Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan

metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan

menimbulkanmasalah yang komplek terutama metabolisme fungsi tubuh

terganggu salahsatu gangguan endokrin adalah Diabetes Melitus yang

disebabkan karenadefisiensi absolute atau relatif yang disebabkan

metabolisme karbohidrat,lemak dan protein (Maulana. 2008).

Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 %


daripenduduk berusia diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM)
tercantumdalam urutan nomor empat dari prioritas pertama adalah
penyakitkardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan
katarak. (Depkes RI,2008).
Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita
puskesmasdan rumah sakit dari berbagai tingkat umur, jumlah kasus
Diabets Melitusmenempati nomor dua. Setelah penyakit neoplasma ganas,
sedangkanberdasarkan data pola kematian menurt penyakit penyebab
kematian pasiendirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati
urutan ke 16 denganjumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang
dengan kematianpenyakit lainnya (Dinkes Jateng,2006).
Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan
ke 4 dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia setelah India,
Cina, Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dan
pada tahun2025 diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta penderita.
Sedangkan daridata Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes

1
mellitus rawat inapmaupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan
pertama dari seluruhpenyakit endokrin. (Maulana. 2008)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui deskripsi dari sistem endokrin. Mengetahui anatomi
fisiologi sistem endokrin. Mengetahui manifestasi klinik dari sistem
endokrin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyakit-penyakit dan gangguan dari sistem
endokrin.
b. Mengetahui proses penyebaran atau patogenesis dari penyakit
sistem endokrin.
c. Mengetahui cara pengobatan atau pencegahannya.
d. Mengetahui obat-obat yang digunakan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang
mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri
dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan
ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin,
dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural).

B. Jenis-jenis Kelenjar
1. Kelenjar Hipofisis
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan kelenjar
kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah hipotalamus
sekitar 2cm.. Terdapat dua kelenjar hipofisis :
a. Kelenjar Hipofisis Anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar
yang berasal dari penonjolan atap mulut yang disebut
adenohipofisis. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
1. Hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
2. Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)
3. Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
4. Prolaktin (PRL)
5. Gonadotropin hormon (GTH)

3
b. Kelenjar Hipofisis Posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari
pertumbuhan otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis).
Hipofisis posterior di hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur
saraf.
2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea
diikat bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian tengah
oleh bagian sempit kelenjar yang berbentuk seperti dasi kupu-kupu dan
yang melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang
terdapat di dalam leher bagian depan bawah, letaknya berada di atas
trakea, tepat dibawah laring. Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
b. Mengatur penggunaan oksidasi.
c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
e. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
3. Kelenjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher,
kelenjar ini bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang
menghasilkan para hormon atau hormon para tiroksin.
4. Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2, terdapat
pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda,
beratnya rata-rata 5 sampai dengan 9 gram. Secar struktural dan
fungsional kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar endokrin yg menyatu
yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar suprarenal ini terbagi atas 2
bagian yaitu:
a. Bagian luar
b. Bagian medula
c. Kelenjar Pankreas
d. Kelenjar Pineal

4
e. Kelenjar Timus
f. Kelenjar Kelamin

C. Struktur Sistem Endokrin Lain Penghasil Hormon


1. Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine bergaram.
2. Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk membantu
dalam proses gerak peristaltik yang teratur pada lambung, membentuk
makanan yang padat menjadi lunak atau dalam bentuk cair (chime)
sehingga mudah dicerna oleh usus halus.
3. Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG ( tes
kehamilan).
4. Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit.
5. Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif dan
sinar matahari yang diaktifkan di ginjal membuat vit d3 lalu absorpsi
ion Ca dari usus.
D. Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Endokrin penyakit yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut
ketidakseimbangan hormon.
2. Endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi tingkat
hormon penyakit. Sistem umpan balik endokrin yang membantu
mengontrol keseimbangan hormon dalam aliran darah. Sebuah
ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik
memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak membersihkan mereka keluar dari
aliran darah dengan benar. Jenis-Jenis Gangguan Endokrin
a. Dwarfisme
b. Komplikasi
c. Pengobatan
d. Gigantisme (acromegaly)

5
Gigantisme (acromegaly) adalah Gangguan endokrin yang
terjadi karena kelebihan growth hormone sebelum pubertas.
1. Komplikasi
2. Pengobatan
3. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing)
4. Pengobatan
Pengobatan sindrom Cushing dilakukan dengan cara
menangani faktor yang mendasarinya. Apabila lonjakan jumlah
hormon kortisol secara tidak wajar di dalam tubuh disebabkan
oleh efek samping penggunaan kortikosteroid, maka dokter
dapat menurunkan dosis atau bahkan menghentikan
penggunaan dan menggantinya dengan obat lain.
Namun jika hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa
sindrom Cushing disebabkan oleh tumor yang bersarang di
dalam kelenjar adrenal atau hipofisis, maka salah satu
penanganan yang mungkin dilakukan adalah prosedur operasi
untuk mengangkat tumor tersebut atau pengobatan lainnya
untuk menyusutkannya, misalnya radiasi atau pemberian obat-
obatan.
5. Goiter (gondok)
Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi
maupun hiperfungsi tiroid. Penyakit gondok adalah kondisi
dimana terjadi pembengkakan kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat
di bawah jakun. Kelenjar ini memiliki fungsi penting, yaitu
untuk memroduksi hormon tiroid yang berperan dalam
berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh

6
6. Jenis-jenis
Terdapat dua jenis gondok, yaitu gondok difus dan
nodul. Pengelompokan ini berdasarkan tekstur benjolannya.
Benjolan pada gondok difus terasa mulus saat disentuh.
Sementara pada gondok nodul, benjolan terasa tidak rata
dan bergumpal. Permukaan yang tidak rata tersebut
disebabkan oleh adanya satu atau lebih benjolan berukuran
kecil atau apabila terdapat cairan dalam benjolan.
7. Gejala
Tidak semua penderita gondok mengalami gejala. Namun
apabila terjadi gejala , maka munculnya benjolan abnormal
atau pembengkakan pada leher adalah tanda utama yang
akan dikeluhkan oleh pasien.
Ukuran benjolan gondok berbeda-beda pada tiap penderita.
Benjolan yang berukuran kecil biasanya tidak akan
menimbulkan keluhan apapun. Meski demikian, benjolan
tersebut dapat memengaruhi pernapasan serta menyebabkan
penderita sulit menelan jika ukurannya bertambah besar.
Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai pembengkakan
meliputi tenggorokan yang terasa membengkak, perubahan
suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta kesulitan
bernapas dan menelan.
8. Komplikasi
Apabila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan
baik, gondok mungkin dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti:
Penekanan pita suara (trakea). Hal ini dapat terjadi apabila
gondok berukuran cukup besar sehingga menekan jaringan
sekitarnya, terutama trakea. Selain suara menjadi serak,
pasien juga dapat mengalami kesulitan bernapas.
Sepsis. Sepsis atau infeksi darah dapat terjadi pada saat
terjadi tiroid abses, yakni kondisi di mana terdapat

7
kumpulan nanah pada kelenjar tiroid. Nyeri, Perdarahan,
dan Kematian Jaringan. Ketiganya dapat terjadi pada
gondok jenis nodul.
Limfoma. Gondok yang multinodul (berjumlah lebih dari
satu) dan gondok yang disebabkan oleh kondisi autoimun
berisiko untuk mengalami transformasi keganasan pada
kelenjar tiroid, yakni limfoma.
a. Pengobatan
1) Obat penurun hormon tiroid
Thionamide akan menurunkan kadar hormon tiroid
dengan menghambat proses produksinya. Obat ini
digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek
sampingnya meliputi mual, nyeri pada sendi, ruam
ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih secara
mendadak.
2) Terapi penggantian hormon
Langkah ini dilakukan untuk menangani
hipotirodisme dengan menggantikan hormon tiroid dan
umumnya harus dijalani seumur hidup. Contoh obatnya
adalah levothyroxine.
3) Terapi yodium radioaktif
Terapi ini juga termasuk penanganan untuk
hipertiroidisme. Yodium radioaktif yang dikonsumsi
akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan
ini terbukti dapat mengecilkan ukuran benjolan, tapi
juga bisa memicu hipotiroidisme.
4) Langkah operasi
Benjolan yang terus membesar hingga mengganggu
pernapasan dan menyebabkan penderita sulit menelan
umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan
dilakukan dengan tiroidektomi, yaitu prosedur
pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.

8
Prosedur ini juga disarankan bagi penderita yang diduga
memiliki benjolan tiroid yang mengandung sel-sel
kanker.
1. Hiperparatiroidisme
Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon
paratiroid (PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan
patologis yang terjadi akibat hiperparatiroidisme adalah: tulang
mudah patah.
a. Pengobatan
Di langkah awal penanganan, dokter biasanya
menyarankan untuk menunggu dan melihat kondisi pasien
selama beberapa waktu. Hal ini terutama dilakukan jika
kadar kalsium hanya meningkat sedikit, tidak ada
kerusakan pada ginjal, dan tidak ada gejala lain yang perlu
diterapi.
Pengobatan hiperparatiroidisme tergantung dari
jenisnya. Pada kasus hiperparatiroidisme primer yang
sebagian besar kasusnya disebabkan oleh tumor jinak
adenoma, pengobatan yang paling efektif adalah melalui
operasi pengangkatan tumor tersebut dari kelenjar
paratiroid. Selain itu, dokter juga kadang-kadang akan
memberikan obat penurun kadar kalsium yang disebut
bisphosphonate melalui infus.
Jika Anda penderita hiperparatiroidisme primer,
bukan berarti Anda harus menghindari makanan yang
mengandung kalsium sepenuhnya. Yang harus Anda
hindari adalah makanan-makanan berkadar kalsium tinggi.
Tidak mengonsumsi kalsium justru bisa menyebabkan
tulang mengalami defisiensi kalsium dan akhirnya memicu
osteoporosis. Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk
minum air putih dalam jumlah yang cukup agar tubuh tidak
dehidrasi.

9
Sedangkan pada kasus hiperparatiroidisme
sekunder, pengobatan akan difokuskan kepada kondisi yang
mendasari. Sebagai contoh, jika hiperparatiroidisme terjadi
akibat penyakit ginjal yang sebelumnya telah diderita
pasien, maka dokter akan fokus untuk mengobati penyakit
ginjal tersebut.
2. Hypothyroidisme
Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid
tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan
kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang
aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-
anak. Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir.
Kelainan akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan
metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan
menimbulkanmasalah yang komplek terutama metabolisme fungsi tubuh
terganggu salahsatu gangguan endokrin adalah Diabetes Melitus yang
disebabkan karenadefisiensi absolute atau relatif yang disebabkan
metabolisme karbohidrat,lemak dan protein. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural).

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dalam menambah wawasan tentang
system endokrin.

11
DAFTAR PUSTAKA

J.H. Green. 2002. Fisiologi kedokeran. Tangerang: Binarupa Aksara

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta:EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi kedokteran: dari sel ke system.


Jakarta: EGC

www. Scribd.com/doc/146434283/Anfisman-endokrin.

12

Anda mungkin juga menyukai