KEJANG DEMAM
PENDAHULUAN
Gangguan aktivitas elektrikal
dalam otak yg disebabkan
beberapa gangguan atau
penyakit
Hampir 65% tdk diketahui atau
idiopatik
Gangguan fungsional kronik pd
otak yg ditandai dg aktivitas
serangan kejang yg berulang
2
1
EPIDEMIOLOGI
US : 100/100.000 per th usia 0-
1th non febrile seizure
Usia 39 – 40 th : 40/100.000
Usia 79 – 80 th : 140/100.000
Setelah usia 75 th, AK epilepsi
3400/100.000 pd pria (3,4%)
dan 2800/100.000 pd wanita
(2,8%) 3
ETIOLOGI
Penyebab secara pasti blm
diketahui
Genetik, congenital brain
malformations, infeksi, trauma
kepala anak
Trauma kepala dewasa
muda
Stroke, tumor, trauma kepala
paruh baya
Stroke, alzheimer, peny 4
degeneratif lansia
2
PATOGENESIS
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat atau 5
aspartat
3
EPILEPSI TONIK-KLONIK
4
Abscense attacks = petit mal
jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau
awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-
kedip, dengan kepala terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan
sering tidak disadari
Myoclonic seizure
biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal
Atonic seizure
jarang terjadi
pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan
otot jatuh, tapi bisa segera recovered 9
Petit mal
10
Kejang parsial
5
DIAGNOSIS
Didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan klinis
dengan hasil pemeriksaan EEG dan neurologis.
Anamnesis meliputi:
1. Pola/bentuk serangan
2. Lama serangan
3. Gejala sebelum, selama dan paska serangan
4. Frekuensi serangan
5. Faktor pencetus
6. Ada/tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
7. Usia saat serangan terjadinya pertama
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
9. Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
10. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
•MRI
•EEG
•CT Scan
12
6
TATA LAKSANA TERAPI EPILEPSI
TUJUAN TERAPI
Mengontrol atau mengurangi frekuensi kejang
SASARAN TERAPI
Keseimbangan neurotransmitter GABA di otak
13
TREATMENT
Individual & titrasi dosis
Monoterapi lebih baik
Minimalkan AED (Anti
Epilepsi Drug) sedatif, mulai
dari non sedatif
Mulai dari dosis terkecil
Sesuai jenis epilepsi
Jika gagal ganti
Monitoring 14
7
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Pembedahan
Hindari
faktor Terapi Non farmakologi Diet
pemicu ketogenik
Stimulasi
nerves vagus 15
8
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori
GABAergik:
agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi
inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA
contoh: benzodiazepin, barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi
GABA meningkat contoh: Vigabatrin
menghambat GABA transporter memperlama
aksi GABA contoh: Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan
cerebrospinal pasien mungkin dg
menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool contoh: Gabapentin
17
9
19
20
10
21
STATUS EPILEPTIKUS
kejang umum yang terjadi selama 30 menit
atau lebih atau kejadian kejang 2 kali atau
lebih tanpa pemulihan kesadaran di antara
dua kejadian tersebut
Merupakan kondisi darurat yg memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkan
kerusakan neurologik permanen maupun
kematian
22
11
TERAPI ?
Non-farmakologi:
Tanda-tanda vital dipantau
Pelihara ventilasi
Berikan oksigen
Cek gas darah utk memantau asidosis respiratory
atau metabolik
Kadang terjadi hipoglikemi berikan glukosa
24
12
25
5 menit pertama :
Periksa TTV
Beri O2
Cek gas darah untuk mengetahui
kejadian asidosis
Mulai monitoring EKG
26
13
6-10 menit:
Thiamine 100mg IV; 50 mL D50 IV
(kecuali tidak terjadi hipoglikemia)
Lorazepam 4mg IV selama 2 menit; jika
masih kejang; ulangi lagi selama 5
menit
Jika tidak tersedia, beri diazepam
20mg atau midazolam 10 mg secara
intranasal, bukal, atau IM.
27
10-20 menit:
Jika kejang masih berlangsung,
berikan fosphenytoin 20mg/kg IV ,
dengan monitoring TD dan EKG
28
14
10-60 menit:
Continuous IV midazolam : Load: 0.2 mg/kg; repeat 0.2-
0.4 mg/kg, boluses every 5 minutes until seizures stop, up to
a maximum total loading dose of 2 mg/kg. Initial rate: 0.1
mg/kg/hr. cIV dose range: 0.05 – 2.9 mg/kg/hr.
ATAU
Continuous IV propofol: Load: 1 mg/kg; repeat 1-2
mg/kg boluses every 3-5 minutes until seizures stop, up to
maximum total loading dose of 10 mg/kg. Initial cIV rate: 2
mg/kg/h. cIV dose range: 1-15 mg/kg/hr. Avoid >48 hrs of >5
mg/kg/h (increased risk of propofol infusion syndrome).
ATAU
IV valproate: 40 mg/kg over ~10 minutes. If still seizing,
additional 20 mg/kg over ~5 minutes
ATAU
IV phenobarbital: 20 mg/kg IV at 50-100 mg/min.
29
60 menit:
Continous IV Pentobarbital. Load: 5
mg/kg at up to 50 mg/min; repeat 5
mg/kg boluses until seizures stop.
Initial cIV rate: 1 mg/kg/hr. cIV-dose
range: 0.5-10 mg/kg/hr; traditionally
titrated to suppression-burst on EEG.
Mulai monitoring EEG ASAP jika
pasien tidak sadar
Arif H, Hirsch LJ. Semin Neurol. 2008;28:342–354. 30
[PubMed]
15
TOLERATING MEDICATIONS
Efek samping yang Warning Signs of
paling sering Possible
Rash Serious Side Effects
Mengantuk Rash, mual/muntah
Sariawan
MONITORING
Kepatuhan pasien
Frekuensi kejang
Interaksi obat
32
16
KEJANG DEMAM
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium/ekstrakranial.
Biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama 33
demam.
17
2. Kejang demam kompleks (Complex
febrile seizure)
Kejang demam dengan salah satu
ciri berikut ini:
a) Kejang lama > 15 menit
b) Kejang fokal atau parsial satu sisi,
atau kejang umum didahului
kejang parsial
c) Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam
35
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah perifer,
elektrolit dan gula darah
Pemeriksaan lumbal untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko
terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-
6,7%. Bila yakin bukan meningitis secara klinis
tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
Elektroensefalografi (EEG) tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam.
Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan
seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali 36
dikerjakan, tidak rutin
18
PROGNOSIS
Kemungkinan mengalami
kecacatan atau kelainan
neurologis
Kemungkinan mengalami
kematian
Kemungkinan berulangnya kejang
demam
37
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko lain adalah terjadinya
epilepsi di kemudian hari.
Faktor risiko menjadi epilepsi :
19
PENATALAKSANAAN
Biasanya kejang demam berlangsung
singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti.
Apabila datang dalam keadaan kejang obat
yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah DIAZEPAM iv.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5
mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-
2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit,
dengan dosis maksimal 20 mg.
39
LANJUTAN...
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal
Dosis diazepam rektal : 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan < 10 kg dan 10 mg untuk berat badan >
10 kg.
Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
< 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang
belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara
dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 40
menit.
20
LANJUTAN...
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam iv
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan
FENITOIN iv dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit
atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. 41
dianjurkan
21
LANJUTAN...
2. Antikonvulsan
DIAZEPAM oral dosis 0,3 mg/kg setiap
8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%-
60% kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap
8 jam pada suhu > 38,5 0C
Fenobarbital, karbamazepin, dan
fenitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang
demam 43
22
JENIS ANTIKONVULSAN UNTUK
PENGOBATAN RUMAT
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap
hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya
kejang
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan
efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan
terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50%
kasus.
OBAT PILIHAN SAAT INI adalah ASAM VALPROAT.
Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg
per hari dalam 1-2 dosis
Lama pengobatan rumat 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan 45
VAKSINASI
Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak
demam, terutama setelah vaksinasi
DPT atau MMR.
Rekomendasi parasetamol pada
saat vaksinasi hingga 3 hari
kemudian
46
23