Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PROFESI KEPERAWTAAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIARE”

Siklus Keperawatan Anak

Disusun Oleh:

KELOMPOK A

Rania Suilia

2041312027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian

pada bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2015). Diare adalah buang air besar

sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair (Brandt, et al,

2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang sulit untuk ditanggulangi

Menurut Brandt et al (2015), penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri,

virus, parasit), gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti

penyerapan karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan basi,

beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut dan

terkejut. Penyebab lain dari diare adalah rotavirus, kualitas air minum, kebersihan

dan sanitasi (Gul R, Hussain, Ali W,et al, 2017). Diare berdampak buruk jika tidak

diatasi. Apabila diare tidak teratasi, maka dapat menimbulkan kejang, gangguan

irama jantung sampai pendarahan di otak, apabila dehidrasi (kekurangan cairan

tubuh) berat bisa menyebabkan kematian (Barr & Smith, 2014).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memaparkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.A yang

berusia 4 tahun 9 bulan dengan Diare di sei kerjan muara Bungo tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada anak dengan diare

b. Memaparkan tentang hasil analisis pada anak dengan diare

c. Memaparkan tentang rencana intervensi keperawatan pada anak dengan

diare

d. Memaparkan tentang implementasi keperawatan pada anak dengan diare

e. Memaparkan tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

2
C. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberika asuhan keperawatan

pada anak dengan diare

2. Bagi keluarga kelolaan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan agar

mengerti tentang diare dan paham tentang pencegahan dan tindakan apa yang

dilakukan ketika ada kejadian yang sama terulang lagi

3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Hasil kelolaan kasus diharapakan meningkatkan wawasan mahasiswa profesi

ners tentang asuhan keperawatan pada anak dengan diare

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

A. Definisi

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat

kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan

frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14

hari (Tanto dan Liwang, 2014). Diare menurut WHO adalah suatu penyakit yang

di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai

mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya,

yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat di sertai dengan muntah

atau tinja yang berdara.Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang

abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang

menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang

hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi.

Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus

(enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya

diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala

kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien

mengalami kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana

pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi

buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak

dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah,

atau lendir saja.

B. Klasifikasi

Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi

diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi

4
menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun kolera).

Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare kronik.

1. Diare akut

Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti

secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula

menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua

umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil.

Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.

Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang

disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki

manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau

khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB

dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak.

Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan kedalam

diare akut.

2. Diare kronis

Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non

spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,

virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non

spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan

menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.

Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14

hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih

ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering

berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari

14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.

5
C. Etiologi

1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang

masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan

intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan

dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor

menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan

akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

2. Faktor makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan

dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi,

beracun, dan alergi terhadap makanan.

3. Faktor malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan

tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga

terjadilah diare.

1. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltose, dan

sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.

2. Malabsorbsi lemak.

3. Malabsorbsi protein.

4. Faktor psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang dapat

mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

6
D. Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab diare ialah yang pertama gangguan osmotik,

akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak bisa diserap akan mengakibatkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua karena rangsangan tertentu (misalnya toksin) di dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan

motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga terjadi diare sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga terjadi, akibat

masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, selanjutnya

mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang

kemudian akan menimbulkan diare.

E. Manifestasi Klinis

1. Diare akut

 Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

 Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,

rasa tidak enak, nyeri perut

 Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut

 Demam

2. Diare kronik

 Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

 Penurunan BB dan nafsu makan

 Demam indikasi terjadi infeksi

7
 Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut`Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan yang bisa dilakukan yaitu :

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme

penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah

sel darah putih.

3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah.

4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

5. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan posfat

G. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

4. Hipoglikemia.

5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

8
H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang

perlu diperhatikan:

1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl,

isotonic, infuse RL

2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang

dikeluarkan.

3) Jalan masuk atau cairan pemberian

a) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan

diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan

NaHCO3, KCL, dan glukosa.

b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)

selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai

beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat

ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan

sesuai dengan umur dan berat badannya.

4) Jadwal pemberian cairan

Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali

status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan. Identifikasi

penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare,

obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.

b. Pengobatan dieretic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan

kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula yang

mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh, misalnyta

LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah padat (bubur) atau

makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena dirumah

tidak biasa. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang

9
ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak

yang berantai sedang atau tidak jenuh.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Bila dehidrasi masih ringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah

pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila

tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air

matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula

pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau

minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per

oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer

Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting

diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada

jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.

b. Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui

kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang

masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:

(1) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set

infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol

infuse waktu memantaunya.

(2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.

(3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih

sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.

(4) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk

mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.

(5) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan

makan lunak atau secara realimentasi.

10
Rencana pengobatan A

Digunakan untuk:

a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi

b. Meneruskan terapi diare dirumah

c. Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:

a. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

b. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi

c. Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari

*Jika akan diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang

diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.

11
Cara memberikan oralit:

1. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.

2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua.

3. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit

(misalnya sesendok tiap 1-2 menit).

4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk

memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali

kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.

Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai

yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Tabel 2.2 Pemberian Oralit (Sumber: MTBS, 2015)

Umur 1 - < 2 tahun 2 - < 5


≤4 bulan 4 - ≤ 12 bulan
tahun
Berat < 6 kg 6 -< 10 kg 10 - < 12 kg 12- 19 kg

Jumla 200 -400ml 400-700ml 700 - 900 900-1400ml

h ml
a. Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas.

2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga

100-200 ml air matang selama periode ini.

b. Tunjukan cara memberikan larutan oralit

1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas

2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit . Kemudian berikan lagi lebih lambat.

3) Lanjutkan ASI selama anak mau

c. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

1) Umur <6 bulan: 10 mg/hari

2) Umur ≥6 bulan: 20 mg/hari

d. Setelah 3 jam

1). Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya.

12
2). Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan pengobatan.

3). Mulai memberi makan anak.

f. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai

1). Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah

2). Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk

menyelesaikan 3 jam pengobatan.

3). Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi

4). Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).

Rencana terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan:

a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit

melalui mulut sementara infuse dipersipakan. Beri ml/kg cairan Ringer

Laktat atau jika tersedia, gunakan cairan NaCl yang dibagi sebagai berikut:

Tabel 1.3 Pemberian cairan (Sumber: MTBS, 2015)

Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 mg Berikut 70 mg
ml/kg selama ml/kg selama
Bayi (dibawah umur 1 jam 5 jam
12 bulan)
Anak(12 bulan sampai 5 tahun) 3 menit 2 jam
a. Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak teraba Periksa

kembali anak setiap15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih

cepat.

b. Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya

sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.

c. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasi dehidrasi

dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

d. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk

pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).

e. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara

meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan

menuju klinik.

13
f. Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk rehidrasi, mulailah

melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri

20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).

g. Periksa kembali anak setiap1-2 jam:

1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih

lambat.

2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk

pengobatan intravena.

i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasi dehidrasi. Kemudian

tentukan rencana terapi sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan.

Pemberian Probiotik Pada Penderita Diare

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen

makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada penderita dengan

memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus, akan terjadi peningkatan

kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen. Saluran cerna. Probiotik dapat

meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga meningkatkan respons

imun alami (innate immunity). Probiotik menghasilkan ion hidrogen yang

menurunkan pH usus dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat

pertumbuhan bakteri pathogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah

satu terapi suportif diare akut. Hal ini berdasarkan perannya dalam menjaga

keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare. Probiotik

aman dan efetif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada anak.

Kebutuhan nutrisi

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga

masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan

bertambah jika, pasien mengalami muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini

menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak

lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi. Pada pasien yang menderita

malabsorbsi pemberian jenis makan yang menyebabakan malabsorbsi harus

14
dihindarkan. Pemberian makanan harus mempertimbangkan umur berat badan

dan kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah

bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada saat

masih diare, dan minum teh. Besoknya jika kondisinya telah membaik boleh diberi

wortel, daging yang tidak berlemak

I. Pathway Diare

15
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian Keperawatan

a.  Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun

pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11

bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,

hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak

yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai

terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan

kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.

Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan

perawatannya .

b. Keluhan Utama

Biasanya BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau

lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu

pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare

berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit

menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang

dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah

dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara

pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi

makanan, kebiasan cuci tangan,

16
f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,

lingkungan tempat tinggal.

h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan

 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg

(rata - rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun

kedua dan seterusnya.

 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan

gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah

 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2) Perkembangan

 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

2. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum

normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit

atau kelihatan bisa minum

17
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/

24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami

stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap

tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan

kemudian menerima

k. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi

 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat,

pcO2 meningkat, HCO3 menurun )

 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

3. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan

18
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Kekurangan Setelah dilakukan Fluide management
volume cairan tindakan keperawatan - Timbang
berhubungan selama 3 x 24 jam, popok/pembalut jika
dengan output diharapkan kebutuhan diperlukan
berlebih cairan dan elektrolit - Pertahankan catatan
dalam tubuh pasien intake dan output
dapat teratasi dengan yang akurat
kriteria hasil: - Monitor status hidrasi
- Input dan output (kelembaban
cairan elektrolit membran mukosa,
seimbang. nadi adekuat, tekanan
- Menunjukkan ortostatik), jika
membran mukosa diperlukan
lembab dan turgor - Monitor vital sign
jaringan normal. - Kolaborasikan cairan
IV
- Monitor status nutrisi
- Dorong masukan oral
- Kolaborasi dengan
dokter.

Hypovolemia
Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan 2.
Monitor tingkat HB
dan hematokrit
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
2 Gangguan nutrisi Setelah dilakukan Nutrition management
kurang dari tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam, makanan
berhubungan diharapkan kebutuhan - Kolaborasi dengan
dengan intake nutrisi pasien dapat ahli gizi untuk
makanan yang teratasi dengan kriteria menentukan jumlah
tidak adekuat hasil: kalori dan nutrisi
- Berat badan ideal yang dibutuhkan
sesuai dengan pasien
tinggi badan - Anjurukan pasien
- Tidak ada tanda- untuk meningkatkan
tanda malnutrisi intake IV
- Menunjukan - Anjurkan pasien

19
peningkatan fungsi untuk meningkatkan
pengecapan dari protein dan vitamin C
menelan - Berikan substansi
- Tidak terjadi gula
penurunan berat - Monitor jumlah
badan yang berarti nutrisi dan kandungan
kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor kadar
albumin, total protein,
HB, dan kadar HT
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3 Kerusakan Setelah dilakukan Pressure Management
integritas kulit tindakan keperawatan - Anjurkan pasien
berhubungan selama 3 x 24 jam, untuk menggunakan
dengan diharapkan kerusakan pakaian yang longgar
kelembapan integritas kulit pasien - Jaga kebersihan kulit
dapat teratasi dengan agar tetap bersih dan
kriteria hasil: kering
- Integritas kulit - Mobilisasi pasien

20
yang baik bisa ( ubah posisi pasien)
dipertahankan setiap 2 jam sekali
(sensasi, elastisitas, - Oleskan lotion atau
temperatur, hidrasi, minyak/baby oil pada
pigmentasi) daerah tertekan
- Tidak ada luka atau - Monitor aktivitas dan
lesi pada kuli mobilisasi pasien
- Perfusi jaringan - Memandikan pasien
baik dengan sabun dan air
- Menunjukkan hangat
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidere
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

21
BAB III
LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa : Rania Suilia

NBP : 1941312083

Tempat Praktek : Lingkungan sekitar Puskesmas Nanggalo


Tanggal Pengkajian : 11 November 2020
Tanggal Klien Masuk: -
No. RM :-

1. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. S
BB/TB : 13kg/ 89 cm
TTL/Usia : 01 Oktober 2017 / 3 tahun 1 bulan 12 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : Belum Sekolah
Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Ibu : Ny. H
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Kuliah
Alamat : Rakik 2
Diagnosis Medis : Diare

2. KELUHAN UTAMA
Ibu Pasien menyatakan sejak 4 hari yang lalu mengeluhkan mencret, sakit
perut, frekuensi BAB 4-5x dalam sehari, konsistensi encer kadang berair, ibu
pasien mengatakan anaknya susah untuk makan, untuk mual dan muntah tidak
ada

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Ibu mengatakan anak mencret, anak mengeluh sakit perut, tidak selera makan,
RR : 22 x/menit, N : 108 X/menit dan suhu : 37 ◦C, TD; 90/60 mmhg. Ibu
pasien mengatakan bahwa anaknya suka makan es cream dan makan
semangka. Lalu hari itu juga anaknya mencret, mencret sudah 4 hari.

22
4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal : Ibu mengatakan, pada saat hamil tidak mengalami masalah,
Ibu kontrol kepada bidan di puskesmas dan dokter spesialis secara teratur
selama masa kehamilan.
b. Intranatal : ibu mengatakan bayi dilahirkan di puskesmas, lahir dengan
normal dengan BBL 2.800 gr.
c. Postnatal : ibu mengatakan, bayi tampak sehat, menagis dengan kuat.
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
a. Penyakit yang diderita sebelumnya : Demam, Batuk pilek.
b. Pernah dirawat di RS : Belum pernah
c. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : Paracetamol,OBH sirup,vitamin
d. Alergi : Tidak ada
e. Kecelakaan : Tidak ada
f. Riwayat Imunisasi : Pasien sudah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu mengatakan anak pertama dan kedua lahir dengan cukup bulan
 Genogram
1. Struktur keluarga

: laki-laki
: perempuan
: Pasien

7. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


1. Kemandirian dan bergaul :
An. A belum bisa mengambil makanan seperti menyiapkan nasi dan lauk,
gosok gigi tanpa bantuan, paham bermain ular tangga.
2. Motorik Kasar :
An. A sudah bisa berdiri 1 kaki selama 6 detik, berjalan dengan tumit ke
jari kaki, berdiri 1 kaki selama 5 detik, berdiri 1 kaki selama 4 detik
3. Motorik Halus :
An.A belum bisa mengambar orang 6 bagian, kurang bisa mencontohkan
gambar, bisa memilih garis yang lebih panjang

23
4. Kognitif dan bahasa :
An. A belum bisa mengartikan 5 kata, belum bisa mengetahui 3 sifat, bisa
menyebutkan 4 warna dan menunjukkannya

5. Psikososial :
An. A berada pada tahap usia pra sekolah dimana An. A menunjukan
imajinasi seperti meniru apa yang dilakukan orang dewasa seperti
berpakaian, Mengambil makan tanpa bantuan dan melakukan pekerjaan
rumah.

8. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh klien : Ibu
b. Hubungan dengan anggota keluarga :Klien memiliki kedekatan
dengan keluarga inti, saling menyayangi sesama saudaranya
c. Hubungan dengan teman sebaya : Klien memiliki teman sebaya di
lingkungan rumah.
d. Pembawaan secara umum : seperti anak normal biasa
e. Lingkungan rumah : Rumah permanen, jamban di
dalam rumah, sumber air sumur dan sampah rumah tangga di bakar.

9. DATA LINGKUNGAN :
Rumah permanen, keadaan rumah bersih, ventilasi ada setiap di pintu dan
jendela, jendela selalu di buka, makanan di simpan di lemari makanan,
sampah di kumpul dan dibakar, sumber air dari sumur.

10. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : sedang
b. BB/TB : 15kg/ 105 cm
c. Kepala
1) Lingkar kepala: 58 cm
2) Tidak ada pembengkakan di kepala
3) Rambut
 Kebersihan : Baik
 Warna : Hitam
 Tekstur : Halus
 Distribusi rambut : lebat
 Kuat/mudah tercabut : Kuat
d. Mata
 Simetris: Simetris kiri dan kanan

24
 Sklera: Tidak Ikterik
 Konjungtiva: Anemis
 Tidakada nyeri tekan
 Tidak ada pembengkakan pada daerah mata
e. Telinga:
 Simetris: Kiri dan Kanan
 Tidakada pembengkakan
 Tidak ada nyeri tekan
 Tidak ada cairan/nanah
 Serumen: Tidak ada kelainan
f. Hidung:
 Septum simetris: Tidak ada deviasi septum
 Secret: tidak Ada
 Polip: Tidak ada
g. Mulut :
 Kebersihan: bersih
 Warna bibir: Pink
 Kelembapan: Kering
 Lidah : Bersih
 Gigi : ada gigi berlubang sebanyak 4 buah, ada caries
h. Leher
 Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
 Kelenjer getah bening : Tidak ada pembengkakakan
 JVP : Tidak ada kelainan
i. Dada
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada( -)
 Palpasi : tidak ada pembengkakan
j. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : teraba denyut apical di RIC 4 garis midklavikula
 Auskultasi :reguller, mur-mur(-), gallop(-).
k. Paru-paru
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Tidak ada pembengkakan
 Perkusi : sonor di lapang paru
 Auskultasi : Bronkovesikuler
l. Abdomen
 Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

25
 Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus hiperaktif (30x/ menit)
m. Punggung :
Bentuk : tidak ditemukan kelainan (normal)
n. Ekstermitas:
 Kekuatan : kuat,
 tonus otot : Ada
 Akral hangat, CRT <3 detik
o. Genitalia : tidak di kaji
p. Kulit :
 Warna : agak pucat
 Tugor : sedang
 Integritas : tidak ada luka
 Elastisitas : baik

11. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN


 Status Gizi : 15kg/ 105 cm (BERAT BADAN/TINGGI BADAN)
 Berdasarkan Kemenkes
a. BB/U:1 SD = gizi baik
b. TB/U: 1SD = Normal
c. BB/TB : 1SD = Normal

11. PEMERIKSAAN CAIRAN


 Intake : minum _+5 gelas/hari
 output :
 BAK -+ 5-6 x/hari
 BAB 3-4 X /hari, konsistensi encer, kadang berair

12. PEMERIKSAAN SPIRITUAL


Klien sudah mulai diajarkan keluarga untuk shalat dan berdoa

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG:


a. Laboratorium : tidak ada
b. Rontgen : tidak ada
c. Lain-lain : tidak ada

14. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan sebelum sakit Setelah sakit

26
1. Makan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk
Frekuensi 3 kali sehari Frekuensi 2/3 kali
Porsi habis Porsi 1/2
2. Minum Air putih 8 gelas, susu 1 Air putih 4 gelas, air teh
gelas ½ gelas
3. Tidur 8-10 jam tidur malam Sering terbangun karena
1-2 jam tidur siang ingin BAB dan rasa tidak
nyaman diperut.
4. Mandi Mandiri Dibantu orang tua
5. Eliminasi Mandiri, frekuensi 1 kali Dibantu , frekuensi BAB
sehari 4-5 kali sehari
6. Bermain Bermain sepeda, Sering rebahan
sepakbola, mencoret
buku,melompat, berlari
larian

ANALISA DATA
No Data Patofisiologi Masalah
1. DS: Terpapar pada Diare
 ibu mengatakan anak kontaminan
mencret, frekuensi BAB 3-4
kali/ hari
 Ibu klien menyatakan anak
suka makan jajan jajanan di
luar, dan sebelum makan
tidak mencuci tangan
DO:
 Bising usus hiperaktif 18 x/
menit
 An.A merasa kadang nyeri di
perut
 BAB konsistensi encer
kadang cair dan berlendir
2. DS : kehilangan volume Resiko defisit volume
 ibu mengatakan anak cairan secara aktif cairan
mencret, frekuensi BAB 3-4 /Out put berlebihan
kali/ hari

DO:
 Anak tampak lemas
 Turgor kulit sedang
 Mukosa bibir agak kering
 RR : 22x/menit
 Nadi:108 x/ menit
 Suhu : 37◦ C
 TD ; 90/60 mmhg

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA)


1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif/ out put berlebihan

27
B. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Diare berhubungan dengan  Keseimbangan Diare Management
Iritasi gastrointestinal cairan  Kelola pemeriksaan
Definisi :  Keseimbangan kultur sensitivitas
Pengeluaran feses yang elektrolit feses
sering, lunak dan tidak Setelah dilakukan  Evaluasi
berbentuk tindakan keperawatan pengobatan yang
selama 2X 24jam diare berefek samping
pasien teratasi dengan gastrointestinal
kriteria hasil:  Evaluasi jenis intake
 Tidak ada diare makanan
 Feses tidak ada  Monitor kulit
darah dan sekitar perianal
mukus terhadap adanya
 Nyeri perut tidak ada iritasi dan ulserasi
 Pola BAB normal  Ajarkan pada
 Elektrolit normal keluarga
 Asam basa normal penggunaan obat
 Hidrasi baik anti diare
(membran mukosa  Instruksikan pada
lembab, tidak panas, pasien dan keluarga
vital sign normal, untuk mencatat
hematokrit dan urin warna, volume,
output dalam batas frekuensi dan
normaL konsistensi feses
 Ajarkan pada
pasien tehnik
pengurangan stress
jika perlu
 Kolaburasi jika
tanda dan gejala
diare menetap
 Monitor hasil Lab
(elektrolit dan
leukosit)
 Monitor turgor
kulit, mukosa oral
sebagai indikator
dehidrasi
 Konsultasi dengan
ahli gizi untuk diet
yang tepat
2 Resiko defisit volume cairan Status nutrisi : Asupan Fluid management
berhubungan Makanan dan Cairan  Timbang
dengan kehilangan volume Setelah dilakukan popok/pembalut jika
cairan secara aktif /out put tindakan keperawatan diperlukan
berlebihan selama 2X 24jam resiko  Pertahankan catatan
defisit volume cairan intake dan output
pasien teratasi dengan yang akurat
 Monitor status
Kriteria Hasil : hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan membran mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat,
dengan usia dan BB, tekanan darah
BJ urine normal, HT ortostatik ), jika
normal diperlukan

28
 Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
suhu tubuh dalam  Monitor masukan
batas normal makanan / cairan
 Tidak ada tanda dan hitung intake
tanda dehidrasi, kalori harian
Elastisitas turgor  Monitor status
kulit baik, membran nutrisi
mukosa lembab,  Berikan cairan
tidak ada rasa haus  Dorong masukan
yang berlebihan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack
( jus buah, buah
segar )
 Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk

D. Catatan Perkembangan
No . Hari / Implementasi Evaluasi Paraf
DX TGL Perawat
Kep
I Rabu  Mengevaluasi jenis intake makanan S:
11/11- seperti makanan apa yang di makan  Ibu mengatakan anak masih
2020 klien apakah cukup mencret
Pukul karbohidrat,lauk maupun sayurnya
 Ibu menyatakan frekuensi
dan seberapa banyak yang di
:10.30 BAB 3x/hari, konsistensi
makan
wib  Mengajarkan pada keluarga tidak terlalu encer
penggunaan obat anti diare O:
 Menyarankan pada keluaga untuk  Turgor kulit sedang
mencatat warna, volume, frekuensi  Mukosa mulut agak kering
dan konsistensi feses
 Melihat turgor kulit dengan
A: Masalah diare teratasi
menarik kulit perut sedalam ± 2 cm
selama 3 detik dan dilepaskan sebagian
apakah kembali lambat atau tidak,
P: Intervensi dilanjutkan
serta mukosa bibir apakah kering
sebagai indikator dehidrasi  Instruksikan pada pasien dan
keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi feses
 Monitor turgor kulit, mukosa
oral sebagai indikator
dehidrasi
II Rabu  Menganjurkan keluarga S :
11/11- Mempertahankan catatan intake  Ibu klien menyatakan anak
2020 dan output yang akurat minum 5 gelas/ hari dan
Pukul  Mengukur vital sign makan habis setengah porsi
10.30  Menganjurkan keluarga O:

29
wib memberikan minum yang cukup (2  RR 20x/menit
L/hr)/ Dorong masukan oral  Suhu 36.5C
 Menyarankan keluarga untuk  Nadi; 108 x /menit
membujuk anak agar mau makan  TD;90/60 mmhg
 Memberikan informasi kepada  Mukosa mulut kering
keluarga mengenai takaran/ cara
pemberian oralit secara benar A: Masalah Belum Teratasi
sebagai pengganti cairan yang Resiko defisit volume cairan
keluar
P: Intervensi Dilanjutkan
 Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
 Monitor vital sign
 Berikan cairan/ Dorong
masukan oral
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan

I Kamis  Instruksikan pada pasien dan S:


12/11/ keluarga untuk mencatat warna,  Ibu mengatakan mencret
2020 ; volume, frekuensi dan konsistensi anak sudah mulai
14.30 feses berkurang
 Monitor turgor kulit, mukosa oral  Ibu menyatakan frekuensi
sebagai indikator dehidrasi BAB 3x/hari, konsistensi
tidak encer
O:
 Turgor kulit sedang
 Mukosa mulut lembab

A: Masalah diare teratasi


sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
 Anjurkan pada keluarga
untuk melanjutkan
penggunaan obat anti diare
 Instruksikan pada pasien
dan keluarga untuk
mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi
feses
 Monitor turgor kulit,
mukosa oral sebagai
indikator dehidrasi
II Kamis  Mempertahankan catatan intake S :
12/11/ dan output yang akurat  Ibu klien menyatakan anak
2020 ;  Memonitor vital sign sudah mau minum lebih
14.30  Memberikan cairan/ Dorong banyak minum 7 gelas/
masukan oral hari dan makan habis
 Mendorong keluarga untuk setengah porsi
membantu pasien makan

30
O:
 RR 20x/menit
 Suhu 37C
 Nadi; 98 x /menit
 TD;90/65 mmhg
 Mukosa mulut lembab

A: Masalah Resiko defisit


volume cairan teratasi

P: Intervensi Dilanjutkan
 Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
 Monitor vital sign
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Jumat  meberikan informasi pada S:
13/11/ keluarga tentang kondisi,dan  Keluarga menyatakan
2020 ; kemajuannya dengan cara yang bersedia mencuci tangan
tepat
10.00 sebelum memulai
 Mendiskusikan perubahan gaya
menyiapkan makanan
hidup yang mungkin diperlukan
O:
untuk mencegah komplikasi di
 Keluarga bisa
masa yang akan datang dan atau
mempraktekan cara cuci
proses pengontrolan
tangan yang benar
penyakit( seperti cuci tangan)
A : masalah kurang
pengetahuan teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
 Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit

31
15

32
Interprestasi DDST pada Anak A :
 Motorik kasar :
 Sudah mampu berdiri 1 kaki 6 detik
 Sudah agak sedikit bisa berjalan tumit ke jari kaki
 Sudah mampu berdiri 1 kaki 5 detik
 Sudah mampu berdiri 1 kaki 4 detik
 Bahasa :
 Sudah belum bisa mengartikan 7 kata
 Belum bisa mengetahui 3 sifat
 Bisa menyebutkan 4 warna
 Motorik halus :
 Belum bisa mengambar orang dengan benar
 kurang bisa mencontoh gambar
 Bisa memilih garis yang lebih panjang
 Personal sosial :
 belum bisa mengambil makanan seperti menyiapkan nasi dan
lauk,
 Sudah bisa Bermain ular tangga atau kartu
 Sudah bisa menggosok gigi tanpa bantuan

33
34
35
36
37
38
Status gizi An.A berdasarkan CDC

Rumus : BB yang ada/ BB normal per50%til x 100%

13/15.5 x 100 = 83,87 (Kurus)

TB/Umur = 109

BB/Umur = 20

39
LINK VIDEO YOUTUBE :

PENGKAJIAN MTBS : https://youtu.be/sa00fyJIHLg

DENVER II : https://youtu.be/deBcF424z1E

40

Anda mungkin juga menyukai