Disusun
OlehKelompok 12
PAJARAKAN PROBOLINGGO
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul”Aspek Legal
Etik Pemberian Terapi Electroconvulsive dalam Keperawatan Jiwa”dan dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr. H. Nur Hamim S.Kep.Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
3. Ns.ShintaWahyusari S.Kep.M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi sarjana
Keperawatan
4. Nafolion Nur Rahmat S.Kep.Ns.,M.Kep sebagai sekretaris prodi sarjana keperawatan
5. Riska Yunita S.Kep.Ns.,M.Kep sebagai wali kelas prodi sarjana keperawatan
6. Riska Yunita S.Kep.Ns.,M.Kep sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB 1 PEMBUKAAN
1.1 Kesimpulan..........................................................................................
2.1 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada praktik keperawatan jiwa, stigma saat ini masih menjadi issu dalam
psikiatri modern, salah satunya tindakan ECT. Stigma tersebut berkaitan dengan
risiko dan efek terapi. masalah pengobatan pasien dengan ECT sangat kompleks.
ECT menimbulkan serangkaian masalah yang bersifat etis moral jika di lakukan
tanpa prosedur yang sesuai dengan standar. Oleh karna itu pemahaman yang
mendalam tentang etik serta penerapannya menjai bagian yang sangat penting dan
mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan (Abdullah, 2011).
Penerapan aspek etik dalam keperawatan jiwa sangat terkait dengan pemberian
doagnosis, perlakuan atau cara merawat, hak pasien, stigma masyarakat, serta
peraturan atau hukum yang berlaku.
Electroconvulsive theraphy adalah suatu teknik terapi dengan menggunakan
gelombang listrik yang dapat membantu kesembuhan klien dengan depresi. .
Pemberian electroconvulsive therapy ( ECT ) pada pasien dengan gangguan jiwa
menjadi dilema etik dalam penerapannya karena dilihat dari efek samping yang
dapat terjadi seperti gangguan pada memori. Kode etik keperawatan membantu
perawat dalam pertimbangan moral, dimana prinsip moral dalam praktek
keperawatan tersebut yaitu autonomi, beneficience, Nonmaleficience, justice,
kejujuran dan kesetian menerima pasien tanpa membeda-bedakan pasien. Peran
perawat jiwa dalam menjalankan peran fungsinya yaitu perawat jiwa harus mampu
mengidentifikasi, menguraikan, dan mengukur hasil asuhan yang mereka berikan
pada pasien, keluarga dan komunitas. Oleh karna itu pemahaman yang mendalam
tentang etik serta penerapannya menjai bagian yang sangat penting dan mendasar
dalam memberikan asuhan keperawatan (Abdullah, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek legal etis Keperawatan Jiwa ?
2. Bagaimana Proses keperawatan jiwa pada ECT ?
3. Bagaimana issu dan legal etik keperawatan jiwa pada ECT ?
4. Bagaimana prinsip etik ECT dalam keperawatan jiwa ?
5. Bagaimana dilema etk dan pengambilan keputusan dalam keperawatan jiwa?
6. Apa saja hak-hak pasien jiwa ?
7. peran perawat jiwa dalam pemberian terapi ECT ?
8. Bagaimana Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa ?
1.3 Manfaat
1. Mengetahui aspek legal etis keperawatan iiwa.
2. Mengetahui bagaimana proses keperawat jiwa pada terapi ECT.
3. Mengetahui bagaimana issu dan legal etik kepeawatan jiwa pada ECT.
4. Mengetahui bagaimana prinsip etik ECT dalam keperawatan jiwa.
5. Mengetahui bagaimana dilema etik dan pengambilan keputusan.
6. Mengetahui apa saja hak-hak pasien jiwa.
7. Mengetahui peran perawat jiwa dalam pemberian terapi ECT.
8. Mengetahui bagaimana konteks Sosiokultural dalam Asuhan Keperawatan
Jiwa.
1.4 Tujuan
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang
Aspek Legal Etik Keperawatan jiwa dalam pemberian Terapi
Electoconvulsive
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses keperawatan merupakan saran atau wahana kerjasama perawat dan klien,
yang umumnya pada awal tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien,
namun pada proses sampai akhir diharapkan peran klien lebih besar dari peran
perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi atau masalah
teratasi. Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah
keperawatan klien atau memenuhi kebeuthan klien secara ilmiah, logis, dan
terorganisasai. Pada dasarnya proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah.
Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat unik, karna sering kali pasien
memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien
tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak
yang mengalami kesulitan menceritakan permasalahan yang di hadapi, sehingga
tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang di
alaminya . perawat jiwa di tuntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan
asuhan keperawatan . proses keperawatan jiwa di mulai dari pengkajian (termasuk
analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis, pembuatan
kriteria hasil, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan
serta
2. Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
3. Dengan berperan serts maka klien belajar bertanggung jawab terhadap
perilakunya.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang di kumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping
dan kemampuan koping yang di miliki klien (Stuart dan Sundeen, 1995). Cara
pengajian berfokus pada 5 (lima) dimesni yaitu fisik, emosional, intelektual, soaial
dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik atau biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
1. Data objektif yang di temukan secara nyata. Data inidi dapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
2. Data subjektif adalah data yang di sampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga.
Data yang langsung di dapat oleh perawat di sebut sebagai data primer, dan
data yang di ambil dari hasir pengkajian atau catatan tim kesehatan lain di sebut
sebagai data sekunder.
DIAGNOSA
EVALUASI
2.3 Issu dan Legal Etik Terapi Electrokonvulsif (ECT) dalam keperawatan jiwa
a. Autonomi
b. Beneficience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lain. Perawat secara moral berkewajiban membantu orang lain melakukan
sesuatu yang menguntungkan dan mencegah timbulnya bahaya. Dilihat dari
tujuan pemberian electroconvulsive therapy ( ECT ) baik untuk kesembuhan
pasien jiwa dan sesuai dengan prinsip tersebut.
c. Nonmaleficience
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil terhadap semua pasien
sesuai dengan kebutuhan. Setiap individu mendapat tindakan yang sama
berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Prosedur terapi ini pada setiap orang yang menerimanya akan sama
dalam setiap pelaksanaannya.
2.5 Dilema etik dan proses pengambilan keputusan etik dalam Keperawatan JIwa
Pokok pembahasan aspek legal dan etis dalam keperawatan jiwa di awali
dengan pembahasan pera dan fungsi perawat jiwa, domain aktivitas keperawatan
jiwa standart prktik keperawatan jiwa dan penerapan konsep etika dalam
keperawtan jiwa.peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara
kompeks dsri elemen historis aslinya (stuart, 2002). Peran perawat jiwa sekarang
menckup parameter kompetensi klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiskal
(keuangan), kolaborasi profesional. Akuntabilitas ( tanggung gugat) sosial, serta
kewajiban etik dan legal. Dengan demikian, dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa perawat di tuntut melakukan aktivitas pada tiga area utama
yaitu :
1. Aktivitas asuhan langsung
2. Aktivitas komunikasi
3. Aktivitas pengolahan/penatalaksanaan manajemen keperawatan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setiap pembaca dapat mengerti makalah ini dan memahami tentang Aspek
Legal Pemberian Electroconvulsive theraphy. Dan dapat mengaplikasikannya
dalam praktek keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Keerawatan Kesehatan Jiwa/Ah. Yusuf, Rizky Fitriyasari PK, Hanik Endang
Nihayati. Jakarta, Salemba Medika, 2015