong

· Selalu berfikiran negatif

· Sam tidak mau dipisahkan dari Frodo meskipun banyak rintangan berat menanti mereka.

· “Ada sesuatu dibalik ini,”

· “Aku tidak mempercayainya,”

Legolas

· Baik

· Suka membantu

· Keras kepala

· “Terkutuklah sifat keras kepala kaum peri!”

Pippin

· Setia kawan

· Suka menolong
· Suka mencari perhatian

· Pippin rupanya sangat menikmati perhatian yang diperolehnya.

9.

Merry

· Setia kawan

· “itulah sebabnya kami memutuskan untuk ikut”

10.

Saruman

· Pengkhianat

· Ia terlena oleh kekuatan cincin itu dan berusaha mendapatkannya untuk kepentingannya sendiri.

11.

Gimli

· Keras kepala

· Keras

· Gimli keras kepala

· “Aku akan menuntut ganti rugi penuh kalau aku tersandung atau jari kakiku lecet.”

3. Sudut Pandang :

Penulis menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga.

4. Amanat

* Sahabat akan selalu ada disaat kita membutuhkan bahkan tanpa kita memintanya sekalipun.

* Apapun halangan yang menghadang kita, jika kita tetap pada pendirian dan komitmen kita, kita akan
selalu dapat menghadapinya.

* Pengorbanan yang bertujuan baik akan membuahkan hasil yang lebih baik.
5. Tema : Petualangan.

Sudut Pandang :

Penulis menggunakan Sudut Pandang Orang Ketiga.

4. Amanat

* Sahabat akan selalu ada disaat kita membutuhkan bahkan tanpa kita memintanya sekalipun.

* Apapun halangan yang menghadang kita, jika kita tetap pada pendirian dan komitmen kita, kita akan
selalu dapat menghadapinya.

* Pengorbanan yang bertujuan baik akan membuahkan hasil yang lebih baik.

5. Tema : Petualangan.

Analisis Unsur Ekstrinsik

1. Kelebihan Buku Ini

Kelebihan dari buku ini adalah banyak mengandung kiasan-kiasan sehingga kita dapat bermain dengan
imajinasi dan berfantasi dengan pikiran kita. Di awal buku ini dijelaskan mengenai pengenalan para
hobbit dan apa yang terjadi sebelumnya dengan lengkap dan jelas, sehingga kita tidak perlu bingung dan
bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di buku sebelumnya.

2. Kelemahan Buku Ini

Kelemahan buku ini hampir tidak ditemukan, menurut saya buku ini nyaris mendekati sempurna. Tetapi
ada sedikit bahasa yang asing ditelingan kita seperti kelakar. Tapi itu tidak sampai 1% dari kekurangan
buku.

3. Tentang Buku Ini


Buku ini merupakan buku kedua dari seri Lord Of The Rings. Buku pertamanya berjudul The Hobbits yang
kuarang mengisahkan tentang keseluruhan cerita. Bahkan buku pertama tidak difilmkan. Buku yang
diterbitkan oleh penerbit Gramedia ini sudah mencapai cetakan keenam pada tahun 2004. Buku ini
bahkan sudah difilmkan dan berhasil menyabet sejumlah penghargaan bergengsi dunia dalam ajang
perfilman. Dalam filmnya, buku kedua ini menjadi film pertama karena buku pertamanya, The Hobbits
tidak difilmkan.

4 . Kritik Dan Saran

Buku ini sangat menarik karena mengandung kiasan – kiasan sehingga kita dapat bermain dengan
imajinasi dan berfantasi dengan fikiran kita. Buku ini hampir mendekati kata sempurna hanya saja ada
Bahasa Asing yang terdapat pada buku ini Pokoknya yang belum baca novel ini harus baca karena sangat
bagus dan seru. Mungkin itu saja yang dapat saya katakan. Jangan lupa baca novelnya.

5. Kesimpulan

Akhirnya, satu kesimpulan buat novel The Hobbit, "Perjalanan jauh adalah salah satu mimpi terbesar
manusia. Melepaskan diri dari kenyamanan hidup, menjelajahi dunia yang belum terpetakan, tanpa
tujuan pasti dan jaminan kembali dengan selamat. Hal inilah yang mengundang merekaBilbo, Gandalf,
dan 13 Kurcaciuntuk bertemu Smaug, naga raksasa penghuni Gunung Sunyi."

Anda mungkin juga menyukai