Anda di halaman 1dari 7

1.

STRUCTURE OF THE EYE


Bagian-bagian penyusun lapisan kornea mata :

1. Epithelium
2. Membrana Bowman
3. Stroma
4. Membrana Descemet
5. Endothelium

1. Epithelium
Lapisan epitel kornea terdiri dari sel-sel epitel skuamous stratifikasi dan melapisi
sekitar 5 % (0,005 mm) dari total ketebalan kornea. Bentuk epithelium dan tear film
merupakan suatu permukaan yang licin. Tebalnya 50 µm yang terdiri dari 5 lapis sel-sel
epitel. Sempitnya ruang antara sel epitel superficial dapat mencegah masuknya air mata
kedalam stroma. Selanjutnya sel epitel basal perilimbal berproliferasi melanjutkan
perkembangan ke lapisan lain, kemudian berdiferensiasi ke sel superfisial yang sudah
matang. Sel ini dilapisi oleh mikrofili pada permukaan yang paling luar (dimana sel ini
dapat terlihat gelap jika menggunakan scanning mikroskop elektron dan terlihat terang
dengan mikroskop spekular). Proses diferensiasi berlangsung 7-14 hari. (Kanski JJ, 2007)
2. Membrana Bowman
Dibawah membrana basement dari epitelium terdapat lapisan transparan dari
jaringan yang disebut dengan membrana bowman. Membrana bowman merupakan
lapisan jernih aseluler. Membrana bowman memiliki struktur yang tipis dengan ketebalan
12 µ terletak diantara epitelium dan lamina propria (stroma).
Membrana bowman terdiri dari lapisan serat protein yang kuat disebut dengan
kolagen. Jika terjadi suatu trauma, dalam penyembuhannya membrana bowman akan
membentuk lapisan parut. Jika lapisan parut ini besar dan letaknya ditengah dapat terjadi
gangguan penglihatan. Membrana bowman merupakan jaringan yang tidak dapat
beregenerasi lagi jika terjadi suatu trauma. (Kanski JJ, 2007)
3. Stroma
Lapisan stroma memiliki ketebalan 0,5 mm yang merupakan 90% dari keseluruhan
ketebalan kornea. Stroma terdiri dari keratosit, proteoglikan dan lamel-lamel kolagen.
Serabut-serabut kolagen berjalan secara obliq pada sepertiga anterior stroma dan paralel
pada dua pertiga bagian posterior stroma, dan akhirnya secara sirkumferensia
mengelilingi Limbus. Keteraturan ini menentukan sifat kejernihan dari kornea.
Pemisahan serabut kolagen oleh cairan menyebabkan edema kornea sehingga kornea
menjadi suram. Unsur-unsur dasar yang terdapat dalam Stroma adalah proteoglikan.
Proteoglikan merupakan suatu glikoprotein yang mengandung satu rantai
glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan memberikan sifat hidrofilik pada stroma.
Glikosaminoglikan yang terdapat pada stroma kornea terdiri dari keratin sulfat,
kondroitin sulfat dan dermatan sulfat. Sel lapisan stroma disebut keratosit. Keratosit
berada diantara lamel-lamel kolagen yang berfungsi menghasilkan kolagen dan
proteoglikan. Struktur keratosit ini menyerupai fibroblast. Kornea memiliki ± 2-4 juta
keratosit, yang mencapai ± 5% dari volume stroma. Bagian anterior mempunyai sel yang
lebih padat (1058 sel/mm ) daripada bagian posterior (771 sel/mm ). Keratosit merupakan
2 2

sel yang sangat aktif. Optik kornea normal membutuhkan permukaan yang licin. Susunan
sel stroma dan makro molekul juga berperan dalam menjaga kornea tetap jernih. Dibawah
membrana bowman yang aselular , stroma kornea terdiri atas matrik sellular yang
terbentuk dari kolagen dan proteoglikan, tipe I dan tipe V kolagen fibrilar yang berikatan
dengan filamen kolagen tipe VI. Decorin merupakan korneal Proteoglikan yang utama
(berhubungan dengan sulfate dermatan) dan lumican (berhubungan dengan keratan
sulfate). (Kanski JJ, 2007)
4. Membrana Descemet
Membrana descemet adalah membran elastik yang jernih, amorf pada pemeriksaan
mikroskop elektron dan merupakan membrana basalis dari endotel kornea. Pada saat
lahir, ketebalan membrana descemet adalah 3-4 µm, dan ketebalan meningkat terus
sampai dewasa menjadi 10-12 µm.
Membrana descemet merupakan lapisan homogen yang kuat, membatasi bagian
posterior stroma. Membrana descemet sangat resisten terhadap bahan kimia, trauma, dan
proses patologi. Dibandingkan dengan membrana bowman, membrana descemet dapat
beregenerasi. (Kanski JJ, 2007)
5. Endotelium
Endotelium terdiri dari sel yang tersusun rapat, mosaic dan terbanyak adalah sel-sel
hexagonal. Endothelium merupakan sel yang tidak dapat beregenerasi. Sel endotel
manusia tidak berproliferasi secara in vivo. Hilangnya satu sel menimbulkan reaksi
pelebaran dan pergeseran sel sehingga dapat menutupi area yang rusak (defek). Secara
normal, densitas sel permukaan endotelium bervariasi, dimana konsentrasinya lebih
tinggi di perifer. Membran descemet merupakan dasar Membran basemant, yang
mengalami penurunan ketebalan dari 3 µm pada saat kelahiran hingga 10-12 µm pada
saat dewasa.
Kepadatan sel saat kelahiran sangat tinggi ± 7500 sel/mm², jumlah sel endotel pada
dewasa muda dengan kepadatan sel berkisar ± 3000 sel/mm². Kepadatan sel akan
menurun dengan meningkatnya usia sehingga pada orang tua kepadatan sel ± 2500-2700
sel/mm². Normal rata-rata kehilangan endotel setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sekitar 0,5 % pertahun. Jika kepadatan kornea ≤ 1000 sel/mm² memiliki resiko yang
besar untuk menjadi edema kornea. Ukuran, bentuk dan morfologi dari sel endotel dapat
dilihat dengan Specular Mikroskop pada Slit Lamp. Endotel berfungsi sebagai suatu
lapisan yang permeabel antara aquos humor dengan stroma kornea dan juga sebagai
pompa kation untuk mempertahankan kornea dalam kondisi dehidrasi. Bila terjadi trauma
pada endotel, maka penyembuhan lapisan terjadi dengan cara migrasi, yaitu dengan
dilakukannya kembali pengaturan dan perbaikan dari sisa sel yang masih sehat.
Kerusakan endotel dapat menimbulkan edema yang irreversible oleh karena sel Endotel
mempunyai kemampuan yang terbatas untuk membelah setelah lahir. (Kanski JJ, 2007)
Daftar Pustaka :
Kanski JJ, Clinical Ophtalmology, A Systematic Approach, Sixth Edition, Butterworth
Heinemann. 2007. London, P: 249-250

5. Hubungan pemberian sediaan suppositoria dengan first fast effect


Perjalanan obat melalui rektal jika diabsorbsi di vena hemoroidal bawah / tengah
maka obat akan dibawa ke vena cava melalui vena iliaca menuju jantung untuk
didistribusikan sehingga obat tidak melewati hati dan tidak mengalami first fast effect
dan segera menimbulkan efek, sedangkan jika obat diabsorbsi di vena hemoroid
superior obat akan menuju vena porta melalui vena mesentricum inferior yang
selanjutnya dibawa ke organ hati dan akan mengalami first fast effect sehingga
bioavailabilitas obat dalam tubuh berkurang setelah itu obat baru akan didistribusikan
untuk memberikan efek (Sudrajad dan Situmorang. 2017)

Daftar Pustaka :
Sudrajad Dan Situmorang. 2017. Perjalanan Obat Secara Parenteral. Jakarta :
Institut Sains & Teknologi Nasional
6. Jenis Sediaan Rektal
Solid Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang
dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria
rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra).
Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat. Dulcolax supositoria, Stesolid supositoria, dll.
(Ansel,2005)

Liquid Rektal suspensi, emulsi, atau enema pada sediaan rektal sangat sedikit
digunakan, karena tidak menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah.
Contoh : rowasa rectal suspension enema (mesalamine), asacol rectal
suspension enema (mesalazine). (Ansel,2005)

Semisolid Rektal cream, gels dan ointments digunakan untuk pemberian topical
ke area perianal. Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment
komersial yaitu : (Ansel,2005)
Daftar Pustaka : Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai