Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM

DISUSUN OLEH

RANIA SUILIA

2041312027

KELOMPOK A

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan bentuk pertahan tubuh terhadap masalah yang


terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam
(Ngastiyah, 2012)
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau
bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi
pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah,
2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang
menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan
suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam
atau menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam
(Arifianto, 2012). Protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice
Call Center mendefinisikan demam yaitu temperatur rektal diatas 38°C,
aksilar 37,5°C dan diatas 38,2°C dengan pengukuran membrane tympani.
Demam sebagian disebabkan karena infeksi atau virus. Namun data
menunjukan bahwa justru sebagian besar tenaga medis mendiagnosisnya
sebagai infeksi bakteri (Sodikin dalam Jannah, 2015). Penyebab demam
menurut Valita (2008) yaitu demam yang berhubungan dengan infeksi
sekitar 29-52% sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan penyakit
metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. Penyebab demam terbanyak
di Indonesiaadalah penyakit infeksi, dimana penyakit
infeksi menjadi penyebab demam sebesar 80%, yaitu infeksi saluran
kemih, demam tifoid, bakteremia, tuberkulosis serta otitis media. Penyebab
tersebut akan menimbulkan dampak apabila tidak diberikan penanganan
yang tepat pada demam tersebut (Pediatri, 2008).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri
yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan
lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak
ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain
seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran (Maharani dalam
Wardiyah, 2016).
Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat
berupa infeksi lokal atau sistemik. Oleh karena itu demam harus ditangani
dengan benar karena terdapat beberapa dampak negatif yang
ditimbulkannya (Kalbaca dalam Dewi, 2016). Dampak yang ditimbulkan
demam dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga
terjadi kekurangan cairan dan kejang. Orang tua banyak yang menganggap
demam berbahaya bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang
dan kerusakan otak (Avner dalam Dewi, 2016). Perawat sangat berperan
untuk mengatasi demam melalui peran mandiri maupun kolaborasi. Untuk
peran mandiri perawat dalam mengatasi demam bisa dengan memberikan
kompres. Metode kompres merupakan metode yang lebih baik untuk
menurunkan suhu tubuh (Kolcaba dalam Dewi, 2016).
Penanganan yang biasa dilakukan pada kasus anak dengan
demam/febris untuk menurunkan suhu tubuh anak meliputi pemberian
antipiretik (paracetamol, ibuprofen), pemasangan infus dan lain-lain.
Selain penanganan secara medis tindakan yang dapat dilakukan untuk
menurunkan suhu yaitu pemberian kompres. Menurut Swardana, dalam
Purwanti (2017) mengatakan bahwa menggunakan air dapat memelihara
suhu tubuh sesuai dengan fluktuasi suhu tubuh pasien. Kompres hangat
dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.
Menurut Dewi (2016) kompres yang diberikan pada anak demam
yaitu kompres hangat karena dengan kompres hangat yang diletakkan pada
lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas
tubuh. Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan
hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup
panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar
hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu
tubuh.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
Kebutuhan nyaman merupakan kebutuhan fisiologis mengenai
kenyamanan dan keamanan terkait tubuh pasien. Pada kasus anak demam
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nyaman ini akan diterapkan
pemberian kompres. Pemberian kompres bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh anak agar kebutuhan dasar manusia dalam hal ini kebutuhan
nyaman terpenuhi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Anak dengan Demam di
komunitas
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Anak dengan Demam
b. Mampu merumuskan diagnose pada Anak dengan Demam
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Anak dengan Demam
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Anak dengan Demam
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Anak dengan Demam di
f. Mampu memberikan Terapi bermain sesuai tumbuh kembang pada Anak
g. Mampu memaparkan analisis hasil asuhan keperawatan pada Anak

C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan demam.
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus ini diharapakan meningkatkan wawasan mahasiswa
profesi ners tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
demam.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi & Fisiologi

1. Otak Besar (Cerebrum)


Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang mengisi
lebih dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian yang
menonjol (gyri) dan lekukan (sulci). Otak besar/Cerebrum terbagi menjadi
empat bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut
gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.
a. Lobus Frontal, berada di paling depan dari otak besar. Lobus ini
berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, control perasaan, control perilaku seksual
dan kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus Parietal, berada di tengah, berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal, berada di bagian bawah berhubungan
dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan
bahasa bicara atau
komunikasi dalam bentuk suara.
d. Lobus Occipital, bagian paling belakang yang berhubungan
dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhada pobjek yang ditangkap oleh retina
mata.

2. Otak Kecil (Cerebellum)


Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat
dengan ujung leher bagian atas, tepatnya terletak dalam fosa cranial
posterior, dibawah tentorium celebrum bagian posterior dari pons faroli
dan medulla oblongata. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis
otak, diantaranya:
- Mengatur sikap atau posisi tubuh
- Mengontrol keseimbangan
- Koordinasi otot dan gerakan tubuh
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan
tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi
cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.

3. Batang Otak (Brainstem)


Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut
jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan
merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (
menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang Otak
terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. Mesencephallon

Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari


batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakanmata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b. Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang
otak dan di depan mesencephalon. Terdiri dari :
1) Thalamus
Thalamus terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah
yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal
motorik menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.
2) Hipotalamus
Hipothalamus adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah
nucleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap
steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus
merupakan pusat control autonom. Salah satu fungsi yang
penting adalah karena terhubung dengan sistem syaraf dan
kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis
sistem endokrin yaitu fungsi neuron endokrin yang berpengaruh
terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat menjaga
homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku
konsumsi dan emosi.
Hipotalamus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
system limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari
berbagai bagian otak menuju kortek sotak besar. Akson dari
berbagai system indera berakhir pada hipotalamus (kecuali
sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan menuju
korteks otak besar. Hipotalamus berfungsi juga mengirim sinyal
menuju kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan norepinephrine
yang mensekresikan Anti diuretic Hormon (ADH), Oksitosin,
dan Regulatori Hormon.

4. Medulla Oblongata
Medula oblongata adalah titik awal syaraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga
sebaliknya. Berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak. Medulla
Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan
darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga
mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah
bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua
belahan otak kecil (kiri dan kanan). Pons juga menghubungkan
korteks otak dan medula. Pons disebut juga Pons Varoli / Jembatan
Varol. Pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ vital
tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan.

B. Landasan Teoritis Penyakit


1. Definisi Demam
Demam atau biasa disebut hipertermia adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) yaitu lebih dari 37,5°C yang
biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan
lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Wong,
2009). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C), biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan
(Surinah dalam Hartini, 2015). Ikatan Dokter Anak Indonesia
menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5°C
sampai 37,5°C.
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam antara lain ::
a. Demam septic, yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas
normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
b. Demam remiten, yaitu suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten, yaitu suhu badan turun ketingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d. Demam kontinyu, yaitu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik, yaitu terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.

2. Etiologi
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan
patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang
kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya
melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh (Widjaja, 2008).
Contoh infeksi yang menyebabkan demam antara lain infeksi
virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi bakteri
(demam tifoid dan pharingitis) (Febry dan Marendra,
2010).
b. Demam non infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang
diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-
infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan
degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena
stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-
penyakit berat misalnya leukimia dan kanker (Widjaja,
2008). Selain itu juga karena gangguan pusat regulasi suhu
sentral yang menyebabkan peninggian temperatur seperti pada
heatstroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya
(Sodikin, 2012).
c. Demam fisiologis
Demam fisiologis adalah demam yang disebabkan akibat dari
adanya gangguan pada system mekanisme tubuh secara fisiologis
maupun dari lingkungan. Demam dapat terjadi karena kekurangan
cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan
setelah bermain disiang hari (Febry dan Marendra, 2010).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada anak demam adalah :
- Suhu di atas rentang normal (>37,5°C)
- Anak rewel dan gelisah
- Kulit kemerahan dan teraba hangat
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Takikardi
- Sakit kepala
- Menggigil
- Dehidrasi
- Kehilangan nafsu makan
- Keletihan dan kelemahan

4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat
pirogen leukosit. Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak.
Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas
segera meningkat dan mendorong vasokontriksi kulit untuk segera
mengurangi
pengeluaran panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan
mengakibatkan terjadinya demam (Sherwood, 2014). Suhu yang tinggi
ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. WOC
6. Komplikasi
Demam pada anak dapat meningkatkan terjadinya efek yaitu :
a. Dehidrasi : demam dapat menyebabkan meningkatnya penguapan cairan
tubuh yang berakibat anak akan mengalami dehidrasi.
b. Kejang demam : serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat


berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada
awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang,
serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan
kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengukuran suhu tubuh
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian
tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut
diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C,
suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam
tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu
diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014). Ikatan Dokter Anak Indonesia
menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5°C
sampai 37,5°C.
b. Pemeriksaan darah dan cek labor
Pemeriksaan darah dan cek labor dilakukan ketika demam anak tidak
turun dan terjadi selama >3 hari. Hal ini dilakukan untuk melihat jenis
penyakit yang menyebabkan demam, seperti : demam berdarah, demam
typhoid, malaria.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Antipiretik merupakan obat penurun demam (Potter & Perry, 2010).
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Antipiretik ini dapat berfungsi menghambat produksi prostaglandin
menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi. Antipiretik yang sering
digunakan sebagai penurun panas adalah parasetamol.
b. Non Farmakologis
Tindakan non farmakologis adalah tindakan tambahan yang diberikan
setelah pemberian antipiretik terhadap penurunan panas. Tindakan non
farmakologis dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan
panas lewat evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry,
2010). Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam
penanganan demam pada anak antara lain :
1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh
darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan/lipatan paha, juga
di bagian luar dan terbuka seperti dahi dan perut. Kompres hangat
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya
membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas
dari tubuh.
2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh segar dan
nyaman, air hangat juga sangat baik untuk menghilangkan kuman
dan bakteri di kulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh
selanjutnya gunakan pakaian agar tidak kedinginan.
3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya menyerap
keringat agar lebih nyaman dan tidak kegerahan.
4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk melawan
infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar atau tempat istirahat
baik sehingga kamar tetap bersuhu normal.
5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya dehidrasi
(Febry & Marendra, 2010).
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas : nama anak, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, no.MR, alamat.
b. Keluhan Utama : suhu badan naik, badan terasa panas, pusing kepala,
tidak nafsu makan.
c. Riwayat Kesehatan :
- Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5°C), anak rewel, gelisah dan
mudah menangis, anak tidak nafsu makan, keluhan sakit kepala,
kelemahan.
- Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pernah mengalami kejadian demam atuapun kejang sebelumnya,
ataupun penyakit lainnya yang menmbulkan gejala demam seperti
ISPA, campak, demam berdarah, demam typhoid, malaria.
- Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Ada anggota keluarga yang mengalami demam atau penyakit berat dan
menular lainnya.
d. Riwayat Imunisasi pada anak : apakah anak menerima imunisasi lengkap
atau tidak.
e. Riwayat Nutrisi : pemberian ASI, pemberian susu formula, pola makan
dan minum, pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia.
f. Riwayat Tumbuh Kembang : pertumbuhan fisik dan perkembangan tiap
tahapan pada anak.
g. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu.
2) Antopometri : pengukuran berat badan anak, tinggi badan / panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, IMT.
3) TTV : suhu tubuh di atas rentang normal (>37,5°C), RR meningkat,
frekuensi nadi meningkat.
4) Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut, persebaran rambut,
ada/tidaknya lesi pada kepala.
5) Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera tidak ikterik, ada/tidaknya
edema pada mata.
6) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering dan pucat, nafsu makan
menurun, mual muntah, kurang minum.
7) Sistem pernafasan : takipnea, pernafasan cepat dan dalam.
8) Sistem kardiovaskuler : takikardi, frekuensi nadi meningkat, cepat dan
lemah.
9) Sistem integumen : warna kulit kemerahan, pucat, turgor kulit

menurun, suhu meningkat >37,50C, akral hangat, capillary refill time


memajang >2 detik.
10) Sistem muskuloskeletal : kelemahan pada tonus otot.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b.d. proses penyakit infeksi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake
makanan yang kurang
c. Resiko deficit volume cairan b.d. intake yang tidak adekuat dan
diaphoresis
3. Intervensi Keperawatan

No. NANDA NOC NIC


1. Hipertermia b.d. proses penyakit - Thermoregulasi Perawatan Demam :
infeksi - Tanda-Tanda Vital - Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda
vital pasien
Definisi : suhu inti tubuh di atas Kriteria Hasil : - Monitor suhu dan warna kulit pasien
kisaran noemal diurnal karena - Suhu dalam batas normal - Monitor intake dan output pasien
kegagalan termoregulasi. - TTV dalam rentang normal - Dorong konsumsi cairan
Batasan karakteristik : - Sakit kepala tidak ada - Tingkatkan istirahat
- Postur abnormal - Tidak ada perubahan warna kulit. - Mandikan pasien dengan spons
- Apnoe - Melaporkan kenyamanan suhu hangat dan hindari agar pasien tidak
- Koma menggigil.
- Kulit kemerahan - Kompres hangat pada lipatan tubuh
- Hipotensi klien.
- Bayi tidak dapat mempertahankan - Lembabkan bibir dan mukosa yang
menyusu kering
- Gelisah - Pantau tanda gejala dan komplikasi
- Letargi yang berhubungan dengan demam
- Kejang - Kolaborasi pemberian obat
- Kulit terasa hangat
- Stupor Pengaturan Suhu :
- Takikardi - Monitor suhu dan warna kulit
- Takipnoe - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Vasodilator yang adekuat.
Factor yang berhubungan : - Intruksikan pasien untuk
- Dehidrasi menggunakan pakaian ringan dan
- Pakaian yang tidak sesuai tidak tebal.
- Aktivitas berlebihan - Informasikan pasien mengenai
indikasi adanya kelelahan akibat
panas dan penanganannya sesuai
kebutuhan
- Diskusikan mengenai proses
penyakit dan kemungkinan efek
negative dari demam yang
berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari - Status Nutrisi : Asupan Monitor Nutrisi :
kebutuhan tubuh b.d. intake makanan Makanan dan Cairan - Monitor penurunan BB
yang kurang - Status Nutrisi : Asupan Nutrisi - Monitor lingkungan selama makan
- Monitor jenis aktivitas yang
Definisi : ketidakcukupan asupan Kriteria hasil : dilakukan
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan - BB ideal sesuai dengan TB - Monitor turgor kulit
metabolism tubuh. - Tidak ada penurunan BB - Monitor nausea dan vomit
Batasan karakteristik : - Peningkatan nafsu makan - Monitor kadar Hb, Ht, albumin, dan
- Nyeri abdomen - Tanda-tanda mallnutrisi tidak ada protein
- Anoreksia - Fungsi mengecap dan menelan - Monitor karakteristik rambut (kusam,
- Diare meningkat kering, rontok)
- BB 20% di bawah berat ideal - Mual muntah tidak ada - Monitor intake nutrisi dan kalori
- Penurunan BB dengan masukan - Catat adanya tanda-tanda edema,
makanan yang adekuat hipertonik, hiperemik.
- Kerapuhan kapiler
- Kehilangan rambut berlebihan Management Nutrisi :
- Membrane mukosa kering dan - Kaji adanya alergi
pucat - Kaji kemampuan pasien untuk
- Penurunan tonus otot memperoleh nutrisi yang dibutuhkan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa - Berikan informasi terkait kebutuhan
- Sariawan nutrisi
- Kelemahan otot pengunyah - Anjurkan pasien untuk membuat
- Bising usus hiperaktif catatan makanan harian
Factor yang berhubungan : - Monitor kandungan kalori dan jumlah
- Factor biologis nutrisi
- Ketidakmampuan menelan dan - Anjurkan pasien untuk menignkatkan
mencerna makanan intake protein
- Ketidakmampuan - Kolaborasi dengan ahli gizi terkait
mengabsorbsi nutrien diet yang tepat untuk pasien
- Factor ekonomi dan psikologis - Konsultasikan dengan ahli gizi terkait
penentuan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Resiko deficit volume cairan - Fluid Balance Management Cairan :
b.d.
- Hydration - Monitor status hidrasi
intake yang tidak adekuat dan
- Monitor TTV
diaphoresis
Kriteria Hasil : - Monitor intake da output cairn
Definisi : rentan mengalami
- Urin output dalam jumlah normal. - Monitor tingkat Hb dan Ht
penurunan volume cairan
- TTV dalam rentang normal. - Timbang BB
intravaskuler, intertisial, dan/atau
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Dorong intake oral
intraseluler, yang dapat mengganggu
- Turgor kulit baik - Kolaborasi dengan dokter pemberian
kesehatan.
Faktor resiko : - Membrane mukosa lembab cairan IV.
- Hambatan mengakses cairan - Pelihara IV line
- Asupan cairan kurang - Kolaborasi dengan dokter
- Kurang pengetahuan tentang kemungkinan transfuse darah
kebutuhan cairan - Atur persiapan tranfsusi darah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi segala kriteria hasil apakah sudah tercapai atau belum tercapai
dengan melaksanakan intervensi. Apabila criteria hasil telah tercapai maka
pasien akan mampu beraktivitas secara normal dan mandiri, tanda-tanda vital
berada dalam rentang normal, tidak ada tanda dan gejala penyakit yang
mengarah pada kondisi yang lebih berat, pasien merasa aman dan
nyaman serta pasien dan keluarga mendapatkan informasi terkait penyakit,
diagnosis, dan tindakan yang akan dilakukan. Eveluasi keperawatan
merupakan proses untuk meninjau diagnose dan intervensi yang telah
dilakukan.
BAB III

LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa : Rania Suilia
NIM : 2041312027
Tanggal pengkajian : Selasa, 24 November 2020

I. Identitas Data
Nama Anak : An. S
BB/TB : 14 kg/88 cm
Tanggal Lahir/Usia : 15 Oktober 2017/3 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke :2

Nama Ibu : Ny. A


Pekerjaan : IRT
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Jalan rakik II no 28 berok siteba
Diagnosa Medis : Demam

II. Keluhan Utama


Ibu mengatakan An. S sudah demam sejak 3 hari yang lalu.
III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
- Riwayat gestasi : G1P1A0H1
- HPHT :-
- Frekuensi : Teratur
- Masalah waktu hamil : Saat hamil ibu mengalami anemia
- Obat-obatan selama hamil : Vitamin dan suplemen dari dokter
- Perokok/alcohol : Tidak ada

2. Intranatal
- BBL/PBL : 2250 gr/ 43 cm
- Usia gestasi saat hamil : 28-29 minggu
- Penolong Persalinan : Dokter
- Jenis Persalinan : Sectio caesarea
- Masalah Persalinan : tidak ada masalah

3. Postnatal
Ibu An. S mengatakan bayi segera menangis pada saat lahir dan dalam
keadaan sehat. Bayi juga diberikan suntikan imunisasi Hepatitis B dan
disusukan segera.

IV. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 November 2020, didapatkan An.
S masih mengalami demam. Tidak ada ditemukan kejang dan tanda bahaya
umum lainnya. Tidak ada ditemukan batuk dan sukar bernafas. TTV
didapatkan suhu 38°C, Nadi 90 x/menit, pernafasan 22 x/menit.

V. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
An. S tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, ibu mengatakan
An. S hanya pernah menderta demam, batuk atau flu biasa.
2. Pernah dirawat di RS :
An. S belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
3. Obat-obatan yang pernah digunakan :
Paracetamol syrup
4. Alergi :
An. S tidak memiliki riwayat alergi.
5. Kecelakaan :
An. S tidak memiliki riwayat pernah megalami kecelakaan
6. Riwayat imunisasi :
Ibu mengatkaan An. S mendapatkan imunisasi lengkap sejak lahir.

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit menular ataupun kronis.

1. Struktur keluarga

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: klien

VII. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Kemandirian dan bergaul :
Ibu mengatakan An. S dapat bersosialisasi dan bergaul serta bermain
dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumahnya.
2. Motorik kasar :
An. S sudah belum mampu memasangkan baju sendiri, An. S mampu
menyebutkan nama teman dan mampu mencuci mengeringkan tangan.
3. Motorik halus :
An. S sudah mampu menggoyangkan ibu jari, bisa bikin menara dari
kubus dan meniru garis vertikal.
4. Kognitif dan bahasa :
An. S sudah mampu menyebut 1 warna, An. S belum mengerti 2 kata
sifat, An. S mengetahui 2 kegiatan

VIII. Riwayat Sosial


1. Yang mengasuh klien : orang tua (ibu dan ayah)
1. Hubungan dengan anggota keluarga :
Ibu mengatakan anak memiliki kedekatan hubungan dengan anggota
keluarga inti (ayah dan ibu) maupun keluarga besar, saling
menyayangi sepupu maupun saudara-saudaranya.
2. Hubungan dengan teman sebaya :
Ibu mengatakan An. S memiliki banyak teman sebaya di lingkungan
rumahnya, An. S dapat berhubungan baik dengan teman-temannya.
3. Pembawaan secara umum :
Ibu mengatakan pembawaan An. S secara umum aktif, ramah, dan
murah senyum.
4. Lingkungan rumah :
Keluarga An. S tinggal komplek perumahan dengan tipe rumah
permanen, ventilasi dan jedela cukup, perabotan disusun dengan rapi,
perkarangan cukup luas, sumber air dari sumur bor, pengolahan
sampah dengan cara dibakar.

I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Composmentis
2. PB/BB : 14 kg/88 cm
3. Kepala
a. Lingkar kepala : Normal
b. Fontanela anterior : Tertutup
c. Rambut : Rambut bersih, warna hitam, tekstur halus, rambut
lebat, kuat dan tidak mudah tercabut.
4. Mata : Simetris kiri dan kanan, mata tidak cekung, skela
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada edema palpebra, pupil isokor
5. Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan serumen,
tidak ada nyeri telinga, tidak ada pembengkakan dibelakang telinga, tidak ada
cairan/nanah keluar dari telinga, dan pendengaran baik
6. Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada polip
7. Mulut : Mulut bersih, warna bibir tidak pucat, mukosa bibir
kering, lidah bersih, gigi atas 2 gigi bawah 2, tidak ada peradangan pada faring
dan laring
8. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjer getah bening, JVP tidak ada kelainan
9. Dada
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kakan, retraksi (-)
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
10. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Auskultasi : Reguller, tidak ada suara tambahan
d.
11. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi (-), RR 22x/menit
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan
c. Perkusi : Sonor di lapang paru
d. Auskultasi : Bronkovesikuler, ronchi -/-, whezing -/-
12. Abdomen
a. Inspeksi : Perut tidak tampak buncit, tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
edema
c. Perkusi : Tympani
d. Auskultasi : Bising usus normal
13. Punggung : Bentuk : tidak ditemukan kelainan
14. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, jari-jari lengkap
15. Genitalia : tidak ada sakit, tidak ada keluar cairan, tidak ada
gatal-gatal
16. Kulit : warna kulit kemerahan, turgor kulit baik, tidak ada
luka, elastisitas kulit baik, tidak ada infeksi atau dermatitis

II. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN


Status gizi : BB 14 kg, TB 88 cm
Rumus : BB yang ada/ BB normal per50%til x 100%
14/13 x 100 = 107 (normal)

TB / Umur = 98

BB / Umur = 15

III. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL


Menurut Erickson tahap perkembangan pskososial pada anak usia 3-6 tahunn
adalah Initiative vs Guilt, di mana anak sudah mulai mematangkan beberapa
kemampuan yang lain yaitu kemampuan motorik dan kemampuan berbahasa,
mampu mengeksplorasi lingkungannya secara fisik maupun sosialdan
mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak. Pada An.S ditemukan bahwa anak
sudah mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya serta teman sebayanya.

IV. DATA LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Ny. A adalah rumah dengan bangunan permanen, kondisi
bagian depan dan dapur bersih.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Ny. A tinggal di komplek perumahan. Interaksi dan komunikasi
dengan tetangga sekitar berjalan dengan baik. Keluarga Ny. A menjalin
hubungan yang baik dengan tetangga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny. A merupakan penduduk asli. Keluarga beradaptasi dengan baik di
lingkungan tempat tinggalnya.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. A mengikuti arisan bersama dengan ibu-ibu komplek. Interkasi keluarga
Ny. A dengan tetangga sangat baik.

V. PEMERIKSAAN CAIRAN
Intake : minum 5-6 gelas/botol perhari
Output : BAK 4-5 kali. BAB 2 kali sehati dengan konsistensi feses padat.

VI. PEMERIKSAAN SPIRITUAL


Keluarga Ny. A rajin dalam melakukan sholat karena sholat merupakan kewajiban
yang harus dilakukan.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Paracetamol syrup 3 x 5 ml (1 sendok takar)

VIII. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan Di Rumah/sebelum sakit Di Rumah/ selama sakit
1 Makan Makan 3x/hari : nasi lauk Makan 3 x/hari : nasi, lauk

pauk, sayuran dengan satu pauk, sayuran dan nasi

piring nasi kecil habis. (makanan habis hanya

Jumlah : ± 1600 kalori setengah piring porsi)

Jumlah : ±1200 kalori

2 Minum Jenis Minum : air putih dan minum air putih kurang dari

susu biasanya

Fkrekuensi : ± 7-8 kali/ hari jumlah : ±1400cc/hari


Jumlah :± 1600cc/hari frekuensi : 5-6 kali/ hari

3 Tidur Tidur malam : ±10 jam/hari Tidur malam : ±7-8

Tidur siang : ±2 jam / hari jam/hari

Tidur Siang : ±2 jam/hari


4 Mandi Secara mandiri,frekuensi Klien tidak mandi selama

2x/hari sakit, hanya lap badan saja ,

jika panas turun mandi

hanya 1x/hari dengan air

hangat.

5 Eliminasi Jumlah :± 300 cc Jumlah :± 300cc

Frekuensi : BAB 2x/hari Frekuensi : BAB 2x/hari

Konsistensi : normal Konsistensi : normal

6 Bermain Normal seperti anak Hanya bermain di rumah


sebelumnya bermain di luar bersama ibunya dan
rumah. menonton TV.

IX. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


An. S demam sejak 2 hari yang lalu, ibu klien sudah memberikan obat
penurun panas paracetamol syrup yang biasa digunakan saat anak demam. BB dan
Tb An. S yaitu 9,2 kg dan 75 cm. An. S masih mengalami demam, tidak ditemukan
kejang dan tanda bahaya umum lainnya. Tidak ada ditemukan batuk dan sukar
bernafas, mukosa bibir kering. TTV didapatkan suhu 38°C, Nadi 90 x/menit,
pernafasan 22 x/menit. Imunisasi An. S lengkap dan sudah mendapatkan Vitamin A
pada bulan Agustus.
A. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Proses infeksi Hipertermia
- Ibu mengatakan badan An. S terasa
panas.
- Ibu mengatakan An. S sudah demam
sejak 2 hari yang lalu
- Ibu klien mengatakan anaknya sudah
diberi obat paracetamol syrup
DO :
- S : 38,2°C
- Akral teraba hangat,
- Mukosa bibir kering

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
C. INTERVENSI
No. NANDA NOC NIC
1. Hipertermia b.d. proses - Thermoregulasi Perawatan Demam :
Infeksi - Tanda-Tanda Vital - Pantau suhu tubuh dan tanda-tanda vital klien
- Monitor suhu dan warna kulit klien
Kriteria Hasil : - Monitor intake dan output klien
- Suhu dalam batas normal - Dorong konsumsi cairan
- TTV dalam rentang normal - Tingkatkan istirahat
- Sakit kepala tidak ada - Mandikan klien dengan spons hangat dan
- Tidak ada perubahan warna kulit. hindari agar klien tidak menggigil.
- Melaporkan kenyamanan suhu - Kompres hangat pada lipatan tubuh klien.
- Lembabkan bibir dan mukosa yang kering
- Pantau tanda gejala dan komplikasi yang
berhubungan dengan demam
- Kolaborasi pemberian obat
Pengaturan Suhu :
- Monitor suhu dan warna kulit
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang
adekuat.
- Intruksikan klien untuk menggunakan pakaian
ringan dan tidak tebal.
- Informasikan klien mengenai indikasi adanya
kelelahan akibat panas dan penanganannya
sesuai kebutuhan
- Diskusikan mengenai proses penyakit dan
kemungkinan efek negative dari demam yang
berlebihan
D. CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tgl Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Dx Perawat
Kep
I Selasa/  Memantau suhu axila anak Jam 10.30 wib Maharani
10-11-  Menganjurkan ibu memberi S:
2020 - Ibu mengatakan
 anak minum air putih
anaknya masih
 Mengajarkan ibu agar demam
10.00
memakaikan anak dengan baju O:
wib
yang tipis dan menyerap - Suhu An.S 37.8oC
keringat - Akral teraba hangat
 Menganjurkan ibu untuk
mengupayakan anak bisa A: Masalah belum teratasi
beristirahat Hipertermia
 Menginformasikan ibu
untuk memberikan P: Intervensi dilanjutkan
paracetamol syirup kepada - Pantau suhu badan
anak jika demam masih belum anak
turun. - Anjurkan banyak
minum
I Rabu/  Memantau suhu axila anak Jam 09.30 wib Maharani
11-11-  Menganjurkan ibu memberi S:
2020 anak minum air putih - Ibu mengatakan
anaknya masih
 Mengajarkan ibu agar
10.00 demam
wib memakaikan anak dengan baju
O:
yang tipis dan menyerap
- Suhu An.H 37.6oC
keringat
- Akral teraba hangat
 Menganjurkan ibu
memberikan obat
A: Masalah
parasetamol jika anak
belum teratasi
masih demam
 Mengajarkan ibu untuk P: Intervensi dilanjutkan
mengompres anak dengan air - Pantau suhu badan
hangat diarea kening, pada anak
lipatan paha dan aksila hingga - Anjurkan banyak
demam turun Minum
 Menganjurkan ibu untuk
mengupayakan anak bisa
beristirahat
I Kamis/  Memantau suhu axila anak Jam 10.00 wib Maharani
12-11-  Menganjurkan ibu memberi S:
2020 anak minum air putih - Ibu mengatakan
anaknya sudah tidak
 Mengajarkan ibu agar
10.00 wib demam
memakaikan anak dengan baju
O:
yang tipis dan menyerap
- Suhu An.S 37,3oC
keringat
- Akral teraba hangat
 Menganjurkan ibu
memberikan obat
A:Masalah teratasi
parasetamol jika anak
Hipertermia
masih demam
 Mengajarkan ibu untuk P: Intervensi dihentikan
mengompres anak dengan air
karena suhu anak sudah
hangat diarea kening, pada
lipatan paha dan aksila hingga dalam rentang normal
demam turun
 Menganjurkan ibu untuk
mengupayakan anak bisa
beristirahat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal

sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.Sebagian

besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat

panas (termoregulasi) di hipotalamus.

Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat


menyerang sistem

tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan

perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu

pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah,

2016).

Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam

Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris, diantaranya: suhu lingkungan,

adanya infeksi, pneumonia, malaria, otitis media, imunisasi.

Penurunan panas yang dapat dilakukan seperti: memberikan

minuman yang banyak, tempatkan dalam ruangan bersuhu normal,

menggunakan pakaian yang tidak tebal dan memberikan

kompres(Nurarif, 2015).

Asuhan keperawatan pada An.H dengan demam dilakukan

berdasarkan diagnose prioritas yaitu hipertermia berhubungan dengan

adanya proses penyakit dan potensial tumbuh kembang.


B. Saran

1. Bagi Akademik

Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi

ataumasukan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan sebagai

pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan

pada anak dengan demam.

2. Bagi Perawat

Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih

meningkatkan pemberian asuhan keperawatan kepada anak dengan

demam sehingga masalah bisa teratasi dengan cepat tanda

menimbulkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, dkk. (2013). Nursing Intervention Classification Sixth


Edition. USA : Elsevier.
Febry & Marendra. (2010). Smart Parent Mengatur Menu & Tanggap
Saat Anak
Sakit. Jakarta : Gagas Medika.
Herdman, T. Heather. (2018). Nanda Diagnosis Keperawatan :
Defenisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Moorhead, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification Fifth
Edition. USA : Elsevier.
Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing : Concept, Process
and Practice
Edisi 7 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Sherwood, L. Z. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8.
Jakarta : EGC. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada
Anak. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita.
Jakarta : Kawan
Pustaka.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta
: EGC.
LAPORAN MTBS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN BATUK FLU”

Siklus Keperawatan Anak

Disusun Oleh:

KELOMPOK A

Rania Suilia

2041312027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

2020
Status gizi An.A berdasarkan CDC

Rumus : BB yang ada/ BB normal per50%til x 100%

14/13 x 100 = 107 (normal)

TB / Umur = 98

BB / Umur = 15

KAPAN HARUS SEGERA KEMBALI


1. Setiap anak sakit
a. Tidak bisa minum atau menyusu
b. Bertambah parah
c. Timbul demam
2. Jika anak : demam mungkin bukan DBD
a. Ada tanda-tanda perdarahan
b. Ujung ekstremitas dingin
c. Nyeri uluh hati atau gelisah
d. Ada penurunan kesadaran
e. Muntah yang terus-menerus
f. Tidak aktif/lemas
g. Kejang
Catatan : kejadian ini bisa terjadi pada saat demam turun, pada umumnya
pada hari ke 3-5.

ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT (UMUR 12


BULAN SAMPAI 2 TAHUN)
1. Berikan ASI sesuai keinginan bayi.
2. Berikan makanan keluarga yang bervariasi, makanan yang diiris-iris atau
makanan keluarga termasuk sumber makanan hewani dan buah-buahan
kaya vitamin A, serta sayuran.
3. Berikan ¾ mangkuk sampai dengan 1 mangkuk setiap makan (1 mangkuk
= 250 ml).
4. Berikan 3-4 kali setiap hari.
5. Tawari 1 atau 2 kali selingan antara waktu makan. Anak memakannya jika
lapar.
6. Lanjutkan memberi makan anak dengan pelan-pelan dan sabar. Dorong
anak untuk makan, tapi jangan memaksa.
1. Motorik kasar :

An. S sudah belum mampu memasangkan baju sendiri, An. S mampu

menyebutkan nama teman dan mampu mencuci mengeringkan tangan.

2. Motorik halus :

An. S sudah mampu menggoyangkan ibu jari, bisa bikin menara dari kubus

dan meniru garis vertikal.

3. Kognitif dan bahasa :

An. S sudah mampu menyebut 1 warna, An. S belum mengerti 2 kata sifat,

An. S mengetahui 2 kegiatan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan demam pada anak

Sub Pokok Bahasan : Cara mengatasi demam pada anak

Sasaran : Ny. W (Ibu An. R)

Hari/tanggal : Rabu, 11

November 2020

Tempat :

Rumah Ny. W Waktu

: 30 menit

A. Latar Belakang
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi
atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi
pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik
(Nurdiansyah, 2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan
reaksi yang menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh.
Peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap
fisiologis organ tubuh anak, karena luas permukaan tubuh anak
relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa, hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan organ tubuh pada anak. Peningkatan suhu tubuh
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan
nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang
mengancam kelangsungan hidup anak, lebih lanjut dapat
mengakibatkan terganggunya tubuh kembang anak. Banyaknya dampak
negatif dari demam tersebut maka demam harus segera ditangani
(Reiga, 2010).
Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya adalah berupa memberikan obat penurun panas,
sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu
mengenakan pakaian tipis, lebih sering
minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, serta memberi
kompres (Saito, 2013). Penanganan demam pada anak sangat
tergantung pada peran ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang
demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan
dapat menentukan pengelolaan demam yang terbaik bagi anaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mampu
mengatasi cara penanganan demam pada anak dengan tepat
2. Tujuan Khusus
a. Ibu mengetahui pengertian demam
pada anak b. Ibu mengetahui penyebab
demam pada anak c. Ibu mengetahui
tanda dan gejala demam
d. Ibu mengetahui cara penanganan demam pada anak
e. Ibu mengetahui kapan anak harus dirujuk ke pelayanan
kesehatan

C. Materi

(terlampir) D.

Media
Lembar balik

E. Setting
Tempat

Keterangan :

: Pemateri

: Ny. A

F. Metode Penyuluhan
a.
Cera
mah
b.
Disk
usi

G. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Audien Waktu


1. Orientasi 1. Mengucapkan 1. Menjawab 5 menit
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan
diri dan
3. Kontrak waktu mendengarkan
4. Menjelaskan 3. Memperhatikan
tujuan dan
mendengarkan
2. Kerja 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan 20
pengertian demam dan menit
2. Menjelaskan mendengarkan
penyebab demam 2. Memperhatikan
3. Menjelaskna tanda dan
dan gejala demam mendengarkan
4. Menjelaskan cara 3. Memperhatikan
penanganan dan
demam pada anak mendengarkan
5. Menjelaskan 4. Memperhatikan
kapan anak harus dan
dirujuk ke mendengarkan
pelayanan 5. Bertanya
kesehatan 6. Memperhatikan
6. Mempersilahkan dan
audien untuk mendengarkan
bertanya
7. Memberikan
kesimpulan
4. Terminasi 1. Evaluasi dan Menjawab salam 5 menit
validasi
2. Salam penutup

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang penanganan
demam pada anak
b. Melakukan kontrak waktu kepada audien untuk
dilakukan satuan acara penyuluhan
c. Menyiapkan tempat dan
peralatan d. Setting tempat

2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati.
b. Audien memperhatikan materi yang disampaikan oleh
penyaji
c. Audien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai
selesai

3. Evaluasi Hasil
a. Audien mampu menjelaskan pengetian demam
b. Audien mampu menjelaskan penyebab demam
pada anak c. Audien mampu menjelaskan tanda
dan gejala demam
d. Audien mampu menjelaskan cara penanganan demam pada
anak
e. Audien mampu menjelaskan kapan anak harus
dirujuk ke pelayanan kesehatan

Lampiran Materi :

1. Pengertian Demam
Demam atau biasa disebut hipertermia adalah suatu keadaan dimana
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point) yaitu lebih dari 37,5°C
yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan
oleh tubuh (Wong, 2009). Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat
melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C), biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal
untuk anak berkisar antara 36,5°C sampai 37,5°C.

2. Penyebab Demam
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Demam infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh
masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau
virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri,
kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau
persentuhan tubuh (Widjaja, 2008). Contoh infeksi yang
menyebabkan demam antara lain infeksi virus (cacar, campak
dan demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis) (Febry dan Marendra, 2010).
b. Demam non infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini
jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Demam non-infeksi
timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak
lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-
infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya
kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung,
demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh
adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan
kanker (Widjaja, 2008). Selain itu juga karena gangguan
pusat regulasi suhu sentral yang menyebabkan peninggian
temperatur seperti pada heatstroke, perdarahan otak, koma
atau gangguan sentral lainnya (Sodikin, 2012).
c. Demam fisiologis
Demam fisiologis adalah demam yang disebabkan akibat dari
adanya gangguan pada system mekanisme tubuh secara
fisiologis maupun dari lingkungan. Demam dapat terjadi
karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari (Febry dan
Marendra, 2010).

3. Tanda dan Gejala Demam


Tanda dan gejala yang dapat muncul pada anak demam adalah :
- Suhu di atas rentang normal (>37,5°C)
- Anak rewel dan gelisah
- Kulit kemerahan dan teraba hangat
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Sakit kepala
- Menggigil
- Kehilangan nafsu makan
- Keletihan dan kelemahan

4. Penanganan
Demam
a. Farmakologis
Antipiretik merupakan obat penurun demam (Potter & Perry,
2010). Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan
pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna
khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Antipiretik ini dapat berfungsi menghambat produksi
prostaglandin menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi.
Antipiretik yang sering digunakan sebagai penurun panas
adalah parasetamol.
b. Non Farmakologis
Tindakan non farmakologis adalah tindakan tambahan yang
diberikan setelah pemberian antipiretik terhadap penurunan
panas. Tindakan non farmakologis dilakukan dengan
menggunakan metode pembuangan panas lewat evaporasi,
konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry, 2010).
Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam
penanganan demam pada anak antara lain :
1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki
pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan
selangkangan/lipatan paha, juga di bagian luar dan terbuka
seperti dahi dan perut. Kompres hangat membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya
membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan
pengeluaran panas dari tubuh.
2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh
segar dan nyaman, air hangat juga sangat baik untuk
menghilangkan kuman dan bakteri di kulit. Setelah mandi
segera keringkan tubuh selanjutnya gunakan pakaian agar
tidak kedinginan.
3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya
menyerap keringat agar lebih nyaman dan tidak
kegerahan.
4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk
melawan infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar
atau tempat istirahat baik sehingga kamar tetap bersuhu
normal.
5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya
dehidrasi (Febry & Marendra, 2010).

5. Kapan Harus Segera Dibawa ke Dokter atau Pelayanan


Kesehatan
a. Bila panas tidak kunjung turun dan telah berangsur-angsur selama 3
Hari
b. Muntah
c. Diare yang menimbulkan dehidrasi
d. Kejang
e. Anak tidak nafsu makan
f. Keadaan dan kondisi tubuh anak sangat lemah
Daftar Pustaka

Febry & Marendra. (2010). Smart Parent Mengatur Menu & Tanggap
Saat Anak
Sakit. Jakarta : Gagas Medika.
Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing : Concept, Process and
Practice
Edisi 7 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta :
Pustaka
Pelajar.
Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta :
Kawan
Pustaka.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6.
Jakarta : EGC.
JURNAL 3

Judul Jurnal Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water


Sponge dan Kompres Hangat pada Balita Demam

Penulis NLP Yunianti Suntari C, Putu Susy Natha Astini, Ni


Made Desi Sugiani

Daftar Pustaka Suntari, dkk (2019), Pengaturan Suhu Tubuh dengan


Metode Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat
pada Balita Demam

Penerbit Jurnal Kesehatan

Hasil Penelitian Hasil analisis rata-rata penurunan suhu pada


0
kelompok tepid water sponge yaitu 0,993 C,

sedangkan pada kelompok kompres hangat yaitu


0
0,54 C. Hasil penelitian diuji dengan paired-samples

t-test dan independent samples t-test didapatkan hasil


p=0,0001 (p<0,05). Ada perbedaan efektivitas metode
tepid water sponge Dan kompres hangat terhadap
pengaturan suhu tubuh pada anak Usia balita dengan
demam

Pembahasan Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan


kelompok yang rentan terhadapgangguan kesehatan
sehingga membutuhkan perhatian dan pemantauan
o
suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5 C
sampai 37,5 C. Demam merupakan kondisi terjadinya
0
kenaikan suhu tubuh hingga >37,5 C (Setiawati,

2009). Pengukuran suhu dilakukan dengan


menggunakan termometer air raksa karena
termometer tersebut tidak bergantung pada
sumber energi apapun sehingga pengukuran dengan
cara yang benar akan selalu sama ketepatannya
(Handy, 2016). Kompres adalah salah satu tindakan
non farmakologis untuk menurunkan suhu tubuh bila

anak mengalami demam. Ada beberapa macam


kompres yang bisa diberikan untuk
menurunkan suhu tubuh yaitu tepid water sponge dan
kompres air hangat (Dewi, 2016). Studi pada
kelompok tepid water sponge didapatkan hasil terjadi
penurunan rata-rata suhu setelah dilakukan tindakan.
0
Rata-rata suhu tubuh sebelum tindakan yaitu 38,61 C

atau dibulatkan menjadi 38,6 C dan rata-rata suhu 30


menit setelah dilakukan tindakan kompres tepid water
0
sponge yaitu 37,61 C atau dibulatkan menjadi 37,6 C.

Hasil penelitian ini menyatakan terjadi penurunan


rata-rata setelah dilakukan tindakan kompres tepid
water sponge, senada dengan hasil penelitian
Bartolomeus Maling yang menyatakan ada pengaruh
kompres tepid water sponge terhadap penurunan suhu
tubuh anak
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai