Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA KASUS ISPA

Untuk memenuhi tugas praktik Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing: Siti Indatul Laili S.Kep.Ns.,M.Kes

Disusun oleh:

ARIFAH LILLAH ISNAINI

(201804062)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun. Makalah yang
berjudul Ispa atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Sajidin, S.Kp., M.Kes. Ketua STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO.
2. Ibu Ima Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Si. Ketua prodi D3 Keperawatan.
3. Ibu Siti Indatul Laili, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing .
4. Orang tua yang telah memfasilitasi dalam penyusunan makalah.
5. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Maka dalam kesempatan
ini mohon untuk para pembaca agar berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Mojokerto, Mei 2021

Arifah Lillah Isnaini

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Ispa

1.1.1 Definisi Ispa

Menurut WHO, ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas


atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (Ching et
al., Bulletin WHO 2007).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur
saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
1.1.2 Klasifikasi Ispa

a. Berdasarkan lokasi anatomi


1. Infeksi saluran pernafasan akut atas
Infeksi saluran pernafasan akut atau merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan bagian atas (faring). Terdapat
bebrapa gejalayang ditemukan pada infeksi ini yaitu demam,
batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah, nyeri telinga,
ottorhea, dan mastoiditis [ CITATION Par13 \l 1057 ].
Beberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran
pernafasan akut yaitu sinusitis, fangitis, dan otitis media akut
(Ziady and small, 2006).
2. Infeksi saluran pernafasan akut bawah

2
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Seseorang yang
terkena infeksi pada saluran pernafasan bawah biasanya akan
ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan
wheezing [ CITATION Par13 \l 1057 ]. Beberapa penyakit
yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah
yaitu bronchiolitis, bronchitis akut, pneumonia (Zuriyah, 2015).
b. Berdasarkan kelompok umur
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas,
ditemukan nafas cepat (>60 kali/menit) atau tarikan kuat
dinding dada bagian bawah ke dalam.
b. Bukan Pneumonia : hanya ditemukan batuk dan atau sukar
bernafas, namun tidak ditemukan nafas cepat (nafas <60
kali/menit) dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam.
2. Kelompok umur 2 bulan-<5 tahun
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas
juga ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (Chest Indrawing)
b. Pneumonia : tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah
ke dalam, namun ditemukan nafas cepat sesuai golongan
umur (2 bulan - <1 tahun : 50 kali atau lebih/menit; 1-<5
tahun : 40 kali atau lebih/menit).
c. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk (atau
kesulitan bernapas) tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
1.1.3 Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.

3
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza
yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1.1.4 Manifestasi Klinis

Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :


a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37° C atau jika dahi
anak diraba.
b. Gejala dari ISPA
Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada
anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung
pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas
dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2. Suhu lebih dari 39° C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.

4
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.
1.1.5 Pathway

Adanya patogen (virus, bakteri,

jamur)

Faring Laring

Spasmu
Virus
s
antigen
Rusaknya epitel dan lapisan
Sistem pada permukaan
permukaan
pernafasan

Produksi kelenjar

mukus
5
Naiknya kelenjar

mukus

Pengeluaran cairan mukosa melebihi normal

Batuk terus-

menerus
ISPA

2
Infeksi Kuman terbawa ke Infeksi saluran
virus/bakteri saluran pernafasan pernafasan
Pada saluran pernafasan
3
Infeksi saluran

cerna Berkembangbia
4 Sekresi mucus
kny patogen
bertambah Meningkatkan

5 Tersumbatnya saluran flora normal di


Kekebalan
pernafasan usus
tubuh
Sesak Peristaltik
Metabolis
usus
Ketidakefektifan me
malabsor
Suhu
bersihan jalan nafas
bsi
tubuh
Frekuensi BB
Demam terus
Mucus >3x/hari
menerus
dibronkus
Resiko gangguan Hiperterm
Anorek
keseimbangan cairan i
sia
Resiko nutrisi < dari
6
kebutuhan tubuh
1.1.6 Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :


1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala
penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut
penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia
luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan
yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi
maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel
mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel
epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal
itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke
tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan
kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan
menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini
akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi

7
pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi
sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
1.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma.


Komplikasi lain yang dapat timbul yaitu:
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu
[ CITATION Pur15 \l 1057 ]
1.1.8 Penatalaksanaan

a. Keperawatan

Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan

keperawatan meliputi:

1. Istirahat Total

2. Peningkatan intake cairan

3. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

4. Memberikan kompres hangat bila demam

5. Pencegahan infeksi lebih lanjut

b. Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
1. Sistomatik
2. Obat kumur
3. Antihistamin
4. Vitamin C
5. Espektoran
6. Vaksinasi [ CITATION Pur15 \l 1057 ]
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur atau jaringan yang didapat dari biakan kuman
atau jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah ( deferential count) laju endap darah
meningkat disertai adanya leukositosis dan trombositopenia
3. Pemeriksaan foto thorak jika diperlukan
1.1.10 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Factor Pencetus ISPA

1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita
atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan
dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status
imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya
penyakit ISPA pada anak
b. Faktor Pendukung Penyebab ISPA
1. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin
disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita
yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular
termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya
penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status

9
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah
berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah
endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian
pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan
mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi
oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan
akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat
dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan
lingkungan sehat.
5. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan,
gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA.
Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan
penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada
beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni
golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.

10
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu
ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena
mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang
semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan
tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses
terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan.
Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi
perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan

1.2.1 Pengkajian

a. Biodata Klien

Berisi identitas, nama, alamat, tanggal MRS dan nomor registrasi

b. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh deman, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh mengalami demam mendadak, sakit


kepala, badan lemah, nafsu makan menurun, batuk, pilek, dan sakit
tenggorokan

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit terdahulu meliputi riwayat kesehatan yang terjadi


pada masa lampau. Terutama yang mendukung atau yang
memperberat kondisi sistem pernafasan pada klien saat ini,
pernahkan klien menderita asma, pneumonia, dan sebagainya.

e. Riwayat penyakit keluarga

11
Pengkajian terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan
faktor keluarga atau penyakit keturunan.
 Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan, kelemahan,
insomnia
b. Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan ISPA .
c. Pola kebersihan diri
Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan
penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri .
d. Pola nutrisi
Pola nutrisi menurun, kehilangan nafsu makan, mual / muntah
 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : composmentis
TTV : TD (meningkat), Nadi (teraba cepat), RR (pernapasan
meningkat), Suhu (39-40 oC)
b. Sistem pernafasan
- Inspeksi
1. Membran mukosa hidung, faring tampak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut pada leher
5. Pernafasan cuping hidung
- Palpasi
1. Adanya edema
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
- Perkusi : Suara paru normal
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler/ tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru
c. Sistem kardiovaskular

12
- Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara
umum
- Palpasi : Denyut nadi cepat
- Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran
- Auskultasi : Tekanan darah meningkat
d. Sistem persyarafan
Mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti
pilek, sakit tenggorokan, demam.
e. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan
f. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada
tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu makan.
g. Sistem integumen
Mengkaji warna kulit, integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit
kelihatan kering, panas, dan nyeri saat ditekan.
h. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini, kecuali ada komplikasi
penyakit lain.
i. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan didalam sistem ini, kecuali ada komplikasi.
j. Sistem reproduksi
Tidak ada kelaian pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun
perempuan
k. Sistem penginderaan
Pada bagian konjungtiva, sklera normal, dan pupil dapat
menangkap cahaya dengan baik.
l. Sistem imun
Kekebalan tubuh menurun
1.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

13
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kehilangan cairan

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

1.2.3 Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret

Tujuan : bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret

Kriteria hasil : jalan nafas yang bersih dapat meningkatkan

pengeluaran sekret, suara nafas bersih

 Intrevensi :
a. Kaji bersihan jalan nafas pasien
Rasional : sebagai indikator dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : roncki menandakan adanya sekret pada jalan
nafas
c. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi sekret
d. Lakukan sustion sesuai indikasi
Rasional : membantu mengeluarkan sekret
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang
hangat
Rasional :membantu mengencerkan dahak sehingga
mudah untuk dikeluarkan
f. Kolaborasi pemberian mukolitik dan antibiotik
Rasional : mukolitik (untuk mengencerkan dahak),
antibiotik ( mengobati infeksi sehingga terjadi
penurunan produksi sekret)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

14
Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : hipertermi dapat teratasi dengan proses infeksi
hilang
 Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh kita
Rasional : sebagai dasar dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : pemantauan TTV yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres
dengan air pada daerah dahi dan ketiak
Rasional : dengan memberikan kompres maka akan
terjadi proses konduksi atau perpindahan panas dengan
bahan perantara
d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian
cairan melalui rute oral sesuai indikasi
Rasional : kebutuhan cairan meningkat karena penguapan
tubuh meningkat
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal
dan menyerap keringat
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipiuretik
Rasional : untuk mengontrol panas
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan
Tujuan : volume cairan tetap seimbang
Kriteria hasil : volume cairan tetap seimbang ditandai dengan
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, TTV dalam batas
normal.
 Intervensi :

15
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : sebagian besar dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional : perubahan TTV merupakan indikator
terjadinya dehidrasi
c. Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Jelaskan kepada kedua orang tua pentinya cairan yang
adekuat bagi tubuh
Rasional : peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif orang tua dalam tindakan keperawatan.
e. Kolaborasi pemberian cairan perenteral
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan : tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria hasil : nutrisi adekuat ditandai dengannafsu makan klien
meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiskan , tidak
terjadi penurunan berat badan 15-20%.
 Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien
Rasional : sebagai indikator dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : mengetahui perkembangan terapi
c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional : meningkatkan nafsu makan
e. Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat
dalam proses kesembuhan

16
Rasional : peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan
f. Kolaborasi dengan bagian gizi
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai
kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H., & Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penykait Paru. Surabaya: Airlangga

University Press.

Halimsyah. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian dan

Perkembangan Kesehatan.

Parthasarathy. (2013). Textbook of Pediatric Infectious Disease. India: Jaypee Brothers

Medical Publishers.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Prabu. (2009). Penyakit-Penyakit Infeksi Umum. Jakarta: Widya Medika.

17
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan pada anak dengan

ISPA. Indonesian Journal On Medical Science, 2(2).

Wijayaningsih, K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: TIM.

18

Anda mungkin juga menyukai