DENGAN GANGGUAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT (GNA)
DOSEN PEMBIMBING : SITI INDATUL LAILI,S.Kep. Ns.,M.Kes.
Penyusun :
1. ARIFAH LILLAH ISNAINI (201804062)
2. RISKA LUMFATUL LAILIA (201804076)
PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya maka makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan pada An. Dengan
glomerulonefitis akut (GNA)" ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN ANAK” prodi D3 Keperawatan, STIKES Bina Sehat PPNI,
Mojokerto.
Kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua
bantuan serta bimbingan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan tugas pembuatan makalah ini hingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Secara khusus rasa terima kasih
tersebut saya sampaikan kepada dosen keperawatan anak yang telah memberikan
bimbingan dan dorongan untuk kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Terakhir kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya juga bagi
penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
KONSEP TEORI.............................................................................................................6
2.1 DEFINISI..........................................................................................................6
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................................6
2.3 MANIFESTASI KLINIS.................................................................................8
2.4 PATOFISIOLOGI...........................................................................................9
2.6 KOMPLIKASI...............................................................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN................................................................................11
BAB II.............................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................12
3.1 pengkajian..............................................................................................................12
3.2 diagnosa keperawatan............................................................................................12
3.3 rencana keperawatan..............................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk glomerulonefritis akut (GNA) yang banyak dijumpai pada
anak
adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS). GNAPS dapat
terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 6 – 7 tahun.
Penelitian multisenter di Indonesia memperlihatkan sebaran usia 2,5 – 15
tahun dengan rerata
usia tertinggi 8,46 tahun dan rasio ♂ : ♀ = 1, 34 : 1.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan pengalaman tentang penetapan
proses asuhan keperawatan terhadap gangguan sistem perkemihan
“glomerulonefritis” itu sendiri.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisologis, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan merumuskan asuhan
keperawatanpada pasien dengan glomerulonefritis meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI
GNA adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu pada
sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus. Pada
hampir semua tipe glomerulonefritis, imunoglobulin utama (IgG) dapat
dideteksi pada dinding kapiler glomerular. Akibat dari reaksi antigen-
antibodi, agregat molekul (kompleks) dibentuk dan beredar ke seluruh tubuh.
Beberapa dari kompleks ini terperangkap di glomerulus, dan mencetuskan
respon inflamasi. Produk strepcoccus sebagai antigen menstimulasi sirkulasi
antibodi dan menghasilkan endapan kompleks di glomerulus, menyebabkan
cedera pada ginjal.[ CITATION Abd09 \l 1057 ]
GNA adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus. [
CITATION Sud10 \l 1057 ]
2.2 ETIOLOGI
Glomerulonefritis paling sering terjadi pada anak usia sekolah. Usia insidens
puncak adalah antara 2 sampai 6 tahun. Gangguan ini dominan terjadi pada
anak laki-laki di masa kanak-kanak, tetapi tidak ada kecenderungan anak laki-
laki atau anak perempuan pada masa remaja. 60%-80% anak dengan
glomerulonefritis akut memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan atas atau
otitis media (biasanya, anak itu tetap sehat sebelum infeksi).[ CITATION Lin09 \l
1057 ]
Glomerulonefritis ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia
awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih
banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus
gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaan gizi,
keadaan umum dan faktor alergi.[ CITATION Jus12 \l 1057 ]
Sekitar 75% GNAPS timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas,
yang
disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12,
18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit.
Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.
Streptokokus sebagai penyebab GNAPS pertama kali dikemukakan oleh
Lohlein pada
tahun 1907 dengan bukti timbulnya GNA setelah infeksi saluran nafas,
kuman Streptokokus beta hemolyticus golongan A dari isolasi dan
meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita. Protein M spesifik
pada Streptokokus beta hemolitikus grup A diperkirakan merupakan tipe
nefritogenik. Protein M tipe 1, 2, 4 dan 12 berhubungan dengan infeksi
saluran nafas atas sedangkan tipe 47, 49, dan 55 berhubungan dengan infeksi
kulit.
Faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya
GNAPS. Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling
sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain
diantaranya:
1. Bakteri: Streptokokus grup C, Meningococcocus, Streptoccocus viridans,
Gonococcus,Leptospira, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus albus,
Salmonella typhi, dll
2. Virus: Hepatitis B, varicella, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis
epidemika
3. Parasit: Malaria dan toksoplasma
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokokus pada
manusia disebabkan oleh Streptokokus hemolisis β grup A. Grup ini diberi
nama spesies S. pyogenes. Bakteri ini hidup pada manusia di tenggorokan dan
juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan diantaranya adalah faringitis,
demam rematik dan glomerulonefritis.
S. pyogenes β-hemolitik grup A mengeluarkan dua hemolisin, yaitu:
a) Streptolisin O
Streptolisin O merupakan suatu protein (BM 60.000) yang aktif
menghemolisis dalam keadaan tereduksi (mempunyai gugus-SH) tetapi cepat
menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Streptolisin O bergabung dengan
antistreptolisin O, suatu antibodi yang timbul pada manusia setelah infeksi
oleh streptokokus yang menghasilkan streptolisin O. Antibodi ini
menghambat hemolisis oleh streptolisin O. Titer serum antistreptolisin O
(ASO) yang melebihi 160-200 unit dianggap abnormal dan menunjukkan
adanya infeksi streptokokus yang baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi
yang tetap tinggi setelah serangan infeksi pada orang yang hipersensitifitas.
b) Streptolisin S
Streptolisin S merupakan suatu zat penyebab timbulnya zona hemolitik
disekitar koloni streptokokus yang tumbuh pada permukaan lempeng agar
darah. Streptolisin S bukan antigen, tetapi zat ini dapat dihambat oleh
penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum manusia dan hewan.
[ CITATION ded10 \l 1057 ]
Bakteri streptococcus
d. Nyeri panggul
e. Hipertensi ringan sampai berat sering dijumpai
f. Nyeri tekan pada sudut kontrovertebral[ CITATION Abd09 \l 1057 ]
Penyakit ringan umumnya ditemukan saat melakukan urinalisis secara
rutin
Riwayat infeksi: faringitis oleh streptococcus kelompok A,virus
hepatitis B,dan endokarditis.
Proteinuruia, hematuria, dan oliguria.
Wajah seperti bulan dan edema pada ekskremitas.
Lemah dan anoreksia.
Hipertensi (ringan, sedang, atau berat) dan sakit kepala.
Anemia akibat kehilangan sel drah kedalam urine.
Dari hasil studi klinik kejadian glomerulonefritis akut dapat sembuh
sampai 90% dengan fungsi ginjal normal dalam 60 hari:
1. Diuresis biasnya mulai satu-dua minggu sesudah serangan.
2. Renal clearence dan konsentrasi urea darah kembali normal.
3. Edema dan hipertensi berkurang.
4. Pada pemeriksaan mikroskop proteinuria dan hematuria masih ada
selama beberapa bulan.[ CITATION DRN09 \l 1057 ]
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada glomerulonefritis akut, ginjal membesar, membengkak dan kongesti.
Seluruh jaringan renal-glomerulus, tubulus dan pembuluh darah dipengaruhi
dalam berbagai tingkat tanpa memperhatikan tipe glomerulus akut yang ada.
Pada proses peradangan setelah infeksi streptococcus, glomerulus mengalmi
endema dan infiltrate. Hal ini mengakibatkan turunnya filtrasi plasma
kemudian terjadi pengumpulan air retensi Na sehingga volume plasma dan
cairan inestitial meningkat akhirnya terjadilah endema. Penyebab hipertensi
pada penyakit ini tidak diketahui.[ CITATION Abd09 \l 1057 ]
1. Terjadi ssudah infeksi organ tubuh atau merupakan perkembangan
sekunder dari gangguan sistemik.
2. Merupakan reaksi antigen-antibodi terhadap produksi kompleks imun
yang tertinggal di glomerulus dan menghasilkan membran dasar yang
menebal pada glomerulus.
3. Scarning dan kehilanga filter bisa mengakibatkan gagal ginjal.
[ CITATION DRN09 \l 1057 ]
1. Struktur Ginjal
Setiap ginjal di lingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang rapat
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus didalamnya terdapat
struktur-struktur ginjal. Warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di
sebelah luar, dan bagian medula di sebelah dalam. Bagian kedua ini tersusun atas
15-16 massa berbentuk piramida, yang disebut piramis ginjal. Puncak-puncaknya
langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini
menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan-satuan
fungsional ginjal, diperkirakan ada 1.000.000 nefron pada setiap ginjal. Setiap
nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan malpighi atau glomerulus) yang erat
tertanam dalam ujung atas yang lebar pada urine ferus atau nefron. Dari sini,
tubulus berjalan sebagian berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama
tubulus dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula proksimal dan sesudah
itu terdapat sebuah (simpai henle). Kemudian tubula berkelok-kelok lagi disebut
kelokan kedua atau (tubula distal), yang bersambung dengan tubula penampung
yang berjalan melintasi korteks dan medulla, untuk berakhir di puncak salah satu
piramidis.
Pembuluh Darah
Selain tubulis uriniferus, struktur ginjal juga berisi pembuluh darah. Arteri renalis
membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang-cabangnya
beranting banyak di dalam ginjal dan menjadi arteriol aferen, dan masing-masing
bentuk simpul dari kapiler-kapiler tubuh di dalam salah satu Badan Malpighi ini
lah Glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arteriol eferen yang
bercabang-cabang membentuk jaringan kapiler sekeliling tubulus.
1. Tes Protein/Albumin
Bila ada kerusakan pada Glomeruli atau tubulla, protein dapat masuk ke urine.
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum, darah naik di atas kadar normal 20-
40 mg/100ccm darah. Karena filtrasi glomerulus harus menurun sebanyak 50%
sebelum kenaikan kadar urea terjadi, tes ini bukan tes yang sangat peka.
3. Tes Konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai beberapa tinggi
berat jenis naik.
Ureter
3.1 Pengkajian
Kaji riwayat kesehatan, pusatkan pada infeksi yang terakhir atau gejala
gangguan munologis kronis (sistemic lupus erythematosus dan
skleroderma)
Kaji spesimen urine untuk mengetahui adanya darah, protein, warna,
dan jumlah
Lakukan pemeriksaan fisik , khususnya amati tanda edema, hipertensi,
hipervolemia (pembesaran vena leher dan peningkatan tekanan vena
jugular), pengembangan bunyi paru, dan kardiak aritmia
Evaluasi status jantung dan laboratorium serum untuk
ketidakseimbangan elektrolit. [ CITATION DRN09 \l 1057 ]
Lihat bagian pengkajian renal dalam lampiran A.
Kaji asupan nutrisi.
Kaji status cairan.[ CITATION Lin09 \l 1057 ]
2) Diagnosis Keperawatan 2
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glomerulusnefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada
kedua ginjal. peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan
kompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. kompleks biasanya
terbentuk 7-10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus
(glomerulonefritis pascastreptokokus), tetapi dapat juga timbul setelah infeksi
lain.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca
khususnya mahasiswa Akper Bina sehat dapat lebih mengetahui dan
memahami tentang Asuhan keperawatan Glomerulonefritis akut. Dan dapat
mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Madjid , T. (2009). Asuhan Keperawatan Pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan. jakarta timur: CV.Trans Info Media.
DR. Nursalam, M. (. (2009). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. jakarta: salemba medika.
Linda A.Sowden, C. (2009). buku saku KEPERAWEATAN PEDRIATI. jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC.
Sudarti, M. (2010). kelainan dan penyakit pada bayi dan anak. yogyakarta: ruha medika.