Disusun oleh:
(201804062)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan apapun. Makalah yang
berjudul Ispa atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Sajidin, S.Kp., M.Kes. Ketua STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO.
2. Ibu Ima Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Si. Ketua prodi D3 Keperawatan.
3. Ibu Siti Indatul Laili, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing .
4. Orang tua yang telah memfasilitasi dalam penyusunan makalah.
5. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Maka dalam kesempatan
ini mohon untuk para pembaca agar berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya.
1
BAB I
TINJAUAN TEORI
2
Infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Seseorang yang
terkena infeksi pada saluran pernafasan bawah biasanya akan
ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan
wheezing [ CITATION Par13 \l 1057 ]. Beberapa penyakit
yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah
yaitu bronchiolitis, bronchitis akut, pneumonia (Zuriyah, 2015).
b. Berdasarkan kelompok umur
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas,
ditemukan nafas cepat (>60 kali/menit) atau tarikan kuat
dinding dada bagian bawah ke dalam.
b. Bukan Pneumonia : hanya ditemukan batuk dan atau sukar
bernafas, namun tidak ditemukan nafas cepat (nafas <60
kali/menit) dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam.
2. Kelompok umur 2 bulan-<5 tahun
a. Pneumonia Berat : selain batuk dan atau sukar bernafas
juga ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (Chest Indrawing)
b. Pneumonia : tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah
ke dalam, namun ditemukan nafas cepat sesuai golongan
umur (2 bulan - <1 tahun : 50 kali atau lebih/menit; 1-<5
tahun : 40 kali atau lebih/menit).
c. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk (atau
kesulitan bernapas) tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.
1.1.3 Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
3
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza
yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1.1.4 Manifestasi Klinis
4
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.
1.1.5 Pathway
jamur)
Faring Laring
Spasmu
Virus
s
antigen
Rusaknya epitel dan lapisan
Sistem pada permukaan
permukaan
pernafasan
Produksi kelenjar
mukus
5
Naiknya kelenjar
mukus
Batuk terus-
menerus
ISPA
2
Infeksi Kuman terbawa ke Infeksi saluran
virus/bakteri saluran pernafasan pernafasan
Pada saluran pernafasan
3
Infeksi saluran
cerna Berkembangbia
4 Sekresi mucus
kny patogen
bertambah Meningkatkan
7
pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi
sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
1.1.7 Komplikasi
a. Keperawatan
keperawatan meliputi:
1. Istirahat Total
b. Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
1. Sistomatik
2. Obat kumur
3. Antihistamin
4. Vitamin C
5. Espektoran
6. Vaksinasi [ CITATION Pur15 \l 1057 ]
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang
8
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur atau jaringan yang didapat dari biakan kuman
atau jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah ( deferential count) laju endap darah
meningkat disertai adanya leukositosis dan trombositopenia
3. Pemeriksaan foto thorak jika diperlukan
1.1.10 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita
atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan
dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan
tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status
imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di
kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya
penyakit ISPA pada anak
b. Faktor Pendukung Penyebab ISPA
1. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin
disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan
pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita
yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular
termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya
penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah
populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status
9
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah
berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah
endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh
geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian
pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan
mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi
oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin
meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan
akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat
dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan
lingkungan sehat.
5. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan,
gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah
merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA.
Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan
penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada
beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni
golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.
10
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu
ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena
mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang
semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan
tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses
terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan.
Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi
perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh deman, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
11
Pengkajian terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan
faktor keluarga atau penyakit keturunan.
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Pola aktivitas
Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan, kelemahan,
insomnia
b. Pola istirahat
Pola istirahat terganggu diakibatkan ISPA .
c. Pola kebersihan diri
Kebersihan diri kurang karena pasien cenderung memikirkan
penyakit yang dideritanya daripada kebersihan diri .
d. Pola nutrisi
Pola nutrisi menurun, kehilangan nafsu makan, mual / muntah
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : composmentis
TTV : TD (meningkat), Nadi (teraba cepat), RR (pernapasan
meningkat), Suhu (39-40 oC)
b. Sistem pernafasan
- Inspeksi
1. Membran mukosa hidung, faring tampak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut pada leher
5. Pernafasan cuping hidung
- Palpasi
1. Adanya edema
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
- Perkusi : Suara paru normal
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler/ tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru
c. Sistem kardiovaskular
12
- Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara
umum
- Palpasi : Denyut nadi cepat
- Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran
- Auskultasi : Tekanan darah meningkat
d. Sistem persyarafan
Mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti
pilek, sakit tenggorokan, demam.
e. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan
f. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada
tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu makan.
g. Sistem integumen
Mengkaji warna kulit, integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit
kelihatan kering, panas, dan nyeri saat ditekan.
h. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini, kecuali ada komplikasi
penyakit lain.
i. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan didalam sistem ini, kecuali ada komplikasi.
j. Sistem reproduksi
Tidak ada kelaian pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun
perempuan
k. Sistem penginderaan
Pada bagian konjungtiva, sklera normal, dan pupil dapat
menangkap cahaya dengan baik.
l. Sistem imun
Kekebalan tubuh menurun
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
13
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
1.2.3 Intervensi
Intrevensi :
a. Kaji bersihan jalan nafas pasien
Rasional : sebagai indikator dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : roncki menandakan adanya sekret pada jalan
nafas
c. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi sekret
d. Lakukan sustion sesuai indikasi
Rasional : membantu mengeluarkan sekret
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang
hangat
Rasional :membantu mengencerkan dahak sehingga
mudah untuk dikeluarkan
f. Kolaborasi pemberian mukolitik dan antibiotik
Rasional : mukolitik (untuk mengencerkan dahak),
antibiotik ( mengobati infeksi sehingga terjadi
penurunan produksi sekret)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
14
Tujuan : tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : hipertermi dapat teratasi dengan proses infeksi
hilang
Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh kita
Rasional : sebagai dasar dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : pemantauan TTV yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres
dengan air pada daerah dahi dan ketiak
Rasional : dengan memberikan kompres maka akan
terjadi proses konduksi atau perpindahan panas dengan
bahan perantara
d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian
cairan melalui rute oral sesuai indikasi
Rasional : kebutuhan cairan meningkat karena penguapan
tubuh meningkat
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal
dan menyerap keringat
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipiuretik
Rasional : untuk mengontrol panas
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan
Tujuan : volume cairan tetap seimbang
Kriteria hasil : volume cairan tetap seimbang ditandai dengan
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, TTV dalam batas
normal.
Intervensi :
15
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : sebagian besar dalam menentukan tindakan
selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional : perubahan TTV merupakan indikator
terjadinya dehidrasi
c. Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Jelaskan kepada kedua orang tua pentinya cairan yang
adekuat bagi tubuh
Rasional : peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif orang tua dalam tindakan keperawatan.
e. Kolaborasi pemberian cairan perenteral
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan : tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria hasil : nutrisi adekuat ditandai dengannafsu makan klien
meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiskan , tidak
terjadi penurunan berat badan 15-20%.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien
Rasional : sebagai indikator dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : mengetahui perkembangan terapi
c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional : meningkatkan nafsu makan
e. Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat
dalam proses kesembuhan
16
Rasional : peningkatan pengetahuan mengembangkan
kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan
f. Kolaborasi dengan bagian gizi
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H., & Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penykait Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian dan
Perkembangan Kesehatan.
Medical Publishers.
17
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan pada anak dengan
18