Anda di halaman 1dari 25

Alur Rujukan dan Rencana Asuhan

Kasus Kompleks

Oleh: Sundari Fatimah, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


PENDAHULUAN

Salah satu kelemahan Rujukan bukanlah suatu


pelayanan kesehatan adalah kukekurangan, tetapi suatu
pelaksanaan rujukan yang tanggung jawab yang tinggi dan
kurang cepat dan tepat. mendahulukan kebutuhan
masyarakat.

Tujuan umum sistem rujukan Tujuan umum rujukan untuk


adalah untuk meningkatkan memberikan petunjuk kepada
mutu, cakupan dan efisiensi petugas puskesmas tentang
pelayanan kesehatan secara pelaksanaan rujukan medis
terpadu (Kebidanan Komunitas). dalam rangka menurunkan AKI
dan AKB.
• Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan
penGERTIAN medis dan rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya
rujukan kesehatan yang dapat bersifat vertikal, horizontal atau
timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya penyembuhan
dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya.

Rujukan Bidan adalah suatu sistem jaringan fasilitas • Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
penyerahan Tanggung Jawab secara timbal-balik atas pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horisontal
ke fasilitas yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan,
maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau
masalah penyakit atau permasalahan kesehatan.

• Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,


tindakan operatif dan lain – lain, disebut Transfer of patien

• Pengiriman bahan atau spesimen untuk pemeriksaan laboratorium


yang lebih lengkap, disebut Transfer of spesimen

• Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli


untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat, disebut
Transfer of knowledge/personel
LANJUTAN
Tanggung jawab Kebidanan Rujukan meliputi : Menerapkan
manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga. Memberikan asuhan kebidanann
melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit.

Sistem rujukan berjenjang justru diciptakan supaya masyarakat dapat


mengakses pelayanan kesehatan dengan lebih mudah. Rujukan
tersebut ditujukan kepada rumah sakit yang memiliki dokter yang lebih
kompeten. Untuk mendapatkan surat rujukan, mula-mula pasien
memeriksakaan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. Bisa berupa
puskesmas, klinik, dokter umum, atau bidan.

Surat rujukan akan diberikan kepada pasien apabila dokter pada faskes
I dengan syarat membawa sejumlah dokumen seperti KK, KTP dan
Kartu BPJS. Ternyata, meminta surat rujukan kesehatan untuk
perawatan lanjutan pada faskes II dapat dilakukan secara daring.
JALUR RUJUKAN

Antara puskesmas
Intern antara Antara masyarakat
pembantu dengan
petugas puskesmas dengan puskesmas
puskesmas pembina

Antara satu Antara puskesmas dengan


puskesmas dengan rumah sakit lain,
puskesmas lain. laboratorium atau fasilitas
kesehatan lain
Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan
berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat
kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan
pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada
Asuhan yang diberikan oleh Bidan Rujukan Terhadap Kelainan Ginekologi
A. Anamnesa Pada anamnesa hal-hal yang perlu B. Pemeriksaan Fisik
ditanyakan: Pemeriksaan ini mencakup:
•Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan, bentuk/
•Riwayat Kesehatan postur tubuh, sistem pernapasan, kardiovaskaler tingkat kesadaran
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini berguna
untuk membantu perawat mengkaji kelompok resiko terjadinya •Pemeriksaan spesifik yaitu: Pemeriksaan payudara Pemeriksaan
penyakit- penyakit gangguan sistem reproduksi inspeksi payudara dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Hal yang
diperiksa : ukuran, simetris, apakah ada pembengkakan, masa retraksi,
•Riwayat Kesehatan Individu dan Keluarga jaringan perut/bekas luka, kondisi puting susu.
Kebiasaan sehat pasien seperti: diet, tidur dan latihan penting - Pemeriksaan abdomen
untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah pasien peminum Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa abdominopelvic.
alkohol, perokok dan menggunakan obat-obat. Massa yang dapat ditemukan pada organ reproduksi, sehingga perlu
dikombinasikan riwayat kesehatan
•Status Sosial Ekonomi - Pemeriksaan genetalia eksternal
Yang perlu dikaji: tempat lahir, lingkungan, posisi dalam keluar, Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan system
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi financial, reproduksi. Posisi pasien saat pemeriksaan genetalia eksternal adalah
sumber stress, agama, aktivitas-aktifitas yang menyenangkan
litotomi. dikaji mencakup adanya tanda-tanda peradangan, bengkak,
akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.
lesi dan pengeluaran cairan dari vagina.
•Riwayat Kesehatan Sekarang - Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali dilakukan
Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan, secara manual dengan jari telunjuk, untuk menentukan lokasi seviks.
pengeluaran cairan/ sekret melalui vagina, ada massa keluhan Lakukan inspeksi serviks, erosi, nodul, massa, cairan pervaginam dan
perdarahan, juga lesi atau luka.
•Fungsi roproduksi
Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi
hampir sama dengan nyeri pada gangguan system
gastrointestinal dan perkemihan
Tahapan Rujukan Maternal
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita 2. Menentukan tempat rujukan

a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang dan kemampuan penderita.
terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan. 3.Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
pelayanan kesehatan tersebut harus dapat dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana
harus dirujuk. rujukan pada saat awal persalinan.
Tahapan Rujukan Maternal
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang 5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

dituju Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang B (Bidan) Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
dirujuk. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,
rujukan. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk infus set, tensimeter dan stetoskop
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim. K (keluarga) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.
S (Surat) Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
O (Obat) Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu


(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
DA (Darah) Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah
apabila terjadi perdarahan
. Tahapan Rujukan Maternal

6. Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan)


Untuk mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita

7. Tindak lanjut penderita :


Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada
tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
Alur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan

Dari kader Dapat langsung merujuk ke:


• Puskesmas pembantu
• Pondok bersalin/bidan desa
• Puskesmas rawat inap
• RS swasta/pemerintah

Dari posyandu Dapat langsung merujuk ke:


Indikasi dan Kontra Indikasi • Puskesmas pembantu
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di • Pondok bersalin/bidan desa
suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang
mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal,
terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin
yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil
dibedakan menjadi:

• Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan
sesegera mungkin karena berhubungan dengan kondisi
kegawatdaruratan yang mendesak.

• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan
persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih
relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal
persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi.
Adapun rujukan sebaiknya Indikasi Rujukan Ibu
tidak dilakukan bila: ➢ Riwayat Seksio Sesaria
➢ Perdarahan pervaginam
•Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan ➢ Persalinan kurang bulan (usia kehanilan kurang
•Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus dari 37 minggu)
memburuk ➢ Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
•Persalinan sudah akan terjadi ➢ Ketuban pecah lama (krang lebih 24 jam)
•Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat ➢ Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
menemani ➢ Ikterus
•Kondisi cuaca atau modalitas transportasi ➢ Anemia berat
membahayakan ➢ Tanda/gejala infeksi
➢ Preeklamsia /hipertensi dalam kehamilan
➢ Gawat janin
➢ Primipara dalam fase aktif persalinan dengan
palpasi kepala janin masuk 5/5
➢ Presentasi bukan belakang kepala
➢ Kehamilan kembar (gemeli)
➢ Syok
Sistem Rujukan Pada Neonatus
Menurut Depkes RI menyatakan bahwa sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis,
proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat
dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada.

A. Jenis rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari rujukan internal dan rujukan eksternal
• Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk
• Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari
puskesmas ke rumah sakit umum daerah)
B. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :
rujukan medik dan rujukan kesehatan

1. Rujukan kesehatan
•Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan
•Rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tingkat dasar di masyarakat melalui
Puskesmas lalu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi, misalnya :
•Penanganan wabah
•Bantuan sarana, misalnya, obat-obatan dan vaksin
•Bantuan teknologi, misalnya, pemeriksaan limbah rujukan medis

2. Rujukan medis
• Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemulihan dan
pengobatan
• Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan dan tindakan
• Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
• Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan pelayanan pengobatan setempat
Sesuai dengan pembagian tingkat perawatan maka unit
perawatan bayi baru lahir dapat dibagi menjadi :
Unit perawatan bayi baru Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama
kegawatan BBL yaitu identifikasi sindroma ganguan nafas,
lahir tingkat III infeksi atau sepsis, cacat bawaan dengan tindakan
segera,ikterus,muntah, pendarahan, BBLR dan diare.

Pada unit ini diperlukan sarana penunjang berupa


Unit perawatan bayi baru laboratorium dan pemeriksaan radiologis serta ketersediaan
tenaga medis yang mampu melakukan tindakan bedah
lahir tingkat ii segera pada bayi.

Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang


Unit perawatan bayi baru ditangani sebagian besar merupakan kasus resiko
tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi
lahir tingkat i baru lahir.
Masalah Rujukan Pada
Neonatus dan Bayi
Pelaksanaan Faktor Bayi :
•Prematur/BBLR (BB< 1750–2000gr)
•Umur kehamilan 32-36 minggu
•Bayi dari ibu DM
● Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan •Bayi dengan riwayat apneu
bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan •Bayi dengan kejang berulang
tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya •Sepsis
•Asfiksia Berat
tidak berdiri sendiri- sendiri namun berada di suatu sistem dan
•Bayi dengan ganguan pendarahan
saling berhubungan •Bayi dengan gangguan nafas
● Tingkat perawatan pelayanan kesehatan : (respiratory distress)
● Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D,
Puskesmas, Rumah Bersalin
● Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS
Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi
● Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B
pendidikan/non pendidikan pemerintah atau swasta

Persiapan, Pelaksanaan Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk
dengan ibu dan keluarganya, karena •Mulai penatalaksanaan dan
rujukan harus medapatkan pemberian obat-obatan sesuai
pesetujuan dari ibu dan/atau indikasi segera setelah
keluarganya. Tenaga kesehatan perlu berdiskusi dengan tenaga
memberikan kesempatan, apabila kesehatan di tujuan rujukan.
situasi memungkinkan, untuk Semua resusitasi, penanganan
menjawab pertimbangan dan kegawatdaruratan dilakukan
pertanyaan ibu serta keluarganya sebelum memindahkan pasien

• Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas •Periksa kelengkapan alat dan


berikut ini (secara langsung ataupun perlengkapan yang akan
melalui faksimili) sesegera mungkin digunakan Untuk merujuk,
dengan mempertimbangkan
• Pastikan ibu yang dirujuk telah juga kemungkinan yang dapat
mengenakan gelang identifikasi. terjadi selama transportasi.

•Selalu siap sedia untuk


• Bila terdapat indikasi, pasien dapat kemungkinan terburuk.
dipasang jalur intravena dengan Nilai kembali kondisi pasien
kanul berukuran 16 atau 18. sebelum merujuk
Syarat untuk melakukan transportasi rujukan
A. Perlengkapan Umum
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik • Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
dibutuhkan Untuk melakukan rujukan tepat waktu (kasus • Tandu (stretcher)
kegawatdaruratan obstetri). Pada dasarnya, perlengkapan yang • Stetoskop
digunakan untuk proses rujukan ibu sebaiknya memiliki kriteria: • Termometer
• Baskom muntah
• Akurat • Lampu senter
• Ringan, kecil, dan mudah dibawa • Sfignomanometer (digital lebih baik)
• Berkualitas dan berfungsi baik
• Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
• Infusion pump (tenaga baterai)
• Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat • Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
percepatan dan getaran • Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
• Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa • Lubrikan steril
kehilangan akurasinya • Larutan antiseptik
• Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika
B.Cairan dan Obat-obatan
digunakan dalam pesawat terbang
• • Ringer Laktat •Ergometrin 0,2 mg/ml
Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa • NaCl 0,9% /Asering •ampul diazepam 10 mg/ampul
mengganggu sumber listrik kendaraan • Cairan koloid •Tablet nifedipin 10 mg
• Soluset atau buret •Lidokain 2%
• Plester •Epinefrin
• Torniket
• Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
• Spuit dan jarum •Sulfas atropin
• Swab alkohol •Diazepam
• MgSO4 1 g/ampul •Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang
• Oksitosin 10 unit/ml dirujuk
d. Perlengkapan persalinan steril e.Perlengkapan resusitasi bayi

• Sarung tangan steril/DTT


• Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
• gunting episiotomi
• Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi ukuran
0,1 dan 2
• gunting tali pusat
• engisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan
• Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, berukuran
2,5 sampai 4
kateter berukuran 10 Fr
• klem tali pusat
• ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
• Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali pusat
• Spuit 1 ml dan 2 ml
• kantong plastik
• Jarum ukuran 20 dan 25
• kasa steril/DTT 4x4
• Pipa orogastrik
• lembar duk steril/kain bersih
• Gunting dan plester
• Selimut bayi (2 buah)
• Tabung oksigen kecil lengkap
• Selimut ibu
f. Perlengkapan resusitasi dewasa Pastikan tenaga
kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah ini:
• Tabung oksigen lengkap
• Self inflating bag dan sungkup oksigen
• Airway nomor 3
• Laringoskop dan blade untuk dewasa
• Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
• Suction dan kateter ukuran 14 Fr
Keterlibatan keluarga dalam proses rujukan
• Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta
menemani pasien saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam
upaya stabilisasi pasien dengan menjaga atau mempertahankan kondisi
penderita seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis. Keluarga juga
dapat menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah sesampainya
di tempat rujukan.

• Keluarga hendaknya diberitahu agar membawa dana dalam jumlah yang


cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lainya selama pasien dalam fasilitas rujukan.
Tindak lanjut Asuhan yang dilakukan di Rumah sakit

1. Pemeriksaan laboratorium di RS 2. Tindakan Operatif


• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan Urinalis Persiapan (Pre-Operatif) Tindakan operasi pada
• Untuk hormone steroid Pemeriksaan urine 24 sistem reproduksi wanita ada 2 jenis yaitu operasi
jam dapat di pergunakan untuk menentukan minor dan mayor. Operasi minor bertujuan
kadar esterogen total dan pregnonodial utamanya adalah untuk diagnostik sedangkan
operasi mayor adalah pengangkatan satu atau
• Pemeriksaan Mikroskopi Wet Prep (Wet
lebih organ reproduksi.
Smears):
• Sekresi vagina dapat diambil pada awal
pemeriksaan
terjadinya infeksi perlu dilakukan pembersihan pada traktus urinarius
dan kolon. Hal-hal yang perlu dipersiapkan

01 02
Pemberian antibiotic untuk Pembersihan kolon mencakup :
mencegah dan mengobati pemberian laxative, enema dan
infeksi diet cair selama 24 jam.

03 04
Untuk individu yang resiko
Beri obat-obatan pervagina jika thromboplebitis (varises, obesitas dan
resiko tinggi infeksi diabetes mellitus) anjurkan
mempergunakan stocking penunjang,
heparin dosis rendah, hentikan oral
konstrasepsi 3-4 minggu sebelum
operasi.
Pemantauan atau
monitoring D. Untuk nyeri karena abdomen gembung (gas) beri kompres
A. Monitor Post Operasi panas pada abdomen, anjurkan ambulasi
mencakup hal-hal
sebagai berikut : E. Cegah tromboplebilitis
● Keseimbangan cairan
elektrolit F. Beri support mental terus-menerus
● Bunyi paru dan respirasi •Hindari kerja berat yang menyebabkan kongesti pembuluh darah
● Distensi abdomen pelvic seperti: angkat barang, jalan cepat, loncat, jogging, selama 6-8
● Nyeri tungkai bawah minggu post operasi.
● Pembalut luka •Latihan aktifitas seksual post operasi
● Tanda-tanda infeksi •Resume hubungan seksual selama 4-6 minggu
•Lapor dokter segera jika terdapat tanda-tanda tromboemboli
B. Anjurkan latihan nafas •Batasi aktifitas sehari-hari
setiap 2-4 jam sampai •Kembali ke RS untuk evaluasi terhadap pengobatan.
pasien aktif.

C. Beri obat-obat untuk


nyeri secara teratur
selama 3 hari post
operasi, selanjutnya
sesuai kebutuhan.
Terimakasih !

Anda mungkin juga menyukai