DISUSUN OLEH
RANIA SUILIA
2041312027
KELOMPOK A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan demam.
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus ini diharapakan meningkatkan wawasan mahasiswa
profesi ners tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
demam.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4. Medulla Oblongata
Medula oblongata adalah titik awal syaraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak. Medulla
Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan
darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga
mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah
bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua
belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan
korteks otak dan medula. Pons disebut juga Pons Varoli / Jembatan
Varol. Pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ vital
tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan.
2. Etiologi
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan
patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang
kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya
melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh (Widjaja, 2008).
Contoh infeksi yang menyebabkan demam antara lain infeksi
virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi bakteri
(demam tifoid dan pharingitis) (Febry dan Marendra,
2010).
b. Demam non infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang
diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-
infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan
degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena
stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-
penyakit berat misalnya leukimia dan kanker (Widjaja,
2008). Selain itu juga karena gangguan pusat regulasi suhu
sentral yang menyebabkan peninggian temperatur seperti pada
heatstroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya
(Sodikin, 2012).
c. Demam fisiologis
Demam fisiologis adalah demam yang disebabkan akibat dari
adanya gangguan pada system mekanisme tubuh secara fisiologis
maupun dari lingkungan. Demam dapat terjadi karena kekurangan
cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan
setelah bermain disiang hari (Febry dan Marendra, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada anak demam adalah :
- Suhu di atas rentang normal (>37,5°C)
- Anak rewel dan gelisah
- Kulit kemerahan dan teraba hangat
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Takikardi
- Sakit kepala
- Menggigil
- Dehidrasi
- Kehilangan nafsu makan
- Keletihan dan kelemahan
4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat
pirogen leukosit. Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak.
Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas
segera meningkat dan mendorong vasokontriksi kulit untuk segera
mengurangi
pengeluaran panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan
mengakibatkan terjadinya demam (Sherwood, 2014). Suhu yang tinggi
ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. WOC
6. Komplikasi
Demam pada anak dapat meningkatkan terjadinya efek yaitu :
a. Dehidrasi : demam dapat menyebabkan meningkatnya penguapan cairan
tubuh yang berakibat anak akan mengalami dehidrasi.
b. Kejang demam : serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran suhu tubuh
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian
tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut
diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C,
suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam
tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu
diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014). Ikatan Dokter Anak Indonesia
menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5°C
sampai 37,5°C.
b. Pemeriksaan darah dan cek labor
Pemeriksaan darah dan cek labor dilakukan ketika demam anak tidak
turun dan terjadi selama >3 hari. Hal ini dilakukan untuk melihat jenis
penyakit yang menyebabkan demam, seperti : demam berdarah, demam
typhoid, malaria.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Antipiretik merupakan obat penurun demam (Potter & Perry, 2010).
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Antipiretik ini dapat berfungsi menghambat produksi prostaglandin
menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi. Antipiretik yang sering
digunakan sebagai penurun panas adalah parasetamol.
b. Non Farmakologis
Tindakan non farmakologis adalah tindakan tambahan yang diberikan
setelah pemberian antipiretik terhadap penurunan panas. Tindakan non
farmakologis dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan
panas lewat evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry,
2010). Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam
penanganan demam pada anak antara lain :
1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh
darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan/lipatan paha, juga
di bagian luar dan terbuka seperti dahi dan perut. Kompres hangat
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya
membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas
dari tubuh.
2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh segar dan
nyaman, air hangat juga sangat baik untuk menghilangkan kuman
dan bakteri di kulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh
selanjutnya gunakan pakaian agar tidak kedinginan.
3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya menyerap
keringat agar lebih nyaman dan tidak kegerahan.
4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk melawan
infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar atau tempat istirahat
baik sehingga kamar tetap bersuhu normal.
5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya dehidrasi
(Febry & Marendra, 2010).
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas : nama anak, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, no.MR, alamat.
b. Keluhan Utama : suhu badan naik, badan terasa panas, pusing kepala,
tidak nafsu makan.
c. Riwayat Kesehatan :
- Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5°C), anak rewel, gelisah dan
mudah menangis, anak tidak nafsu makan, keluhan sakit kepala,
kelemahan.
- Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pernah mengalami kejadian demam atuapun kejang sebelumnya,
ataupun penyakit lainnya yang menmbulkan gejala demam seperti
ISPA, campak, demam berdarah, demam typhoid, malaria.
- Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Ada anggota keluarga yang mengalami demam atau penyakit berat dan
menular lainnya.
d. Riwayat Imunisasi pada anak : apakah anak menerima imunisasi lengkap
atau tidak.
e. Riwayat Nutrisi : pemberian ASI, pemberian susu formula, pola makan
dan minum, pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia.
f. Riwayat Tumbuh Kembang : pertumbuhan fisik dan perkembangan tiap
tahapan pada anak.
g. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu.
2) Antopometri : pengukuran berat badan anak, tinggi badan / panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, IMT.
3) TTV : suhu tubuh di atas rentang normal (>37,5°C), RR meningkat,
frekuensi nadi meningkat.
4) Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut, persebaran rambut,
ada/tidaknya lesi pada kepala.
5) Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera tidak ikterik, ada/tidaknya
edema pada mata.
6) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering dan pucat, nafsu makan
menurun, mual muntah, kurang minum.
7) Sistem pernafasan : takipnea, pernafasan cepat dan dalam.
8) Sistem kardiovaskuler : takikardi, frekuensi nadi meningkat, cepat dan
lemah.
9) Sistem integumen : warna kulit kemerahan, pucat, turgor kulit
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d. proses penyakit infeksi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake
makanan yang kurang
c. Resiko deficit volume cairan b.d. intake yang tidak adekuat dan
diaphoresis
3. Intervensi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi segala kriteria hasil apakah sudah tercapai atau belum tercapai
dengan melaksanakan intervensi. Apabila criteria hasil telah tercapai maka
pasien akan mampu beraktivitas secara normal dan mandiri, tanda-tanda vital
berada dalam rentang normal, tidak ada tanda dan gejala penyakit yang
mengarah pada kondisi yang lebih berat, pasien merasa aman dan
nyaman serta pasien dan keluarga mendapatkan informasi terkait penyakit,
diagnosis, dan tindakan yang akan dilakukan. Eveluasi keperawatan
merupakan proses untuk meninjau diagnose dan intervensi yang telah
dilakukan.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa : Rania Suilia
NIM : 2041312027
Tanggal pengkajian : Selasa, 24 November 2020
I. Identitas Data
Nama Anak : An. S
BB/TB : 14 kg/88 cm
Tanggal Lahir/Usia : 15 Oktober 2017/3 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke :2
2. Intranatal
- BBL/PBL : 2250 gr/ 43 cm
- Usia gestasi saat hamil : 28-29 minggu
- Penolong Persalinan : Dokter
- Jenis Persalinan : Sectio caesarea
- Masalah Persalinan : tidak ada masalah
3. Postnatal
Ibu An. S mengatakan bayi segera menangis pada saat lahir dan dalam
keadaan sehat. Bayi juga diberikan suntikan imunisasi Hepatitis B dan
disusukan segera.
1. Struktur keluarga
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: klien
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Composmentis
2. PB/BB : 14 kg/88 cm
3. Kepala
a. Lingkar kepala : Normal
b. Fontanela anterior : Tertutup
c. Rambut : Rambut bersih, warna hitam, tekstur halus, rambut
lebat, kuat dan tidak mudah tercabut.
4. Mata : Simetris kiri dan kanan, mata tidak cekung, skela
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada edema palpebra, pupil isokor
5. Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan serumen,
tidak ada nyeri telinga, tidak ada pembengkakan dibelakang telinga, tidak ada
cairan/nanah keluar dari telinga, dan pendengaran baik
6. Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada polip
7. Mulut : Mulut bersih, warna bibir tidak pucat, mukosa bibir
kering, lidah bersih, gigi atas 2 gigi bawah 2, tidak ada peradangan pada faring
dan laring
8. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjer getah bening, JVP tidak ada kelainan
9. Dada
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kakan, retraksi (-)
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
10. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Auskultasi : Reguller, tidak ada suara tambahan
d.
11. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-), RR 22x/menit
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : Sonor di lapang paru
d. Auskultasi : Bronkovesikuler, ronchi -/-, whezing -/-
12. Abdomen
a. Inspeksi : Perut tidak tampak buncit, tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
edema
c. Perkusi : Tympani
d. Auskultasi : Bising usus normal
13. Punggung : Bentuk : tidak ditemukan kelainan
14. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, jari-jari lengkap
15. Genitalia : tidak ada sakit, tidak ada keluar cairan, tidak ada
gatal-gatal
16. Kulit : warna kulit kemerahan, turgor kulit baik, tidak ada
luka, elastisitas kulit baik, tidak ada infeksi atau dermatitis
TB / Umur = 98
BB / Umur = 15
V. PEMERIKSAAN CAIRAN
Intake : minum 5-6 gelas/botol perhari
Output : BAK 4-5 kali. BAB 2 kali sehati dengan konsistensi feses padat.
2 Minum Jenis Minum : air putih dan minum air putih kurang dari
susu biasanya
hangat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
C. INTERVENSI
No. NANDA NOC NIC
1. Hipertermia b.d. proses - Thermoregulasi Perawatan Demam :
Infeksi - Tanda-Tanda Vital - Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda vital klien
- Monitor suhu dan warna kulit klien
Kriteria Hasil : - Monitor intake dan output klien
- Suhu dalam batas normal - Dorong konsumsi cairan
- TTV dalam rentang normal - Tingkatkan istirahat
- Sakit kepala tidak ada - Mandikan klien dengan spons hangat dan
- Tidak ada perubahan warna kulit. hindari agar klien tidak menggigil.
- Melaporkan kenyamanan suhu - Kompres hangat pada lipatan tubuh klien.
- Lembabkan bibir dan mukosa yang kering
- Pantau tanda gejala dan komplikasi yang
berhubungan dengan demam
- Kolaborasi pemberian obat
Pengaturan Suhu :
- Monitor suhu dan warna kulit
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang
adekuat.
- Intruksikan klien untuk menggunakan pakaian
ringan dan tidak tebal.
- Informasikan klien mengenai indikasi adanya
kelelahan akibat panas dan penanganannya
sesuai kebutuhan
- Diskusikan mengenai proses penyakit dan
kemungkinan efek negative dari demam yang
berlebihan
D. CATATAN PERKEMBANGAN
A. Kesimpulan
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
2016).
kompres(Nurarif, 2015).
1. Bagi Akademik
2. Bagi Perawat
menimbulkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
KELOMPOK A
Rania Suilia
2041312027
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Status gizi An.A berdasarkan CDC
TB / Umur = 98
BB / Umur = 15
2. Motorik halus :
An. S sudah mampu menggoyangkan ibu jari, bisa bikin menara dari kubus
An. S sudah mampu menyebut 1 warna, An. S belum mengerti 2 kata sifat,
Hari/tanggal : Rabu, 11
November 2020
Tempat :
: 30 menit
A. Latar Belakang
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi
atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi
pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik
(Nurdiansyah, 2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan
reaksi yang menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh.
Peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap
fisiologis organ tubuh anak, karena luas permukaan tubuh anak
relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa, hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan organ tubuh pada anak. Peningkatan suhu tubuh
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan
nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang
mengancam kelangsungan hidup anak, lebih lanjut dapat
mengakibatkan terganggunya tubuh kembang anak. Banyaknya dampak
negatif dari demam tersebut maka demam harus segera ditangani
(Reiga, 2010).
Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya adalah berupa memberikan obat penurun panas,
sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu
mengenakan pakaian tipis, lebih sering
minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, serta memberi
kompres (Saito, 2013). Penanganan demam pada anak sangat
tergantung pada peran ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang
demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan
dapat menentukan pengelolaan demam yang terbaik bagi anaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mampu
mengatasi cara penanganan demam pada anak dengan tepat
2. Tujuan Khusus
a. Ibu mengetahui pengertian demam
pada anak b. Ibu mengetahui penyebab
demam pada anak c. Ibu mengetahui
tanda dan gejala demam
d. Ibu mengetahui cara penanganan demam pada anak
e. Ibu mengetahui kapan anak harus dirujuk ke pelayanan
kesehatan
C. Materi
(terlampir) D.
Media
Lembar balik
E. Setting
Tempat
Keterangan :
: Pemateri
: Ny. A
F. Metode Penyuluhan
a.
Cera
mah
b.
Disk
usi
G. Kegiatan Penyuluhan
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang penanganan
demam pada anak
b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk
dilakukan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat dan
peralatan d. Setting tempat
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh
penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai
selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Audien mampu menjelaskan pengetian demam
b. Audien mampu menjelaskan penyebab demam
pada anak c. Audien mampu menjelaskan tanda
dan gejala demam
d. Audien mampu menjelaskan cara penanganan demam pada
anak
e. Audien mampu menjelaskan kapan anak harus
dirujuk ke pelayanan kesehatan
Lampiran Materi :
1. Pengertian Demam
Demam atau biasa disebut hipertermia adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) yaitu lebih dari 37,5°C
yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan
oleh tubuh (Wong, 2009). Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat
melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C), biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal
untuk anak berkisar antara 36,5°C sampai 37,5°C.
2. Penyebab Demam
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh
masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau
virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri,
kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau
persentuhan tubuh (Widjaja, 2008). Contoh infeksi yang
menyebabkan demam antara lain infeksi virus (cacar, campak
dan demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis) (Febry dan Marendra, 2010).
b. Demam non infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini
jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Demam non-infeksi
timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak
lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya
kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung,
demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh
adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan
kanker (Widjaja, 2008). Selain itu juga karena gangguan
pusat regulasi suhu sentral yang menyebabkan peninggian
temperatur seperti pada heatstroke, perdarahan otak, koma
atau gangguan sentral lainnya (Sodikin, 2012).
c. Demam fisiologis
Demam fisiologis adalah demam yang disebabkan akibat dari
adanya gangguan pada system mekanisme tubuh secara
fisiologis maupun dari lingkungan. Demam dapat terjadi
karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari (Febry dan
Marendra, 2010).
4. Penanganan
Demam
a. Farmakologis
Antipiretik merupakan obat penurun demam (Potter & Perry,
2010). Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan
pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna
khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Antipiretik ini dapat berfungsi menghambat produksi
prostaglandin menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi.
Antipiretik yang sering digunakan sebagai penurun panas
adalah parasetamol.
b. Non Farmakologis
Tindakan non farmakologis adalah tindakan tambahan yang
diberikan setelah pemberian antipiretik terhadap penurunan
panas. Tindakan non farmakologis dilakukan dengan
menggunakan metode pembuangan panas lewat evaporasi,
konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry, 2010).
Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam
penanganan demam pada anak antara lain :
1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki
pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan
selangkangan/lipatan paha, juga di bagian luar dan terbuka
seperti dahi dan perut. Kompres hangat membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya
membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan
pengeluaran panas dari tubuh.
2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh
segar dan nyaman, air hangat juga sangat baik untuk
menghilangkan kuman dan bakteri di kulit. Setelah mandi
segera keringkan tubuh selanjutnya gunakan pakaian agar
tidak kedinginan.
3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya
menyerap keringat agar lebih nyaman dan tidak
kegerahan.
4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk
melawan infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar
atau tempat istirahat baik sehingga kamar tetap bersuhu
normal.
5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya
dehidrasi (Febry & Marendra, 2010).
Febry & Marendra. (2010). Smart Parent Mengatur Menu & Tanggap
Saat Anak
Sakit. Jakarta : Gagas Medika.
Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing : Concept, Process and
Practice
Edisi 7 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta :
Pustaka
Pelajar.
Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta :
Kawan
Pustaka.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6.
Jakarta : EGC.
JURNAL 3