Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI ABNORMAL

Obsesif Kompulsif 

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi

Oleh : Miskah Spsi.Mpsi

Disusun Oleh :
 Anna Molina Manurung 1217171046
 Florus Gaurifa 1217171063
 Mifalalini Wau 1217171083
 Tumpol Erik L.Hutasoit 1217171118
 Yunus Wau 1217171125

Tingkat : I B

AKADEMI KEPERAWATAN HELVETIA


MEDAN 2013
KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,kasih dan
karuniaNya yang telah memberikan kemudahan sehingga makalah yang berjudul
“PSIKOLGI ABNORMAL OBSESIF KOMPULSIF”

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:


 Ibu Miskah.Spsi.Mpsi,selaku dosen mata kuliah psikologi yang telah memberikan
kesempatan dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.
 Teman-teman yang telah memberikan dukungan penuh dalam
penyusunan/penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.Adapun
pokok bahasan dalam makalah ini adalah membahas tentang defenisi dan kasus-kasus obsesif
komulsif.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................

1.2 TUJUAN.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI..................................................................................................

2.2 EPIDEMIOLOGI.....................................................................................

2.3 ETIOLOGI................................................................................................

2.4 GEJALA KLINIS.....................................................................................

2.5 DIAGNOSIS.............................................................................................

BAB III KESIMPULAN.................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ganguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai


denganadanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan
banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan.

1. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.


2. Gangguan obsesif – kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan
jiwa setelah fobia, g a n g g u a n p e n y a l a h g u n a a n z a t d a n g a n g g u a n
depresi berat.
3. Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif – kompulsif datang ke beberapa
dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat terapi,
baru kemudianmendapat diagnosis yang benar.
4. Hal ini menunjukkan bahwa dokter selain psikiater   penting untuk mendapat
diagnosis yang benar. 

1.2 TUJUAN

Makalah yang berjudul “Gangguan Obsesif – Kompulsif” ini dibuat


u n t u k   membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit
ini,serta membahas kasus-kasus tentang gangguan obsesif komplusif. Dengan itu
dapat lebih baik untuk mendiagnosis penyakit ini dengan tepat.
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1 DEFINISI

Obsesi adalah ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan
yangtidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha
logika,yang disertai dengan kecemasan. Sedangkan kompulsi adalah kebutuhan yang
patologisuntuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan.
Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai denganadanya
pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak  waktu
(lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).

Contoh Kasus_kasus Obsesif Kompulsif:

Contoh Kasus 1.

Alexis, 24, mengikuti terapi karena mencuci tangan secara kompulsif yang mengancam
akan menghancurkan hidupnya. Dia baru saja diterima di sekolah hukum, tapi Ia takut tidak
mampu duduk diam di kelas atau belajar dengan baik karena dorongan untuk mencuci tangan
yang muncul setiap kali Ia berpikir telah menyentuh sesuatu yang kotor. Setiap hari tampaknya
ada  begitu banyak benda kotor yang disentuhnya, dan yang paling kotor biasanya berhubungan
dengan toilet. Dia berdalih hal ini karena hal yang berhubungan dengan toilet dipenuhi oleh
mikroba yang menurutnya tergolong paling najis.
Alexis tahu bahwa memang tidak ada alasan atau sebab untuk paksaan(dorongannya)
tersebut. Dia cuci tangan untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang telah tercemar.
Terapinya memiliki hipotesis bahwa Dia dalam keadaan kotor dan membutuhkan
pemurnian berada di jantung. Penyebab OCD yang dialami Alexis ini diduga karena trauma
basal. Tindakan mencuci tangan yang dilakukannya berfungsi sebagai solusi palsu untuk
membersihkan apa yang seharusnya harus dibersihkan, tetapi mungkin dalam hal ini bukan
tangannya.
Langkah pertama adalah menemukan trauma yang menyebabkan gangguan OCD ini.
Akhirnya ditemukanlah bahwa kakeknya pernah melakukan penyiksaan seksual ketika dia
berusia enam tahun dengan cara menembus dan membuat Alexis mencium bau anusnya.

 Contoh Kasus 2.
VIVAnewLauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive
Disorder (OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan
melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren merasa
menjadi orang yang tidak normal.
Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika
dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari
DailyMirror. Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya
dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya.
“Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing berlangsung
dua jam,” ujar Lauren.
“Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian
tubuh saya harus dikontrol.” Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami
gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di
kepalanya, yang dia sebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam
keadaan kotor.
Lauren tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Lauren
memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu,
ibunya, Linda merasa heran, dengan kebiasaan Lauren.
Lauren terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah.
Penderitaan Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. “Saya selalu
merasa tidak normal.” Banyak teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai
orang aneh dan stres.
Di usia 10 tahun, Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada sesuatu
yang salah dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak ada kenapa dia merasa bersalah. Barulah ketika
berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia didiagnosis OCD. Saat
memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental Lauren. Kamar tidurnya penuh
dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus menulis.
“Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang
beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan kemudian
Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.” Lauren melanjutkan,
“Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya harus berbalik
sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi sampai hal itu benar.”
Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan sempurna tanpa ada kain
yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai setidaknya tiga kali
seminggu.
“Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian tubuh
yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan waktu dua
jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet, dia harus menyekanya dulu
kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek lembar pertama kertas
toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12
lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun
dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar-benar merasa nyaman.
“Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki. Jika
tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-jam.”
Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal akibat kasus
serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit OCD selama 30 tahun.
Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap hari karena, dia takut kuman.
“Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja terjadi pada saya,” ujar Lauren yang sangat
takut riwayat hidupnya akan berakhir tragis sama seperti Sam.

Adapun berbagai pemikiran tentang terjadinya berbagai gangguan obsesif kompulsif


serta penanggulanganya (diagnosis obsesif kompulsif) antara lain:
2.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi dari gangguan obsesif – kompulsif pada populasi umum adalah 2-


3%.Pada sepertiga pasien obsesif – kompulsif, onset gangguan ini adalah
sekitar u s i a 2 0 t a h u n , p a d a p r i a s e k i t a r 1 9 t a h u n d a n p a d a
w a n i t a s e k i t a r 2 2 t a h u n . Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki
dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki – laki lebih mudah terkena daripada remaja
perempuan.

2.3 ETIOLOGI

Faktor Biologis

Banyak penelitian yang mendukung adanya hipotesis bahwa


d i s r e g u l a s i serotonin berpengaruh pada pembentukan gejala gangguan obsesif –
kompulsif, tetapiserotonin sebagai penyebab gangguan obsesif kompulsif masih
belum jelas. Genetik   j u g a d i d u g a b e r p e n g a r u h u n t u k t e r j a d i n y a g a n g g u a n
o b s e s i f – k o m p u l s i f d i m a n a ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar
monozigot dan dizigot.

Faktor Tingkah Laku

Menurut teori, obsesi adalah stimulus yang terkondisi. Sebuah stimulus


yangrelatif netral diasosiasikan dengan rasa takut atau cemas melalui proses
pengkondisianresponden yaitu dengan dihubungkan dengan peristiwa – peristiwa yang
menimbulkanrasa cemas atau tidak nyaman.
Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa
perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif,
o r a n g t e r s e b u t mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk
kompulsi atau ritualuntuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan,
karena efikasinya dalamm e n g u r a n g i k e c e m a s a n , s t r a t e g i p e n g h i n d a r a n i n i
m e n j a d i s u a t u p o l a t e t a p d a l a m kompulsi.

Faktor Psikososial

Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif – kompulsif bisa disebabkan karenaregresi


dari fase anal dalam fase perkembangannya.
Mekanisme pertahanan psikologismungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi
gangguan obsesif – kompulsi.Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alas
an timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

2.4 GEJALA KLINIS

Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu – waktutetapi


gangguan ini mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui, yaitu :

1.Kontaminasi
Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau
k o m p u l s i menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanyasulit
untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.

2.Keraguan Patologis
Obsesi ini biasanya didikuti oleh komplusif
pemeriksaan berulang,pasien memiliki keraguan obsesi dan
merasa selalu bersalah tentang sesuatu atau melakukan
sesuatu
3.Pemikiran yang Mengganggu
Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan
a g r e s i f a t a u seksual yang salah oleh pasien.
4 . S i m e t r i
Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan
m e n i m b u l k a n k o m p u l s i kelambanan.Seseorang membutuhkan waktu berjam –
jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.

Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif – kompulsif adalahsebagai berikut:

OBSESI
 Perhatian terhadap kebersihan (kotoran,kuman, kontaminasi)
 Perhatian terhadap peralatan rumahtangga (piring, sendok)
 Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah,feces, urine)
 Obsesi Religius
 Obsesi seksual (nafsu terlarang atau tindakan seksual yang agresif)
 Obsesi terhadap kesehatan(sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimbulkan kematian)
 Onsesi ketakutan (menyakiti diri sendiriatau orang lain)
 Pemikiran mengganggu tentang suara,kata – kata atau music.

KOMPULSI
 Ritual mandi, mencuci danmembersihkan yang berlebihan
 Memeriksa berulang – ulang danmembuat inventaris peralatan
 Ritual mengatur posisi berulang-ulang
 Ritual menghindari kontak dengan sekrettubuh, menghindari sentuhan
 Ritual keagamaan yang berkelebihan (berdoa sepanjang hari)
 Ritual berhubungan seksual yang kaku
 Rituall berulang (pemeriksaan tanda vital berulang, diet yang terbatas,
mencariinformasi tentang kesehatan dankematian
 Pemeriksaan pintu, kompor, gembok danrem darurat berulang – ulang
 Menghitung, berbicara, menulis,memainkan alat musik dengan suaturitual yang
beragam.
2.5 DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik 
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau
tindakankompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari
s e l a m a s e d i k i t n y a 2 minggu berturut – turut.Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal –
hal berikut :
 Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
 Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipunada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
 Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal
yangmemberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atauanxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas)
 Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan
pengulanganyang tidak menyenangkan (
unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan
depresi.Penderita gangguan obsesif – kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala
depresid a n s e b a l i k n y a p e n d e r i t a g a n g g u a n d e p r e s i b e r u l a n g d a p a t
menunjukkan pikiran –  pikiran obsesif selama episode depresinya. Dalam
b e r b a g a i s i t u a s i d a r i k e d u a h a l tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif
umumnya dibarengi secara paraleldengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari
gangguan tersebut, makadiagnosis diutamakan dari gejala – gejala yang timbul terlebih
dahulu.D i a g n o s i s g a n g g u a n o b s e s i f – k o m p u l s i f d i t e g a k k a n h a n y a b i l a t i d a k
adagangguan depresif pada saat gejala obsesif – kompulsif tersebut
timbul. Bila darikeduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik
m e n g a n g g a p d e p r e s i s e b a g a i diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka
prioritas diberikan pada gejalayang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.G e j a l a
o b s e s i f s e k u n d e r y a n g t e r j a d i p a d a g a n g g u a n s k i z o f r e n i a , s i n d r o m Tourette,
atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
1. Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik
- Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impulls
(dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu.
- Meskipun isi pikiran tersebut berbeda – beda, umumnya
h a m p i r s e l a l u menyebabkan penderitaan (distress).

2. Predominan Tindakan Kompulsi

Pedoman Diagnostik
- Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan
( k h u s u s n y a mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan
bahwa suatu situasiy a n g d i a n g g a p b e r p o t e n s i b a h a y a t i d a k t e r j a d i
a t a u m a s a l a h k e r a p i h a n d a n keteraturan.Hal tersebut dilatar belakangi
perasaan takut terhadap bahaya yang mengancamdirinya atau bersumber dari
dirinya dan tindakan ritual tersebut meriupakan ikhtiar simbolik dan tidak
efektif untuk menghindari bahaya tersebut.
- Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam
dalams e h a r i d a n k a d a n g – k a d a n g b e r k a i t a n d e n g a n
k e t i d a k m a m p u a n m e n g a m b i l keputusan dan kelambanan

3. Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif 

Pedoman Diagnostik 
- Kebanyakan dari penderita – penderita obsesif – kompulsif
memperlihatkan pikiran serta tindakan kompulsif.Diagnosis ini digunakan
bilamana kedua hal tersebut sama – sama menonjol, yang umumnya
memang demikian.
- Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan
dalam d i a g n o s i s 1 a t a u 2 . H a l i n i b e r k a i t a n d e n g a n r e s p o n y a n g
berbedaterhadap pengobatan.Tindakan kompulsif lebih
r e s p o n s i f t e r h a d a p t e r a p i  perilaku.

Terapi Tingkah Laku

Baku emas terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif – kompulsif


meliputi paparan dan pencegahan ritual. Pada terapi ini pasien dipaparkan dengan
stimuli yangmemprovokasi obsesinya misalnya dengan menyentuh objek yang
terkontaminasi dan juga pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci
tangan.Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang
obsesinyakemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas
sampai yang  p a l i n g m e m b u a t c e m a s . D e n g a n m e l a k u k a n p a p a r a n b e r u l a n g
t e r h a d a p s t i m u l u s diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya
habituasi.
BAB III
KESIMPULAN
 
Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai denganadanya
pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak  w a k t u
(lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan
( d i s t r e s s ) . Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif,
ataukedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturut – turut.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan


g a n g g u a n obsesif – kompulsif antara lain:

terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkahlaku .

Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan


baik,adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.
DAFTAR PUSTAKA 

1.Diagnostic and statistical manual of mental disorder, 4 th ed. DSM-IVWashington DC :


American Psychiatry Association, 1994.
2.Saddock BJ, Saddock VA. Obsessive-Compulsive Disorder. Dalam : Kaplan
&Sadock’s Synopsis of Psychiatry, ninth ed. Lippincott Williams & Wilkins,Philadelphia, 2003.
h 616-23.
3.Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize  baffling
behaviour. Postgard Med 1999; 106(7): 133-41.
4.Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65
5.Elkin GD. Obsessive compulsive disorder. Dalam : Introduction to
ClinicalPsychiatry.1st ed. Appleton & Lange, USA, 1999. h 95-8
6.Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan
Jiwa;rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.76
7.http://bayuaslilow.multiply.com/journal/item/3.

Anda mungkin juga menyukai