Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISA INSTRUMEN

Percobaan : 4
Judul Percobaan :
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) / HIGH PERFORMANCE LIQUID
CHROMATOGRAPHY (HPLC)

Kelas : SEMESTER II A TRANSFER


Gelombang/kelompok : 2/ 2

Dosen Pembimbing :
1. Niken Dyahariesti,S.Farm.,Apt.,M.Si
2. Agitya Resti Erwiyani,S.Farm.,M.Sc.,Apt

Nama Kelompok :
1. NOVA ATIAINI (052191068)
2. MOUDI AYUTY VIONY P (052191069)
3. RESI JULIANA (052191070)
4. JOESNAYANTI (052191071)
5. ROSIANA NUGRAHENI (052191072)

Tanggal Praktikum :13 Mei 2020

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi ............................................................................................................................2
A. Pembagian Jobdesk ...................................................................................................3
B. Judul Praktikum ........................................................................................................3
C. Tanggal Pelaksanaan .................................................................................................3
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................................3
a. Parasetamol .............................................................................................................3
b. Ibuprofen ................................................................................................................4
c. KCKT atau HPLC (High Performance Liquid Chromathography).......................4
E. Alat dan Bahan ..........................................................................................................11
F. Metode/Cara Kerja (skematik) ................................................................................11
1. Pembuatan Fase Gerak .........................................................................................11
2. Pembuatan Larutan Baku Paracetamol dan Ibuprofen .........................................12
3. Optimasi Metode KCKT.......................................................................................13
4. Penetapan kadar campuran Parasetamol dan Ibuprofen tablet sediaan X ............13
G. Hasil dan Perhitungan Praktikum ...........................................................................14
H. Pembahasan ...............................................................................................................32
I. Kesimpulan ................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................47

2
A. PEMBAGIAN JOBDESK
Nama NIM Tugas
1. Nova Atiaini dan (052191068) Landasan Teori
Joesnayanti (052191071)
2. (052191069) Cara kerja dan Perhitungan
3. (052191070) Hasil dan Pembahasan
4. (052191072) Editor, sampul, daftar isi, daftar
pustaka

B. JUDUL PRAKTIKUM
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
C. TANGGAL PELAKSANAAN
13 Mei 2020

D. TINJAUAN PUSTAKA
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan,
penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan.Jenis-jenis
obat yang digunakan untuk penyembuhan penyakit pada manusia digolongkan pada
jenis analgetik, antipiretik, antibiotik, antihistamin, dan lain- lain (Kriswanto, 2013).
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri merupakan perasaan
sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan
jaringan (Tjay & Raharja, 2002). Salah satu jenis obat generik yang banyak beredar
dan banyak digunakan di masyarakat adalah tablet paracetamol dan ibuprofen.
a. Paracetamol

Rumus struktur :

Gambar 1. Rumus Struktur Paracetamol

Nama Kimia : 4-Hidroksiasetanilida


3
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol(Depkes RI, 1995)

Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik tetapi tidak antiinflamasi.


Pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan sendiri). Efek samping jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Parasetamol sangat stabil di dalam air dan
memiliki kestabilan maksimum pada kisaran pH 5–7. Parasetamol merupakan
senyawa turunan dari p-aminofenol yang memiliki sifat analgesik dan antipiretik.
Parasetamol memberi efek analgesik sementara, tidak memiliki efek antirematik,
efektif menghilangkan rasa nyeri ringan, dan mengobati sakit kepala. Parasetamol
ditemukan dapat dikombinasikan dengan kafein, aspirin, salisilamida, dan opiate
(Tjay dan Rahardja, 2002) .
Parasetamol diberikan secara oral, diserap dengan baik melalui saluran cerna.
Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan lambung. Konsentrasi darah
puncak biasanya tercapai dalam 30 - 60 menit. Parasetamol sedikit terikat pada
protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosoma hati dan diubah
menjadi sulfat dan glukoronida. (Katzung, 2002).
b. Ibuprofen
Rumus struktur :

Gambar 2 Rumus Struktur Ibuprofen

Nama Kimia : 2-(p-isobutilfenil)asampropionat


Rumus Molekul : C13H18O2
Berat Molekul : 206,28
Pemerian : Serbuk hablur, putih, hingga hampir putih, berbau khas lemah
4
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,
dalam methanol, dalam aseton,dandalam kloroform, sukar larut
dalam etil asetat. (Depkes RI, 1995)

Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
103,0%C13H18O2, dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriaan:serbukhablur,putih
hingga hampir putih, berbau khas lemah. Kelarutan: praktis tidak larut dalamair,
sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam
kloroform, sukar larut dalam etil asetat. Ibuprofen terlarut memiliki serapan
maksimum pada panjang gelombang 221 nm (Depkes RI,1995).
Ibuprofen mempunyai berat molekul 206 g/mol. Ibuprofen termasuk
NSAID (non-steroidal anti inflammantory drug), biasa digunakan untuk gejala
arthritis,primarydysmenorrheal,demamdansebagaianalgesik(Tjay dan Rahardja,
2002).
c. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid
Chromathography (HPLC)

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah teknik pemisahan fisik suatu
campuran zat – zat kimia (analit) yang berdasarkan pada perbedaan distribusi
masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah
pengaruh fase gerak. Fase gerak dapat berupa gas atau zat cair dan fasediam dapat
berupa zat cair atau zat padat. Keunggulan metode ini dibanding metode pemisahan
lainnya terletak pada ketepatan analisis dan kepekaan yang tinggi serta cocok untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang tidak tahan pada pemanasan. (Susanti dan
Dachriyanus, 2017).
Teknik pemisahan dalam kromatografi melibatkan dua fasa, yakni fase diam
yaitu padat atau cairan yang terikat pada padatan pendukung, dan fase gerak yang
berupa gas dan cair. Proses pemisahan dalam kromatografi di dasarkan pada
perbedaan laju migrasi masing – masing komponen dalam sistem kromatografi.
Perbedaan laju migrasi dari masing-masing komponen merupakan akibat dari
perbedaan keseimbangan distribusi masing – masing komponen diantara fasa gerak
dan fasa diam. Metode kromatografi dibedakan dalam beberapa macam, berdasar
pada fase gerak, fase diam, mekanisme, dan teknik yang digunakan dan salah satu
diantaranya adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Dalam kromatografi
5
cair kinerja tinggi ini fase gerak yang digunakan berupa cairan, sedangkan fase
diamnya berupa padatan (silika gel) yang ditempatkan pada kolom tertutup (melekat
secara kimia dalam kolom tersebut). Maksud dan tujuan analisis dengan
kromatografi yaitu didapatnya pemisahan yang baik demikian halnya dalam KCKT
diharapkan pemisahannya baik dan dalam waktu proses yang relatif singkat. Untuk
mencapai Tujuan analisis ini, maka dipilih pelarut pengembang yang sesuai dengan
komponen yang dipisahkan, kolom yang digunakan juga harus diperhatikan, dan
detektor yang memadai.
Parameter baik atau tidaknya suatu kromatografi didasarkan pada lima faktor,
yaitu:
1) Waktu retensi didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk membawa
keluar suatu komponen dari dalam kolom kromatografi sehingga yang keluar dari
kolom adalah tepat konsentrasi maksimum.
2) Faktor kapasitas (k’) juga merupakan ukuran retensi suatu komponen dalam
kolom. Jika nilai k’ kecil, maka komponen tertahan sebentar dalam kolom.
3) Efisiensi kolom merupakan kemampuan kolom mengeluarkan hasil yang
diinginkan dengan hasil yang memuaskan dan dalam waktu yang singkat.
4) Keterpisahan antara dua puncak kromatogram dinyatakan dengan resolusi ‘R’
(ukuran besar kecilnya pemisahan). Jika nilai R ≥ 1,5 maka senyawa terpisah
dengan baik.
5) Faktor terikutan (Tf) merupakan ukuran kesimetrisan suatu puncak. Dengan
catatan nilai Tf < 2,0.
Prinsip kerja dari KCKT adalah suatu teknik yang mana solut atau zat terlarut
terpisah perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut – solut ini melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan solut – solut ini diatur oleh distribusi solut dalam
fase gerak dan fase diam. Penggunaan KCKT membutuhkan penggabungan secara
tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak,
panjang dan diameter kolom, kecepataan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran
sampel.

6
Gambar 3. Diagram Alir KCKT

Instrumen KCKT pada dasarnya terdiri atas 6 komponen pokok yaitu :


1) Wadah fase gerak pada KCKT
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah ini biasanya
dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.
2) Fase Gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri dari campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi, yang
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat
komponen – komponen sampel.
3) Pompa pada KCKT
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan
(constant pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement).
Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan
pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut
teratur (pulsating).
Tiga jenis pompa yang sering digunakan dalam sistem KCKT yaitu :
 Pompa Bolak-balik (reciprocating pump)
 Pompa Sistem Penggantian (displacement pump)
 Pompa Tekanan Udara (pneumatic pump)
4) Injektor (penyuntikan sampel)
Sampel – sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung kedalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan meuju kolom menggunakan alat penyuntik
yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan
keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Injeksi sampel seluruhnya
otomatis dan tidak akan mengharapkan bagaimana mengetahui apa yang terjadi
pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan
kromatografi gas.
5) Kolom dan Fasa Diam pada KCKT
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi

7
secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan
divinil benzen.Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya
residu gugus silanol (Si-OH). Oktadesil silika (ODS atau C18)merupakan fase
diam paling sering digunakan karena mampu memisahkan senyawa – senyawa
dengan kepolaran yang rendah, sedang maupun tinggi.
6) Detektor KCKT
Detektor pada KCKT dikelompokkan dalam 2 golongan yaitu :
 Detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa.
 Detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan
selektif seperti detektor UV – Vis, detektor fluoresensi dan elektrokimia.
Beberapa jenis detektor yang digunakan pada sistem KCKT :
 Detektor Absorban (UV-Vis)
 Detektor Fluorescens
 Detektor Refraktif Indeks.
 Detektor Elektrokimia
 Detektor Spektra Massa
Jenis – Jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1) Kromatografi Adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa
yang bersifat agak polar.
2) Kromatografi Partisi
Kromatografi partisi sangat cocok untuk pemisahan senyawa – senyawa
non polar.
3) Kromatografi Pasang Ion
Kromatografi pasang ion merupakan alternatif kromatografi penukaran ion.
Beberapa maslaah dapat dipecahkan dengan kedua metode akan tetapi penukaran
ion tidak sebaik dengan kromatografi pasang ion untuk pemisahan campur-
campuran yang bersifat asam, basa dan yang bersifat netral dibawah lingkungan
tertentu.
4) Kromatogarfi Penukar Ion

8
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion – ion
atau molekul – molekul yang dapat di ionkan.
5) Kromatografi ekslusi ukuran
Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan
kromatografi ekslusi ukuran.
Ada 3 sistem KCKT yang dikenal, yaitu:
1) Sistem Elusi Isokratik (Isocratic Elution)
2) Sistem Elusi Gradient (Gradient Elution)
3) Sistem Elusi Bertahap
Kelebihan KCKT:
1) Mampu memisahkan molekul – molekul dari suatu campuran
2) Mudah melaksanakannya
3) Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4) Dapat dihindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan yang dianalisis
untuk resolusi yang baik
5) Dapat digunakan bermacam – macam detektor
6) Kolom dapat digunakan kembali
7) Mudah melakukan "sample recovery".
8) Mudah untuk mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak
merusak komponen zat yang dianalisis.
9) Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu tinggi
karena KCKT dilakukan pada suhu kamar.Dapat menganalisis cuplikan yang
berasal dari senyawa-senyawa anorganik.Dapat menganalisis cuplikan yang
memiliki berat molekul tinggi atau titik didihnya sangat tinggi seperti polimer.
Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas
10) Banyak pilihan fasa geraknya.
11) Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat
diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit
(uncomplicated), waktu analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai.
12) Resolusi berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana
interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi
dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.

9
13) Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa
gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan
yang diinginkan.
14) Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam HPLC
dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10 – 9 gram) dari bermacam –
macam zat.
15) Detektor – detektor fluoresensi dan elektrokimia dapat mendeteksi jumlah
sampai picogram (10 – 12 gram). Detektor-detektor seperti spektrofotometer
massa, indeks refraksi, radiometri, dan lain – lain, dapat juga digunakan dalam
KCKT.
16) Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi
klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable). Banyak analisis yang
bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang
diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan.
17) Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa
dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk
menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal
sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
18) Mudah recoverysampel : umumnya detektor yang digunakan dalam KCKT tidak
menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa,
oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan
setelah melewati detektor.
19) Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan kecuali untuk kromatografi
penukar ion memerlukan prosedur khusus.
Kekurangan KCKT :
a. Larutan harus di cari fase diamnya terlebih dahulu.
b. Hanya bisa digunakan untuk asam organik.
c. Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan
gradient elusi.
d. Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang
terbatas.
E. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT

10
- Glass ware , penyaring milipore
- Injector
- Seperangkat instrumen KCKT
2. BAHAN
- Ibuprofen pa
- Paracetamol pa

F. METODE/CARA KERJA (Skematik)


a. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan adalah campuran methanol : aquabidest dengan 90 : 10


sebanyak 500 ml diatur pada pH 4 dengan penambahan asam asetat glasial

Campuran digojok dan disaring dengan penyaring Whatman organik dengan bantuan
pompa vakum

Fase gerak di degassing selama 15 menit

b. Pembuatan larutan baku parasetamol dan ibuprofen


 Larutan stok paracetamol

Paracetamol baku ± 100 mg ditimbang seksama

Kemudian larutkan dengan methanol dalam labu takar 100 ml hingga tanda
batas

 Larutan stok ibuprofen

11
Larutan ibuprofen ± 100 mg ditimbang seksama

kemudian larutkan dengan methanol dalam labu takar 100 ml hingga tanda
batas

c. Optimasi Metode KCKT


 Penetapan panjang gelombang pengamatan paracetamol dan ibuprofen
dengan Spektrofotometer UV
Larutan stok paracetamol diambil 0,105 ml dan diencerkan dengan methanol dalam labu
takar 10 ml hingga tanda batas sehingga didapat konsentrasi 10,5 ppm

Larutan stok ibuprofen diambil 0,060 ml dan diencerkan dengan methanol dalam labu
takar 10 ml hingga tanda batas sehingga didapat konsentrasi 6 ppm

Dari kadar paracetamol dan ibuprofen dilakukan pengukuran absorbansi pada rentang
panjang gelombang 220-280 nm

Absorbansi kemudian dibuat spektrum serapan antara panjang gelombang vs absorbansi

Dari kurva paracetamol dan ibuprofen spectrum ditumpangtindih untuk mengetahui


panjang gelombang pengamatan dengan KCKT fase terbalik

12
d. Pembuatan kurva baku Paracetamol dan Ibuprof

Larutan stok paracetamol diambil 0,350; 0,525; 0,615; 0,700; 0,790; dan 0,875 ml dan
diencerkan dengan metanol dalam labu takar 5 ml hingga tanda batas sehingga didapat
konsentrasi sebesar 70;105; 122,5; 140; 157,5; dan 175 ppm. Saring dengan milipore
dan didegrassing selama 15 menit. Masing-masing larutan baku paracetamol sebanyak
50 µl disuntikan dalam KCKT dengan kolom ODS menggunakan fase gerak
methanol: aquabidest (90:10) tambah asam glasial hingga pH 4 kecepatan alir 1,5
ml/menit. Replikasi sebanyak 3x dan pilih kurva yang paling baik

Larutan stok ibuprofen diambil 0,2; 0,3; 0,35; 0,4; 0,45; 0,5 ml dan diencerkan dengan
methanol dalam labu takar 5 ml hingga tanda batas sehingga didapat konsentrasi
sebesar 40; 60;70;80;90 dan 100 ppm. Saring dengan milipore dan didegrassing
selama 15 menit. Masing- masing larutan baku ibuprofen sebanyak 50 µl disuntikan
dalam KCKT dengan kolom ODS menggunakan fase gerak methanol : aquabidest
(90:10) tambah asam glasial hingga pH 4 kecepatan alir 1,5 ml/menit. Replikasi
sebanyak 3x dan pilih kurva yang paling baik

e. Penetapan kadar campuran paracetamol dan ibuprofen dalam tablet merk “X”

13
Tablet campuran paracetamol dan ibuprofen merk"X" sebanyak 20 tablet
ditimbang dengan seksama kemudian hitung bobot rata-rata tablet

kemudian tablet digerus

timbang seksama ± 100 mg campuran paracetamol ibuprofen kemudian larutkan


dengan methanol dalam labu takar 10 ml

larutan disaring dengan kertas saring dan sebanyak 3 ml larutan diencerkan dengan
methanol hingga 10 ml (larutan intermediet)

larutan intermediet 0,440 ml diencerkan dengan methanol hingga 5 ml (sebagai


larutan kerja)

saring dengan milipore dan didegrasing selama 15 menit

larutan kerja 20 µl disuntikan kedalam sistem KCKT dengan kolom C18 (5 mm x


30 cm)

replikasi sebanyak 10x

G. HASIL DAN PERHITUNGAN


1. Rata-rata tablet dan penyimpangan

Keseragaman Bobot
0.7580 0.7600 0.7571 0. 7476
0.7443 0.7526 0.7630 0.7677
0.7370 0.7467 0.7540 0.7584
0.7341 0.7562 0.7577 0.7573
0.7440 0.7637 0.7530 0.7788

Bobot rata-rata yang diperolehdari 20 sampeladalah 754 mg


a. Penyimpangan 5 % = bobot rata-rata tablet (BRR) x 5 %
= 754 mg x 5 %
= 37.7 mg
Batas bawah = BRR – 37.7 mg
= 754 – 37.7 mg
= 716.3 mg = 0.7163 g
Batas atas = BRR + 37.7 mg
14
= 754 mg + 37.7 mg
= 791.7 mg = 0.7917 g
b. Penyimpngan 10 % = bobot rata-rata tablet (BRR) x 10 %
= 754 mg x 10 %
= 75.4 mg
Batas bawah = BRR – 75.4 mg
= 754 mg – 75.4 mg
= 678.6 mg – 0.686 g
Batas atas = BRR + 75.4 mg
= 754 mg + 75.4 mg
= 829.4 mg = 0.8294 mg
Seluruh keseragaman bobot masuk dalam rentang dan memenuhi persyaratan
sehingga tidak ada satupun yang lebih dari 5% dan 10%.

2. Data PersamaanKurva Baku Parasetamoldan Ibuprofen


a. Baku paracetamol

Baku paracetamol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Seri baku AUC Seri baku AUC Seri baku AUC
(ppm) (ppm) (ppm)
70 2437397 70 2307560 70 2047792
105 3927465 105 3648424 105 3486008
122,5 3878446 122,5 3927465 122,5 4284769
140 5323163 140 4935837 140 4178335
157,5 6049820 157,5 5328015 157,5 4905496
175 7070688 175 6050790 175 5561752

Kurva Kalibrasi Paracetamol


(Replikasi 1)
8000000 Persamaan linier
6000000 f(x) = 43672.37 x − 823457.73 Y = bx - a
Axis Title

4000000 R² = 0.96
Linear ()
2000000 Y = 43672x - 823458
0 a = - 82345
60 80 100 120 140 160 180 200
Axis Title b = 43672

15
r = 0,9803

Kurva Kalibrasi Paracetamol


(Replikasi 2) Persamaan linier
8000000 Y = bx - a
6000000
Y = 35364x - 172074
Axis Title

f(x) = 35364.33 x − 172074.24


4000000 R² = 0.99 Linear ()
2000000 a = - 172074
0
b = 35364
60 80 100 120 140 160 180 200
Axis Title r = 0,9946

16
Kurva Kalibrasi Paracetamol
(Replikasi 3) Persamaan linier
6000000 Y = bx + a
f(x) = 31568.53 x + 26064.43
4000000 Y = 31569x + 26064
Axis Title

R² = 0.96
2000000 Linear ()

0
60 80 100 120 140 160 180 200
Axis Title

a = - 26064
b = 31569
r = 0,9802

b. Baku Ibuprofen

Baku ibuprofen
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Seri baku AUC Seri baku AUC Seri baku AUC
(ppm) (ppm) (ppm)
40 781714 40 723600 40 878381
60 1029707 60 1031771 60 1218188
70 1153765 70 1203848 70 1409751
80 1319124 80 1336962 80 1636694
90 1507308 90 1514881 90 1847692
100 1646629 100 1671321 100 1965876

Kurva Kalibrasi Ibuprofen


(Replikasi 1)
2000000 Persamaan linier
1500000 f(x) = 14654.41 x + 165051.1 Y = bx + a
Axis Title

1000000 R² = 0.99 Linear ()


500000 Y = 14654x + 165051
0
30 40 50 60 70 80 90 100110
a = 165051
Axis Title b =14654
r = 0,9963

17
Persamaan linier
Kurva Kalibrasi Ibuprofen
(Replikasi 2) Y = bx + a
Y = 15789x + 89239
2000000 a = 89239
Axis Title

1000000 f(x) = 15788.52 x + 89238.93 Linear ()


R² = 1 b = 15789
0
30 40 50 60 70 80 90 100110 r = 0,9996
Axis Title

Kurva Kalibrasi Ibuprofen


(Replikasi 3) Persamaan linier
2500000 Y = bx + a
2000000
f(x) = 18817.92 x + 112782.97 Y = 18818x +112783
Axis Title

1500000
R² = 1
1000000 Linear () a = 112783
500000
0 b = 18818
30 40 50 60 70 80 90 100110 r = 0,9975
Axis Title

3. Data KromatogramSampelCampuran Paracetamol dan Ibuprofen

Replikasi Luas Area


Parasetamol Ibuprofen Parasetamol Ibuprofen
1 1 4990259 1180747
2 2 5080306 1254746
3 3 4932582 1200240
4 4 5143074 1201517
5 5 5075995 1189869
6 6 4638243 1209447
7 7 4990540 1201910
8 8 4970894 1172583
9 9 5016096 1231838
10 10 4922872 1198737
4. Perhitungan Kadar Paracetamol (y = 35364x – 172074)
Volume awal = 10 ml
18
10 5
Faktorpengenceran = x
3 0.44
Bobotrata-rata = 0.754.56 g = 754.56 mg
a. Replikasi 1
- y = bx - a
4990259 = 35364x - 172074
4990259 + 172074 = 35364x
5162333 = 35364x
5162333
x =
35364
x = 145.977 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 145.977ppm x37.82 x 10 ml
= 145.977 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.145977 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 55.208 mg/10ml dalam 99.53 mg

kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
55.208 mg
= x 754.56 mg
99.53 mg
= 418.544 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
418.544 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 119,584 %
b. Replikasi 2
- y = bx - a
5080306 = 35364x - 172074
5080306 + 172074 = 35364x
5252380 = 35364x
5252380
x =
35364
x = 148.523 ppm

19
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 148.523 ppm x37.82 x 10 ml
= 148.523 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
=0.148523 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 56.171 mg/10ml dalam 100.06 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
56.171mg
= x 754.56 mg
100.06 mg
= 423.589 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
423.589 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 121.025 %
c. Replikasi 3
- y = bx - a
4932582 = 35364x - 172074
4932582 + 172074 = 35364x
5104656 = 35364x
5104656
x =
35364
x = 144.346 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 144.346 ppm x37.82 x 10 ml
= 144.346 mg/1000 ml x 37.82 x 10 ml
= 0.144346 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 54.591 mg/10ml dalam 100.88 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
54.591mg
= x 754.56 mg
100,88 mg
= 408.328 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket

20
408.328 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 116.665 %
d. Replikasi 4
- y = bx - a
5143074 = 35364x - 172074
5143074 + 172074 = 35364x
5315148 = 35364x
5315148
x =
35364
x = 150.298 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 150.298ppm x37.82 x 10 ml
= 150.298 mg/1000 ml x 37.82 x 10 ml
= 0.150298mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 56.842 mg/10m dalam 99.84 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
56.842mg
= x 754.56 mg
99.84 mg
= 429.594 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
429.594 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 122.741 %

e. Replikasi5
- y = bx - a
5075995 = 35364x - 172074
5075995 + 172074 = 35364x
5248069 = 35364x
5248069
x =
35364
x = 148.401 ppm

21
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 148.401 ppm x 37.82 x 10 ml
= 148.401 mg/1000 ml x 37.82 x 10 ml
= 0.148401 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 56.125 mg/10ml dalam 100.74 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
56,125 mg
= x 754.56 mg
100.74 mg
= 420.385mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
420.385 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 120.11 %
f. Replikasi 6
- y = bx - a
4638243 = 35364x - 172074
4638243 + 172074 = 35364x
4810317 = 35364x
4810317
x =
35364
x = 136.022 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 136.022 ppm x 37.82 x 10 ml
= 136.022 mg/1000 ml x 37.82 x 10 ml
= 0.136022mg/ml x 37,82 x 10 ml
= 51.443 mg/10ml dalam101.32 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
51.443mg
= x 754.56 mg
101.32mg
= 383.111 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket

22
383.111mg/tab
= x 100%
350 m g
= 109.460 %

g. Replikasi 7
- y = bx - a
4990540 = 35364x - 172074
4990540 + 172074 = 35364x
5162614 = 35364x
5162614
x =
35364
x = 145.985 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 145.985ppm x 37.82 x 10 ml
= 145.985 mg/1000 ml x 37,82 x 10 ml
= 0.145985 mg/ml x 37,82 x 10 ml
= 55.211 mg/10ml dalam 98.87 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
55.211 mg
= x 754.56 mg
98.87 mg
= 421.361 mg/tab
k andungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
421.361 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 120.388 %
h. Replikasi 8
- y = bx - a
4970894 = 35364x - 172074
4970894 + 172074 = 35364x
5142968 = 35364x
5142968
x =
35364
x = 145.429 ppm

23
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 145.429 ppm x 37.82x 10 ml
= 145.429 mg/1000 ml x 37,82 x 10 ml
= 0.145429mg/ml x 37,82 x 10 ml
= 55.001 mg/10ml dalam 98.11 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat peni mbangan
55.001mg
= x 754.56 mg
98.11 mg
= 423.010 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
423.010 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 120.86 %
i. Replikasi 9
- y = bx - a
5016096 = 35364x - 172074
5016096 + 172074 = 35364x
5188170 = 35364x
5188170
x =
35364
x = 146.707 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 146.707 ppm x 37.82 x 10 ml
= 146.707 mg/1000 ml x 37.82 x 10 ml
= 0.146707 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 55.484 mg/10ml dalam101.70 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
55.484 mg
= x 754.56 mg
101.70 mg
= 411.661 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket

24
411.661 mg/ tab
= x 100%
350 m g
= 117.617 %
j. Replikasi 10
- y = bx - a
4922872 = 35364x - 172074
4922872 + 172074 = 35364x
5094946 = 35364x
5094946
x =
35364
x = 144.071 ppm

- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan


= 144.071 ppm x 37.82 x 10 ml
= 144.071 mg/1000ml x 37,82 x 10 ml
= 0.144071 mg/ml x 37,82 x 10 ml
= 54.487 mg/10ml dalam 99.52 mg
kadar
- Kandungan PCT dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
54.487 mg
= x 754.56 mg
99.52 mg
= 413.120 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
413.120 mg/tab
= x 100%
350 mg
= 118.034 %
Rata – rata % recovery Paracetamol =

119.584 % +121.025 %+116.665 %+122.741 %+120.11 %+109.460 %+ 120.388% +120.86 %+ 117.617 %+ 11


10
1186.484
= 10
= 118.6484 %

5. Perhitungan Kadar Ibuprofen (Y = 15789x + 89239)


25
Volume awal = 10 ml
10 5
Faktorpengenceran = x
3 0.44
Bobotrata-rata = 0.754.56 g = 754.56 mg
a. Replikasi1
- y = bx + a
1180747 = 15789x + 89239
1180747 – 89239 = 15789x
1091508 = 15789x
1091508
x =
15789
x = 69.130 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 69.130 ppm x 37.82 x 10 ml
= 69.130 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.06913 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.144 mg/10ml dalam 99.53 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofendalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.144 mg
= x 754.56 mg
99.53 mg
= 198.20 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
198.20 mg/tab
= x 100%
200 mg
= 99.1 %
b. Replikasi 2
- y = bx + a
1254746 = 15789x + 89239
1254746 – 89239 = 15789x
1165507 = 15789x
1165507
x =
15789
x = 73.817 ppm

26
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 73.817 ppm x 37.82 x 10 ml
= 73.817 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.073817 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 27.917 mg/10ml dalam100.06 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
27.917 mg
= x 754.56 mg
100.06 mg
= 210.524 mg/tab
ka ndungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
210.524 mg/tab
= x 100%
200 mg
= 105.262 %
c. Replikasi 3
- y = bx + a
1200240 = 15789x + 89239
1200240 – 89239 = 15789x
1111001 = 15789x
1111001
x =
15789
x = 70.365 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 70.365 ppm x 37.82 x 10 ml
= 70.365 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.070365 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.612 mg/10ml dalam100.88 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimb angan
26.612mg
= x 754.56 mg
100.88 mg
= 199.051 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket

27
199.051mg /tab
= x 100%
200 mg
= 99.525 %
d. Replikasi 4
- y = bx + a
1201517 = 15789x + 89239
1201517 – 89239 = 15789x
1112278 = 15789x
1112278
x =
15789
x = 70.446 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 70.446 ppm x 37.82 x 10 ml
= 70.446 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.070446 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.642 mg/10ml dalam99.84 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.642mg
= x 754.56 mg
99.84 mg
= 201.352 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
201.352mg/tab
= x 100%
200 mg
= 100.676 %
e. Replikasi 5
- y = bx + a
1189869 = 15789x + 89239
1189869 – 89239 = 15789x
1100630 = 15789x
1100630
x =
15789
x = 69.708 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan

28
= 69.708 ppm x 37.82 x 10 ml
= 69.708 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.069708 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.363 mg/10ml dalam100.74 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.363 mg
= x 754.56 mg
100.74 mg
= 197.463 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
197.463mg /tab
= x 100%
200 mg
= 98.731 %
f. Replikasi 6
- y = bx + a
1209447 = 15789x + 89239
1209447 – 89239 = 15789x
1120208 = 15789x
1120208
x =
15789
x = 70.948 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 70.948 ppm x 37.82 x 10 ml
= 70.948 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.070948 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.832 mg/10ml dalam101.32 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.832mg
= x 754.56 mg
101.32mg
= 199.825 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
199.825mg /tab
= x 100%
200 mg
29
= 99.912 %
g. Replikasi 7
- y = bx + a
1201910 = 15789x + 89239
1201910 – 89239 = 15789x
1112671 = 15789x
1112671
x =
15789
x = 70.471 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 70.471 ppm x 37.82 x 10 ml
= 70.471 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.070471 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.652 mg/10ml dalam98.87 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.652mg
= x 754.56 mg
98.87 mg
= 203.403 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
203.403 mg/tab
= x 100%
200 mg
= 101.701 %
h. Replikasi 8
- y = bx + a
1172583 = 15789x + 89239
1172583 – 89239 = 15789x
1083344 = 15789x
1083344
x =
15789
x = 68.613 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 68.613 ppm x 37.82 x 10 ml
= 68.613 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
30
= 0.068613 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 25.949 mg/10ml dalam98.11 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
25.949 mg
= x 754.56 mg
98.11 mg
= 199.572 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
199.572mg /tab
= x 100%
200 mg
= 99.786 %
i. Replikasi 9
- y = bx + a
1231838 = 15789x + 89239
1231838 – 89239 = 15789x
1142599 = 15789x
1142599
x =
15789
x = 72.366 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 72.366 ppm x 37.82 x 10 ml
= 72.366 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.072366 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 27.368 mg/10ml dalam101.70 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
27.368 mg
= x 754.56 mg
101.70 mg
= 203.056 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
203.056 mg/tab
= x 100%
200 mg
= 101.528 %

31
j. Replikasi 10
- y = bx + a
1198737 = 15789x + 89239
1198737 – 89239 = 15789x
1109498 = 15789x
1109498
x =
15789
x = 70.270 ppm
- Kadar = x ppm x fp x volume awalpembuatan
= 70.270 ppm x 37.82 x 10 ml
= 70.270 mg/1000ml x 37.82 x 10 ml
= 0.07027 mg/ml x 37.82 x 10 ml
= 26.576 mg/10ml dalam99.52 mg
kadar
- Kandungan Ibuprofen dalam 1 tab = x bobot rata-rata
berat penimbangan
26.576 mg
= x 754.56 mg
99.52 mg
= 201.499 mg/tab
kandungan PCT dalam 1 tab
- Recovery = x 100%
kandungan etiket
201.499 mg/tab
= x 100%
200 mg
= 100.749 %

Rata – Rata % Recovery

99.1 %+105.262 %+ 99.525 %+100.676 % +98.731 %+99.912 % +101.701% +99.786 % +101.528 %+100.74
10

1006.97
=
10

= 100.697 %
32
H. PEMBAHASAN
a. Analisis Sampel

Praktikum kali ini tentang Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), yang
bertujuan untuk menganalisis kadar senyawa dalam suatu sampel dengan menggunakan
metode KCKT. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode
kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara cepat dengan bantuan tekanan dan
hasil yang diperoleh dideteksi dengan instrumen (Willard et al., 1988). Prinsip kerja
KCKT adalah dapat digunakan untuk memisahkan zat-zat yang tidak tahan pemanasan.
Keunggulan metode ini dibanding metode pemisahan lainya terletak pada ketepatan
analisis dan kepekaan yang tinggi serta cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa non
volatile yang tidak tahan pada pemanasan.
Sampel yang digunakanpadapraktikuminiadalahsampel tablet merek “X” beredar
di daerah Semarang.Pemilihan sampel ini didasarkan atas obat yang memiliki nomor
registrasi, nomor batch, dan mencantumkan komposisi zat aktif parasetamol dan
ibuprofen.Nomor regristrasi penting karena merupakan jaminan legalitas suatu produk
untuk dapat dipasarkan. Sampel juga diharuskan memiliki nomor batch yang sama. Hal
ini dikarenakan agar sampel tersebut melalui serangkaian proses produksi yang sama dan
menjamin kandungan produk parasetamol dan ibuprofen.
Dalam etiket pada kemasan, tertera kandungan parasetamol 350 mg dan
ibuprofen 200 mg. Menurut Sevilla (1993), pengambilan sampel minimal 10% dari
populasi, sedangkan untuk populasi kecil pengambilan sampel minimal 20%.
Pengambilan sampel sebanyak 20 tablet kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Sampel
yang digunakan memiliki nomor batch yang sama dan dilakukan replikasi sebanyak 10
kali.
Tabel 1. Keseragaman Bobot Tablet Merk ”X”
Keseragaman Bobot (g)
0,7580 0,7600 0,7571 0,7476
0,7443 0,7526 0,7630 0,7677
0,7370 0,7467 0,7540 0,7584
0,7341 0,7562 0,7577 0,7573
0,7440 0,7637 0,7530 0,7788
Bobot rata-rata tablet = 0,754,56 gr
754,56mg
Penyimpangan 5 % 754,56 ± 37,7
Penyimpangan 10% 754,56 ± 75,4

33
Berdasarkan penimbangan bobot 20 tablet, diperoleh bobot rata-rata tablet merk
”x” adalah mg. Kandungan parasetamol adalah 350 dan ibuprofen 200 mg. Sehingga
tablet merk ”x” mengandung bahan tambahan kurang lebih sebanyak 200 mg.
Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, syarat keseragaman bobot untuk
tablet tidak bersalut yang memiliki bobot rata-rata lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih
dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satupun
tablet yang bobotnya menyimpang 10% dari bobot rata-rata (Anonim, 1995).
Berdasarkan hasil yang diperoleh tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari
persyaratan keseragaman bobot.

b. Pembuatan Fase Gerak


Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran metanol :
aquabidest (90:10), pH 4 dengan penambahan asam asetat glasial). Campuran ini
berdasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Prabowo(2010).

Berdasarkan pengamatan gambar, campuran metanol dan aquabidest akan


menghasilkan larutan yang memiliki pH 5,0. Pada kondisi ini, ibuprofen mengalami
tailing atau pengekoran. Dilakukan modifikasi pengaturan pH menjadi 4,0 dengan
penambahan asam asetat glasial dan diperoleh peak yang lebih baik (tidak tailing) .
Asam asetat glasial dipilih untuk mengatur pH karena bersifat asam lemah. Sehingga
penambahan sedikit saja, tidak menyebabkan fase gerak bersifat terlalu asam. Jika fase
gerak terlalu asam (pH ≤ 2), maka dapat menyebabkan kerusakan kolom. Pada pH
terlalu asam oktadesilsilan akan bereaksi dengan asam dan akan melepaskan
oktadesilnya sehingga kembali ke bentuk silanol.
Salah satu komponen dari fase gerak yang digunakan adalah metanol. Senyawa
yang akan diuji memiliki kelarutan yang baik di dalam metanol. Metanol memiliki
viskositas yang rendah yaitu 0,54cP, sehingga dapat mengurangi tekanan pada kolom
untuk menjaga keawetan dari kolom dan pompa. Fase gerak yang digunakan bersifat
polar, sedangkan fase diam yang digunakan adalah C18bersifat non polar, maka sistem
kromatografi yang digunakan adalah kromatografi fase terbali

34
c. Pembuatan Larutan Baku
Larutan baku dibuat dengan seri konsentrasi tertentu. Pelarut yang digunakan
adalah metanol p.a karena kedua komponen senyawa larut dalam metanol. Selain itu
metanol juga merupakan komponen terbesar dari fase gerak, sehingga mudah terelusi
dengan fase gerak.
Larutan baku paracetamol dan ibuprofen untuk pembuatan kurva baku dibuat
dalam 5 seri konsentrasi. Konsentrasi untuk parasetamol adalah 70; 105; 122,5; 140;
157,5 dan 175 ppm. Sedangkan konsentrasi ibuprofen adalah 40; 60; 70; 80; 90; dan 100
ppm.

d. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan Parasetamol danIbuprofen dengan


Spektrofotometer UV
Penetapan panjang gelombang pengamatan ditujukan untuk mengetahui panjang
gelombang dimana parasetamol dan ibuprofen memiliki serapan yang optimal secara
bersamaan pada sistem KCKT. Detektor yang digunakan pada sistem KCKT adalah
spektrofotometer ultraviolet. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan
spektrofotometri ultraviolet adalah memiliki gugus kromofor.
Berdasarkan pengamatan dapat dilihat bahwa serapan antara parasetamol dan
ibuprofen saling tumpang tindih pada panjang gelombang antara 220 nm sampai 240 nm
dan berpotongan pada panjang gelombang 230 nm. Berdasarkan spektra tumpang tindih
tersebut, panjang gelombang yang digunakan pada analisis dengan sistem KCKT adalah
230 nm, karena merupakan panjang gelombang perpotongan kedua senyawa sehingga
memiliki serapan yang optimum secara bersamaan.
Perbandingan komposisi parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk “x”
adalah 7:4. Komposisi ibuprofen lebih kecil jika dibandingan parasetamol, maka
pemilihan panjang gelombang pengamatan lebih diutamakan untuk memperoleh serapan
yang tinggi pada ibuprofen. Jika panjang gelombang pengamatan yang digunakan pada
223 nm, maka hasil yang diperoleh akan kurang optimal karena panjang gelombang
tersebut berdekatan dengan panjang gelombang metanol yaitu 205. Jika menggunakan
panjang gelombang 240 nm, maka serapan ibuprofen akan kecil atau dapat tidak
memberikan serapan.

39
e. Data PersamaanKurva Baku Parasetamol danIbuprofen
Persamaan kurva baku menyatakan hubungan linear antara konsentrasi dengan
Area Under Curve (AUC) yang dihasilkan. Parameter yang digunakan untuk menentukan
linearitas adalah koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi menyatakan korelasi antara
konsentrasi dengan AUC. Pemilihan kurva baku didasarkan pada nilai (r) > 0,99 (Chan et
al., 2004). Persamaan kurva baku parasetamol dan ibuprofen yang diperoleh:
1. Baku Parasetamol
Tabel 2. Konsentrasi Parasetamol vs AUC
Baku Parasetamol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Seri baku AUC Seri baku AU Seri baku AUC
(ppm) (ppm) (ppm)
C
70,0 2437397 70,0 2307560 75,0 2047792
105,0 3927465 105,0 3648424 105,0 3486008
122,5 3878446 122,5 3927465 122,5 4284769
140 5323163 140,0 4935837 140,0 4178335
157,5 6049820 157,5 5328015 157,5 4905496
175 7070688 175,0 6050790 175 5561752
a -823458 a -172074 a -26064
b 43672 b 35364 b 31569
R 0,9803 R 0,9946 R 0,9802

Persamaan kurva baku yang diperoleh adalah:


Replikasi 1 : y = 43672x - 823458
Replikasi 2 : y = 35364x - 172074
Replikasi 3 : y = 31569x + 26064

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa persamaan kurva baku


parasetamol yang digunakan untuk menetapkan kadar adalah pada replikasi 2, yaitu
y=35364x + (- 172074)yang memiliki nilai r = 0,9946. Nilai tersebut menggambarkan
bahwa hasil uji sebanding dengan konsentrasi (jumlah) analit didalam sampel.

2. Kurva Baku Ibuprofen


Tabel 3. Konsentrasi ibuprofen vs AUC
Baku Ibuprofen
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

40
Seri baku AUC Seri baku AUC Seri baku AUC
(ppm) (ppm) (ppm)
40 781714 40 723600 40 878381
60 1029707 60 1031771 60 1218188
70 1153765 70 1203848 70 1409751
80 1319124 80 1336962 80 1636694
90 1507308 90 1514881 90 1847692
100 1646629 100 1671321 100 1965876
A 165051 A 89239 a 112783
B 14654 B 15789 b 18818
R 0,9963 R 0,9996 R 0,9975

Persamaan kurva baku yang diperoleh adalah:


Replikasi 1 : y = 14654x + 165051
Replikasi 2 : y = 15789x + 89239
Replikasi 3 : y = 18818x + 112783
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persamaan kurva baku
ibuprofen yang digunakan untuk menetapkan kadar adalah pada replikasi 2, yaitu y =
15789 + 89239 yang memiliki nilai r = 0,9996. Nilai tersebut menggambarkan bahwa
hasil uji sebanding dengan konsentrasi (jumlah) analit didalam sampel.

f. Penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk”X”


dengan KCKT

Semua tablet dihomogenkan, dengan cara digerus menjadi satu. Hal ini untuk
memenuhi kriteria sampel, yaitu homogen. Sampel di larutkan dengan metanol untuk

41
mengekstraksi senyawa parasetamol dan ibuprofen dari tablet. Hal ini didasarkan kedua
senyawa mudah larut dalam metanol sedangkan untuk bahan-bahan tambahan lain tidak
larut dalam metanol, disaring dengan kertas saring. Bahan-bahan tambahan seperti bahan
pengisi, pengikat, penghancur, dan pelicin tidak larut dalam metanol karena karakteristik
kelarutan amilum, gelatin, dan magnesium stearat tidak larut dalam metanol. Penyaringan
ditujukan untuk menghilangkan partikel-partikel karena jika tidak dihilangkan dapat
menyumbat kolom. Millipore digunakan untuk menjamin bahwa tidak ada senyawa dari
bahan tambahan yang dapat mengganggu pengukuran. Lalu larutan di degassing untuk
menghilangkan gelembung, karena adanya gelembung dapat menggangu pengukuran.

g. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi
sampel(tR) dengan waktu retensi(tR) baku pembanding. Pada penelitian ini dilakukan
analisis kualitatif. Hasil kromatogram sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut:

42
iii
Gambar 5. Kromatogram pemisahan dari campuran parasetamol (A) dan
Ibuprofen(B) dengan fase gerak metanol : aquabidest (90:10 v/v)
A. Baku parasetamol konsentrasi tengah (122,5ppm)
B. Baku ibuprofen konsentrasi tengah (70ppm)
C. Sampel campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk“x”

Dari gambar kromatogram sampel, dapat dilihat waktu retensi masing-masing


senyawa dan dibandingkan dengan waktu retensi baku yang ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 6 . Data waktu retensi(tR) baku parasetamol, ibuprofen dan sampel


Senyawa tR baku (menit) tR sampel (menit)
Parasetamol 1,682 1,681
Ibuprofen 2,967 2,954

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa waktu retensi baku
parasetamol adalah 1,682 menit dan baku ibuprofen adalah 2,967 menit. Waktu retensi
masing-masing senyawa dalam sampel adalah 1,681 dan 2,954. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sampel mengandung parasetamol dan ibuprofen. Waktu retensi parasetamol dan
ibuprofen berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan interaksi kedua senyawa dengan fase
diam dan fase gerak pada sistem KCKT. Fase diam yang digunakan adalah C18yang
bersifat nonpolar, sedangkan fase gerak yang digunakan adalah metanol:aquabides
(90:10, pH 4,0) bersifat polar maka senyawa yang bersifat lebih polar akan lebih cepat
keluar dari kolom. Parasetamol cenderung bersifat lebih polar dibandingkan dengan
ibuprofen, sehingga parasetamol akan lebih dulu terelusi. Hal ini dikarenakan fase gerak
yang digunakan bersifat lebih polar dibandingkan fase diamnya.
Pemisahan yang optimal dapat diketahui dari nilai resolusinya (resolusi yang
baik adalah lebih dari 1,5 dimana pemisahannya ≥ 99,7%) (Sastrohamidjojo, 2002). Nilai
resolusi yang diperoleh dari pemisahan kedua senyawa adalah 6,1201. Nilai tersebut telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan (lebih dari 1,5) dan peak kedua senyawa runcing

43
(tidak tailing). Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan (lebih dari 1,5)
dan peak kedua senyawa runcing (tidak tailing)

h. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar tiap zat aktif tablet
merk ”x” yang beredar dipasaran yang memiliki komposisi parasetamol 350 mg dan
ibuprofen 200 mg. Setelah itu, larutan diinjeksikan ke dalam sistem KCKT. Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil kromatgram Data penetapan kadar campuran parasetamol


dan ibuprofen dalam tablet merk ”x”
Parasetamol Ibuprofen
Replikasi AUC (Y) Recovery AUC Recovery
(%) (Y) (%)

1 4990259 119,584 % 1180747 99,1 %


2 5080306 121,025 % 1254746 105,262 %
3 4932582 116,665 % 1200240 99,525 %
4 5143074 122,741% 1201517 100,676 %
5 5075995 120,11 % 1189869 98,731 %
6 4638243 109,460% 1209447 99,912 %
7 4990540 120,388 % 1201910 101,701 %
8 4970894 120,86 % 1172583 99,786 %
9 5016096 117,617 % 1231838 101,528 %
10 4922872 118,034 % 1198737 100,749 %

Rerata 118,6484 % Rerata 100,697 %


Recovery Recovey

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat hasil perhitungan Recovery


parasetamol dan Ibuprofen replikasi 1 sampai replikasi 10. Berdasarkan perhitungan
recovery parasetamol replikasi 1 sampai replikasi 10 didapat konsentrasi pct replikasi 1
= 145,977 ppm dengan perolehan kadar = 119,584 %, konsentrasi Pct replikasi 2 =
148,523 ppm dengan perolehan kadar 121,025 %, konsentrasi Pct replikasi 3 = 144,346
ppm dengan perolehan kadar 116,665 %. konsentrasi Pct replikasi 4 = 150,298 ppm
dengan perolehan kadar122,741 %. Konsentrasi Pct replikasi 5 = 148,401 ppm dengan
perolehan kadar 120,11 %. Konsentrasi Pct replikasi 6 = 136,022 ppm dengan perolehan
kadar 109,460 %. Konsentrasi Pct replikasi 7 = 145,985 ppm dengan perolehan kadar
120,388 %. Konsentrasi Pct replikasi 8 = 145,429 ppm dengan perolehan kadar 120,86

44
%. Konsentrasi Pct replikasi 9 = 146,707 ppm dengan perolehan kadar 117,617 %.
Konsentrasi Pct replikasi 10 = 144,071 ppm dengan perolehan kadar 118,034 %. Dan
diperoleh rerata recovery parasetamol sebesar 118,6484 %. Persyaratan acetaminophen
(c8H9No2) di Farmakope Indonesia Edisi III hal. 37 adalah acetaminofen mengandung
tidak boleh kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % dari jumlah yang tertera
dietiket. Pada hasil kadar praktikum acetaminophen replikasi 1-10 dan hasil rerata
recovery tidak memenuhi persyaratan kadar karena melebihi 101,0 %.
Berdasarkan perhitungan recovery Ibuprofen replikasi 1 sampai replikasi 10
didapat, konsentrasi ibuprofen replikasi 1 = 69,130 ppm dengan perolehan kadar = 99,1
%, konsentrasi ibuprofen replikasi 2 = 73,817 ppm dengan perolehan kadar 105,262 %,
konsentrasi ibuprofen replikasi 3 = 70,365 ppm dengan perolehan kadar 99,525 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 4 = 70,446 ppm dengan perolehan kadar 100,676 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 5 = 69,708 ppm dengan perolehan kadar 98,731 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 6 = 70,948 ppm dengan perolehan kadar 99,912%.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 7 = 70,471 ppm dengan perolehan kadar 101,701 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 8 = 68,613 ppm dengan perolehan kadar 99,786 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 9 = 72,366 ppm dengan perolehan kadar 101,528 %.
Konsentrasi Ibuprofen replikasi 10 = 70,270 ppm dengan perolehan kadar 100,749 %.
Dan diperoleh rerata recovery Ibuprofen sebesar 100,697 %. Persyaratan Ibuprofen di
Farmakope Indonesia Edisi IV adalah persyaratan kadar zat aktif dari tablet Ibupofen
yaitu harus mengandung tidak boleh kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %
dari jumlah yang tertera dietiket. Pada hasil kadar praktikum Ibupropen replikasi 1-10
dan hasil rerata recovery telah memenuhi persyaratan kadar karena tidak melebihi
rentang persyaratan kadar yang ada pada FI edisi IV.

45
I. KESIMPULAN
1. Persyaratan acetaminophen (c8H9No2) di Farmakope Indonesia Edisi III hal. 37
adalah acetaminophen mengandung tidak boleh kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % dari jumlah yang tertera dietiket. Pada hasil kadar praktikum
acetaminophen replikasi 1-10 dan hasil rerata recovery tidak memenuhi persyaratan
kadar karena melebihi 101,0 %.
2. Persyaratan Ibuprofen tablet di Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 450 adalah
persyaratan kadar zat aktif dari tablet Ibupofen yaitu harus mengandung tidak boleh
kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera dietiket.
Pada hasil kadar praktikum Ibupropen replikasi 1-10 dan hasil rerata recovery telah
memenuhi persyaratan kadar karena tidak melebihi rentang persyaratan kadar yang
ada pada FI edisi IV.

46
DAFTAR PUSTAKA

Allen Jr and Popovich, N .G., 2005, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems, 8th edition, 235, William and Wilkins,Pensylvania.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia ed. III, 6-7 , Departemen Kesehatan Indonesia,
Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia ed. IV, 4-6, 107, 404, 450, 515, 649, 1009- 1011,
Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 185, 355, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.

Anonim, 2010, Motrin(Ibuprofen) Summary, http://www.druglib.com/druginfo/diakses


tanggal 26 Maret 2010

Ansel, H. C., 1985, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim, 244-245, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Aulton, M., and Summer, M., 1994, Pharmaceutitics : The Science of Dosage Form Design,
2nd ed., 305-306, Churchill Living Stone, London.
Battu, P. R., and Reddy, M. S., 2009a, RP-HPLC Method for Simultaneous Estimatio of
Paracetamol and Ibuprofen in Tablets,
http://www.ajrconline.org/AJRC%20V0l2%20(1)%20PDF%20Final/19.pdf,
diakses tanggal 29 Agustus2009
Chan, C.C., Lam, H., Lee, Y.C., and Zhang, X., 2004, Analytical Method Validation and
Instrument Performance Verification, 16, John Wiley & Sons, Inc., USA.
Christian, 2004, Analytical Chemistry, ed.6, 465, 604, John Willey & Sons, Inc, USA.
Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drugs, 465, The Pharmaceutical Press,
London.
Dean, J. A., 1995, Analytical Chemistry, 6th ed, 234, 253, 465, John Willey & Sons, Inc.,USA.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., and Schwarting, A. E., 1985, Introduction to Chromatography,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 205- 219, Penerbit ITB,
Bandung.
Johnson,E.L.,and Stevenson, R., 1978, Basic Liquid Chromatography, diterjemahkan oleh
Kosasih padmawinata, 6-9, 17-25, 90-91, 99-103, Penerbit ITB, Bandung
Kriswanto. 2013. Pengembangan dan Uji Validasi Metode Analisa Kadar Parasetamol dan
Kafein dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi [Skripsi]. Jurusan Pendidikan
Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia.
47
Kazakevich, Y. and Nair, H. M., 1996, Basic Liquid Chromatography Textbook on KCKT,
http://KCKT.chem.shu.edu/NEW/KCKT Book. diakses pada 25 Oktober2009
Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi III, 693-694, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lachman, 1976, Teori dan Praktek Industri Farmasi, Edisi III, 28, 31, 107-113, UI
Press,Jakarta.
Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-11, 26, 31, 34, Universitas
Airlangga, Surabaya.

Munson, J.W., 1984, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan oleh Harjana
Parwa B, 14-16, Universitas Airlangga Press, Surabaya.
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S dan Narsito, (Eds.),
Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, 16-17,
Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.
Pescok, R. L., Shields, L.D., and Caims, T., 1976, Modern Methods of Chemical Analysis, 2nd
ed., 51, John Wiley & Sons, Canada.

Prabowo,Y.P., 2009, Optimasi Pemisahan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan


Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik, Skripsi, Fakultas
Farmasi USD, Yogyakarta.
Rohman, A., dan Ganjar, I., G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, cetakan kedua, 33, 323-
345, Penerbit pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H., 2002b, Spektroskopi, 11, 22-32, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Susanti, M., Dachriyanus. 2014. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang : Andalas
University Press.
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya
Edisi V. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

48

Anda mungkin juga menyukai