Anda di halaman 1dari 12

Cara Perawatan Luka dengan Modern Dressing

Perkembangan perawatan luka (wound care ) berkembang dengan sangat pesat di dunia kesehatan.
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip
moisture balance, dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses
penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.

Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut belum begitu familiar bagi
perawat di Indonesia

Biasanya, tidak banyak yang dilakukan untuk merawat luka. Apalagi jika hanya luka ringan. Langkah
pertama yang diambil adalah membersihkannya kemudian langsung diberi obat luka atau yang lebih
dikenal dengan obat merah. Sementara pada luka berat, setidaknya langkah yang diambil tidak jauh dari
membersihkannya dahulu, setelah itu diberi obat. Sering orang tidak memperhatikan perlukah luka
tersebut dibalut atau tidak.

Sementara itu, menurut Anik Enikmawati SKep NS dari Akper Muhammadiyah Surakarta, kepada
Joglosemar beberapa waktu lalu mengungkapkan perawatan luka berbeda-beda tergantung pada tingkat
keparahan luka tersebut. “Perawatan luka paling sulit tergantung pada derajat luka. Jika luka mendalam
sampai ke lapisan kulit paling dalam, proses sembuhnya tentu saja juga paling lama.” ungkapnya.

Seperti pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya, papar Anik, terdapat kasus bahwa luka
tersebut harus diamputasi. Namun, tindakan amputasi ternyata bisa digagalkan setelah dirawat dengan
saksama dan dengan metode yang benar dan tentunya dilakukan oleh perawat ahli. “Kesembuhan luka
pada tingkat tertentu seperti pada kasus luka akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan.
Untuk itu harus diperkenalkan pada masyarakat bahwa telah ada program perawatan di rumah atau
home care dengan perawat datang ke rumah,” ujar Anik.

Namun sekarang, perkembangan perawatan luka atau disebut dengan wound care berkembang sangat
pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka
dengan menggunakan prinsip moisture balance, di mana disebutkan dalam beberapa literatur lebih
efektif untuk penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.

Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode tersebut memang belum familier bagi
perawat di Indonesia. Di sisi lain, metode perawatan luka modern dressing ini telah berkembang di
Indonesia terutama rumah sakit besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten, perawatan luka menggunakan
modern dressing tersebut masih belum berkembang dengan baik. Untuk itu, belum lama Akper
Muhammadiyah Surakarta mengadakan workshop dengan tajuk A Half Day Workshop on Wound
Management di Balai Muhammadiyah Surakarta. Sebagai pembicara, hadir Widasari SG SKP RN WOC
(ET) N WCS, Direktur Wocare Klinik.
Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah
mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang seimbang kelembabannya memfasilitasi
pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen di dalam matriks nonselular yang sehat. Pada luka akut,
moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembabannya.

Dikatakan Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat merusak proses penyembuhan luka dan
merusak sekitar luka, menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi kelembaban
pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.

Untuk menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa sebagai
balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres kasa lembab dan diganti sebelum kasa
mengering, dalam hal ini, memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode
perawatan modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern dressing, misalnya
dengan ca alginat atau hydrokoloid.

Dikatakan Widasari, pada perawatan luka secara modern ini harus tetap diperhatikan pada tiga tahapnya
yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan untuk
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan lama, serta debrimen jaringan nekrotik
atau membuang jaringan dari sel yang mati dari permukaan luka. Dalam hal ini harus diperhatikan pada
pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik
pencucian dapat dengan cara perendaman atau irigasi,” tuturnya.

Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk mempercepat proses penyembuhan pada
luka. Tujuan dari pemilihan balutan luka ini adalah untuk membuang jaringan mati, benda asing atau
partikel dari luka. Belutan juga dapat mengontrol kejadian infeksi atau melindungi luka dari trauma dan
invasi bakteri. Pemilihan balutan harus mampu mempertahankan kelembaban luka, selain juga berfungsi
sebagai penyerap cairan luka. Balutan juga harus nyaman digunakan dan steril serta cost effective.

Sebagai pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus sering mengganti kain kasa dengan Na
Cl sebagai pembalut luka, sekarang telah ada metode perawatan luka secara modern yang memiliki
prinsip menjaga kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang digunakan adalah kasa. Metode yang
dikenal dengan modern dressing ini beberapa contoh di antaranya yakni dengan penggunaan bahan
seperti hydrogel.

Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab. Selain itu juga melunakkan dan
menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang akan terserap ke dalam struktur gel
dan terbuang bersama pembalut. Hydrogel juga dapat meningkatkan autolityk debrimen secara alami.
Menurut Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur Wocare Klinik, debrimen berarti proses
pembuangan jaringan nekrosis atau kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses enzimatic
tubuh dari permukaan luka. “Modern Dressing dengan hydrogel tidak menimbulkan trauma dan sakit
pada saat penggantian balutan dan dapat diaplikasikan selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya.
Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana kandungan Ca dapat membantu menghentikan
perdarahan. Kemudian hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat dari Ca
Alginat. Selanjutnya adalah hydrokoloid yang mampu menjaga dari kontaminasi air dan bakteri serta
dapat digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.

Di sisi lain, Widasari menyarankan untuk penggunaan kasa serta metcovazin dalam perawatan luka
dengan kondisi luka yang memiliki warna dasar merah, kuning dan hitam. “ Metcovazin memiliki fungsi
untuk mendukung autolytik debrimen, menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi bau
tidak sedap yang ditimbulkan luka serta mempertahankan suasana lembab. Bentuknya salep dalam
kemasan,” tandasnya. n Triawati Prihatsari Purwanti

5. Pengkajian Luka

1) Kondisi luka

a) Warna dasar luka

Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic tissue (black), infected
tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).

b) Lokasi ukuran dan kedalaman luka

c) Eksudat dan bau

d) Tanda-tanda infeksi

e) Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

f) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

2) Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin

3) Status vascular : Hb, TcO2

4) Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

5) Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

6. Perencanaan

1) Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama
hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang
keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari
teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

a. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

b. Mempercepat angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

c. Menurunkan resiko infeksi

d. Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.

e. Mempercepat pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka
untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

f. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti
oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi
kaidah-kaidah berikut ini:

a. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)

b. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

c. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

d. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

e. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh
bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

1. Apakah suplai telah tersedia?

2. Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

3. Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?


4. Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

5. Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

6. Bagaimana cara mengevaluasi?

2) Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

a. Film Dressing

1. Semi-permeable primary atau secondary dressings

2. Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

3. Conformable, anti robek atau tergores

4. Tidak menyerap eksudat

5. Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

6. Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

7. Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

b. Hydrocolloid

1. Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

2. Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

3. Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

4. Waterproof

5. Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

6. Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

7. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

c. Alginate

1. Terbuat dari rumput laut

2. Membentuk gel diatas permukaan luka

3. Mudah diangkat dan dibersihkan


4. Bisa menyebabkan nyeri

5. Membantu untuk mengangkat jaringan mati

6. Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

7. Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

8. Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

9. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

d. Foam Dressings

1. Polyurethane

2. Non-adherent wound contact layer

3. Highly absorptive

4. Semi-permeable

5. Jenis bervariasi

6. Adhesive dan non-adhesive

7. Indikasi : eksudat sedang s.d berat

8. Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

9. Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

e. Terapi alternatif

1. Zinc Oxide (ZnO cream)

2. Madu (Honey)

3. Sugar paste (gula)

4. Larvae therapy/Maggot Therapy

5. Vacuum Assisted Closure

6. Hyperbaric Oxygen

7. Implementasi
1) Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)

a. Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)

b. Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat

c. Untuk merangsang granulasi

d. Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

e. Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings

2) Luka Nekrotik

a. Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)

b. Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis

c. Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

d. Hydrogels, hydrocolloid dressing

3) Luka terinfeksi

a. Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka

b. Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka

c. Wound culture – systemic antibiotics

d. Kontrol eksudat dan bau

e. Ganti balutan tiap hari

f. Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings

4) Luka Granulasi

a. Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban
luka

b. Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat

c. Moist wound surface – non-adherent dressing

d. Treatment overgranulasi

e. Hydrocolloids, foams, alginates

5) Luka epitelisasi
a. Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”

b. Transparent films, hydrocolloids

c. Balutan tidak terlalu sering diganti

6) Balutan kombinasi

a. Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid

b. Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid atau alginate +
film/foam atau hydrofibre + film/foam

c. Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra absorbent alginate +
foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus foam

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

a. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal
jika digunakan secara tepat

b. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar
dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien

c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang
berkualitas

2. SARAN

a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern

b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing

DEBRIDEMENT
malam FerDoters, gimana kabarnya nihh ?? pasti baikkan ?? malam ini FerDot bakalan post tentang
debridement nihhh. Efek kuliah Keperawatan Dewasa nihhh. jadinya posting sedikit tentang
Debridement yakk

· Definisi Debridement

Pengertian debridemen adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka dari kotoran yang
berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan mengompres luka
menggunakan cairan atau beberapa material perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan
mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik.

· Tujuan dilakukan Debridement

Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan kontaminan dengan rasa nyeri yang
minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal pula.untuk luka yang kotor,mencelupkan
bagian yang cidera ke dalam air yang sama dengan suhu tubuh , dapat meredakan nyeri dan dapat
membantu menghilangka debris.

· Metode Debridement

Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan surgikal. Metode debridement
yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan
penyakit sistemik.

1. Debridement Otolitik

Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan dan akhirnya
melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang
dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan
menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan
jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent
films.

Indikasi

· Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:

· Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.

· Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk membersihkan luka
debris nekrotik .

· Efektif dan mudah

· Sedikit atau tanpa nyeri.


Kerugian:

· Tidak secepat debridement surgikal.

· Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.

· Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.

2. Debridement Enzymatik:

Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridement, seperti
kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.

Indikasi

· Untuk luka kronis

· Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

· Pembentukan jaringan parut

Keuntungan

· Kerjanya cepat

· Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian:

· Mahal

· Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

· Memerlukan balutan sekunder

· Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

2. Wound with Duoderm, maggots and applying chiffon.

Aplikasi balutan dengan debridement enzymatic

7. Removal of dressing

Setelah beberapa hari pemakaian, balutan dibuka


3. Debridement Mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka
mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat
pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain
viable. Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat.
Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.

Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk pembedahan.
Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih
diperdebatkan.

Indikasi

· Luka dengan debris nekrotik moderat.

Keuntungan:

· Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:

· Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan penyembuhan

· Lambat

· Nyeri

· Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air dapat menyebabkan
kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.

4. Debridement Surgikal

Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan skalpel, gunting atau
instrument tajam lain Debridement surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan
nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu.
Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah
pemberian anestesi.

Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman
(tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement
dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan
perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
Luas dan radikalitas debridemet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Indikasi

· Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

· Jaringan terinfeksi.

Keuntungan:

· Cepat dan selektif

· Efektif

Kerugian :

· Nyeri

· Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

Teknik Operasi

1. Tindakan a dan antiseptik

2. Anestesi infiltrasi sekitar luka

3. Luka dicuci sampai bersih

4. Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular.

5. Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting

6. Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang. Sampai jaringan sehat terlihat
(sudah ada perdarahan normal)

7. Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu kembali identifikasi jaringan nekrotik.

8. Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan perawatan luka terbuka atau
tindakan definitif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai