Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PROFESI KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.N DENGAN DEMAM”

OLEH

DEANISA HASANAH
2041312034

KELOMPOK A

PROGRAM STUDI PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan bentuk pertahan tubuh terhadap masalah


yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya,
tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada
anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012)
Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi
atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya
menjadi pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik
(Nurdiansyah, 2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan
reaksi yang menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat
terjadi kenaikan suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi
sehingga terjadi demam atau menunjukan adanya proses inflamasi
yang menimbulkan demam (Arifianto, 2012). Protokol Kaiser
Permanente Appointment and Advice Call Center mendefinisikan
demam yaitu temperatur rektal diatas 38°C, aksilar 37,5°C dan diatas
38,2°C dengan pengukuran membrane tympani.

Demam sebagian disebabkan karena infeksi atau virus.


Namun data menunjukan bahwa justru sebagian besar tenaga medis
mendiagnosisnya sebagai infeksi bakteri (Sodikin dalam Jannah,
2015). Penyebab demam menurut Valita (2008) yaitu demam yang
berhubungan dengan infeksi sekitar 29-52% sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12%
dengan penyakit lain. Penyebab demam terbanyak di
Indonesiaadalah penyakit infeksi, dimana penyakit infeksi menjadi
penyebab demam sebesar 80%, yaitu infeksi saluran kemih, demam
tifoid, bakteremia, tuberkulosis serta otitis media. Penyebab tersebut
akan menimbulkan dampak apabila tidak diberikan penanganan yang
tepat pada demam tersebut (Pediatri, 2008).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan
tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal
ini dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat
dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan
keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan
menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan
penurunan kesadaran (Maharani dalam Wardiyah, 2016).
Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat
berupa infeksi lokal atau sistemik. Oleh karena itu demam harus
ditangani dengan benar karena terdapat beberapa dampak negatif
yang ditimbulkannya (Kalbaca dalam Dewi, 2016). Dampak yang
ditimbulkan demam dapat berupa penguapan cairan tubuh yang
berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Orang tua
banyak yang menganggap demam berbahaya bagi kesehatan anak
karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner dalam
Dewi, 2016). Perawat sangat berperan untuk mengatasi demam
melalui peran mandiri maupun kolaborasi. Untuk peran mandiri
perawat dalam mengatasi demam bisa dengan memberikan kompres.
Metode kompres merupakan metode yang lebih baik untuk
menurunkan suhu tubuh (Kolcaba dalam Dewi, 2016).
Penanganan yang biasa dilakukan pada kasus anak dengan
demam/febris untuk menurunkan suhu tubuh anak meliputi
pemberian antipiretik (paracetamol, ibuprofen), pemasangan infus
dan lain-lain. Selain penanganan secara medis tindakan yang dapat
dilakukan untuk menurunkan suhu yaitu pemberian kompres.
Menurut Swardana, dalam Purwanti (2017) mengatakan bahwa
menggunakan air dapat memelihara suhu tubuh sesuai dengan
fluktuasi suhu tubuh pasien. Kompres hangat dapat menurunkan suhu
tubuh melalui proses evaporasi.
Menurut Dewi (2016) kompres yang diberikan pada anak
demam yaitu kompres hangat karena dengan kompres hangat yang
diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau
penguapan panas tubuh. Dengan kompres air hangat menyebabkan
suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami
vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan
suhu tubuh.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif
karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah
yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak (Ayu, 2015).
Kebutuhan nyaman merupakan kebutuhan fisiologis mengenai
kenyamanan dan keamanan terkait tubuh pasien. Pada kasus anak
demam dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nyaman ini akan
diterapkan pemberian kompres. Pemberian kompres bertujuan untuk
menurunkan suhu tubuh anak agar kebutuhan dasar manusia dalam
hal ini kebutuhan nyaman terpenuhi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Anak
dengan Demam di komunitas
2. Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian pada Anak dengan Demam di
komunitas
b. Mampu merumuskan diagnose pada Anak dengan Demam di
komunitas
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Anak dengan
Demam di komunitas
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Anak
dengan Demam di komunitas
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Anak dengan
Demam di komunitas
f. Mampu memberikan Terapi bermain sesuai tumbuh kembang
pada Anak
g. Mampu memaparkan analisis hasil asuhan keperawatan pada
Anak
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan demam.
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil kelolaan kasus ini diharapakan meningkatkan wawasan
mahasiswa profesi ners tentang asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak dengan demam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Demam

Demam atau biasa disebut hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu
tubuh melebihi titik tetap (set point) yaitu lebih dari 37,5°C yang biasanya
diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih banyak
panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Wong, 2009). Demam
adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh
ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C), biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015). Ikatan Dokter
Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara
36,5°C sampai 37,5°C.
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam antara lain ::

a. Demam septic, yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
b. Demam remiten, yaitu suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu
yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten, yaitu suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu, yaitu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik, yaitu terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
2. Etiologi
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3
yaitu:

a. Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen, misalnya
kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh.
Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai
cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh (Widjaja, 2008).
Contoh infeksi yang menyebabkan demam antara lain infeksi virus (cacar,
campak dan demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis)
(Febry dan Marendra, 2010). Demam non infeksi

b. Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada
tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam
non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif
atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang
disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker
(Widjaja, 2008). Selain itu juga karena gangguan pusat regulasi suhu sentral yang
menyebabkan peninggian temperatur seperti pada heatstroke, perdarahan otak,
koma atau gangguan sentral lainnya (Sodikin, 2012).
c. Demam fisiologis

Demam fisiologis adalah demam yang disebabkan akibat dari adanya


gangguan pada system mekanisme tubuh secara fisiologis maupun dari
lingkungan. Demam dapat terjadi karena kekurangan cairan (dehidrasi),
suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari
(Febry dan Marendra, 2010).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada anak demam adalah :
- Suhu di atas rentang normal (>37,5°C)
- Anak rewel dan gelisah
- Kulit kemerahan dan teraba hangat
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Takikardi
- Sakit kepala
- Menggigil
- Dehidrasi
- Kehilangan nafsu makan
- Keletihan dan kelemahan

4. Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)


anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat
lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit. Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan demam pada anak.

Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera


meningkat dan mendorong vasokontriksi kulit untuk segera mengurangi
pengeluaran panas, kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan
mengakibatkan terjadinya demam (Sherwood, 2014). Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit
T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis
yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. WOC
6. Komplikasi

Demam pada anak dapat meningkatkan terjadinya efek yaitu :

a. Dehidrasi : demam dapat menyebabkan meningkatnya penguapan cairan


tubuh yang berakibat anak akan mengalami dehidrasi.
b. Kejang demam : serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat


berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada
awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang,
serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan
kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pengukuran suhu tubuh

Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai


bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu
oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas
38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan
demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila
suhu diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014). Ikatan Dokter Anak Indonesia
menetapkan suhu tubuh normal untuk anak berkisar antara 36,5°C sampai
37,5°C.
b. Pemeriksaan darah dan cek labor

Pemeriksaan darah dan cek labor dilakukan ketika demam anak tidak
turun dan terjadi selama >3 hari. Hal ini dilakukan untuk melihat jenis
penyakit yang menyebabkan demam, seperti : demam berdarah, demam
typhoid, malaria

8. Penatalsanaan

a. Farmakologis

Antipiretik merupakan obat penurun demam (Potter & Perry, 2010).


Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Antipiretik ini dapat berfungsi menghambat produksi prostaglandin
menyebabkan anak berkeringat dan vasodilatasi. Antipiretik yang sering
digunakan sebagai penurun panas adalah parasetamol.

b. Non Farmakologis

Tindakan non farmakologis adalah tindakan tambahan yang diberikan


setelah pemberian antipiretik terhadap penurunan panas. Tindakan non
farmakologis dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan panas
lewat evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi (Potter & Perry, 2010).
Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan dalam penanganan
demam pada anak antara lain :
1). Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh
darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan/lipatan paha, juga di
bagian luar dan terbuka seperti dahi dan perut. Kompres hangat
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya
membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas
dari tubuh.
2). Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh segar dan
nyaman, air hangat juga sangat baik untuk menghilangkan kuman dan
bakteri di kulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh selanjutnya
gunakan pakaian agar tidak kedinginan

3). Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya menyerap


keringat agar lebih nyaman dan tidak kegerahan.
4). Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk melawan
infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar atau tempat istirahat baik
sehingga kamar tetap bersuhu normal.
5). Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya dehidrasi
(Febry & Marendra, 2010).
B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas : nama anak, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, no.MR, alamat.

b. Keluhan Utama : suhu badan naik, badan terasa panas, pusing kepala, tidak nafsu makan.
c. Riwayat Kesehatan :

- Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5°C), anak rewel, gelisah dan mudah menangis, anak tidak nafsu
makan, keluhan sakit kepala, kelemahan.
- Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Pernah mengalami kejadian demam atuapun kejang sebelumnya, ataupun penyakit lainnya
yang menmbulkan gejala demam seperti ISPA, campak, demam berdarah, demam typhoid,
malaria.
- Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Ada anggota keluarga yang mengalami demam atau penyakit berat dan menular lainnya.
d. Riwayat Imunisasi pada anak : apakah anak menerima imunisasi lengkap atau tidak.
e. Riwayat Nutrisi : pemberian ASI, pemberian susu formula, pola makan dan minum, pola
perubahan nutrisi tiap tahapan usia.
f. Riwayat Tumbuh Kembang : pertumbuhan fisik dan perkembangan tiap tahapan pada anak.
g. Pemeriksaan Fisik :

1) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu.

2) Antopometri : pengukuran berat badan anak, tinggi badan / panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan, IMT.
3) TTV : suhu tubuh di atas rentang normal (>37,5°C), RR meningkat, frekuensi nadi
meningkat.
4) Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut, persebaran rambut, ada/tidaknya lesi pada
kepala.
5) Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera tidak ikterik, ada/tidaknya edema pada mata.
6) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering dan pucat, nafsu makan menurun, mual muntah,
kurang minum.
7) Sistem pernafasan : takipnea, pernafasan cepat dan dalam.
8) Sistem kardiovaskuler : takikardi, frekuensi nadi meningkat, cepat dan lemah.
9) Sistem integumen : warna kulit kemerahan, pucat, turgor kulit menurun, suhu meningkat

>37,50C, akral hangat, capillary refill time memajang >2 detik.


10) Sistem muskuloskeletal : kelemahan pada tonus otot.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia b.d. proses penyakit infeksi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


3. Intervensi Keperawatan

NANDA NOC NIC

Hipertermia berhubungan Termoregulation Temperatur Regulation


dengan proses infeksi Kriteria hasil: Aktivitas :
Batasan Karakteristik : - Suhu tubuh dalam rentan - Monitor suhu minimal tiap
- Kenaikan suhu tubuh normal 2 jam
diatas rentang normal - Nadi dan respirasi dala - Rencanakan monitor suhu
- seranganatau konvulsi rentang normal. secara kontinyu
(kejang) - Tidak ada perubahan warn - Monitor TD, nadi, dan RR
- kulit kemerahan kulit dan tidak pusing. - Monitor warna dan suhu
- pertambahanrespirasi kulit
- takikardi - Monitor tanda-tanda
- saat di sentuh tangan hipertemi dan hipotermi
terasa hangat - Kompres air hangat
- Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik dan antipiretik

Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi Terapi Nutrisi


kurang dari kebutuhan Kriteria hasil: Aktivitas :
tubuh berhubungan dengan - Laporkan nutrisi adekuat - Monitor makanan/cairan
anoreksia - Masukan makanan dan yang dicerna dan hitung
Batasan karakteristik : cairan masukan kalori tiap hari.
adekuat
- Berat badan 20% atau - Tentukan makanan kesukaan
- Energi adekuat
lebih dibawah ideal dengan mempertimbangkan
- Massa tubuh normal
- membran mukosa dan budaya dan keyakinannya.
- Ukuran biokimia normal
konjungtiva pucat - Tentukan
- tonus otot jelek kebutuha
- kelemahan otot yang n pemberian makan melalui
digunakan untuk NGT.
menelan atau - Dorong pasien untuk
mengunyah memilih makanan yang
- dilaporkan atau fakta lunak.
adanya kekurangan - Dorong masukan makanan
makanan tinggi kalsium.
- kram pada abdomen - Kolaborasi dengan ahli gizi
- nyeri abdominal untuk pemberian diit tinggi
dengan atau tanpa nutrisi
patologi - Monitor interaksianak atau
- luka, inflamasi pada orangtuaselama makan
rongga mulut. - Monitor turgor kulit
- Monitor mual muntah
- Monitorkekeringan,rambu
t kusam danmudah patah
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama Mahasiswa : Deanisa Hasanah
NBP : 2041312034
Tempat Pengkajian : Rumah An. N
Tanggal Pengkajian : 10 November 2020
Tanggal klien masuk : -
No. RM :-

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. N


TTL/ Usia : 08 Mei 2016 / 4 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Anak : Belum Sekolah
Anak ke :1
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : S1
Alamat : Dadok Tunggul Hitam
Diagnosis Medis : Demam

II. KELUHAN UTAMA

Ibu klien mengatakan An.N sudah demam sejak 2 hari yang lalu, Ibu
An.N mengatakan badan anak masih terasa agak panas, hari pertama
ibu klien sudah memberikan obat penurun panas yang dibelinya di
apotik yaitu paracetamol syrup (sanmol) yang biasa digunakan saat
anak demam. Ibu An.N mengatakan bahwa An.N tidak ada batuk atau
pilek. An.N demam karena bermain panas-panasan di siang hari
bersama teman-temannya.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1. Prenatal :
- Riwayat gestasi : G2P2A0H2
- HPHT :-
- Pemeriksaan Kehamilan : Bidan
- Frekuensi : Teratur
- Masalah waktu hamil : Tidak ada masalah
- Obat-obatan yang digunakan : Vitamin
- Perokok : Tidak ada
- Alkohol : Tidak mengkonsumsi alkohol

2. Intranatal

- Tanggal persalinan : 08 mei 2016

- BBL/PBL : 3300 gr/ 49 cm

- Usia gestasi saat hamil : 35 minggu

- Tempat persalinan : Rumah Bidan

- Penolong Persalinan : Bidan

- Jenis Persalinan : Normal

- Masalah Persalinan : tidak ada masalah


3. Postnatal : ibu mengatakan, bayi segera menangis pada saat lahir, menangis
dengan kuat dan dalam keadaan sehat. Bayi juga ada diberikan suntikan
imunisasi Hepatitis B serta bayi di susukan segera.

IV. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1O November 2020,
didapatkan An.N masih mengalami demam. Tidak ada ditemukan
kejang dan tanda bahaya umum lainnya.Tidak ada ditemukan batuk
dan sukar bernafas.TTV didapatkan suhu 38 oC, Nadi 90 x/menit,
pernafasan 22 x/menit.
V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu
anaknya pernah demam. Ibu juga mengatakan An.N sering demam jika sering
mengkonsumsi ice cream, minuman dingin, main hujan-hujanan dan bermain
panas-panasan pada siang hari. Ibu mengatakan An. N demam setelah bermain
panas-panasan dengan teman-temannya pada siang hari.
2. Pernah dirawat di RS : Belum pernah
3. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : Paracetamol syrup (Sanmol)
4. Alergi : Tidak ada
5. Kecelakaan : Tidak ada
6. Riwayat Imunisasi :
BCG : ada
DPT : ada
Polio : ada
DPTHB : ada
Campak : tidak ada
Kesimpulan : imunisasi tidak lengkap sesuai usia

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita demam saat ini. Ibu
juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, Dm, atau penyakit menular.

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

1. Motorik kasar :

An. H sudah bisa merangkak pada umur 11 bulan dan bisa berjalan pada
umur 1 tahun.
2. Bahasa
An. H mulai bisa berbicara pada umur 10 tahun dengan bicara ma dan pa
3. Adaptif : motorik halus
An. H sudah mampu mencontohkan gambar, menggambar orang
pada umur 2,5 tahun
4. Personal sosial
An. H sudah mampu menggosok gigi sendiri, berpakaian tanpa bantuan

VIII. RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh klien: Ibu, ayah, nenek dan kakek


2. Hubungan dengan anggota keluarga: An.N memiliki kedekatan
dengan keluarga dan dengan kedua saudaranya
3. Pembawaan secara umum: Seperti anak normal biasa
4. Lingkungan rumah : Rumah permanen, sumber air sumur, dan
sampah rumah tangga di bakar.
IX. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
PB/BB : 103 / 16 kg
1. Kepala
- Lingkar kepala : Normal
- Fontanela anterior : Tertutup
2. Rambut :
- Kebersihan : Baik
- Warna : Hitam
- Tekstur : Halus
- Distribusi rambut : tipis dan ikal
- Kuat/mudah tercabut : Kuat

3. Mata
- Simetris: Simetris kiri dan kanan
- Mata cekung (-)
- Sklera: Tidak Ikterik
- Konjungtiva: Tidak anemis
- Palpebra: Tidak ada oedema palpebra
4. Telinga:
- Simetris: Kiri dan kanan
- Serumen: Tidak ada kelainan
- Tidak ada nyeri telinga
- Tidak ada pembengkakan dibelakang telinga
- Tidak ada cairan/nanah keluar dari telinga
5. Hidung: tidak ada pernapasan cuping hidung
- Septum simetris : Tidak ada deviasi septum
- Secret : tidak ada sputum
- Polip : Tidak ada
6. Mulut:
- Kebersihan : bersih
- Warna bibir : Tidak pucat
- Kelembapan : Kering
7. Lidah : Bersih
8. Gigi : Utuh, tidak ada berlobang, tidak ada peradangan pada
faring dan laring
9. Leher
- Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjer getah bening : Tidak ada pembengkakakan
- JVP : Tidak ada kelainan
10. Dada
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi (-)
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
11. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Auskultasi : reguller, mur-mur(-), gallop(-).
12. Paru-paru
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan,retraksi (-),RR 22x/menit
- Palpasi : Tidak ada pembengkakan
- Perkusi : sonor di lapang paru
- Auskultasi : Bronkovesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-
13. Abdomen
- Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
- Palpasi : hepar teraba 1/3, tepi teraba tajam dan lien tidak teraba
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal
14. Punggung : Bentuk : tidak ditemukan kelainan (normal)
15. Ekstermitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, jari-jari lengkap
16. Genitalia : Tidak ada sakit, tidak ada keluar cairan, tidak ada gatal-gatal
17. Kulit:
- Warna : kemerahan
- Tugor : turgor kulit kering
- Integritas : tidak ada luka
- Elastisitas : baik
X. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN

BB = 16 kg

TB = 103 cm
Status Gzi :

Status gizi berdasarkan CDC yaitu

= BB actual / BB ideal x 100%

= 16 kg / 16 kg x 100 %

= 100%

Interpretasi : Gizi Baik

IMT = 15,1

Standar indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) anak perempuan usia 4 tahun 6 bulan berada pada 0
SD dengan interpretasi : Normal.

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL


An.N mampu bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas kecil yang diberikan dirumah. An.N juga memiliki
rasa bersaing (kompetitif). An.N menyatakan merasa susah untuk bermain dan bergabung dengan temannya. An.N
menunjukkan antusias untuk bermain. Saat dilakukan pengkajian tampak An.N sedikit lesu dan murung.

XII. DATA LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Ny.S adalah rumah dengan bangunan permanen, kondisi rumah bagian depan bersih dan bagian
dapur juga bersih.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Ny. S tinggal di satu rumah dengan rumah lainnya yang berdekatan. Interaksi dan komunikasi
dengan tetangga sekitar berjalan dengan baik. Ny.S menjalin hubungan yang baik dengan tetangga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.S merupakan penduduk asli. Keluarga beradaptasi dengan baik dengan lingkungan
setempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.S dan suami sering berkumpul diruang depan rumah dan sambil berdiskusi dan bercerita. Ny.S juga
sering membawa kedua anaknya untuk bermain di halaman rumah.
XIII. PEMERIKSAAN CAIRAN

BAK ± 5-6 x/hari, bewarna jernih


BAB 1 ×/hari, konsistensi lembek, warna kuning
XIV. PEMERIKSAAN SPIRITUAL
Anak telah diajarkan berdoa dan belajar bacaan dan gerakan solat

XV. PEMERIKSAAN PENUNJANG: -


Program pengobatan :
- Paracetamol syrup (sanmol) 1 ½ sendok takar

XVI. KEBUTUHAN DASAR SEHARI- HARI

No Jenis Kebutuhan Sebelum sakit Saat Sakit


1. Makan Nasi 1 porsi + sayur + Nasi lunak 1/2 porsi+
lauk 3x sehari lauk
2x sehari kebutuhan
2. Minum Air Putih 6-8 gelas Air Putih 6-9 gelas
3. Tidur Malam 6 – 8 jam/hr Malam 6 – 8 jam/hr

Siang 1- 2 jam/hr Siang 1- 2 jam/hr


4. Mandi 2 x sehari 2 x sehari
5. Eliminasi 1 x sehari dengan 1 x sehari dengan
konsistensi lembek, konsistensi lembek,
warna kuning warna kuning
6. Bermain Ya Kadang-kadang

XVII. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

An.N sudah demam sejak 2 hari yang lalu, hari pertama ibu klien sudah memberikan obat penurun panas paracetamol
syrup (sanmol) yang biasa digunakan saat anak demam. BB dan TB An.N yaitu 16 kg dan 103 cm. An.N masih
mengalami demam. Tidak ada ditemukan kejang dan tanda bahaya umum lainnya. Tidak ada ditemukan batuk dan
sukar bernafas, mukosa bibir kering. TTV didapatkan suhu 37,9 oC, Nadi 90 x/menit, pernafasan 22 x/menit. Imunisasi
An. N tidak lengkap. Ibu mengatakan An. N demam karena bermain panas-panasan pada siang hari dengan teman-
temannya.

ANALISA DATA
No Data Patofisiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Dehidrasi Hipertermia
 Ibu An.N mengatakan
anak sudah demam sejak
2 hari yang lalu Tubuh kehilangan
volume cairan
 Ibu An.N mengatakan
badan anak masih terasa
panas Penurunan cairan intrasel
 Ibu An.N mengatakan
pilek dihari ke dua Peningkatan suhu tubuh
 Ibu An.N mengatakan
anak sudah diberi obat
paracetamol syrup Demam

(sanmol)

DO:
 Badan An.N teraba panas
dan ada sekret dihidung
 Kes : CM
 Suhu : 37,9 oC
 Nadi : 90 x/menit
 RR : 22x/menit
 An.N tampak tidak ada
rewel
 Mukosa bibir kering

B. Diagnosa Keperawatan
- Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermia NOC: Pengobatan demam
berhubungan dengan Vital sign Aktivitas keperawatan:
Kriteria Hasil:  Monitor suhu
terpapar lingkungan 1) Temperatur sesering mungkin
panas tubuh dalam  Monitor intake dan
batas normal output
2) Tekanan  Beri pengobatan
nadi untuk mengatasi
radial dalam penyebab demam
batas normal  Kompres pasien pada
3) Frekuensi lipatan paha dan
pernapasan aksila
dalam batas  Tingkatkan sirkulasi
normal udara

Hidrasi Monitor vital sign


Kriteria hasil: Aktivitas keperawatan:
1) Turgor kulit  Monitor Nadi dan RR
baik  Monitor
2) Membran warna dan
mukosa lembab kelembaban
Fluid intake adekuat kulit
Monitor sianosis perifer
D. Implementasi Keperawatan

Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Selasa / 10 November Hipertermia b.d. terpapar - Mengukur suhu An.N (S=37,9 °C) S: Deanisa
2020
lingkungan panas - Menganjurkan ibu untuk - Ibu mengatakan Hasanah
memakaikan anak baju yang ringan An.N masih demam
dan tipis - An. N mengatakan
- Melakukan kompres hangat kepada kepalanya masih
An.N terasa sakit
- Menganjurkan ibu untuk selalu O :
memberikan anak minum air putih - Suhu = 37,9°C
- Menginformasikan ibu untuk - Akral teraba hangat
memberikan paracetamol syirup - Mukosa bibir kering
kepada anak jika demam masih
belum turun. A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
dengan perawatan demam
dan pantau suhu anak
Rabu / 11 november Hipertermia b.d. terpapar - Mengukur suhu An.N (S=37,6°C) - Ibu mengatakan badan Deanisa
2020
lingkungan panas - Menganjurkan ibu untuk anak masih sedikit Hasanah
meningkatkan asupan cairan pada demam
anak dengan lebih banyak minum - An.N mengatakan tidak
air putih. ada pusing di kepala
- Menganjurkan ibu untuk O:
memandikan anak dengan air - Suhu = 37,6°C
hangat - Membran mukosa
- Menganjurkan ibu untuk tampak sedikit kering
meningkatkan nutrisi dan istirahat - An.N sedikit tampak
anak
Menginformasikan ibu untuk lesu A : masalah teratasi
memberikan paracetamol syrup
ketika anak demam.
sebagian

P : intervensi dilanjutkan
Kamis / 12 November Hipertermia b.d. terpapar - Mengukur suhu An.N (S=37,4°C) - Ibu mengatakan badan Deanisa
2020
lingkungan panas - Menganjurkan ibu untuk anak sudah tidak Hasanah
meningkatkan asupan cairan pada demam lagi
anak dengan lebih banyak minum - An.S mengatakan tidak
air putih. ada pusing di kepala
- Menganjurkan ibu untuk O:
memandikan anak dengan air - Suhu = 37,4°C
hangat - Membran mukosa
- Menganjurkan ibu untuk tampak lembab
meningkatkan nutrisi dan istirahat - An.N tidak tampak
anak
- Menginformasikan ibu untuk lesu A : masalah teratasi
memberikan paracetamol syrup
ketika anak demam.
P : intervensi dihentikan
karena suhu anak sudah
- dalam rentang normal
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, dkk. (2013). Nursing Intervention Classification Sixth


Edition. USA : Elsevier.
Febry & Marendra. (2010). Smart Parent Mengatur Menu & Tanggap
Saat Anak Sakit. Jakarta : Gagas Medika.
Herdman, T. Heather. (2018). Nanda Diagnosis Keperawatan : Defenisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Moorhead, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
USA : Elsevier.
Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of Nursing : Concept, Process and
Practice Edisi 7 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Sherwood, L. Z. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8.
Jakarta : EGC. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak.
Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Widjaja. (2008). Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta


: Kawan Pustaka.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta :
EGC.
Dokumentasi :
Lembar Pengkajian MTBS
Link Video Pengkajian MTBS :

https://youtu.be/DkT0izbeXjM
Status Gizi An.N berdasarkan CDC :
Format Pengkajian Denver :
Link Video Pengkajian Denver :
https://youtu.be/MJNIMmXIAgY

Anda mungkin juga menyukai