Anda di halaman 1dari 13

Nama Kelompok :

Latifah Nur
Nadya Khusnul
Syahnanda Lp
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu
dan sayang bayi (saepudin, 2007)
Diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi
sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara
normal ( dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala II juga
merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan
bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.
Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi pada persalinan kala II:
 His menjadi lebih kuat dan lebih sering
 Timbul tenaga untuk meneran
 Perubahan dalam dasar panggul
 Lahirnya fetus
 Perubahan Fisiologis Kala II Persalinan
 Kontraksi Uterus /His
adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai
keluarnya bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara
lain:
(a) Membantu ibu untuk berganti posisi
(b) Melakukan rangsangan taktil.
(c) Memberikan makanan dan minuman.
(d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
(e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya.
2. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan &
kelahiran dengan cara :
(a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
(b) tahapan dan kemajuan persalinan.
(c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan
kelahiran.
(d) Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan –
dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan
kepada ibu.
(e) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan
umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat
sewaktu tidak ada his.
(f) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
3. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
(a) Mengurangi perasaan tegang.
(b) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan
penolong.
(c) Menjawab pertanyaan ibu.
(d) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
(e) Memberitahu hasil pemeriksaan.
(f) Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan
perineum ibu.
Amniotomi adalah tindakan untuk Kemungkinan dampak yang
membuka selaput ketuban (amnion) disebabkan oleh amniotomi adalah
dengan jalan membuat robekan sebagai berikut :
kecil yang kemudian akan melebar
a. Kompresi tali pusat
secara spontan akibat gaya berat
cairan dan adanya tekanan didalam b. Kompresi kepal yang tidak merata
rongga amnion. Tindakan ini hanya disertai molding yang lebih luas
dilakukan pada saat pembukaan dan kaput suksedaneum dapat
lengkap atau hamper lengkap agar meningkatkan resiko perdarahan
penyelesaian proses persalinan intravaskula, terutama jika
berlangsung sebagaimana mestinya. ketuban pecah pada awal
persalinan.
Bahaya potensial disebabkan oleh amniotomi adalah sebagai berikut :
a. Prolaps tali pusat ptensial jika ketuban pecah dengan kondisi kepala janin
belum engage atau janin memiliki presentasi gabungan atau dengan atau
presentasi bokong yang tidak cakap atau bayi kecil
b. Infeksi intrauterus potensial jika ketuban pecah sebelum persalinan dimulai
dan pecahnya ketuban berlangsung lama.
Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan
untuk melakukan epieiotomi secara rutin yang tujuannya untuk
mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka
rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau
tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Alasan untuk tidak dilakukan episiotomi rutin:
1. Jumlah darah yang hilang meningkat dan resiko terjadinya
hematom
2. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi
pada episiotomi rutin daripada tanpa episiotomy
3. Meningkatnya nyeri pasca persalinan didaerah perineum
4. Meningkatnya resiko infeksi
Tujuan episiotomi adalah supaya Indikasi episiotomi untuk
tidak terjadi robekan perineum yang mempercepat proses kelahiran bayi
tidak teratur dan robekan pada dilakukan jika terdapat hal berikut :
muskulus sfingter ani (rupture perinea
a. Gawat janin dan janin akan
totalis) yang tidak bisa dijahit dan
segera dilahirkan dengan
dirawat dengan baik, karena jika
tindakan
terjadi akan mengakibatkan beser
berak. b. Penyulit kelahiran pervagina
misanya karena bayi sungsang,
distosia bahu, ekstraksi vakum
atau forsep
c. Jaringan parut pada perineum
atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.
Jenis-jenis Episiotomi
a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah
tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
b. Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke
arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah
kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang
melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
c. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam. Episiotomi ini sudah jarang dilakukan, karena
banyak menimbulkan komplikasi.
Partograf adalah alat bantu untuk BIDAN HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
memantau kemajuan persalinan,
1. DJJ
asuhan, pengenalan penyulit dan
informasi untuk membuat keputusan 2. Air ketuban
klinik.
3. Moulage tulang kepala
Partograf dipakai untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu 4. Pembukaan serviks
petugas kesehatan dalam 5. Penurunan kepala
mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan partograf dimulai 6. Waktu
pada pembukaan 4 cm fase aktif. 7. Kontraksi
Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa 8. Obat yang diberikan
menghiraukan apakah persalinan itu 9. Nadi
normal atau dengan komplikasi.
10. Tekanan darah
11. Suhu badan
12. Protein, aseton dan volume urine

Anda mungkin juga menyukai