1
Sakit Itu Konsep
2
Ketika orang menjadi sembuh, ada banyak faktor yang
ikut berkontribusi pada penyembuhan, dan kontribusi
terbesar adalah pikiran si sakit itu sendiri.
Kalau success rate obat beneran hanya 20%,
ternyata success rate placebo (obat yang dipercaya, tetapi
sebetulnya tidak mengandung obat sama sekali) justru
bisa menjangkau sampai 75%. Karena dalam
placebo sama sekali tidak ada zat aktif yang
menyembuhkan, maka 75% kesuksesan ini bersumber
pada kepercayaan si penderita. Jadi pikiran si penderita
memiliki andil yang sangat besar dalam menyembuhkan
penyakitnya. Tentu saja semakin kuat hubungan antara
penyakit tersebut dengan pikiran kesuksesan
penyembuhan yang dikontribusikan oleh pikiran menjadi
semakin besar.
Penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran adalah
penyakit psychosomatis. Psychosomatis bukan penyakit
pura-pura, melainkan benar-benar penyakit, ada bakteri
atau virus atau memang ada kesalahan fungsi organ,
tetapi pemicunya adalah pikiran. Pikiran sedih bisa bikin
penyakit, pikiran tertekan bisa bikin penyakit, beban
mental bisa bikin penyakit, semuanya menjadi baik
kembali ketika pikiran sudah melepaskan bebannya.
Walaupun kontribusi pikiran si penderita untuk menjadi
sembuh dominan, bukan berarti obat lalu tidak penting,
semua penting, tetapi masing-masing memiliki
kontribusi sendiri-sendiri.
5
sedang diguna-guna maka seluruh gejala seperti yang
dipercayainya menjadi disajikan oleh tubuhnya. Pikiran
memang tidak punya alat lain untuk merepresentasikan
dirinya kecuali tubuh itu sendiri. Kadang-kadang
bahkan yang punya pikiran sendiri sudah lupa mengapa
pikirannya menyuruh tubuh bereaksi tertentu, bagaimana
asal mula dan penyebabnya, seperti yang dialami oleh
remaja A *) Kalau tulisannya banyak saya pusing ia selalu pusing
bila membaca buku pelajaran sampai tidak naik kelas.
Tubuhnya terlanjur bikin otomatisasi, kalau membaca
kepala jadi pusing, padahal kalau baca komik
( sebenarnya membaca teks nya juga ) ia tidak pusing .
Penyakit yang dipicu oleh pikiran lebih sering
terjadi pada orang dewasa, karena orang dewasa sudah
punya banyak pengalaman hidup, termasuk pengalaman
menjadi sakit, pikirannya lebih piawai dalam
memfasilitasi penyakit itu sendiri. Ketika pikiran
menjadi frustrasi dan tidak menemukan jalan keluar,
maka pikiran lalu membuat tubuh jadi sakit.
Ada beberapa keuntungan dengan menjadikan
tubuh sakit. Dengan menjadi sakit, pikiran lalu
mendapat kesibukan baru diluar kefrustrasiannya.
Karena itu, hal yang membuatnya frustrasi agak
terlupakan. Bila rasa frustrasinya masih tetap menguasai
diri maka konsep sakit ini akan makin menyiksa dan
menyatakan diri dalam bentuk penyakit yang sebenarnya
seperti kasus yang dialami oleh Bapak T *)Ekseem forever
yang menderita eksem selama 3 tahun, dan setiap
sembuh eksemnya pindah tempat.
akan sakit atau tubuh akan sehat. Diagnosa penyakit dan
uji laboratorium hanya menentukan apakah organ tubuh
bekerja optimal atau tidak berfungsi. Obat dan perawatan
bukan mencirikan orang sakit atau sehat tetapi
dibutuhkan agar organ tubuh menjadi normal kembali.
6
Orang bisa tetap sehat walau tangannya buntung, artinya
organ tangannya tidak sempurna karena cuma sebatas
lengan, demikian pula orang yang gagal ginjal tetap sehat
karena fungsi ginjalnya diambil alih oleh mesin dialisa
darah.
Pada dasarnya sakit dan sehat adalah konsep
pikiran. Ketika organ tidak normal, pikiran bisa membuat
konsep bahwa dirinya sakit tapi bisa pula membuat
konsep pikiran bahwa dirinya tetap sehat.
Saya bisa batuk tetapi tetap memiliki konsep sehat
di pikiran. Memang dibandingkan dengan ketika saya
tidak batuk sekarang bicara saya kurang lantang dan
kurang lancar karena terpotong oleh batuk-batuk, tetapi
bicara sambil terbatuk-batuk karena tenggorokan saya
gatal tidak harus menjadikan saya memiliki konsep
sakit dipikiran saya. Banyak orang yang sedang sakit
(baca : memiliki konsep sakit didalam pikirannya)
mempaketkan keadaan, seolah-olah kalau tidak
sempurna ya sakit. Karena sekarang tenggorokan gatal
maka sekarang saya sakit. Karena konsep sakit yang
dianut, maka saya tidak masuk kerja, saya harus tidur di
ranjang, dan saya benar-benar lesu, lalu mulai tidak
bergairah, lalu karena tidur-tiduran tidak keluar tenaga
maka tidak lapar, lalu merasa tidak ada nafsu makan dst.
Makin lama paket sakitnya makin komplit saling
menguatkan bahwa dirinya sakit !
Ketika konsep sehat yang dianut, maka yang
dirasakannya hanyalah gangguan ditenggorokan, tidak
ada masalah dengan bicara apalagi pekerjaan lain yang
tidak pakai tenggorokan, paling-paling tidak bisa bicara
keras, dan lebih-lebih tidak ada masalah dengan soal
tidur karena sudah semalaman tidur. Ia merasa sehat
tetapi terganggu tenggorokannya, ia bekerja dan menjadi
keluar tenaga, lalu lapar, lalu memilih makanan, lalu
7
tidak ada sedikitpun perasaan bahwa ia kurang nafsu
makan. Ia tetap sehat walau hari ini batuk-batuk
melulu !
Dalam hal konsep sakit-sehat ini, binatang lebih
beruntung dari manusia. Manusia yang dikaruniai
kemampuan berpikir ini gemar bikin konsep, termasuk
didalamnya konsep bahwa dirinya sedang sakit atau
sedang sehat. Binatang sama sekali tidak punya konsep
ini maka tidak perlu ada anjing yang jadi dokter, yang
ada, paling-paling cuma manusia yang jadi dokter
anjing. Itupun bukan kebutuhan si anjing tetapi
kebutuhan para manusia sendiri.
Ketika seekor anjing tertusuk duri di kaki dan
bengkak, sang anjing merasa sakit di kaki, tetapi ia bisa
tetap melonjak-lonjak walau dengan terpincang-pincang
tetapi tetap penuh semangat menyambut tuannya, apalagi
kalau tuannya membawa makanan ! Karena tanpa konsep
dirinya sedang sakit maka ia tetap seperti biasa cuma
pincang jalannya. Nalurinya menjaga agar kaki yang
bengkak tidak dipaksa digunakan sebelum sembuh, maka
ia terpincang-pincang. Karena ekornya tidak ada
masalah, maka ekornya tetap bisa mengibas kekiri dan
kekanan. Ia tidak memiliki konsep sakit seperti
manusia, maka sakitnya sakit yang obyektif, partial pada
bagian sakit itu saja. Seketika bagian itu sembuh, ia akan
berjalan normal lagi. Ketika ia digoda majikannya untuk
meloncat padahal kakinya sakit, ia akan tetap meloncat
sekenanya, ia tetap berusaha agar bisa menjangkau
makanannnya.
Karena manusia dikaruniai kemampuan bikin
konsep, dan ia sedang berkonsep bahwa ia sedang sakit,
maka ia lalu membuat berbagai batasan sikap orang
sakit. Tidak hanya itu, ketika di goda ia menjadi marah
dan makin merasa sakit. Pada banyak kejadian, bahkan
8
ketika tidak ada yang menggodapun tetapi hanya karena
merasa digoda bisa menyebabkan lebih parah
penyakitnya sehingga dengan demikian, konsep sakitnya
jadi makin beralasan.
Dari contoh-contoh diatas menjadi jelas bahwa
konsep sakit adalah faktor pokok orang menjadi sakit.
Ketika konsep sakit sudah diadopsi maka orang benar-
benar sakit ! Orang yang sakit ini perlu dibantu untuk
melepas konsep sakit nya dan dirawat dengan obat
atau perawatan yang tepat agar organ-organ yang rusak
diperbaiki. Disinilah kontribusi obat, dokter, operasi,
suplemen, dll diperlukan, karena organ tubuh terlanjur
mengalami masalah, atau mungkin bakteri memang jadi
sudah terlanjur berkembang biak! Tetapi memperbaiki
organ-organ saja tanpa melepaskan konsep sakit tidak
akan pernah menyembuhkan! Begitu antibiotik
menumpas bakteri yang ada, segera infeksi lain menjalar
karena difasilitasi oleh konsep sakit yang belum lepas
dari pikiran. Sisakit akan selalu memfasilitasi
penyakitnya lagi, dan penyakitnya kumat lagi. Ia akan
memfasilitasi kerusakan organ dan perkembangan
bakteri yang makin lama makin parah.
Ketika konsep sakit nya tidak diterima oleh
lingkungan atau bahkan dicibir, orang akan makin
meyakinkan bahwa konsep sakit nya bukan isapan
jempol, artinya ia harus jadi semakin parah supaya
sakitnya bisa diterima oleh sipencibir. Kadang-kadang,
karena satu dan lain hal, bisa saja pikirannya jadi
frustrasi untuk meyakinkan bahwa ia sedang sakit, maka
penyakitnya menyurut dan sepertinya sembuh. Ia
meninggalkan konsep sakit dan menjadi lebih sehat,
tetapi karena perubahan konsep ini tidak disadari
sungguh-sungguh, maka konsep sakit yang telah
dilepas oleh frustrai ini hanya disimpan dulu didalam
9
pikiran dan sewaktu-waktu bisa muncul kembali.
Akibatnya penyakit yang pernah sembuh bertahun-tahun
kumat lagi.
Banyak diantara pasien saya yang bertambah parah
sakitnya karena tidak dipercaya bahwa sakitnya adalah
sakit sungguh-sungguh sakit, bahwaia tidak pura2 sakit.
Bagi orang di sekitar si pasien, persoalan sakitnya ini
tampak begitu sederhana, sehingga seringkali orang yang
ada disekitarnya memberi nasehat atau bahkan mencibir:
kalau ia tidak mau merasakan sakit maka semua
keluhan itu akan sirna.
Bagi orang yang tidak sakit, perasaan sakit tampak
seperti sekedar pakaian, kalau dipakai maka sakit kalau
tidak dipakai maka tidak sakit. Demikian sederhananya
sehingga bagi orang yang sedang tidak sakit, tinggal
menanggalkan baju sakit dan menggantinya dengan baju
sehat.
Sayang sekali keadaan seperti ini hanya bisa
dilakukan oleh orang sehat. Ketika Si Sehat itu sendiri
sedang di dera sakit belum tentu ia bisa menjalankan
teori yang dianutnya ketika sehat. Orang sakit dan orang
sehat sebenarnya berada dalam dua pulau berbeda.
Bukan seperti orang pakai baju, kadang baju sakit
kadang baju sehat.
Pada orang sakit yang disebabkan oleh pikiran
( psychosomatis) , kedua pulau itu benar-benar
berjauhan, bagaikan dua benua. Ketika ia sehat ia berada
pada benua yang satu dan pada saat ia sedang menderita
sakit oleh pikiran ia berada pada benua yang berbeda.
Ibarat disatu saat ia berada di Australia yang sedang
musim panas, dan pada saat yang lain ia berada di Eropa
yang musim dingin. Tidak ada satu logikapun yang yang
bisa menyambung kedua benua ini. Dijelaskan apapun,
diajak berlogika apapun kedua benua ini tidak bisa
10
dibuatkan jembatan.
Sebetulnya keadaan seperti ini juga dialami oleh
orang yang sedih dan orang yang girang.
Pada saat sedih kita tidak bisa menangkap
kegirangan, demikian pula sebaliknya. Meminjam istilah
analog-digital. Dimana digital berarti on-off sedangkan
analog adalah perubahan bertahap. Maka sebetulnya
pikiran manusia bekerja secara digital, sementara otot
bekerja secara analog. Kita tidak bisa memaksa otot kita
langsung mengangkat beban 100 kg, tetapi harus
bertahap dilatih sedikit demi sedikit dari 20kg, menjadi
25 kg, menjadi 30 kg dst.
Hampir semua proses dalam tubuh kita menganut
proses analog ini, proses yang berkesinambungan dan
bertahap sedikit-demi-sedikit. Proses belajar adalah
proses yang analog, makin lama makin mampu. Ketika
lambung kita tidak biasa makan pedas, maka begitu
makan pedas lambung sakit. Bila makin dibiasakan maka
lambung akhirnya bertoleransi dengan rasa pedas
tersebut dan tidak lagi perih. Proses membiasakan diri
adalah proses analog, dari tidak biasa , menjadi makin
biasa dan makin lama makin biasa secara bertahap.
Pikiran kita tidak bekerja melalui proses ini karena
semua proses dalam pikiran kita ( termasuk di dalamnya
perasaan kita) bekerja atas dasar keyakinan. Berubah
keyakinan berubah semua pikiran. Proses pada pikiran
hanya berpijak mau menerima atau tidak mau menerima.
Ketika orang mengatakan saya tidak begitu
yakin ,sebenarnya dia mengatakan bahwa ada bagian-
bagian yang BISA diterima oleh keyakinannya dan ada
bagian-bagian yang TIDAK mau diterima oleh
keyakinannya. Jadi bukan berarti bahwa ia hampir yakin
seperti warna merah yang sedang memudar menjadi
merah jambu untuk menjadi putih.
11
Ketika seorang anak sedang belajar sebetulnya ia
sedang mengumpulkan pengertian. Ia sedang
mengumpulkan apapun yang bisa ia terima dan apa saja
yang tidak bisa ia terima.
Ketika switch atau skakelar di pikirannya
memutuskan untuk menerima maka ia menjadi yakin dan
semua yang lain disimpan atau ditimbun untuk tidak lagi
dilihat. Dengan perkataan lain, setiap saat pikiran kita
selalu membuat keputusan untuk menerima sesuatu atau
tidak menerima sesuatu. Keputusan yang kita buat ini
adalah proses aktif, artinya memang dilakukan aktifitas
melakukan pilihan. Ketika pilihan ini kita putuskan
melalui pikiran sadar (misalnya : pikiran anda yang
sekarang sedang membaca tulisan ini) maka kita
merasakan bahwa kita memutuskan. Tetapi ketika kita
minum minuman beralkohol dan menjadi pusing , maka
pikiran sadar kita lalu memutuskan untuk meyakini
bahwa minuman seperti ini bikin pusing.
Keputusan untuk mengambil keyakinan bahwa
minuman seperti ini bikin pusing tidak kita sadari, tetapi
tetap merupakan keputusan ! Keputusan ini menjadi
bagian dari sekian banyak keyakinan lain yang sudah
kita anut.
Ketika karena satu dan lain sebab kita tetap
mencoba lagi dan mencoba lagi. Misalnya karena harus
selalu mengantarkan tamu ke nite-club dan minum
alkohol, tubuh kita belajar. Tadinya sedikit alkohol bikin
pusing , tetapi makin lama makin terbiasa sehingga tidak
pusing.
Ketika rasa pusing hilang, pikiran mulai melihat
kemungkinan lain, ternyata alkohol bikin rasa girang di
hati, menimbulkan perasaan percaya diri dan mampu
membuat lupa pada masalah yang sedang
membenaninya. Saat itu pikiran lalu memutuskan untuk
12
menganggap bahwa alkohol adalah minuman yang cocok
diminum ketika pikiran terbeban.
Ia mungkin masih mengadopsi keyakinan bahwa
alkohol bisa bikin pusing kalau banyak, tetapi alkohol
juga memberi manfaat melepaskan beban pikiran
(sesaat). Jadi ketika seseorang menolak alkohol berubah
menjadi menerima alkohol, berlangsung dua macam
proses.
Proses yang terjadi pada tubuh : mulut, lambung,
syaraf dll, berlangsung secara bertahap, ada proses
belajar, proses analog. Proses yang terjadi pada pikiran
berlangsung secara digital, switching dari menolak
menjadi menerima. Tentu saja , pada saat itu masih tetap
ada dalam pikirannya keyakinan-keyakinan lain seperti
alkohol itu jelek, bikin mabuk, mabuk itu memalukan,
agama melarangnya dan reputasinya bisa tercemar bila
mabuk dll.
Sekalipun semua keyakinan itu ada tetapi tidak
digunakan untuk diajadikan dasar ketika akan minum
minuman keras. Semua keyakinan yang pernah mampir
dalam pikiran kita tidak pernah hilang, selalu ada tetapi
pikiran belum tentu menggunakannya. Skakelar nya tetap
ada tetapi tidak di on kan, ibarat dalam rumah kita ada
banyak lampu yang masing-masing memiliki sekakelar.
Kalau hanya satu skakelar saja yang di onkan
maka keberadaan lampu lain yang tidak nyala tidak ada
bedanya dengan batu, piring atau kursi, tidak
memberikan cahaya !
Ketika keyakinan kita tidak sedang dalam di on
kan, maka keyakinan itu sama dengan tidak ada. Itulah
sebabnya mengapa kita bisa lihat orang yang berpindah
agama menjadi sama sekali tidak percaya apa yang
dianut di agama yang semula dianutnya. Bahkan pada
umumnya orang lalu malah mengkritik semua keyakinan
13
yang dianut pada agama yang sebelumnya. Ketika orang
meng on kan salah satu keyakinan, maka seluruh
cahaya berasal dari kayakinan yang di on kan itu,
keyakinan yang sedang tidak dinyalakan menjadi
seperti tidak ada. Ketika hitam tidak ada putih, tidak
seperti warna merah yang luntur menjadi merah jambu,
masih ada merahnya tetapi lebih sedikit dan makin banyak
putihnya.
Pikiran bekerja secara digital, kalau tidak hitam ya
putih. Ketika sakit ya tidak ada kata sehat. Keadaan ini tidak
tergantung pada intelektualitas seseorang, tetapi murni
begantung pada keyakinan yang dianut saat itu. Seseorang
yang penuh kendali ketika sehat bisa benar-benar tidak punya
etika ketika sedang dalam keadaan sakit !
Ketika seseorang sedang meyakini dirinya sakit ia
benar-benar menderita sakit, bahkan ketika tubuh belum
sempat melayani untuk jadi sakit (misalnya kulit masih
normal, tubuh belum sempat memberi fasilitas jamur untuk
tumbuh ) , ia akan merasa gatal dan perasaan gatal itu bukan
pura-pura, bukan dibuat-buat, tetapi nyata, gatal yang baru
sembuh kalau sudah digaruk! Sama persis seperti dua orang
sama-sama melihat gambar kartun , ketika yang satu ketawa
terpingkal-pingkal ia nyata merasakan geli dihati, sementara
yang lain yang tidak paham, benar-benar bingung dan tidak
ketawa. Perasaan geli dan perasaan bingung obyeknya
adalah gambar yang sama, tetapi akarnya dikonsep pikiran,
dan ketika konsep itu ada bagi yang bersangkutan menjadi
nyata.
Jadi ketika saudara kita atau teman kita sakit dan kita
sehat, keadaannya sama seperti kedua orang yang melihat
gambar kartun itu. Sungguh kasihan orang yang tidak paham
kelucuan kartun itu dan bahkan sedang kebingungan mencari
makna kartun itu malah ditertawakan atau diragukan
intelektualitasnya : Telmi! Telat mikir!.
Sikap seperti ini bila dijalankan terhadap orang yang
sedang sakit, sama sekali tidak produktif, karena semakin
14
membebani sisakit, semakin memperparah sakitnya. Kalau
kita menerima maka setidak-tidaknya si sakit merasa dipahami
maka ia lalu merasa terdukung. Ia lalu merasa bahwa apa yang
dialaminya dipahami orang lain. Sudah menjadi hukum alam,
pemahaman selalu mempunyai kekuatan memudarkan
penderitaan.
Ketika seorang anak jatuh dan menangis tindakan
semua ibu di dunia adalah memahami rasa sakit sianak
(tindakan ayah umumnya mencela: gitu aja menangis!) , maka
si anak lalu merasa terbagi rasa sakitnya, ia lalu mau
mendengar nasehat dan tuntunan ibunya sehingga mau
melepas konsep sakit karena jatuh tadi.
Sementara itu ketika sang ayah meragukan : gitu aja
kok nangis! , konsep sakit dalam dirinya diragukan. Ia akan
menangis lebih kencang karena makin terasa sakit. Pikirannya
makin terfokus pada konsep sakitnya. Ia tidak pura-pura
sakit , tetapi karena konsep sakitnya makin kuat, perasaan
sakitnya makin nyata, maka menjeritlah ia dengan lebih
keras ! Karena jeritannya lebih keras, bisa jadi sang ayah lalu
membentak lebih keras dan mengancam akan menjadi lebih
marah. Konsep sakit pada si anak seketika di beri tandingan
konsep takut dimarahi.
Ketika terjadi switching dari sakit menjadi takut, maka
rasa sakit menjadi hilang dan perasaannya lebih terpusat pada
rasa takut. Ia lalu tidak menangis.
Jadi tidak menangis dan tidak merasa sakit bukan
karena pura-pura, tetapi karena pikiran berganti konsep,
seperti mengganti lampu yang menyala, tadinya diruang tamu
yang menyala, maka meja tamu, kursi, koran yang tampak,
dan ketika di switch, lampu taman yang dinyalakan, yang
tampak adalah rumput dan tanaman hias. Keduanya nyata,
ketika lampu ruang tamu dinyalakan tampak meja tamu dan
koran, bukan karena pura-pura tampak !
15
2
Penyembuhan
Melalui Keheningan
(Mindful Healing)
Konsep sakit dan sehat adalah konsep yang berada
dalam pikiran dan batin, padahal hanya pikiran yang
hening yang mampu menemukan dasar keyakinan yang
dianut. Dalam bentuk apa konsep sakit ini menguasainya
sekaligus alasan apa yang bisa mengubah konsep
sakitnya untuk bergeser memilih konsep sehat.
Terapi hening menjadi bagian dari semua proses
penyembuhan.Terapi ini tidak hanya yang berkaitan
dengan penyakit fisik dan psikis, tetapi juga mampu
berkontribusi untuk menentukan arah hidup atau karier,
karena keheningan memberi ruang pada pikiran dan hati
untuk lebih paham akan keadaan dirinya saat ini (the
present moment) Selain itu juga bisa untuk menata
kembali pola pikir agar menjadi lebih efektif guna
membangun kesejahteraan hidup seseorang.
Untuk menyembuhkan penyakit fisik, terapi hening
berkontribusi dalam proses self healing. Sama seperti
semua pengobatan, perawatan, sampai intervensi medik
(operasi, dll).
Terapi Hening merupakan bagian dari proses
16
penyembuhan oleh dirinya sendiri (self healing).
Karenanya, tgerapi hening merupakan komplemen yang
membantu proses self healing, semua unsur
penyembuhan dalam proses terapi harus saling bersinergi
untuk menciptakan self healing.
Sampai saat ini tidak ada satupun metode, obat,
maupun proses penyembuhan yang mampu
menyembuhkan semua orang secara mutlak. Di dalam
penyembuhan melalui obat pun, selalu ada kombinasi
antara obat utama dan obat pelengkap, suplemen, diet
dan gaya hidup.
Misalnya, ketika obat utama ternyata sangat tajam
terhadap dinding lambung, maka dokter akan
memberikan obat pelengkap untuk melindungi dinding
lambung dari ketajaman asam yang berasal dari obat
utama. Demikian pula ketika semua obat sudah lengkap
dimiliki, tetap masih diperlukan suplemen tambahan,
diet , bed rest, dan seterusnya.
Sebuah penyakit yang belum ada obatnya
sekalipun, seperti kanker misalnya, ternyata bisa sembuh,
apabila penderita memiliki konsep tidak sakit di dalam
pikirannya. Meski pada akhirnya, untuk beberapa pasien,
penyakit itu tidak dapat dilawan oleh perawatan apapun,
yang membuat pasien harus menghadap Sang Khalik.
Dari semua penyembuhan terhadap penderita
kanker ini, ternyata konsep tidak sakit menjadi faktor
dominan bagi kesembuhan. Misalnya saja, peristiwa
yang terjadi pada pasien yang menderita kanker
payudara. Saat itu ibu ini sedang berada dalam puncak
kariernya sebagai CEO sebuah perusahaan besar.
Ketika ia dinyatakan sebagai penderita kanker
payudara dan memiliki sisa usia lima tahun, tentu saja
dia langsung merasa syok. Dunia seolah runtuh di
hadapannya dan menimbun semua seluruh aspek
17
kehidupannya.
Setelah beberapa hari ia dalam keadaan syok,
akhirnya dalam keheningan dia menjadi sadar bahwa
semua orang pada akhirnya juga akan mati. Di dalam
keheningan itulah, dia merasa bertemu dengan almarhum
nenek yang sangat menyayangi dan sangat disayanginya.
Dalam pertemuan tersebut, sang nenek tampak
sedih dan ketika dia bertanya mengapa nenek begitu
sedih, sang nenek menjawab bahwa dia sedih karena
selama ini melihat cucunya terus bekerja keras tanpa
pernah menikmati hidup.
Si pasien yang menderita kanker ini awalnya juga
tak mengakui perkataan itu. Menurutnya, kerja keras
adalah kenikmatan hidupnya juga, tetapi karena yang
mengatakan dalam keheningan ini adalah nenek yang
sangat dicintainya, maka dia lalu menggali kehidupannya
sendiri lebih dalam.
Kehidupan ibu ini sebenarnya tampak gemerlap
dari luar. Betapa tidak, dia mampu berprestasi menjadi
CEO sebuah perusahaan besar di usianya yang belum
genap mencapai 40 tahun. Tapi, benarkah dia sudah
sungguh-sungguh menikmati hidupnya yang gemerlap
itu?
Ternyata belum. Dia sudah lupa bagaimana dia
ingin memiliki waktu untuk mengikuti kursus membuat
kue, yang selama ini tak bisa diikutinya. Dia juga tak
bisa utuh merasakan kebahagiaan bersama anak-anaknya
saat berlibur karena pikirannya yang selalu tertuju pada
desakan problem-problem di kantor.
Yang paling menyita pikirannya adalah, bagaimana
dia merasa tidak pernah bisa melepaskan pikiran untuk
lebih maju di setiap detik dalam kehidupannya. Saat
itulah, kesadaran dirinya mulai mendeteksi bahwa apa
yang dikatakan almarhum neneknya itu benar 100
18
persen.
Maka dia lalu mulai menyusun kembali program
hidupnya, mengingat dirinya masih diberikan
kesempatan untuk hidup selama lima tahun ke depan.
Sebelum dia melalui lorong keheningan, dia merasa
sangat hancur, karena hidupnya HANYA tinggal lima
tahun lagi. Sekarang dia tidak lagi merasa hidupnya
HANYA tinggal lima tahun, tetapi dia MASIH memiliki
masa lima tahun yang terbentang untuk dinikmati.
Maka dia kemudian menyusun masa pensiun
dininya, mulai menginventarisasi apa saja yang sangat
ingin dinikmatinya, tetapi tidak bisa didapat, karena
merasa tidak memiliki waktu untuk merealisasikannya.
Sejak saat itu, ibu ini jadi sangat ceria, karena setiap
detik dalam hidupnya adalah detik yang sangat berharga.
Dia tidak mau lagi menyia-nyiakan detik-detik penting
dalam hidupnya ini untuk merasa jengkel, marah, sedih,
dan serba terburu-buru.
Satu tahun berlalu. Diagnosa kanker di
payudaranya menunjukkan tidak ada perkembangan
keganasan. Tiga tahun berlalu, empat, lima, dan tiba-tiba
dia tersadar, jika delapan tahun telah berlalu tetapi dia
masih hidup. Pada tahun kedelapan itulah kankernya
dinyatakan telah hilang, entah kemana.
Tentu saja perawatan medis memiliki kontribusi
penyembuhan kanker ibu ini. Seperti misalnya
kemoterapi yang ikut menghajar sel-sel kanker di dalam
tubuhnya. Tetapi tanpa pola pikir yang positif, sel-sel
kanker yang sudah dihancurkan proses kemoterapi akan
tumbuh lagi. Pada banyak kasus, pasien yang kehilangan
harapan, dan berkubang dalam pikiran negatif
kesehatannya jadi merosot jauh.
Seluruh pikiran dan jiwa ibu ini diabdikan untuk
menikmati lima tahun kehidupan yang sangat berharga.
19
Karenanya, tubuh lalu melayani kehendak pikiran supaya
menikmati masa lima tahun yang berharga tersebut. Itu
berarti, tubuh harus sehat supaya sel-sel kanker yang
hendak hidup lagi, bisa segera dibasmi oleh kekebalan
tubuh itu sendiri.
Dalam hal ini, proses self healing sedang
berlangsung dan berproses, sehingga akhirnya sel-sel
kanker tak memiliki tempat lagi dalam tubuhnya. Harus
diingat bahwa, tubuh selalu melayani kehendak pikiran
dan jiwa!
Terapi hening adalah alat bantu untuk menulis
ulang naskah kehidupan agar terbebas dari konflik bawah
sadar. Agar konflik yang terjadi dalam bawah sadar
didengar dan dicari solusinya. Agar kesadaran diri
berada dalam keadaan harmonis dengan kesadaran dalam
yang berisi kebimbangan dan kekhawatiran. Agar batas
hidup yang tinggal lima tahun itu tidak jadi momok
tetapi malah jadi berkah.
Kesadaran diri lalu menulis ulang naskah
kehidupan yang baru, hidup dengan skenario kehidupan
bersama kanker, bersama kemoterapi dan bersama
kehidupan yang boleh jadi MASIH tersedia selama lima
tahun ke depan! Ia tidak lagi hidup dalam ketakutan dan
kecemasan, karena bisa hidup dalam dami dengan batas
hidup yang 5 tahun saja.
Lester Levenson pendiri Sedona Methode, sebelumnya
adalah seorang ahli fisika yang sangat sukses dalam bisnis.
Ditahun 1952 ia didiagnosa mengidap penyakit fatal dan
disarankan untuk menanti ajal dirumah saja daripada dirumah
sakit. Ia begitu shock sampai beberapa hari ia mengurung diri
dalam ketakutan dan kecemasan. Ketika semua rasa takut itu
sudah melewati puncaknya ia berada dalam keheningan yang
dalam dan seketika menyadari bahwa ia baru saja kehilangan
harapan hidup. Kesadran ini membawa kedamaian dalam hati
dan ia jadi ternspirasi untuk melakukan experimen kehidupan
20
yang baru. Ternyata ia masih bisa menikmati lebih dari 22
tahun hidup yang bahagia, bahkan membantu banyak orang
untuk mencapai kehabagian melalui pola hidup yang ia jalani.
Eksim Forever
21
didaerah selangkangan. Disini tampaknya penyakit
eksimnya ini mendapat pangkalan terakhir dan tidak mau
sembuh lagi.
Penyakit itu menderanya selama tiga tahun. Ia
sudah berusaha mengobatkan penyakitnya tersebut
kemana saja, bahkan sampai ke Jerman karena di
Singapura tidak juga sembuh. Setiap hampir sembuh
muncul lagi dan muncul lagi.
Ia sama sekali tidak tahu dan tidak ingat awal
mula penyakit yang dideritanya itu. Dalam terapi hening
ia menemukan kesadaran baru. Di saat hening itulah,
sebagai orang Kristen yang sangat taat, dia berjumpa
dengan Yesus.
Dalam pertemuan tersebut, Yesus bertanya
mengapa ia selalu menyiksa dirinya sendiri. Tak lama
kemudian, Yesus memberkatinya. Itulah kesadaran yang
diperolehnya dalam pertemuan tersebut.
Dalam konseling ia menceritakan
penampakannya ini, dan saya lalu memberikan beberapa
alternatif tafsir dari penampakan itu, antara lain
mengapa ia tidak mau menerima bahwa Tuhan memiliki
misteri yang tidak harus bisa diurai oleh logika kita. Ia
harus memilih untuk melupakan semuanya dan
selanjutnya hidup lebih baik lagi. Ia juga bisa
melepaskan beban hati dengan menceritakan kepada
isteri yang yang mungkin saja malah membebani hati
sang isteri. Konflik batinnya diakhiri dengan menerima
dengan tulus semua hukuman pada dirinya tanpa harus
bercerita pada isterinya karena kejadian itu sudah
berlagsung 3 tahun yang lalu dan ia menjadi sembuh dari
penyakit eksemnya ini.
22
Ada seorang karyawati yang sangat membenci
atasannya. Dari konseling saya boleh menganggap
bahwa atasannya ini memang sangat manipulatif dan
memang merupakan atasan yang bakal menjadi horor
bagi semua orang. Karyawati ini dalam keadaan yang
sangat putus asa dan sudah tidak tahan bekerja ditempat
itu, tetapi bulan berganti tahun, memang ia tidak berhasil
mendapat pekerjaan baru disamping ia juga tidak ingin
pindah kerja diperusahaan lain. Hanya saja makin hari ia
makin tidak tahan dan ia merasa bahwa akhir-akhir ini ia
jadi kurang bisa tidur nyenyak.
Dalam keheningan yang sebetulnya sangat
diharapkannya untuk mendapatkan petunjuk atau
inspirasi agar ia bisa menemukan pekerjaan yang baru, ia
justeru bertemu dengan atasannya yang sangat
dibencinya itu. Anehnya ia tidak membenci sama sekali
saat dalam penampakan itu, ia mendapat kesadaran baru
bahwa diluar sikap manipulatifnya, atasan ini memang
betul-betul cerdas dan banyak kelebihannya.
kebenciannya yang sangat mendalam kepada atasannya
ini membuat ia buta terhadap nilai lebih yang dimiliki
atasan ini.
Dalam konseling ia meyakinkan saya bahwa ia
tidak akan pindah kerja lagi, dan diskusi kita membawa
kesimpulan bahwa ia harus lebih fokus pada kelebihan
sang atasan untuk pengembangan dirinya. Tujuh bulan
kemudian ia pindah bagian, mendapat atasan baru tetapi
sama sekali tidak lagi membenci atasan manipulatif
tersebut. Ia mengakui bahwa banyak yang dapat
dipelajari dan dicontoh dari atasan lama ini.
***
36
3
Terapi Hening
Terapi Hening atau mindful therapy untuk
mencapai atau mencari kesembuhan melalui keheningan.
Kesembuhan yang saya konsepkan di sini adalah
kesembuhan dari diri sendiri.
Healing is self-healing. Jadi semua kesembuhan
itu sebenarnya berasal dari dirinya sendiri, dari diri orang
itu sendiri. Sebenarnya, semua yang datang dari luar,
baik itu obat, dokter, operasi, perawatan di rumah sakit,
hipnosis, NLP, dukun, jampi-jampi, doa, berkat dari
rohaniwan, dan lainnya itu semua bersifat komplementer,
yang menjadikan sembuh itu adalah dirinya sendiri.
Tentu saja, kalau komplemennya makin banyak
dan saling mendukung, kesembuhannya makin baik dan
lancar.
Penyembuhan terjadi kalau tubuh mendapat
kesempatan untuk melakukan perbaikan metabolisme,
kerja enzim dan hormon, penataan otot, aliran darah,
aliran signal listrik melalui syaraf dan antar sel otak, dll
secara optimal. Semua proses dalam tubuh itu akan
optimal ketika orang berada dalam keadaan hening,
itulah sebabnya mengapa dalam tidur terjadi berbagai
macam proses penyembuhan dari peningkatan daya
37
tahan tubuh sampai proses detoksifikasi.
Diperlukan keheningan dalam tubuh sehingga
tubuh dapat optimal melakukan prosesnya. Bayi
merupakan individu yang paling hening di dunia, maka
perkembangan tubuh bayi menjadi sangat optimal, dalam
kurun waktu 5 tahun bayi mengalami pertumbuhan
paling pesat dibanding semua periode dalam hidupnya,
karena bayi mampu menjaga keheningan dalam dirinya.
Bayi dapat diibaratkan sebagai kapal laut yang
memiliki crew yang handal dan nakhoda bijaksana,
nakhoda mampu menjaga keheningan kerja masing-
masing crew sehingga masing-masing crew dapat
optimal memberi kontribusi positif: juru mesin optimal,
mualim optimal, kelasi bekerja optimal, sedangkan orang
dewasa yang tidak hening, bisa diibaratkan sebagai kapal
yang sama tetapi dengan nakhoda berpelangaman tetapi
cerewet bukan main, ikut campur segala keputusan crew
sehingga para crew tidak bisa bekerja secara optimal
karena selalu direcoki oleh nakhoda jagoan tapi kurang
tahu diri ini.
Banyak penyakit dan problem kejiwaan yang
terjadi karena kesadaran diri orang tersebut terlalu sibuk
memutuskan ini itu, semua keputusan didesak oleh rasa
panik dan gelisah, sehingga tubuh tidak mampu
melakukan proses rutin yang optimal tetapi sibuk
mengabdi kepada keresahan dan ketidaktentraman hati.
Keheningan diperlukan untuk menurunkan emosi yang
overheated ini. Dengan keheningan maka kesadaran
diri bisa menjaga harmoni dengan kesadaran dalam dan
kesadaran luar sehingga semua keputusan yang dibuat
oleh kesadaran diri mampu menghasilkan proses
penyembuhan yang optimal.
Keheningan juga akan dengan sendirinya
mengoptimalkan semua komplemen penyembuhan, obat
38
dokter diserap dengan baik, perawatan rumah sakit tidak
terganggu oleh rasa tidak tenteram, tidur bisa dengan
tenang dll.
Untuk mencapai keheningan diri, saya
menyediakan Menara Hening sebagai sarana. Didalam
menara hening orang dapat bertemu dengan kesadaran
dalam dan dengan kesadaran luar sehingga semua
kebingungan dan kepanikan kesadaran diri dapat
memperoleh referensi dari dari kesadaran dalam dan
kesadaran luar yang ada padanya.
Dalam Menara Hening, kesadaran diri dapat
berdialog dengan kesadaran dalam dan kesadaran luar
karena ruangan dalam Menara Hening memang didesign
untuk itu. Ruangan dalam Menara Hening dilengkapi
dengan berbagai sarana agar orang mudah mencapai
keheningan diri. Sementara itu, sebelum memasuki dan
memanfaatkan Menara Hening, semua harus mengikuti
sarasehan dengan pembimbing terlebih dahulu.
Sarasehan ini berguna untuk mempersiapkan kesadaran
diri terhadap konsep dan kesiapan mental Pengguna
Menara Hening.
Pembimbing akan memberikan persiapan agar para
pengguna Menara Hening mencapai sasarannya, karena
tujuan menggunakan Menara Hening tiap-tiap orang
berbeda. Ada yang untuk mencari kesembuhan diri
secara fisik, ada yang bertujuan untuk mendapatkan
jawaban atas kebingungan kesadaran diri terhadap
problem kehidupannya, mengatasi fobia sampai
mengatasi kesedihan perkabungan yang berlarut-larut.
Konsep pokok penyembuhan dalam Terapi Hening
adalah melakukan dialog dengan kesadaran dalam dan
kesadaran luar orang tersebut. Oleh karena dialog selalu
memerlukan partner maka melalui Menara Hening, baik
kesadaran dalam maupun kesadaran luar dapat
39
mengejawantah menjadi subyek yang terpisah dengan
diri sendiri atau kesadaran diri orang tersebut. Subyek ini
akan mengejawantah dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan saat itu dan sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinan orang tersebut, sehingga tiap-tiap orang akan
menerima subyek yang khas untuk orang tersebut pada
saat itu. Orang yang sama ketika berada dalam
perkabungan berat akan menerima subyek yang berbeda
atau bisa tetap sama ketika hatinya sedang galau
berkenaan dengan karirnya di perusahaan tempat ia
bekerja,
Pengejawantahan subyek Kesadaran Luar ini
sangat tergantung pada keyakinan masing-masing ,
misalnya saja bila pasien memercayai roh, maka ia akan
menganggap ia berdialog dengan roh, entah roh nenek
moyang atau roh lain yang dipercaya memberi
bimbingan kepadanya. Penganut shamanisme,
perdukunan, atau agama-agama kuno lainnya akan
merasa bahwa ia berdialog dengan roh-roh gaib sesuai
dengan yang dipujanya. Penganut Katolik mungkin akan
bertemu dengan pelindung baptisnya atau Yesus atau
Bunda Maria. Penganut Konghucu, mungkin bertemu
Dewi Kwan Im dll. Penganut faham reinkarnasi akan
bertemu dengan kehidupannya dimasa lalu.
Semua agama dan kepercayaan selalu
mempercayai bahwa keheningan adalah jalan menuju
pertemuan dengan Roh yang lebih tinggi. Sementara itu
para free-thinker dan penganut logika murni akan
menganggap bahwa ia berdialog dengan dirinya sendiri
dalam perwujudan lain. Kaum skeptis dan psycholog
akan menjelaskan bahwa yang ditemui itu adalah
halusinasinya sendiri. Tentu saja satu sama lain akan
mempersepsi dengan caranya sendiri, dan karena pijakan
berpikirnya berbeda maka setiap orang boleh mengambil
40
sikapnya masing-masing. Bila mau dipertengkarkan dan
diperdebatkan tentu terbentang medan debat yang tanpa
akhir, tetapi kalau masing-masing mau saling
menghargai kepercayaan dan keyakinan masing-masing
tentu akan memperloleh manfaat.
Manfaat sebuah terapi adalah kesejahteraan tubuh,
pikiran dan jiwa. Orang-orang yang mendapatkan
kesejahteraan tidak perlu tahu apa teori yang mendasari
kesejahteraan yang didapat, seperti halnya orang tidak
perlu tahu ilmu gizi untuk menjadi kenyang dan sehat.
Semua perwujudan subyek yang diajak berdialog
ini sebetulnya adalah perantara, karena dialog menuntut
lawan dialog. Tentu saja pertemuan dengan perantara
itu akan menjadi lebih bermakna, bila orang yang
memercayai perantara itu, betul-betul percaya bahwa itu
roh famili yang dirindukannya, atau Roh Gaib, atau figur
filosofis seperti tokoh wayang pada yang mempercayai
bahwa tokoh2 wayang itu pernah ada.
Bagi orang yang tidak percaya kepada roh, akan
lebih logis bila yang diajak berdialog adalah kesadaran
dirinya sendiri, dari Kesadaran Dalamnya, atau dari
Kesadaran Luarnya. Bila nyaman memandang dari sudut
ini, terapi lalu akan memberi manfaat nyata.
Kuncinya hanya satu, orang itu tidak bisa berdialog
tanpa lawan dialog. Nah, lawan dialog ini secara teknis
akan muncul bila ia melakukan dialog di Menara Hening.
Tentu saja sebelum dan sesudah melakukan dialog
kontemplatif ini diperlukan pembimbing sehingga bisa
dibantu untuk mendapatkan cakrawala penafsiran yang
lebih luas dan lebih bermanfaat. Pembimbing yang
sekaligus therapist akan lebih bermanfaat lagi karena
sekaligus membantu menafsirkan temuan-temuan dalam
dialog kontemplatif ini, sesuai dengan pengalamannya
sebagai therapist.
41
Therapist dengan latar belakang psychology akan
lebih mudah memberikan bantuan psychotherapy,
sementara seorang hypnotherapist/NLP akan lebih
mudah pula untuk melakukan reframing untuk masa
depan yang akan dijalani. Para faith-healer (penyembuh
berdasarkan keyakinan/agama) akan lebih mudah
memberi petunjuk arah mana yang sesuai dengan kaidah
agamanya.
Semua gejolak jiwa tidak bisa tertangkap indera,
bahkan indera orang itu sendiri. Para psycholo
menggunakan berbagai test untuk merekonstruksi gejlak
jiwa pasien karena memang gejolak jiwa seseorang harus
ditafsir. Menara Hening adalah salah satu sarana agar
orang yang bersangkutan dapat bertemu dengan gejolak
jiwanya sendiri yang sedang bermasalah, sehingga ketika
minta bantuan pada therapist jadi lebih konkrit.
Terapi Hening bukan hasil akhir, Terapi Hening
adalah sarana agar Kesadaran Dalam, Kesadran Diri dan
Kesadaran Luar berada dalam keadaan setimbang,
harmonis dan tidak saling konflik.
Secara keseluruhan, Terapi Hening ini dibagi ke
dalam tiga langkah .
Langkah pertama, peserta harus mengikuti
sarasehan pendahuluan, karena yang akan melakukan
penyembuhan adalah dirinya sendiri. Sarasehan
Pendahuluan ini diperlukan untuk mengetahui dan
mempelajari konsepnya. Konsep Terapi Hening ini
menyangkut pengertian untuk menyadari keberadaan
dirinya, keberadaan Kesadaran Dalam, Kesadaran Luar
dan apa yang akan terjadi dalam Menara Hening.
Langkah kedua adalah melakukan dialog
kontemplatif dengan antar ketiga kesadaran yang
dimilikinya didalam menara hening. Didalam Menara
Hening ini Kesadaran Luar akan berkomunikasi dengan
42
dirinya dalam bentuk penampakan yang seringkali dalam
bentuk visual, tetapi bisa juga dalam bentuk kesadaran
pendengaran atau perasaan.
Dengan mengikuti sarasehan pendahuluan ini,
maka peserta pada dasarnya dapat melakukan sendiri
Terapi Hening sendiri asalkan memiliki fasilitas Menara
Hening. Tentu saja tidak perlu se-ideal yang saya
sediakan, tetapi akan menjadi lebih mudah terlebih
dahulu melakukannya di Menara Hening seperti yang
saya sediakan.
Sama seperti orang yang bisa tidur di rumah, atau
tidur di hotel. Hanya perlengkapannya saja yang berbeda.
Kalau melakukan Terapi Hening di rumah, ia harus
menyediakan perlengkapan sendiri, kalau datang ke
Menara Hening, semua sudah dipersiapkan, semua sudah
diset untuk memperbesar terjadinya dialog kontemplatif
dengan berbagai Kesadaran yang ada padanya. Mengenai
Menara Hening ini dapat dilihat pada topik sendiri yang
membahas struktur teknis menara Hening ini.
Langkah ketiga adalah konseling atas apa yang
dialami dalam merana hening tadi. Langkah ke tiga ini
tidak harus selalu dilakukan dengan pembimbing karena
biasanya dialog kontemplatif didalam menara hening ini
sudah memberikan inspirasi baru atau paradigm shifting
terhadap problematik yang dialami dan solusi yang
diperoleh untuk mengatasi problem2 itu. Konseling perlu
diselenggarakan bila ia masih merasa tidak jelas dengan
arti penampakan yang dialami dalam Menara Hening.
Kebingungan ini biasanya terjadi bila penampakan dalam
Menara Hening menghasilkan paradigma baru atau
konsep yang sama sekali baru baginya.
Bagi penganut faham reinkarnasi penampakan
dalam bentuk reinkarnasi akan sangat mudah dipahami
karena ia sudah memiliki pola pikir reinkarnasi, tetapi
43
4
Menara Hening
Menara Hening adalah fasilitas yang saya sediakan
khusus untuk digunakan sebagai ajang dialog dengan
Kesadaran Luar maupun dengan Kesadaran Dalam atau
keduanya. Fasilitas ini pernah saya gunakan pada awal
karir saya ketika secara formal diminta oleh sebuah
klinik untuk praktek Hypnotherapy.
Saat itu Hypnosis dan Hypnotherapy belum marak
seperti sekarang, jadi saya harus menyelubungi praktek
hypnotherapy sewajar mungkin dan berusaha
menjauhkan dari suasana yang berbau magis.
Saya menggunakan musik, brain-wave, dan
permukaan dengan sorot lampu warna warni /putih
(Ganzheit) bahkan melalui lampu flicker yang disetel
pada gelombang alpha dll untuk menggeser persepsi
magis menjadi persepsi teknis. Semua upaya ini untuk
mengalihkan perhatian pasien dari bentuk induksi
hypnosis yang formal.
Sejalan dengan makin diterimanya Hypnotherapy
sebagai komplemen penyembuhan, maka saya makin
melepas asesori teknis ini dan langsung menggantinya
dengan induksi formal agar lebih cepat.
Walaupun demikian ternyata banyak pengalaman
44
dimana pasien sudah memasuki fase trance sebelum
induksi formal (waking hypnosis) sehingga saya
melakukan proses hypnosis hanya untuk memantabkan
sugesti yang sudah terlanjur diterima pasien sebelum
sesi formal hypnosis dimulai.
Ternyata pula setelah saya amati, waking hypnosis
ini lebih sering terjadi pada saat saya praktek di ruangan
yang dinding dibelakang saya berwarna manyala ,
warna terang seperti orange, kuning, merah, biru, yang
membuat silau/bukan warna pastel yang teduh.
Pengamatan ini membuat saya jadi tertarik untuk
memahami lebih dalam, pengaruh warna manyala
terhadap trance. Ternyata pula warna pastel yang teduh
tidak menciptakan suasana trance yang instan seperti
warna yang manyala itu.
Karena semua proses trance selalu diawali oleh
pengalihan perhatian pasien, maka saya menafsir bahwa
warna manyala ini mengganggu konsentrasi pasien,
sehingga pasien akhirnya memasuki trance karena
matanya capai terganggu secara terus menerus. Dinding
di belakang saya duduk menyebabkan matanya harus jadi
tegang melawan warna manyala ini, bahkan ada beberapa
pasien yang mengatakan aura saya tajam sekali atau
bahkan ada yang mengatakan :
Pak Pur pakai hollow kayak para
santo (lingkaran cahaya pada gamabar-gambar orang
suci/malaikat, santo/santa) , dan ini selalu terjadi saat
dinding dibelakang saya berwarna manyala. Pastilah
semua sesatan mata para pasien ini adalah tanggung
jawab tembok manyala dibelakang saya karena saya
sama sekali bukan santo/orang kudus. Bahkan suatu
ketika, demikian tersesatnya pandangan salah satu pasien
saya itu ada yang mengatakan :
Pak Pur jadi seperti papah saya!.
45
Saya terheran dan bertanya sambil berbasa-basi:
Siapa tahu kita saudara.... apa saya bisa kenalan
dengan papah Anda?, ternyata tidak mungkin, karena
sudah 6 tahun lalu meninggal !!
Pengalaman-pengalaman ini membawa minat saya
untuk lebih mengetahui lagi fenomena-fenomena
halusinasi, tetapi karena saya bukan ilmuwan, penelitian
saya tidak tekun, tempo-tempo rajin mencari literatur,
membaca buku, bikin percobaan, tempo-tempo hilang
minat, lupa dan semua bahan teronggok berbulan-bulan
atau bahkan lewat tahun tanpa disentuh.
Suatu saat saya jadi sangat berminat mengamati
berbagai penampakan seperti yang disampaikan pasien
saya :Pak Pur jadi seperti papah saya itu.
Dalam bulan yang sama, saat itu menjelang
paskah/easter, saya mendapat kartu ucapan Paskah dari
luar negeri dan kira-kira beberapa waktu kemudian saya
mendapat email dari kenalan lain yang juga tinggal
diluar negeri.
Berita di kartu ucapan ini ternyata mengkonfirmasi
apa yang saya katakan beberapa tahun sebelumnya
berkenaan dengan halusinasi saya.
Yang pertama pada kartu ucapan selamat Paskah
disertai kalimat :Ternyata, pak Pur benar, ini fiance
saya. Saya jadi terhenyak karena foto itu menunjukkan
ia bersama seorang pria yang saya lihat dalam halusinasi.
Halusinasi ini terjadi saat ia melakukan perpisahan
ketika akan pindah keluar negeri. Saat itu saya datang
bersama anak saya. Ketika perpisahan selesai kami
pulang, dan seperti biasa saya selalu menoleh lagi sambil
melambaikan tangan ketika sampai dijalan. Tiba-tiba
saya lihat selain ia dan ibunya, ada seorang pria yang
ikut melambaikan tangan dan tiba-tiba pria itu jadi
bayangan dan lenyap.
46
Sampai dirumah saya menulis email kepadanya
menanyakan apakah ciri-ciri ayahnya almarhum seperti
yang saya lihat dalam halusinasi saya kemarin. Ia
membalas dengan bercanda bahwa apa yang saya
gambarkan itu sama sekali lain dari figur almarhum
ayahnya. Lalu saya balas lagi secara impulsif:
Kalau begitu itu nanti suamimu disana....!
Ia membalas dengan bercanda dan pura-pura
bersungut-sungut :
Emang gue kesana hanya untuk cari jodoh.......tapi
OK deh ! Asal cakep!
Itulah sejarah singkat poscard ucapan selamat
Paskah tersebut.
Pada bulan yang sama saya juga mendapat email
dari seseorang dengan nama Indonesia tapi diikuti nama
fam Jerman. Jaman itu belum ada email grup, apalagi
facebook, jadi saya masih rajin lihat email, untuk
memantau dengan antusias komunikasi dengan handai-
taulan baik didalam maupun diluar negeri mealui email.
Pada saat itu email merupakan sebuah kemewahan
dibanding korespondensi jaman saya remaja dulu yang
harus menunggu berminggu-minggu sebelumbalasan
datang.
Di email itu ia menyatakan :
Pak Pur saya betul-betul menikah dengan bule,
dan saya sekarang sedang mengandung 3 bulan serta
tinggal di S ( salah satu kota di Eropa)
Saya jadi ingat kita pernah tampil bersama pada
saat launch produk software Microsoft. Pada saat acara
saya selesai kita ngobrol dibelakang dan tiba-tiba saya
melihat disebelahnya duduk seorang bule muda lalu
hilang , secara impulsif saya lalu mengatakan :
Kamu besok bakal menikah dengan bule
Tawanya pecah berderai, sambil menjawab :
47
Pak Pur ini ada-ada saja......
Lalu dia curhat , katanya saat ini sedang ribut
sama pacarnya , bahkan dalam proses mau putus.
Suasana dialog jadi berubah konseling masalah keluarga
dll, lalu tidak pernah betemu selama 3 tahun sampai
akhirnya ia mengirim email saya itu.
Pada saat itu saya lalu menjadi bertanya-tanya
dalam hati, apakah memang ada ramalan atau
clairvoyance (rampung pengelihatan, melihat masa
depan). Pada dasarnya saya adalah freethinker, saya
enggan menerima yang tanpa dasar, jadi saya tidak
merasa rela bahwa hidup ini sudah ada alurnya. Saya
selalu menganut paham probabilitas, semua kejadian
adalah benturan probabilitas, bukan sebuah skenario
Ilahi. Saya juga bukan orang yang religius walaupun
saya sangat menghormati semua aliran kepercayaan dan
agama, bahkan suka menyelami apa saja yang dianut dan
diajarkan oleh berbagai agama atau kepercayaan itu.
Maka kejadian-kejadian diatas menyebabkan saya
sering berkontemplasi merunut kebelakang kepada
pengalaman-pengalaman pribadi yang pernah hadir
dalam hidup saya. Hasil dari perenungan ini antara lain
beruwujud pengalaman-pengalaman supernatural seperti
yang saya ceritakan diatas.
***
***
***
50
***
***
60
Apendix
Keheningan
Seringkali pengertian Keheningan dan Kesunyian ter-
campuraduk-kan padahal keduanya memiliki pengertian
yang berbeda. Kesunyian itu sebenarnya lebih bersifat
fisik. Artinya, kesunyian adalah keadaan ketika tidak ada
gelombang suara yang diterima oleh indera pendengaran
kita. Tidak ada rangsangan gelombang suara yang
diterima oleh telinga atau keadaan dimana otak tidak
menerima sinyal suara. Mungkin gelombang suara ada
tetapi peralatan di dalam telinga rusak sehingga
gelombang suara tidak berhasil dihantarkan kedalam
otak.
Ketika panca indera pendengaran terlalu ditekan
oleh gelombang suara, kita akan merasa bising, atau
tidak ada gelombang suara, atau minim gelombang suara,
maka suasana akan terasa sunyi.
Keheningan bisa terjadi dalam keadaan bising
atau sunyi karena memang keheningan itu keadaan
pikiran dan perasaan jadi untuk mendapatkan
keheningan tidak harus dicari tempat yang sunyi, tentu
saja kalau lebih sunyi pikiran menjadi lebih gampang
mendapatkan keheningan.
Keheningan bisa terjadi ketika stimulus dari luar
dan dalam tidak mendapatkan respon. Stimulus dari
61
dalam adalah alur pikiran dan perasaan kita, sedang
stimulus dari luar adalah semua yang kita tangkap oleh
pancaindera. Sebenarnya kalau pancaindera kita tidak
rusak memang tidak mungkin kita tidak merespon. Kita
memang merespon tetapi terbatas, yakni hanya dengan
menerima respon itu tetapi tidak melanjutkan dengan
pemikiran atau analisa. Stimulus itu sekedar diterima,
tapi tidak ditafsir atau tidak dipersepsi. Kita tidak
menghakimi dengan persepsi atau melakukan judgement
terhadap stimulus yang masuk kedalam pikiran kita.
Kita cenderung menghakini segala sesuatu
disekitar kita karena kita sepanjang hidup
mengumpulkan keyakinan, nilai, dan bahkan
kepercayaan, yang akhirnya menjadi pedoman. Yang
sesuai dengan keyakinan, nilai, kepercayaan kita akan
kita hakimi sebagai hal yang baik, tepat, benar dll yang
tidak sesuai kita tolak, kita cerca dan kita kritik. Kita jadi
berpihak kepada segala sesuatu yang sesuai dengan
keyakinan dan tata nilai yang kita anut.
Apabila stimulus itu tidak dipersepsi dan
dihakimi maka pikiran menjadi tidak sibuk dan perasaan
tidak terganggu, saat itulah suasana hening itu bisa
tercipta. Itulah sebabnya orang kerap merasa hening
ketika dia berada di pantai. Dia melihat ombak, meski
sebenarnya dia tidak melihat apa-apa, tetapi membiarkan
visualisasi ombak itu masuk ke mata tanpa menafsirkan
apa-apa. Telinganya pun mendengar deburan ombak, tapi
tak perlu bertanya bagaimana suara deburannya. Apakah
deburannya pelan atau kencang, berapa tingkat
frekuensinya suara deburan itu, dan sebagainya. Telinga
hanya sekedar menerima. Begitu pula dengan hembusan
angin, apakah anginnya kencang, apakah anginnya tiba-
tiba hilang, manusia yang hening hanya menerima saja.
Ada banyak orang bisa menjadi hening dengan
62
tak perlu berada di pinggir pantai. Syaratnya, dia tidak
menganalisa stimulus apapun yang menghampirinya. Di
mana saja manusia bisa hening, asalkan dia tidak
menganalisa. Karena menganalisa itu adalah sebuah
kesibukan pada pikiran sehingga tidak semua stimulus
diterima karena ia malah fokus terhadap bagian stimulus
yang dianalisa itu.
Ketika seseorang tengah berada di stasiun yang
penuh sesak tetapi tidak memprotes situasi yang ada,
tidak memprotes keadaan sesak dan pengap yang dialami
dan menerima sambil bernafas seperti biasa , lama-lama
sesak dan pengap itu akan tidak terasa ia menjadi hening.
Walaupun ketika itu keringatnya mengucur,
tapi ia tidak memprotes dan mempertanyakan mengapa
keringatnya mengucur tetapi bahkan dia menerima
keringat yang mengalir ke dahi, alis, kemudian ke pelipis
dan seterusnya, maka ia lalu tidak peduli dengan kucuran
keringat itu, ia menjadi hening saat itu.
Orang yang tidur juga bisa hening karena
seluruh panca indera kita menerima apa adanya tanpa
menganalisa. Oleh karena itu orang bisa mengganti tidur
dengan keheningan.
Bahkan ada pendapat dan bukti-bukti medis yang
menunjukkan, orang yang berada dalam keheningan itu
mampu mendapatkan relaksasi berlipat ganda
dibandingkan orang yang tidur.
Itulah sebabnya mengapa orang yang memasuki
keheningan bisa kembali segar, meski hanya beberapa
saat, karena dia memiliki value berlipat ganda apabila
dibandingkan kalau dia tidur biasa.
Doa, meditasi, bersikap khusuk, juga merupakan
keheningan, maka bisa membuat pikiran, tubuh dan
perasaan menjadi segar kembali. Saat memasuki
keheningan, seluruh fisik dibiarkan pada fungsinya
63
masing-masing, pikiran tidak lagi mengendalikan tetapi
seluruh organ bekerja optimal sesuai kebutuhan untuk
mencapai kesejahteraan tubuh.
Ibarat sebuah kapal, keheningan itu terjadi
ketika kapten kapal menyerahkan seluruh tugas dan
kekuasaannya kepada masing-masing pejabat di kapal.
Mulai dari mualim yang mengatur arah kapal, juru mesin
yang mengatur dan menjaga supaya mesin bekerja
dengan baik. Kelasi yang bertugas membersihkan dek,
hingga juru masak yang memasak dan mempersiapkan
makanan.
Begitu juga dengan tubuh kita. Saat tubuh
berada dalam keheningan, tubuh akan mampu optimal
melakukan fungsinya. Misalnya, saat tubuh mau
mengeluarkan asam urat atau melepaskan sisa-sisa
pembakaran proses itu akan berjalan tanpa hambatan.
Karena keheningan menyebabkan organ-organ
tubuh bekerja maksimal, maka tubuh seperti batrai yang
baru diperbarui isinya (Charging) . Seperti baterai , kalau
isinya habis, fungsinya akan berkurang dan menjadi
tidak maksimal. Ketika pikiran terlalu sibuk lama
kelamaan pikiran menjadi bebal, seperti baterai yang
lemah. Pikiran otomatis akan melakukan re-charging,
dengan menciptakan keheningan. Orang tiba-tiba tertidur
atau tiba-tiba pikiran seperti kosong. Charging seperti ini
tentu sama dengan charging darurat, tidak akan menjadi
masalah bila dilakukan saat tubuh tidak melakukan
kegiatan yang berbahaya. Menjadi sangt fatal bila
charging darurat seperti ini dilakukan saat kita menyetir
mobil atau mengoperasikan mesin karena bisa membawa
celaka yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Ada dua cara untuk mencapai keheningan.
Yang pertama, dengan fokus penuh seperti yang
biasa diajarkan oleh orang-orang yang mengajarkan
64
meditasi. Pada diri orang-orang yang berdoa, mereka
fokus terhadap doa. Pada orang yang sedang belajar
menghadapi ujian, dia fokus terhadap ujiannya. Dia juga
ingin mencapai keheningan, supaya yang lain tidak
mengganggu konsentrasinya. Fokus penuh kepada soal
yang akan dijawabnya ketika dia sedang menjalani ujian.
Cara kedua, adalah dengan distraksi, dengan
sama sekali tidak fokus, dengan tidak memfokuskan diri
terhadap apapun. Ada banyak orang yang lebih mudah
hening dengan cara distraksi, tetapi ada juga orang yang
lebih mudah hening dengan cara fokus penuh. Ada pula
yang tidak terikat pada salah satu cara, tetapi
melakukannya sesuai keadaan. Apapun cara yang
dilakukan tidak penting, karena kuncinya dalah apakah
keheningan dicapai atau tidak.
Di dalam keheningan itu, komunikasi dengan
kesadaran dalam, maupun komunikasi dengan kesadaran
luar, menjadi tidak terganggu. Ibarat kapal tadi, kalau
terjadi kerusakan mesin atau kesadaran dalam, si juru
mesin bisa memeriksanya dan memperbaikinya sendiri.
Sebaliknya mualim, ketika melihat ada gumpalan hitam
di ufuk barat daya, dia bisa tahu bahwa akan muncul
badai dari arah itu, yang tidak boleh didekati.
Ketika kapten kapal terlalu ceriwis maka
mualim akan terganggu dan tidak melihat bahwa didepan
ada gunung karang, begitu pula dengan juru mesin, ia
jadi tidak peka ketika ada suara yang berbeda
dibandingkan biasanya ketika mesin berjalan lancar
Karena tugas pokok Kesadaran Diri adalah
membuat keputusan supaya ia mendapat kesejahteraan
tubuh, pikiran dan jisa, maka di situlah keheningan
memberikan ruang bagi Kesadaran Diri untuk tahu lebih
luas, untuk membuat pertimbangan lebih dalam,
mengenai apa yang perlu diputuskannya. Dalam hal
65
phobia, dalam hal trauma, bahkan di penyakit fisik.
Kesadaran dirinya menjadi tahu bahwa dia
menggenggam konsep sakit dan konsep penghukuman
diri. Karena dalam keheningan itu tadi, komunikasi
antara Kesadaran Dalam dan Kesadaran Luar menjadi
lancar.
Dengan begitu, kalau dari Kesadaran Luar ada
yang bermanfaat menghasilkan sebuah penampakan
sehingga dialog dapat berlangsung, orang lalu akan
mendapatkan inspirasi dalam keadaan hening.
Keheningan juga akan menyebabkan orang akan
mendapatkan kesadaran baru tentang segala sesuatu yang
dialaminya, yang selama ini tidak disadarinya. Inilah
yang menjadi jembatan untuk pengembangan diri dan
mencapai kesembuhan.
66
Apendix
Kesadaran
Segala sesuatu yang terjadi dunia ini harus
dijelaskan, tetapi ketika teorinya belum ada, maka orang
harus membuat hipotesa dahulu. Tentu saja hipotesa itu
harus berdedikasi terhadap sesuatu yang hendak
dijelaskan. Misalnya saja Sigmund Freud. Dia
menjelaskan hipotesa psikoanalisa, karena memang
Freud memiliki kepentingan untuk menjelaskan
psikologi abnormal. Jadi dia bukan menjelaskan
psikologi normal yang biasa. Psikologi abnormal itulah
yang kemudian dipergunakan untuk menjelaskan
psikologi normal.
Hipotesa memberikan penjelasan lebih mudah
mengenai bagaimana mempelajari orang yang sakit jiwa.
Karena sebelum hipotesa itu ada, penyakit jiwa
ditafsirkan bermacam-macam. Nah, kemudian Freud
menggunakan hipotesa id, ego, superego, dan
sebagainya, untuk menjelaskan struktur kejiwaan
manusia. Freud sebenarnya menjelaskan struktur
kejiwaan sehingga mempermudah memahami orang
sakit jiwa. Dengan hipotesa-hipotesanya itu jadi berguna
bagi ilmuwan yang hendak mempelajari psikologi.
Semua teori selalu didasari terlebihd ahulu
dengan hipotesa, karena hipotesa membuat diskusi
67
menjadi punya batasan dan gampang diambil alurnya.
Demikian juga dengan kesadaran. Maka saya
menggunakan terminologi-terminologi yang menurut
saya lebih mudah dipahami karena mengabdi kepada
penjelasan yang akan saya sampaikan.
Kalau hipotesa atau teori yang dipakai terlalu
jauh, maka penjelasan jadi harus bertele-tele sehingga
bisa jadi bukan membuat jelas tetapi malah membuat
bingung.
Ibaratnya, kita hendak bepergian dari Kebon Jeruk ke
Glodok, tapi memulainya dari Tangerang. Kalau teori
yang paling dekat belum ada, atau kurang dikenal, maka
dibuatlah hipotesa untuk dijadikan pengantar.
Hipotesa itu seperti peta. Peta itu kan bentuk
penyederhanaan sebuah daerah. Apa gambar belokan di
peta sama persis dengan aslinya? Tentu tidak, karena
gambarnya jadi komplek dan tujuan menunjukkan arah
menjadi malah membingungkan. Sebuah jalan di peta
hanya digambar sebagai sebuah garis . padahal
kenyataannya, mungkin bentuk jalannya naik-turun,
jalannya bisa kadang sempit atau kadang lebar, tapi
gambarnya tetap saja hanya berupa garis sejajar. Ada
belokan ke kiri atau kanan yang seolah-olah hanya
menekuk saja, kadang ada gang kecil di sana tetapi tidak
perlu digambar karena tidak penting, karena peta
memang mau menjelaskan arah, tidak punya tujuan lain.
Nah, begitu pula dengan hipotesa, harus berdedikasi
untuk membatasi penjelasan agar tidak ruwet.
Dalam menjelaskan kesadaran, saya lebih
membatasi untuk yang berhubungan dengan
penyembuhan, apa fungsi kesadaran dalam
penyembuhan. Karena itu saya membuat terminologi
yang mungkin tidak ilmiah dan sangat sederhana, namun
bisa digunakan untuk mengkomunikasikan penjelasan
68
saya.
Hipotesa bisa diibaratkan sebagai bahasa untuk
menjelaskan. Sebagai ilustrasi, bahasa Short Message
Service (SMS) yang berkembang setelah HP menjamur
dan menjadi tulang punggung komunikasi antar orang,
bahasa ini pasti berbeda dengan Bahasa Indonesia
standar. Contohnya ketika orang menulis kata enggak
dengan hanya menggunakan huruf G saja. Gaya bahasa
itu pasti tidak diterima oleh Bahasa Indonesia standar,
namun, bisa diterima dalam bahasa sms. Justru tak akan
cocok kalau menggunakan Bahasa Indonesia standar di
SMS karena sms dibatasi oleh jumlah karakter yang bisa
dikirim dalam satu pesan.
Contoh lain adalah bahasa tulisan stenografi.
Pasti tulisan ini akan disalahkan oleh guru menulis halus,
karena bentuknya yang seperti cakar ayam. Namun,
stenografi memang diperuntukkan untuk menulis cepat,
jadi pasti tidak akan sesuai dengan kaidah menulis halus.
Karena itu, pesan saya, ketika pembaca membaca
buku ini, bisa memahami apa yang saya sampaikan
melalui hipotesa sederhana itu. Saya tidak menolak atau
menyalahkan teori-teori lain. Saya hanya menggunakan
hipotesa sederhana supaya bisa lebih mudah
berkomunikasi dengan Anda, para pembaca.
Seperti ketika kita pergi berolahraga, pasti kita
mengenakan pakaian olahraga. Tapi kita tak mungkin
mengenakan pakaian yang sama untuk pergi ke acara
perkawinan, kan? Tapi pakaian olahraga atau pakaian
resmi pesta kan juga sama-sama pakaian. Meski begitu,
tetap saja pemakaiannya harus menyesuaikan kondisi
dan tempat.
Saya menjelaskan ini secara panjang-lebar untuk
memberikan pengertian agar pembaca jangan merasa
saya serang dengan teori saya. Saya sama sekali tidak
69
ingin menyerang, saya hanya ingin menjelaskan apa
yang ada dalam pikiran saya supaya mudah dimengerti.
Kalau sudah mengerti, Anda boleh mencocokkannya
dengan teori yang Anda suka. Tapi dengan menggunakan
hipotesa yang saya, Anda jadi lebih tahu apa yang saya
maksudkan.
Dengan begitu, saya berharap Anda bisa
mengambil manfaatnya untuk kepentingan Anda sendiri.
Anda bisa menggabungnya dengan yang teori lain,
silakan. Bahkan bisa juga Anda menggunakan teori baru
untuk menggabungkannya. Sepanjang itu bisa
memberikan kebaikan untuk Anda, tidak ada satu orang
pun yang bisa melarangnya. Jangankan melarang,
mengatakan kalau hal itu tidak baik saja, mereka tidak
bisa.
Makanya saya membagi kesadaran itu menjadi
tiga bagian, yaitu:
Kesadaran Dalam, Kesadaran Diri, dan
Kesadaran Luar.
Kesadaran Dalam itu berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Di dalamnya berisi naluri,
kebutuhan-kebutuhan fisik, kebutuhan untuk tidur,
marah, senang, gagah, cantik, dipuja, menghakimi orang
lain, dan sebagainya.
Kesadaran dalam ini tentu saja memiliki manfaat
bagi kebutuhan manusia. Hanya saja, manfaat ini
seringkali berbenturan dengan manfaat orang lain, atau
bahkan merugikan orang lain atau malahan merugikan
aspek lain kehidupannya sendiri.
Contoh yang paling sederhana adalah orang yang
tertekan emosinya, kemudian dia tak mampu menahan
emosinya dan membanting gelas. Setelah itu, pasti
emosinya akan terlepaskan, hanya saja sampai
memecahkan gelas. Sudah begitu, kemudian pecahannya
70
mengenai kaki orang hingga melukai.
Kebutuhan untuk melepaskan tekanan dengan
meledakkan emosi ini sebetulnya kebutuhan pokok
karena kalau tertekan terus akan mengganggu
keseimbangan jiwa pemiliknya. Cuma bagaimana cara
melepaskannya, itu yang bakal menjadi persoalan,
apakah dengan menekannya , atau meledakkannya atau
melepaskannya, semua memberikan konsekwensi yang
berbeda . Orang yang satu dengan orang lain, bahkan
orang yang sama tetapi dalam suasana yang berbeda
tentu berbeda cara menyelesaikannya. Apakah dia akan
meledakkan emosinya di depan orang banyak? Atau
emosinya dibiarkan berkurang sedikit demi sedikit? Atau
akan menahan emosinya lagi? Sampai tekanannya lebih
tinggi, baru nanti akan dikurangi, atau mungkin malah
akan meledak dari sisi kebutuhan pokok untuk
menyeimbangkan jiwa dan pikiran tidak masalah, tetapi
untuk dampak dalam relasi dengan lingkungan akan
diperoleh hasil yang berbeda.
Dari segi kebutuhan pribadi, melepas tekanan
jiwa ini perlu, sebab kalau tidak, detak jantungnya akan
bergerak tidak normal, mungkin juga darah yang
mengalir ke otak tidak lancar karenanya. Ujung-
ujungnya, akan menyebabkan masalah-masalah di
anggota tubuh yang lain. Kondisi-kondisi seperti inilah
yang dijaga oleh Kesadaran Dalam.
Trauma dan phobia juga termasuk bagian dari
Kesadaran Dalam. Sebenarnya trauma merupakan
kebutuhan untuk menjaga supaya dia tidak
mengulanginya. Karena kalau dia mengulangi, bukan tak
mungkin akibatnya akan makin parah. Phobia juga
begitu, dan juga rasa dengki. Rasa dengki membatasi
manusia supaya tidak dekat-dekat dengan orang yang
didengkinya. Atau mungkin juga membuat orang yang
71
didengkinya juga merasa takut terhadapnya.
Tujuannya memang ingin menjaga kesejahteraan
hidup fisik dan mental dari individu itu. Tetapi kalau
kesadaran dalam ini terus dibiarkan liar, tanpa kendali,
dia akan terus meledak-ledak, dan individu itu akan
menjadi seperti bayi. Bayi itu memiliki Kesadaran
Dalam yang penuh karena saat itu bayi tidak memiliki
fisik yang memadai, ia jadi sangat tergantung pada
Kesadran dalam saja. Kalau membutuhkan sesuatu ia
tidak akan perlu memikir patut atau tidak patut, tetapi
langsung meledakkan permintaannya dengn menangis
keras-keras. Lingkungan juga bisa memahami karena
menganggap bayi memang tidak memiliki tatanan nilai.
Seorang bayi akan membuang kotoran, buang air
kecil, minta makan, dan menangis di mana saja dan
kapan saja. Tidak peduli sama sekali dengan nilai dan
tatanan susila. Ia betul-betul didorong oleh Kesadaran
Dalamnya saja. Kesadaran Diri-nya masih lemah, dan
menempel pada Kesadaran Dalam. Kemudian,
Kesadaran Diri mulai terpisah dari Kesadaran Dalam,
sejalan dengan perkembangan umur dan fisik. Bayi
mulai mengenal Kesadaran Luar. Tenyata ada hal lain
diluar dirinya yang bisa mempengaruhi hidupnya.
Ternyata menangis keras2 tidak selalu mendatangkan
makanan atau menjadikan tempat gerah menjadi sejuk. Ia
mulai merasakan bahwa ada sesuatu diluar dirinya yang
ikut mengatur kesejahteraan dirinya. Tanpa ada
Kesadaran Kuar, Kesadaran Diri akan tetap menempel
pada Kesadaran Dalam.
Pada binatang, Kesadaran Diri ini cukup erat
menempel ke Kesadaran Dalam karena dia tidak cukup
luas mampu menafsirkan Kesadaran Luar. Tafsirnya
hanya berbentuk rasa takut. Itulah sebabnya mengapa
didalam kelompok hewan selalu terjadi pimpinan
72
kelompok. Pimpinan kelompok adalah individu yang
menghasilkan Kesadaran Luar berupa rasa takut.
Makanya, binatang yang tadinya didominasi,
tetapi kemudian bisa melawan dan mendominasi, dia
akan jadi raja, pimpinan kawanan binatang. Pada
kelompok kera , biasanya bulu raja kera lebih bagus
dibandingkan yang lain. Tetapi ketika dia ditundukkan,
oleh seluruh kawanannya akan disia-siakan, sampai mati
mengenaskan.
Pada dunia hewan hal ini bisa terjadi karena
Kesadaran Luar pada binatang memang tidak terlalu
mendidik kesadaran dirinya. Pada manusia, Kesadaran
Luar itu makin lama makin dominan. Dominasi pertama,
tentu saja pada yang bisa dilihat dan ditangkap oleh
panca indera. Kesadaran Diri itulah yang nantinya akan
memutuskan apakah tuntutan Kesadaran Dalam itu mau
dilaksanakan atau ditunda. Dengan kata lain, Kesadaran
Diri bertugas untuk memutuskan apa yang akan
dilakukan oleh dirinya supaya dirinya menjadi sejahtera.
Pada saat Kesadaran Luar masih lemah, kesejahteraan
tercapai bila tuntutan kesadaran Dalam terpenuhi, ketika
Kesadaran Luar sudah makin ada, maka Kesadaran Diri
lalu membuat pertimbangan antara tuntutan kesadran
Dalam dan referensi dari kesadaran Luar..
Misalnya ketika orang merasa lapar, rasa lapar
yang berasal dari kesadaran dalam ini menuntut manusia
untuk memenuhi kebutuhan lapar tersebut. Tapi
Kesadaran Dirinya yang sudah punya referensi dari
Kesadaran Luar mengatakan bahwa pada saat ini semua
orang tidak makan dan kalau ia makan sendiri tidak
pantas, maka dia tidak akan makan saat itu. Kesadaran
Diri telah memutuskan untuk menunda pemenuhan
kebutuhan makan itu (tuntutan kesadaran Dalam). Makin
dewasa seseorang referensi dari Kesadran Luar ini makin
73
kompleks sehingga orang dewasa makin mampu
menunda pemenuhan tuntutan Kesadaran Dalam.
Tetapi dalam kondisitertentu yakni pada saat
penundaan tuntutan Kesadran Dalam menghasilkan
konsekwensi negatif, maka Kesadaran Diri lalu tidak
mempedulikan Kesadaran Luar. Demikian juga ketika
orang tidak mau mendengar kesadaran Luar, maka
Kesadran diri jadi makin melekat dengan kesadaran
Dalam sehingga sekilas bari orang lain akan terkesan
sebagai orang yang sangat egois. Kesadaran Dirinya
makin dikuasai Kesadaran Dalam. Itulah sebabnya
mengapa ketika orang dalam keadaan sakit atau dalam
keadaan mental tertekan tampak seperti berubah menjadi
tidak seperti biasanya. Kesadran Luar yang biasanya
menjadikan orang tampak lebih sabar, damai, manis dll
jadi tidak dipergunakan dan Kesadaran diri tunduk
sepenuhnya pada tuntutan Kesadran Dalam.
Demikian juga ketika dia sudah lanjut usia, ketika
fisiknya sudah tak lagi bugar. Manusia yang tadinya
merupakan orang yang tegar, bisa menjadi orang tua
yang sangat manja atau malah merepotkan. Padahal
tadinya orang yang sangat bijaksana, tapi ketika tua
malah menjadi picik.
Kesadaran Luar bisa datang dalam berbagai
bentuk. Mulai dari sekedar suara teman yang , kotbah
ulama, sampai apapun yang berasal dari dari luar
termasuk didalamnya suara roh, dan Tuhan, karena
Tuhan juga bisa membisiki umat-Nya. Dari pengalaman
fisik, sampai halusinasi dan penampakan yang dialami
oleh orang itu.
Dalam kebutuhan untuk menjelaskan proses-
proses penampakan pada Menara hening, saya
membebaskan diri untuk tidak membatasi Kesadran Luar
hanya pada yang tampak dan sudah terbukti secara
74
ilmiah saja. Saya membuka pintu terhadap kesadaran
yang berasal dari pengalaman pribadi masing-masing
orang. Kalau Anda merasa mengalami, itu berarti ada
dan karena berasal dari luar dirikita maka itu saya
golongkan sebagai kesadran Luar. Dengan demikian
segala sesuatu yang datang dari luar, baik itu riel maupun
subyektif bisa mendapat tempat untuk bisa dibahas.
Dengan perkataan lain, Kesadan Luar mencakup semua
pengalaman hidup, pengalaman saat dalam keadaan
trance, pengalaman dengan kekuatan gaib, dengan roh
dan energi-energi yang lain.
Membuka pintu pengertian Kesadaran Luar
sehingga mencakup semua pengalaman hidup secara
subyektif, juga bisa membuka pintu terhadap
kepercayaan dan agama masing-masing. Tanpa
membuka pintu definisi Kesadaran Luar ini, maka aspek
agama dan kepercayaan lalu harus berada diluar bahasan,
padhal faktanya penyembuhan karena agama/
kepercayaan (faith healing) memang ada sudah sejak
sejarah manusia, bahkan ada sebelum ilmu pengetahuan
dibangun. Didalam kepercayaan dan agama kita semua
mengenal roh, malaikat sampai kekuasaan tertinggi yakni
pada Sang pencipta, maka semua ini saya katagorikan
pada kelompok kesadaran Luar. Jadi kita bisa mengikut
sertakan bahasan-bahasan yang semula dianggap tahayul
atau pengaruh gaib. Dengan demikian kita lalu tidak
alergi terhadap apaun yang tidak kasat mata, atau
menganggap yang tidak kasat mata tidak ada, karena
sebetulnya memang banyak orang mengalaminya secara
pribadi. Karena Pengembangan diri dan Penyembuhan
adalah masalah pribadi maka pengertian tentang
Kesadaran luar harus mengikut-sertakan semua aspek
pribadi ini.
Apabila kita tidak mau menerima yang tidak
75
kasat mata dan sangat pribadi ini, banyak penjelasan
yang nanti malah membuat kita mentok dan berubah
arah ,dari mau mencari manfaat menjadi mencari sebab.
Saya tetap berpegang orang yang lapar itu harus makan
supaya jadi kenyang, tidak peduli teorinya apa. Kita tidak
perlu terjebak dalam perdebatan mengenai ada atau tidak
ada roh, kekuatan gaib, bio energy dll, karena tujuan
buku ini bukan meneliti keberadaan yang tidak kasat
mata itu tetapi bagaimana memanfaatkan semua
sumberdaya yang mampu mengembangkan potensi diri
dan self healing. Sejauh yang tidak kasat mata itu
bermanfaat, mengapa harus dianggap tidak ada?
Kesadaran Luar adalah tempat Kesadaran Diri
melakukan komunikasi. Komunikasi ini diperlukan
supaya pertimbangan Kesadran Diri menjadi lebih luas
dan bermanfaat. Supaya kesadaran diri tidak
termanipulasi oleh kebutuhan Kesadaran Dalam semata.
Ketika masih kanak-kanak hampir semua orang
punya "teman imajinatif", teman ini karena didefinisikan
oleh ilmu psikologi sebagai imajinatif, maka lalu
dianggap sebagai isapan jempol anak kecil. bahkan lalu
keluar istilah "dusta fantasi" bagi anak-anak. Karena
diberi label sebagai tidak riel, maka kita lalu tidak
memanfaatkannya, bahkan kadang mendiskreditkan
sebagai kondisi kejiwaan yang tidak baik. Ketika kita
menanggapi suatu fenomena dengan sikap
mendiskreditkan maka kita kehilangan kesempatan untuk
memanfaatkannya.
Teman yang tidak kasat mata bagi anak-anak
sebetulnya banyak manfaat bagi perkembangan anak-
anak itu sendiri. Saya lebih menerimanya sebagai bagian
dari Kesadaran Luar bagi anak-anak. Kesadaran luar ini
bisa berasal dari apa saja: imajniasi ( seperti telaah
psikologi) tetapi juga bisa datang dari roh pelindung
76
yang memang mendampingi anak untuk bisa lebih
mudah beradaptasi dengan kehidupan yang membentang
dihadapannya.
Dengan demikian kita lalu tidak apriori atas apa
yang dilihat oleh anak walaupun kita tidak melihatnya
sehingga kita juga bisa membimbing bagaimana
mendapatkan manfaat dari teman si anak yang tidak
kasat mata, karena dari pengalaman orang-orang
berbakat, ternyata diwaktu kecil mereka memiliki teman
pelindung yang tidak kasat mata, yang membantunya
memecahkan bermacam-macam persoalan. Salah satu
faktor mengapa anak berkembang jauh lebih pesat
dibanding orang dewasa adalah karena anak selalu
mampu berdialog dengan Kesadaran Luarnya, dialog
yang dilakukan oleh anak adalah dialog yang riel bagi
sianak, walaupun bagi orang lain dianggap dialog
"imajinatif". Karena anak-anak menanggapi secara nyata
maka anak-anak menempatkan dirinya secara serius
sama seriusnya ketika berdialog dengan orangtuanya atau
saudara atau teman-temannya yang lain.
Kesadaran luar menjadi wadah agar kita tidak
lagi apriori terhadap apapun yang belum dibuktikan
secara ilmiah sehingga kita tidak berdebat menghabiskan
tenaga tentang keberadaan sesuatu yang "belum ilmiah"
itu dan lupa mengambil manfaat yang sebetulkan sedang
kita butuhkan saat itu. kalau secara pribadi Anda
merasakan, melihat, mendengar dan mengetahui tentang
sesuatu, Anda punya hak penuh untuk menganggapnya
nyata BAGI diri Anda sendiri, itu sah dan itu tidak
menyalahi apapun. Biarkan para ilmuwan yang berkutat
untuk membuktikannya, kita para awam
memanfaatkannya saja. Ibarat petani yang menggunakan
pupuk kandang bagi tanamannya, ia tidak perlu tahu
unsur-unsur kimia apa yang menjadikan tanamannya
77
subur. Kalau pengalaman pribadinya memberikan
kenyataan bahwa pupuk kandang tadi mempersubur
tanahnya, mengapa harus pusing mencari dasar
ilmiahnya?
78