Anda di halaman 1dari 78

1

1
Sakit Itu Konsep

Tujuan pokok saya menulis buku ini, supaya orang


bisa melaksanakan sendiri maupun melakukan terapi
masal. Selama ini, saya melakukan terapi one by one,
satu per satu, antara saya dengan pasien, sehingga saya
hanya bertemu dengan satu orang saja dalam setiap sesi
terapi . Padahal apa yang saya lakukan dalam sesi terapi
itu , hanyalah sebagai fasilitator agar orang menemukan
kesembuhannya sendiri. Jadi bukan saya yang
memberikan terapi, tetapi orang itu sendiri yang
memberikan terapi kepada dirinya sendiri.
Pada dasarnya semua healing adalah self healing.
Dokter, terapist, obat, jamu, accupunture, prana,
hypnosis dll adalah pelengkap agar tubuh mejadi sehat
kembali. Ada orang yang minum obat sembuh ada pula
orang yang dengan penyakit yang sama minum obat
yang sama tidak sembuh.
Obat apapun yang sudah disetujui oleh FDA
sebetulnya hanya memiliki success rate dibawah 20%.
Jadi sebetulnya kontribusi obat untuk menyembuhkan
penyakit hanya 20%, maka obat adalah bagian dari
penyembuhan, pelengkap dari proses penyembuhan.

2
Ketika orang menjadi sembuh, ada banyak faktor yang
ikut berkontribusi pada penyembuhan, dan kontribusi
terbesar adalah pikiran si sakit itu sendiri.
Kalau success rate obat beneran hanya 20%,
ternyata success rate placebo (obat yang dipercaya, tetapi
sebetulnya tidak mengandung obat sama sekali) justru
bisa menjangkau sampai 75%. Karena dalam
placebo sama sekali tidak ada zat aktif yang
menyembuhkan, maka 75% kesuksesan ini bersumber
pada kepercayaan si penderita. Jadi pikiran si penderita
memiliki andil yang sangat besar dalam menyembuhkan
penyakitnya. Tentu saja semakin kuat hubungan antara
penyakit tersebut dengan pikiran kesuksesan
penyembuhan yang dikontribusikan oleh pikiran menjadi
semakin besar.
Penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran adalah
penyakit psychosomatis. Psychosomatis bukan penyakit
pura-pura, melainkan benar-benar penyakit, ada bakteri
atau virus atau memang ada kesalahan fungsi organ,
tetapi pemicunya adalah pikiran. Pikiran sedih bisa bikin
penyakit, pikiran tertekan bisa bikin penyakit, beban
mental bisa bikin penyakit, semuanya menjadi baik
kembali ketika pikiran sudah melepaskan bebannya.
Walaupun kontribusi pikiran si penderita untuk menjadi
sembuh dominan, bukan berarti obat lalu tidak penting,
semua penting, tetapi masing-masing memiliki
kontribusi sendiri-sendiri.

Tubuh selalu menuruti Pikiran

Pada suatu hari saya mencari permen kegemaran


saya di kulkas. Saya sudah berusaha keras menelusuri
seluruh sudut ruangan di kulkas dan ternyata tetap tidak
ada, padahal saya ingat benar sepulang dari supermarket
3
permen itu saya letakkan di rak yang ada di pintu kulkas.
Saya tanyakan kepada isteri saya dan dari dalam kamar
dia mengatakan bahwa permen itu ada di dalam kulkas.
Saya coba lagi, memeriksa seluruh isi kulkas tetapi tetap
tidak ketemu, maka akhirnya saya minta isteri saya
untuk menunjukkan dibagian mana yang dia maksud di
dalam kulkas itu.
Isteri saya lalu membuka pintu kulkas dan menunjuk
dengan jarinya :
Nih !
Dalam sekejap pula saya melihat permen itu dari
tiada menjadi ada karena tadi saya tidak mampu
melihatnya disitu. Apakah isteri saya main sihir?
Tentu saja tidak, ketika saya mencari permen yang
saya konsepkan sebagai sudah tidak lagi berada dalam
kulkas mata saya tidak mau melihat bahwa permen itu
ada, maka mata saya tidak melihatnya.
Tubuh sangat menuruti kemauan pikiran, termasuk
di dalamnya yang sederhana, misalnya ketika pikiran
kita tegang, tubuh lalu mengeluarkan keringat. Ketika
kita malu darah lalu tanpa diperintah menyiram wajah
kita sehingga wajah memerah. Ketika kita masih kanak-
kanak dan sakit panas, kita bisa tiba-tiba sembuh karena
ada kabar dari ayah bahwa besok seluruh keluarga akan
piknik.
Adik saya selalu sakit panas pada setiap Minggu
malam. Saat itu ayah bekerja di luar kota , hari Senin
subuh berangkat dan baru pulang lagi pada hari Sabtu.
Adik saya yang masih balita meskipun belum bisa bicara
mampu menjadi panas setiap Minggu malam dan Senin
pagi sekitar jam 10an adik sudah lari-lari dengan
sehatnya. Ketika kami sekeluarga pindah ke kota tempat
ayah bekerja, ternyata sakit panas adik di Minggu malam
tidak ikut pindah bersama.
4
Pikiran tidak mungkin menciptakan kuman penyakit
kulit, tetapi pikiran sangat mahir untuk membuat kulit menjadi
lemah, kering, luka tergaruk dll Ketika tubuh menjadi benar-
benar sakit, maka pikiran menjadi teralihkan tidak lagi fokus
pada rasa frustrasi yang dihadapi tetapi lebih memikir cari
dokter yang tepat dan cari apotik yang jual obatnya!
Ketika orang terkejut, atau sangat takut, pikiran
langsung memperlambat aliran darah ke otak sehingga otak
menjadi kekurangan oksigen. Orang yang ketakutan itu lalu
menjadi tidak sadar diri alias pingsan. Dalam keadaan
pingsan rasa takut sudah tidak bisa menyentuh lagi. Tetapi
karena darah selalu dibutuhkan oleh otak, maka tubuh ketika
pingsan jatuh, posisinya lalu mendatar sehingga walaupun
pembuluh darah yang keotak menyempit, darah tidak perlu
melawan gravitasi, dan sehingga walaupun aliran darahnya
masih lemah, karena posisinya mendatar cukup memberi
supply darah ke otak, maka orang tersebut jadi siuman
kembali, tetapi sekarang dengan perhatian yang terpecah,
tidak seluruhnya pada rasa takut, tapi juga bingung karena
dirubung oleh orang banyak, dan tidur di ubin. Pikiran dan
tubuh selalu bekerja sama untuk menjaga kesejahteraan hidup
si pemilikinya.

SAKIT itu Konsep

Diantara Sakit dan Sehat ada : pikiran. Pikiranlah yang


menentukan apakah tubuhPeristiwa-peristiwa semacam ini
sangat dipahami oleh semua orang. Tidak perlu sekolah
psikologi untuk memahami gejala semacam ini, ibu saya
tidak pernah memberinya obat turun panas pada adik
karena tahu panasnya adik bukan karena penyakit.
Sebaliknya Ny S *)Aku pasti disantet harus jadi sakit parah
sampai tidak bisa berjalan karena orang di sekelilingnya
tidak mau percaya bahwa ia diguna-guna. Pikiran Ny S
sangat tahu dan paham apa akibat guna-guna pada
tubuhnya dan karena ia punya konsep bahwa dirinya

5
sedang diguna-guna maka seluruh gejala seperti yang
dipercayainya menjadi disajikan oleh tubuhnya. Pikiran
memang tidak punya alat lain untuk merepresentasikan
dirinya kecuali tubuh itu sendiri. Kadang-kadang
bahkan yang punya pikiran sendiri sudah lupa mengapa
pikirannya menyuruh tubuh bereaksi tertentu, bagaimana
asal mula dan penyebabnya, seperti yang dialami oleh
remaja A *) Kalau tulisannya banyak saya pusing ia selalu pusing
bila membaca buku pelajaran sampai tidak naik kelas.
Tubuhnya terlanjur bikin otomatisasi, kalau membaca
kepala jadi pusing, padahal kalau baca komik
( sebenarnya membaca teks nya juga ) ia tidak pusing .
Penyakit yang dipicu oleh pikiran lebih sering
terjadi pada orang dewasa, karena orang dewasa sudah
punya banyak pengalaman hidup, termasuk pengalaman
menjadi sakit, pikirannya lebih piawai dalam
memfasilitasi penyakit itu sendiri. Ketika pikiran
menjadi frustrasi dan tidak menemukan jalan keluar,
maka pikiran lalu membuat tubuh jadi sakit.
Ada beberapa keuntungan dengan menjadikan
tubuh sakit. Dengan menjadi sakit, pikiran lalu
mendapat kesibukan baru diluar kefrustrasiannya.
Karena itu, hal yang membuatnya frustrasi agak
terlupakan. Bila rasa frustrasinya masih tetap menguasai
diri maka konsep sakit ini akan makin menyiksa dan
menyatakan diri dalam bentuk penyakit yang sebenarnya
seperti kasus yang dialami oleh Bapak T *)Ekseem forever
yang menderita eksem selama 3 tahun, dan setiap
sembuh eksemnya pindah tempat.
akan sakit atau tubuh akan sehat. Diagnosa penyakit dan
uji laboratorium hanya menentukan apakah organ tubuh
bekerja optimal atau tidak berfungsi. Obat dan perawatan
bukan mencirikan orang sakit atau sehat tetapi
dibutuhkan agar organ tubuh menjadi normal kembali.
6
Orang bisa tetap sehat walau tangannya buntung, artinya
organ tangannya tidak sempurna karena cuma sebatas
lengan, demikian pula orang yang gagal ginjal tetap sehat
karena fungsi ginjalnya diambil alih oleh mesin dialisa
darah.
Pada dasarnya sakit dan sehat adalah konsep
pikiran. Ketika organ tidak normal, pikiran bisa membuat
konsep bahwa dirinya sakit tapi bisa pula membuat
konsep pikiran bahwa dirinya tetap sehat.
Saya bisa batuk tetapi tetap memiliki konsep sehat
di pikiran. Memang dibandingkan dengan ketika saya
tidak batuk sekarang bicara saya kurang lantang dan
kurang lancar karena terpotong oleh batuk-batuk, tetapi
bicara sambil terbatuk-batuk karena tenggorokan saya
gatal tidak harus menjadikan saya memiliki konsep
sakit dipikiran saya. Banyak orang yang sedang sakit
(baca : memiliki konsep sakit didalam pikirannya)
mempaketkan keadaan, seolah-olah kalau tidak
sempurna ya sakit. Karena sekarang tenggorokan gatal
maka sekarang saya sakit. Karena konsep sakit yang
dianut, maka saya tidak masuk kerja, saya harus tidur di
ranjang, dan saya benar-benar lesu, lalu mulai tidak
bergairah, lalu karena tidur-tiduran tidak keluar tenaga
maka tidak lapar, lalu merasa tidak ada nafsu makan dst.
Makin lama paket sakitnya makin komplit saling
menguatkan bahwa dirinya sakit !
Ketika konsep sehat yang dianut, maka yang
dirasakannya hanyalah gangguan ditenggorokan, tidak
ada masalah dengan bicara apalagi pekerjaan lain yang
tidak pakai tenggorokan, paling-paling tidak bisa bicara
keras, dan lebih-lebih tidak ada masalah dengan soal
tidur karena sudah semalaman tidur. Ia merasa sehat
tetapi terganggu tenggorokannya, ia bekerja dan menjadi
keluar tenaga, lalu lapar, lalu memilih makanan, lalu
7
tidak ada sedikitpun perasaan bahwa ia kurang nafsu
makan. Ia tetap sehat walau hari ini batuk-batuk
melulu !
Dalam hal konsep sakit-sehat ini, binatang lebih
beruntung dari manusia. Manusia yang dikaruniai
kemampuan berpikir ini gemar bikin konsep, termasuk
didalamnya konsep bahwa dirinya sedang sakit atau
sedang sehat. Binatang sama sekali tidak punya konsep
ini maka tidak perlu ada anjing yang jadi dokter, yang
ada, paling-paling cuma manusia yang jadi dokter
anjing. Itupun bukan kebutuhan si anjing tetapi
kebutuhan para manusia sendiri.
Ketika seekor anjing tertusuk duri di kaki dan
bengkak, sang anjing merasa sakit di kaki, tetapi ia bisa
tetap melonjak-lonjak walau dengan terpincang-pincang
tetapi tetap penuh semangat menyambut tuannya, apalagi
kalau tuannya membawa makanan ! Karena tanpa konsep
dirinya sedang sakit maka ia tetap seperti biasa cuma
pincang jalannya. Nalurinya menjaga agar kaki yang
bengkak tidak dipaksa digunakan sebelum sembuh, maka
ia terpincang-pincang. Karena ekornya tidak ada
masalah, maka ekornya tetap bisa mengibas kekiri dan
kekanan. Ia tidak memiliki konsep sakit seperti
manusia, maka sakitnya sakit yang obyektif, partial pada
bagian sakit itu saja. Seketika bagian itu sembuh, ia akan
berjalan normal lagi. Ketika ia digoda majikannya untuk
meloncat padahal kakinya sakit, ia akan tetap meloncat
sekenanya, ia tetap berusaha agar bisa menjangkau
makanannnya.
Karena manusia dikaruniai kemampuan bikin
konsep, dan ia sedang berkonsep bahwa ia sedang sakit,
maka ia lalu membuat berbagai batasan sikap orang
sakit. Tidak hanya itu, ketika di goda ia menjadi marah
dan makin merasa sakit. Pada banyak kejadian, bahkan
8
ketika tidak ada yang menggodapun tetapi hanya karena
merasa digoda bisa menyebabkan lebih parah
penyakitnya sehingga dengan demikian, konsep sakitnya
jadi makin beralasan.
Dari contoh-contoh diatas menjadi jelas bahwa
konsep sakit adalah faktor pokok orang menjadi sakit.
Ketika konsep sakit sudah diadopsi maka orang benar-
benar sakit ! Orang yang sakit ini perlu dibantu untuk
melepas konsep sakit nya dan dirawat dengan obat
atau perawatan yang tepat agar organ-organ yang rusak
diperbaiki. Disinilah kontribusi obat, dokter, operasi,
suplemen, dll diperlukan, karena organ tubuh terlanjur
mengalami masalah, atau mungkin bakteri memang jadi
sudah terlanjur berkembang biak! Tetapi memperbaiki
organ-organ saja tanpa melepaskan konsep sakit tidak
akan pernah menyembuhkan! Begitu antibiotik
menumpas bakteri yang ada, segera infeksi lain menjalar
karena difasilitasi oleh konsep sakit yang belum lepas
dari pikiran. Sisakit akan selalu memfasilitasi
penyakitnya lagi, dan penyakitnya kumat lagi. Ia akan
memfasilitasi kerusakan organ dan perkembangan
bakteri yang makin lama makin parah.
Ketika konsep sakit nya tidak diterima oleh
lingkungan atau bahkan dicibir, orang akan makin
meyakinkan bahwa konsep sakit nya bukan isapan
jempol, artinya ia harus jadi semakin parah supaya
sakitnya bisa diterima oleh sipencibir. Kadang-kadang,
karena satu dan lain hal, bisa saja pikirannya jadi
frustrasi untuk meyakinkan bahwa ia sedang sakit, maka
penyakitnya menyurut dan sepertinya sembuh. Ia
meninggalkan konsep sakit dan menjadi lebih sehat,
tetapi karena perubahan konsep ini tidak disadari
sungguh-sungguh, maka konsep sakit yang telah
dilepas oleh frustrai ini hanya disimpan dulu didalam
9
pikiran dan sewaktu-waktu bisa muncul kembali.
Akibatnya penyakit yang pernah sembuh bertahun-tahun
kumat lagi.
Banyak diantara pasien saya yang bertambah parah
sakitnya karena tidak dipercaya bahwa sakitnya adalah
sakit sungguh-sungguh sakit, bahwaia tidak pura2 sakit.
Bagi orang di sekitar si pasien, persoalan sakitnya ini
tampak begitu sederhana, sehingga seringkali orang yang
ada disekitarnya memberi nasehat atau bahkan mencibir:
kalau ia tidak mau merasakan sakit maka semua
keluhan itu akan sirna.
Bagi orang yang tidak sakit, perasaan sakit tampak
seperti sekedar pakaian, kalau dipakai maka sakit kalau
tidak dipakai maka tidak sakit. Demikian sederhananya
sehingga bagi orang yang sedang tidak sakit, tinggal
menanggalkan baju sakit dan menggantinya dengan baju
sehat.
Sayang sekali keadaan seperti ini hanya bisa
dilakukan oleh orang sehat. Ketika Si Sehat itu sendiri
sedang di dera sakit belum tentu ia bisa menjalankan
teori yang dianutnya ketika sehat. Orang sakit dan orang
sehat sebenarnya berada dalam dua pulau berbeda.
Bukan seperti orang pakai baju, kadang baju sakit
kadang baju sehat.
Pada orang sakit yang disebabkan oleh pikiran
( psychosomatis) , kedua pulau itu benar-benar
berjauhan, bagaikan dua benua. Ketika ia sehat ia berada
pada benua yang satu dan pada saat ia sedang menderita
sakit oleh pikiran ia berada pada benua yang berbeda.
Ibarat disatu saat ia berada di Australia yang sedang
musim panas, dan pada saat yang lain ia berada di Eropa
yang musim dingin. Tidak ada satu logikapun yang yang
bisa menyambung kedua benua ini. Dijelaskan apapun,
diajak berlogika apapun kedua benua ini tidak bisa
10
dibuatkan jembatan.
Sebetulnya keadaan seperti ini juga dialami oleh
orang yang sedih dan orang yang girang.
Pada saat sedih kita tidak bisa menangkap
kegirangan, demikian pula sebaliknya. Meminjam istilah
analog-digital. Dimana digital berarti on-off sedangkan
analog adalah perubahan bertahap. Maka sebetulnya
pikiran manusia bekerja secara digital, sementara otot
bekerja secara analog. Kita tidak bisa memaksa otot kita
langsung mengangkat beban 100 kg, tetapi harus
bertahap dilatih sedikit demi sedikit dari 20kg, menjadi
25 kg, menjadi 30 kg dst.
Hampir semua proses dalam tubuh kita menganut
proses analog ini, proses yang berkesinambungan dan
bertahap sedikit-demi-sedikit. Proses belajar adalah
proses yang analog, makin lama makin mampu. Ketika
lambung kita tidak biasa makan pedas, maka begitu
makan pedas lambung sakit. Bila makin dibiasakan maka
lambung akhirnya bertoleransi dengan rasa pedas
tersebut dan tidak lagi perih. Proses membiasakan diri
adalah proses analog, dari tidak biasa , menjadi makin
biasa dan makin lama makin biasa secara bertahap.
Pikiran kita tidak bekerja melalui proses ini karena
semua proses dalam pikiran kita ( termasuk di dalamnya
perasaan kita) bekerja atas dasar keyakinan. Berubah
keyakinan berubah semua pikiran. Proses pada pikiran
hanya berpijak mau menerima atau tidak mau menerima.
Ketika orang mengatakan saya tidak begitu
yakin ,sebenarnya dia mengatakan bahwa ada bagian-
bagian yang BISA diterima oleh keyakinannya dan ada
bagian-bagian yang TIDAK mau diterima oleh
keyakinannya. Jadi bukan berarti bahwa ia hampir yakin
seperti warna merah yang sedang memudar menjadi
merah jambu untuk menjadi putih.
11
Ketika seorang anak sedang belajar sebetulnya ia
sedang mengumpulkan pengertian. Ia sedang
mengumpulkan apapun yang bisa ia terima dan apa saja
yang tidak bisa ia terima.
Ketika switch atau skakelar di pikirannya
memutuskan untuk menerima maka ia menjadi yakin dan
semua yang lain disimpan atau ditimbun untuk tidak lagi
dilihat. Dengan perkataan lain, setiap saat pikiran kita
selalu membuat keputusan untuk menerima sesuatu atau
tidak menerima sesuatu. Keputusan yang kita buat ini
adalah proses aktif, artinya memang dilakukan aktifitas
melakukan pilihan. Ketika pilihan ini kita putuskan
melalui pikiran sadar (misalnya : pikiran anda yang
sekarang sedang membaca tulisan ini) maka kita
merasakan bahwa kita memutuskan. Tetapi ketika kita
minum minuman beralkohol dan menjadi pusing , maka
pikiran sadar kita lalu memutuskan untuk meyakini
bahwa minuman seperti ini bikin pusing.
Keputusan untuk mengambil keyakinan bahwa
minuman seperti ini bikin pusing tidak kita sadari, tetapi
tetap merupakan keputusan ! Keputusan ini menjadi
bagian dari sekian banyak keyakinan lain yang sudah
kita anut.
Ketika karena satu dan lain sebab kita tetap
mencoba lagi dan mencoba lagi. Misalnya karena harus
selalu mengantarkan tamu ke nite-club dan minum
alkohol, tubuh kita belajar. Tadinya sedikit alkohol bikin
pusing , tetapi makin lama makin terbiasa sehingga tidak
pusing.
Ketika rasa pusing hilang, pikiran mulai melihat
kemungkinan lain, ternyata alkohol bikin rasa girang di
hati, menimbulkan perasaan percaya diri dan mampu
membuat lupa pada masalah yang sedang
membenaninya. Saat itu pikiran lalu memutuskan untuk
12
menganggap bahwa alkohol adalah minuman yang cocok
diminum ketika pikiran terbeban.
Ia mungkin masih mengadopsi keyakinan bahwa
alkohol bisa bikin pusing kalau banyak, tetapi alkohol
juga memberi manfaat melepaskan beban pikiran
(sesaat). Jadi ketika seseorang menolak alkohol berubah
menjadi menerima alkohol, berlangsung dua macam
proses.
Proses yang terjadi pada tubuh : mulut, lambung,
syaraf dll, berlangsung secara bertahap, ada proses
belajar, proses analog. Proses yang terjadi pada pikiran
berlangsung secara digital, switching dari menolak
menjadi menerima. Tentu saja , pada saat itu masih tetap
ada dalam pikirannya keyakinan-keyakinan lain seperti
alkohol itu jelek, bikin mabuk, mabuk itu memalukan,
agama melarangnya dan reputasinya bisa tercemar bila
mabuk dll.
Sekalipun semua keyakinan itu ada tetapi tidak
digunakan untuk diajadikan dasar ketika akan minum
minuman keras. Semua keyakinan yang pernah mampir
dalam pikiran kita tidak pernah hilang, selalu ada tetapi
pikiran belum tentu menggunakannya. Skakelar nya tetap
ada tetapi tidak di on kan, ibarat dalam rumah kita ada
banyak lampu yang masing-masing memiliki sekakelar.
Kalau hanya satu skakelar saja yang di onkan
maka keberadaan lampu lain yang tidak nyala tidak ada
bedanya dengan batu, piring atau kursi, tidak
memberikan cahaya !
Ketika keyakinan kita tidak sedang dalam di on
kan, maka keyakinan itu sama dengan tidak ada. Itulah
sebabnya mengapa kita bisa lihat orang yang berpindah
agama menjadi sama sekali tidak percaya apa yang
dianut di agama yang semula dianutnya. Bahkan pada
umumnya orang lalu malah mengkritik semua keyakinan
13
yang dianut pada agama yang sebelumnya. Ketika orang
meng on kan salah satu keyakinan, maka seluruh
cahaya berasal dari kayakinan yang di on kan itu,
keyakinan yang sedang tidak dinyalakan menjadi
seperti tidak ada. Ketika hitam tidak ada putih, tidak
seperti warna merah yang luntur menjadi merah jambu,
masih ada merahnya tetapi lebih sedikit dan makin banyak
putihnya.
Pikiran bekerja secara digital, kalau tidak hitam ya
putih. Ketika sakit ya tidak ada kata sehat. Keadaan ini tidak
tergantung pada intelektualitas seseorang, tetapi murni
begantung pada keyakinan yang dianut saat itu. Seseorang
yang penuh kendali ketika sehat bisa benar-benar tidak punya
etika ketika sedang dalam keadaan sakit !
Ketika seseorang sedang meyakini dirinya sakit ia
benar-benar menderita sakit, bahkan ketika tubuh belum
sempat melayani untuk jadi sakit (misalnya kulit masih
normal, tubuh belum sempat memberi fasilitas jamur untuk
tumbuh ) , ia akan merasa gatal dan perasaan gatal itu bukan
pura-pura, bukan dibuat-buat, tetapi nyata, gatal yang baru
sembuh kalau sudah digaruk! Sama persis seperti dua orang
sama-sama melihat gambar kartun , ketika yang satu ketawa
terpingkal-pingkal ia nyata merasakan geli dihati, sementara
yang lain yang tidak paham, benar-benar bingung dan tidak
ketawa. Perasaan geli dan perasaan bingung obyeknya
adalah gambar yang sama, tetapi akarnya dikonsep pikiran,
dan ketika konsep itu ada bagi yang bersangkutan menjadi
nyata.
Jadi ketika saudara kita atau teman kita sakit dan kita
sehat, keadaannya sama seperti kedua orang yang melihat
gambar kartun itu. Sungguh kasihan orang yang tidak paham
kelucuan kartun itu dan bahkan sedang kebingungan mencari
makna kartun itu malah ditertawakan atau diragukan
intelektualitasnya : Telmi! Telat mikir!.
Sikap seperti ini bila dijalankan terhadap orang yang
sedang sakit, sama sekali tidak produktif, karena semakin

14
membebani sisakit, semakin memperparah sakitnya. Kalau
kita menerima maka setidak-tidaknya si sakit merasa dipahami
maka ia lalu merasa terdukung. Ia lalu merasa bahwa apa yang
dialaminya dipahami orang lain. Sudah menjadi hukum alam,
pemahaman selalu mempunyai kekuatan memudarkan
penderitaan.
Ketika seorang anak jatuh dan menangis tindakan
semua ibu di dunia adalah memahami rasa sakit sianak
(tindakan ayah umumnya mencela: gitu aja menangis!) , maka
si anak lalu merasa terbagi rasa sakitnya, ia lalu mau
mendengar nasehat dan tuntunan ibunya sehingga mau
melepas konsep sakit karena jatuh tadi.
Sementara itu ketika sang ayah meragukan : gitu aja
kok nangis! , konsep sakit dalam dirinya diragukan. Ia akan
menangis lebih kencang karena makin terasa sakit. Pikirannya
makin terfokus pada konsep sakitnya. Ia tidak pura-pura
sakit , tetapi karena konsep sakitnya makin kuat, perasaan
sakitnya makin nyata, maka menjeritlah ia dengan lebih
keras ! Karena jeritannya lebih keras, bisa jadi sang ayah lalu
membentak lebih keras dan mengancam akan menjadi lebih
marah. Konsep sakit pada si anak seketika di beri tandingan
konsep takut dimarahi.
Ketika terjadi switching dari sakit menjadi takut, maka
rasa sakit menjadi hilang dan perasaannya lebih terpusat pada
rasa takut. Ia lalu tidak menangis.
Jadi tidak menangis dan tidak merasa sakit bukan
karena pura-pura, tetapi karena pikiran berganti konsep,
seperti mengganti lampu yang menyala, tadinya diruang tamu
yang menyala, maka meja tamu, kursi, koran yang tampak,
dan ketika di switch, lampu taman yang dinyalakan, yang
tampak adalah rumput dan tanaman hias. Keduanya nyata,
ketika lampu ruang tamu dinyalakan tampak meja tamu dan
koran, bukan karena pura-pura tampak !

15
2
Penyembuhan
Melalui Keheningan
(Mindful Healing)
Konsep sakit dan sehat adalah konsep yang berada
dalam pikiran dan batin, padahal hanya pikiran yang
hening yang mampu menemukan dasar keyakinan yang
dianut. Dalam bentuk apa konsep sakit ini menguasainya
sekaligus alasan apa yang bisa mengubah konsep
sakitnya untuk bergeser memilih konsep sehat.
Terapi hening menjadi bagian dari semua proses
penyembuhan.Terapi ini tidak hanya yang berkaitan
dengan penyakit fisik dan psikis, tetapi juga mampu
berkontribusi untuk menentukan arah hidup atau karier,
karena keheningan memberi ruang pada pikiran dan hati
untuk lebih paham akan keadaan dirinya saat ini (the
present moment) Selain itu juga bisa untuk menata
kembali pola pikir agar menjadi lebih efektif guna
membangun kesejahteraan hidup seseorang.
Untuk menyembuhkan penyakit fisik, terapi hening
berkontribusi dalam proses self healing. Sama seperti
semua pengobatan, perawatan, sampai intervensi medik
(operasi, dll).
Terapi Hening merupakan bagian dari proses
16
penyembuhan oleh dirinya sendiri (self healing).
Karenanya, tgerapi hening merupakan komplemen yang
membantu proses self healing, semua unsur
penyembuhan dalam proses terapi harus saling bersinergi
untuk menciptakan self healing.
Sampai saat ini tidak ada satupun metode, obat,
maupun proses penyembuhan yang mampu
menyembuhkan semua orang secara mutlak. Di dalam
penyembuhan melalui obat pun, selalu ada kombinasi
antara obat utama dan obat pelengkap, suplemen, diet
dan gaya hidup.
Misalnya, ketika obat utama ternyata sangat tajam
terhadap dinding lambung, maka dokter akan
memberikan obat pelengkap untuk melindungi dinding
lambung dari ketajaman asam yang berasal dari obat
utama. Demikian pula ketika semua obat sudah lengkap
dimiliki, tetap masih diperlukan suplemen tambahan,
diet , bed rest, dan seterusnya.
Sebuah penyakit yang belum ada obatnya
sekalipun, seperti kanker misalnya, ternyata bisa sembuh,
apabila penderita memiliki konsep tidak sakit di dalam
pikirannya. Meski pada akhirnya, untuk beberapa pasien,
penyakit itu tidak dapat dilawan oleh perawatan apapun,
yang membuat pasien harus menghadap Sang Khalik.
Dari semua penyembuhan terhadap penderita
kanker ini, ternyata konsep tidak sakit menjadi faktor
dominan bagi kesembuhan. Misalnya saja, peristiwa
yang terjadi pada pasien yang menderita kanker
payudara. Saat itu ibu ini sedang berada dalam puncak
kariernya sebagai CEO sebuah perusahaan besar.
Ketika ia dinyatakan sebagai penderita kanker
payudara dan memiliki sisa usia lima tahun, tentu saja
dia langsung merasa syok. Dunia seolah runtuh di
hadapannya dan menimbun semua seluruh aspek
17
kehidupannya.
Setelah beberapa hari ia dalam keadaan syok,
akhirnya dalam keheningan dia menjadi sadar bahwa
semua orang pada akhirnya juga akan mati. Di dalam
keheningan itulah, dia merasa bertemu dengan almarhum
nenek yang sangat menyayangi dan sangat disayanginya.
Dalam pertemuan tersebut, sang nenek tampak
sedih dan ketika dia bertanya mengapa nenek begitu
sedih, sang nenek menjawab bahwa dia sedih karena
selama ini melihat cucunya terus bekerja keras tanpa
pernah menikmati hidup.
Si pasien yang menderita kanker ini awalnya juga
tak mengakui perkataan itu. Menurutnya, kerja keras
adalah kenikmatan hidupnya juga, tetapi karena yang
mengatakan dalam keheningan ini adalah nenek yang
sangat dicintainya, maka dia lalu menggali kehidupannya
sendiri lebih dalam.
Kehidupan ibu ini sebenarnya tampak gemerlap
dari luar. Betapa tidak, dia mampu berprestasi menjadi
CEO sebuah perusahaan besar di usianya yang belum
genap mencapai 40 tahun. Tapi, benarkah dia sudah
sungguh-sungguh menikmati hidupnya yang gemerlap
itu?
Ternyata belum. Dia sudah lupa bagaimana dia
ingin memiliki waktu untuk mengikuti kursus membuat
kue, yang selama ini tak bisa diikutinya. Dia juga tak
bisa utuh merasakan kebahagiaan bersama anak-anaknya
saat berlibur karena pikirannya yang selalu tertuju pada
desakan problem-problem di kantor.
Yang paling menyita pikirannya adalah, bagaimana
dia merasa tidak pernah bisa melepaskan pikiran untuk
lebih maju di setiap detik dalam kehidupannya. Saat
itulah, kesadaran dirinya mulai mendeteksi bahwa apa
yang dikatakan almarhum neneknya itu benar 100
18
persen.
Maka dia lalu mulai menyusun kembali program
hidupnya, mengingat dirinya masih diberikan
kesempatan untuk hidup selama lima tahun ke depan.
Sebelum dia melalui lorong keheningan, dia merasa
sangat hancur, karena hidupnya HANYA tinggal lima
tahun lagi. Sekarang dia tidak lagi merasa hidupnya
HANYA tinggal lima tahun, tetapi dia MASIH memiliki
masa lima tahun yang terbentang untuk dinikmati.
Maka dia kemudian menyusun masa pensiun
dininya, mulai menginventarisasi apa saja yang sangat
ingin dinikmatinya, tetapi tidak bisa didapat, karena
merasa tidak memiliki waktu untuk merealisasikannya.
Sejak saat itu, ibu ini jadi sangat ceria, karena setiap
detik dalam hidupnya adalah detik yang sangat berharga.
Dia tidak mau lagi menyia-nyiakan detik-detik penting
dalam hidupnya ini untuk merasa jengkel, marah, sedih,
dan serba terburu-buru.
Satu tahun berlalu. Diagnosa kanker di
payudaranya menunjukkan tidak ada perkembangan
keganasan. Tiga tahun berlalu, empat, lima, dan tiba-tiba
dia tersadar, jika delapan tahun telah berlalu tetapi dia
masih hidup. Pada tahun kedelapan itulah kankernya
dinyatakan telah hilang, entah kemana.
Tentu saja perawatan medis memiliki kontribusi
penyembuhan kanker ibu ini. Seperti misalnya
kemoterapi yang ikut menghajar sel-sel kanker di dalam
tubuhnya. Tetapi tanpa pola pikir yang positif, sel-sel
kanker yang sudah dihancurkan proses kemoterapi akan
tumbuh lagi. Pada banyak kasus, pasien yang kehilangan
harapan, dan berkubang dalam pikiran negatif
kesehatannya jadi merosot jauh.
Seluruh pikiran dan jiwa ibu ini diabdikan untuk
menikmati lima tahun kehidupan yang sangat berharga.
19
Karenanya, tubuh lalu melayani kehendak pikiran supaya
menikmati masa lima tahun yang berharga tersebut. Itu
berarti, tubuh harus sehat supaya sel-sel kanker yang
hendak hidup lagi, bisa segera dibasmi oleh kekebalan
tubuh itu sendiri.
Dalam hal ini, proses self healing sedang
berlangsung dan berproses, sehingga akhirnya sel-sel
kanker tak memiliki tempat lagi dalam tubuhnya. Harus
diingat bahwa, tubuh selalu melayani kehendak pikiran
dan jiwa!
Terapi hening adalah alat bantu untuk menulis
ulang naskah kehidupan agar terbebas dari konflik bawah
sadar. Agar konflik yang terjadi dalam bawah sadar
didengar dan dicari solusinya. Agar kesadaran diri
berada dalam keadaan harmonis dengan kesadaran dalam
yang berisi kebimbangan dan kekhawatiran. Agar batas
hidup yang tinggal lima tahun itu tidak jadi momok
tetapi malah jadi berkah.
Kesadaran diri lalu menulis ulang naskah
kehidupan yang baru, hidup dengan skenario kehidupan
bersama kanker, bersama kemoterapi dan bersama
kehidupan yang boleh jadi MASIH tersedia selama lima
tahun ke depan! Ia tidak lagi hidup dalam ketakutan dan
kecemasan, karena bisa hidup dalam dami dengan batas
hidup yang 5 tahun saja.
Lester Levenson pendiri Sedona Methode, sebelumnya
adalah seorang ahli fisika yang sangat sukses dalam bisnis.
Ditahun 1952 ia didiagnosa mengidap penyakit fatal dan
disarankan untuk menanti ajal dirumah saja daripada dirumah
sakit. Ia begitu shock sampai beberapa hari ia mengurung diri
dalam ketakutan dan kecemasan. Ketika semua rasa takut itu
sudah melewati puncaknya ia berada dalam keheningan yang
dalam dan seketika menyadari bahwa ia baru saja kehilangan
harapan hidup. Kesadran ini membawa kedamaian dalam hati
dan ia jadi ternspirasi untuk melakukan experimen kehidupan
20
yang baru. Ternyata ia masih bisa menikmati lebih dari 22
tahun hidup yang bahagia, bahkan membantu banyak orang
untuk mencapai kehabagian melalui pola hidup yang ia jalani.

Berikut ini adalah berbagai jenis penyembuhan diri


setelah memperoleh suara keheningan seperti yang
dialami pasien-pasien saya.

Eksim Forever

Ada seorang pengusaha yang sangat jujur, baik


kepada dirinya sendiri, maupun kepada keluarganya. Dia
tidak pernah selingkuh. Dia sangat setia kepada
keluarganya. Intinya, dia merupakan pria idaman setiap
wanita.
Suatu hari dia terjebak hubungan seks dengan
seorang wanita di panti pijat. Sebenarnya, walaupun dia
sering pergi ke tempat itu, ia hanya untuk mengantarkan
cutomernya, dan ia tidak pernah goyah pada prinsip
hidupnya dan ia selalu hanya menungu di loby panti
pijat. Tapi entah mengapa, saat itu dia tergoda untuk
masuk ke dalam, dan akhirnya melakukan hubungan seks
dengan terapisnya
Kejadian ini merupakan sebuah penyesalan besar
baginya. Meski begitu, istrinya sama sekali tak pernah
menaruh curiga. Ketidakcurigaan istrinya inilah yang
malah menimbulkan malapetaka bagi dirinya, karena dia
merasa sangat bersalah kepada istrinya.
Awalnya, ia menderita penyakit semacam eksim
di kepala. Tapi setelah eksim di kepala diobati dan
sembuh, penyakitnya berpindah. Penyakitnya itu lalu
muncul dan muncul lagi di bagian tubuh yang lain.
Lama-kelamaan, eksimnya semakin turun dan makin
turun ke bagian bawah tubuhnya sampai berhenti

21
didaerah selangkangan. Disini tampaknya penyakit
eksimnya ini mendapat pangkalan terakhir dan tidak mau
sembuh lagi.
Penyakit itu menderanya selama tiga tahun. Ia
sudah berusaha mengobatkan penyakitnya tersebut
kemana saja, bahkan sampai ke Jerman karena di
Singapura tidak juga sembuh. Setiap hampir sembuh
muncul lagi dan muncul lagi.
Ia sama sekali tidak tahu dan tidak ingat awal
mula penyakit yang dideritanya itu. Dalam terapi hening
ia menemukan kesadaran baru. Di saat hening itulah,
sebagai orang Kristen yang sangat taat, dia berjumpa
dengan Yesus.
Dalam pertemuan tersebut, Yesus bertanya
mengapa ia selalu menyiksa dirinya sendiri. Tak lama
kemudian, Yesus memberkatinya. Itulah kesadaran yang
diperolehnya dalam pertemuan tersebut.
Dalam konseling ia menceritakan
penampakannya ini, dan saya lalu memberikan beberapa
alternatif tafsir dari penampakan itu, antara lain
mengapa ia tidak mau menerima bahwa Tuhan memiliki
misteri yang tidak harus bisa diurai oleh logika kita. Ia
harus memilih untuk melupakan semuanya dan
selanjutnya hidup lebih baik lagi. Ia juga bisa
melepaskan beban hati dengan menceritakan kepada
isteri yang yang mungkin saja malah membebani hati
sang isteri. Konflik batinnya diakhiri dengan menerima
dengan tulus semua hukuman pada dirinya tanpa harus
bercerita pada isterinya karena kejadian itu sudah
berlagsung 3 tahun yang lalu dan ia menjadi sembuh dari
penyakit eksemnya ini.

Aku Sungguh Benci Padamu

22
Ada seorang karyawati yang sangat membenci
atasannya. Dari konseling saya boleh menganggap
bahwa atasannya ini memang sangat manipulatif dan
memang merupakan atasan yang bakal menjadi horor
bagi semua orang. Karyawati ini dalam keadaan yang
sangat putus asa dan sudah tidak tahan bekerja ditempat
itu, tetapi bulan berganti tahun, memang ia tidak berhasil
mendapat pekerjaan baru disamping ia juga tidak ingin
pindah kerja diperusahaan lain. Hanya saja makin hari ia
makin tidak tahan dan ia merasa bahwa akhir-akhir ini ia
jadi kurang bisa tidur nyenyak.
Dalam keheningan yang sebetulnya sangat
diharapkannya untuk mendapatkan petunjuk atau
inspirasi agar ia bisa menemukan pekerjaan yang baru, ia
justeru bertemu dengan atasannya yang sangat
dibencinya itu. Anehnya ia tidak membenci sama sekali
saat dalam penampakan itu, ia mendapat kesadaran baru
bahwa diluar sikap manipulatifnya, atasan ini memang
betul-betul cerdas dan banyak kelebihannya.
kebenciannya yang sangat mendalam kepada atasannya
ini membuat ia buta terhadap nilai lebih yang dimiliki
atasan ini.
Dalam konseling ia meyakinkan saya bahwa ia
tidak akan pindah kerja lagi, dan diskusi kita membawa
kesimpulan bahwa ia harus lebih fokus pada kelebihan
sang atasan untuk pengembangan dirinya. Tujuh bulan
kemudian ia pindah bagian, mendapat atasan baru tetapi
sama sekali tidak lagi membenci atasan manipulatif
tersebut. Ia mengakui bahwa banyak yang dapat
dipelajari dan dicontoh dari atasan lama ini.

Kedua Lenganku Selalu Kudisan

Ada seorang Bapak paruh baya yang selalu


23
dipusingkan dengan lengannya yang selalu kudisan.
Penyakitnya bisa disembuhkan, tetapi selalu muncul lagi
di tempat yang sama. Sampai-sampai dia selalu
mengenakan kemeja lengan panjang untuk menutupi
luka dan parut-parut bekas lukanya nya itu. Padahal dia
belum pernah mengalami penyakit itu sebelumnya.
Tapi mengenakan kemeja lengan panjang terus-
menerus tentu saja merepotkan dirinya bahkan lebih
merepotkan lagi karena harus berganti kemeja karena
ada bercak darah merembes ke lengan baju.
Dalam hening ia melihat ipar-iparnya berpakaian
rapi dan bersih, tidak seperti keadaan sehari-hari mereka
yang sangat jorok. Kadang dengan badan berkeringat
tanpa baju langsung duduk disofa dan sandaran sofa jadi
berbekas tempelan keringat ipar tadi.
Dalam konseling ia bercerita bahwa sekarang ia
menjadi sadar bahwa ia sebetulnya sangat jijik dengan
cara hidup ipar-iparnya yang datang dari desa yang
menurut dia sangat jorok. Makin lama ia makin merasa
tertekan, tetapi tidak mau mengungkapkan perasaannya
karena takut menyakiti hati para ipar dan isterinya
Dia merasa hanya bisa memiliki ruang di
dalam kamarnya sendiri, dikamarnya ini ipar-iparnya
tidak pernah masuk. Semua ruangan di dalam rumahnya,
sudah dikuasai para ipar, lengkap dengan kebiasaan
jorok mereka.
Kendati istrinya menerapkan hidup bersih, namun
ipar-iparnya tidak bisa mengikutinya. Ia selalu merasa
risih dan jijik tinggal di rumahnya sendiri.
Padahal ia sebenarnya memiliki 2 apartemen
yang disewakan keorang lain, tetapi tidak berani pindah
karena takut ipar-iparnya akan mengikuti dan membuat
apartemen itu jadi terasa jorok.
Pencerahan dari keheningan iu akhirnya
24
memberikan ia keberanian untuk menyatakan
keadaannya. Ia lalu memutuskan pindah ke apartemen.
Ternyata juga isetinya tidak kecewa oleh ungkapan
hatinya, justeru sang istri malah melarang adik-adiknya
untuk ikut pindah ke apartemen. Sejak saat itu penyakit
kudisan dilengannya sembuh.

Aku Pasti Disantet

Ada seorang CEO perusahaan besar yang merasa


tubuhnya semakin lama semakin lemah . Dia selalu
muntah setiap kali habis makan atau minum. Dan lama-
kelamaan, frekuensi muntahnya semakin sering. Pada
akhirnya, dia tidak mau makan sama sekali. Ketika dia
berobat ke dokter, memang ada gejala maag. Namun
setelah mendapatkan obat, tetap saja dia muntah-muntah
setelah makan atau minum.
Ketika bertemu dengan saya, kondisinya sudah
sangat lemah. Saat saya memfasilitasi dirinya untuk
melakukan terapi keheningan, dia merasa bertemu
dengan Bunda Maria yang berwarna hitam.
Sebagai pemeluk Katolik sejati, dia melihat
Bunda Maria dalam keadaan sedih dan menangis. Dalam
keheningannya, dia mendapatkan kesadaran bahwa, dia
tidak percaya bahwa Bunda Maria selama ini
melindunginya.
Akhirnya dia bercerita, kalau dia telah memecat
seorang manajer yang sebenarnya dekat dengannya
secara personal. Dia terpaksa melakukannya, karena
manajer itu sudah melakukan manipulasi uang di
perusahaan. Dia merasa manajer ini mengguna-gunai
dirinya akibat pemecatan tersebut. Manajer itu sering
membawakan makanan bagi dirinya, namun ia
menafsirkan tindakan itu sebagai guna-guna bagi dirinya.
25
Walaupun sebagai orang Katholik ia tidak boleh
percaya guna-guna, tetapi Kesadaran Dalamnya
meronta karena ia merasa mencelakakan orang yang
dekat dengannya dan faktanya ia sekarang tidak bisa
makan apa-apa. Dari situ iamenafsirkan bahwa ia pasti
telah diguna-guna.
Akhirnya, lewat terapi hening, dia menjadi sadar
bahwa guna-guna pasti tidak berdaya menghadapi
Bunda Maria. Ia percaya sepenuhnya bahwa Bunda
Maria melindungi dan menjauhkannya dari guna-guna
apapun, dan akhirnya dia pun sembuh.

Pusing Kalau Membaca Banyak Tulisan

Pasien saya yang lain adalah seorang pelajar


SMA yang menurut ibunya, sangat sulit belajar. Ia
mengaku kalau membaca halaman yang banyak
tulisannya kepalanya menjadi pusing. Ia tidak pernah
merasa pusing ketika membaca komik karena tlisannya
sedikit dan banyak gambar.
Dalam keadaan hening ia mendapat penampakan
ketika ia masih kecil, saat belajar membaca dan ibunya
jadi bengis setiap ia salah mengeja. Kepalanya jadi
pusing sekali dan kebengisan ibunya lenyap berubah
suasana hangat diantara ayah ibunya. Ketika saya
klarifikasi kepada ibunya, sang ibu jadi teringat bahwa
saat ia kelas 1 SD proses perceraian dengan ayah anak
ini sedang berlangsung. Ia sering kali lepas kendali dan
menjadi marah secara berlebihan ketika mengajari
anaknya ini membaca.
Melalui konseling dan hypnotherapy saya jadi
dapat memberi sugesti yang akurat untuk
menyembuhkannya. Ia tidak lagi perlu berlindung untuk
merasa pening kalau membaca tulisan yang banyak
26
karena sekarang bukan lagi masa kelas 1 SD dan ia perlu
banyak membaca buku pelajaran supaya nilai-nilainya
menjadi baik.

Aku Membunuh Anakku Sendiri

Pasien saya adalah seorang ayah yang sama sekali


tidak bisa bekerja selama satu tahun penuh. Semua
disebabkan oleh rasa bersalahnya yang luar biasa
terhadap anak perempuannya yang sudah meninggal.
Bapak ini dulunya memiliki anak gadis yang
sangat dinamis dan cerdas. Suatu ketika , anak gadisnya
ini terlibat pemakaian obat-obatan terlarang dan mungkin
karena baru pertama kali, jadi overdosis. Maka
dibawahlah anaknya yang lemas ini kerumah sakit.
Karena ia tidak tahu bahwa anak gadisnya ini overdosis,
maka dibawalah ia ke rumah sakit biasa. Ternyata rumah
sakit ini menolak dan menyarankan agar anak ini dibawa
ke RSKO (Rumah Sakit untuk Ketergantungan Obat).
Bagaikan disambar petir disiang bolong, sang aah
jadi murka. Sepanjang perjalanan menuju RSKO, sang
ayah meluapkan kemarahan dan kekecewaan kepada
anaknya , tetapi tragisnya ternyata selama diomeli dalam
perjalanan ke RSKO itu, anaknya sudah meninggal. Sang
ayah jadi sangat menyesal, mengapa anaknya yang akan
pergi selama-lamanya tidak memperoleh ketenangan,
justeru memperoleh omelan dan makian, padahal
hubungan ayah dan anak ini sangat dekat.
Sejak itulah, dia tak bisa meklakukan aktivitas
apapun. Setiap saat bayangan penyesalannya selalu
menguasai pikirannya. Setiap kali ia dilanda kesedihan
yang dalam sampai tidak kuasa menahan diri dan
menangis.
Dalam keheningannya, dia bertemu dengan anak
27
gadisnya yang berada dalam kondisi berbahagia. Tentu
saja, hati bapak ini juga dipenuhi rasa bahagia dan
terharu melihat anaknya. Tapi di dalam keheningan itu,
bapak ini melihat anak kecil lainnya yang sedang
meloncat-loncat. Uniknya, cara anak itu berloncat-loncat
mirip sekali dengan anaknya yang sudah meninggal
itu.Tapi anak yang dilihat sang bapak ini merupakan
anak bule. Ia sangat mengenali cara loncat-loncat anak
bule ini mirip dengan cara meloncat-loncat anak
gadisnya yang sudah meninggal.
Dia lalu bertanya kepada saya, siapa anak bule
yang dilihatnya. Lalu saya menjawab, anaknya bisa jadi
bereinkarnasi sebagai anak bule di Eropa. Bapak itu pun
memilih untuk percaya anaknya bereinkarnasi dan sudah
berbahagia ditempat lain. Ia jadi terbebas dari rasa
bersalah yang berlarut-larut.

Belahan Jiwa yang Hilang

Seorang ibu paruh baya memiliki hubungan sangat


harmonis dengan suaminya, sehingga bisa disebut
sebagai contoh keluarga sakinah. Karenanya, ketika sang
suami meninggal, ibu ini tidak bisa merelakannya. Dia
kehilangan belahan jiwanya.
Selama kurang lebih dua tahun, ibu ini betul-betul
memiliki dunia yang semakin sempit. Dia terus-menerus
tinggal dan melakukan semua aktivitas di kamar. Tidak
hanya itu, dia mengisi tiap laci, tiap lemari, dengan foto
suaminya. Kondisi itu membuatnya semakin tak berani
keluar dari kamar.
Mengapa? Karena semua hal mengingatkannya
kepada sang suami. Dia selalu merasa tersiksa ketika
pergi ke tempat-tempat yang pernah didatanginya
bersama sang suami. Jadi, semakin lama, dia semakin
28
terisolasi dalam kamarnya sendiri.
Dia bahkan memiliki semacam ritual yang
dilakukannya di dalam kamar. Semua laci dan pintu
tertutup diisi dengan foto suaminya. Secara berurutan,
dia membuka laci dan lemari untuk melihat foto-foto
suaminya. Tentu saja hal ini kembali membuatnya
bersedih dan semakin tidak bisa melakukan aktivitas
apapun.
Kondisi ini membuat anak-anaknya merasa
kebingungan, anggota keluarga lain pun bingung.
Dalam keheningan, dia bertemu dengan
suaminya yang sedang bersedih dan tidak mau menoleh
kepadanya. Ibu itu menangis dengan penuh kesedihan
merasa suaminya tidak mencintainya lagi.
Saya kemudian bertanya apakah suaminya tidak
merasa sedih ketika melihat ibu itu bersedih. Dalam
tangisnya ibu ini meng-iyakan, menyatakan suaminya
sangat mencintainya. Saya bertanya padanya apakah
kalau ia terus-menerus bersedih, maka suaminya dialam
baka jadi terus menerus bersedih tanpa daya karena tidak
bisa lagi menghibur seperti saat masih hidup dulu? Ibu
itu jadi tersadar dan berhenti menangis.
Akhirnya ibu ini sudah kembali beraktivitas. Dia
sekarang membuka jasa katering.

Gula Darah Naik-Turun

Seorang ibu yang selalu membawa obat gula


darah, permen, dan kue, ke manapun dia bepergian dan
ia selalu dihantui oleh kadar gula darahnya yang
bagaikan yoyo naik turun terus. Setiap saat dia
melakukan test darah sendiri dengan alat test darah
portable yang selalu dibawanya. Kondisi tersebut
membuat dirinya selalu dilanda kepanikan setiap kali
29
hendak bepergian.
Dia khawatir akan pingsan di jalan, karena dia
pernah jatuh pingsan di sebuah pusat perbelanjaan. Dia
sudah sangat paranoid kepada kadar gula darah dalam
tubuhnya. Otomatis, kehidupan sosialnya makin
menyurut. Dia selalu marah-marah di rumah, karena
merasa keluarganya tidak peduli kepadanya lagi.
Dalam keadaan hening, dia bertemu dengan anak
dan suaminya dalam keadaan sedih. Padahal dia merasa
keluarganya sudah tidak memedulikannya lagi. Dia tiba-
tiba tersadar bahwa keluarganya merindukannya.
Dalam konseling saya pancing dengan bertanya
berapa tahun lagi ibu akan hidup. Apa masih 50 tahun
lagi? Ibu itu mengatakan tidak. Apa mau dijalani seperti
ini terus? Apakah keluarganya akan betah bila ia terus
menerus dilanda ketakutan seperti ini.
Ia menjadi sadar bahwa selama ini bukannya
keluarganya yang tidak peduli tetapi sebetulnya dengan
berlindung dikondisi gula darahnya yang naik turun ini ia
juga tidak mempedulikan keluarganya.
Kesadaran ini membuat ia lebih tenang dan tidak
terpukau lagi oleh gejolak kadar gula darahnya.
Akhirnya gula darahnya terkontrol oleh diet yang
dijalani. Ia tidak panik kalau telat makan atau habis
makan.

Itu Bukan Salahmu

Pasien saya ini adalah seorang wanita yang tak


kunjung hamil meski sudah beberapa tahun menikah.
Ternyata semasa remaja, dia pernah menggugurkan
kandungannya. Ayahnya pun lalu mengupayakan
pengguguran kandungan demi menjaga martabat
keluarga.
30
Sebetulnya dia datang ke saya karena pernah
mendengar, jika hipnoterapi bisa membantu kehamilan.
Saya pun mengajaknya melakukan terapi hening. Dalam
keheningannya, dia bertemu dengan arwah ayahnya. Dia
melihat ayahnya menangis. Ayahnya mengatakan, akan
menanggung kesalahan akibat keputusannya dulu
menggugurkan kandungan dan memintanya untuk
menjadi hamil.
Setelah mengetahui hal itu, akhirnya dia menjadi
lebih lega. Suaminya juga tak pernah
mempermasalahkan kesalahan masa lalunya itu. Setahun
kemudian, saya mendapatkan telepon kalau dia sudah
hamil.

Dua Tahun Menikah Masih Perawan

Seorang wanita bercerita kepada saya selalu


mengalami kesulitan saat hendak berhubungan seks
dengan suaminya, kendati sudah menikah selama dua
tahun. Setiap kali suaminya mengajaknya berhubungan
seks, dia selalu mengalami kejang, sehingga suaminya
pun gagal penetrasi.
Di dalam keheningan dia bertemu dengan ibunya
yang sepertinya sudah meninggal (padahal ibunya masih
hidup). Dalam pertemuan itu, ibunya mengatakan,
kalau dia sudah berkorban saat melahirkannya. Mengapa
sekarang, ia ketakutan untuk mengandung dan
melahirkan.
Dalam konseling ia menjadi sadar bahwa
sebetulnya ia dhinggapi rasa takut untuk melahirkan. Ia
tidak tahu mengapa tiba-tiba menjadi sadar bahwa
sebetulnya ia takut punya anak.
Rupanya tegoran ibunya yang sudah
meninggal ini menguatkan hatinya untuk menjadi
31
berani punya anak. Dalam 2 minggu ia telah memberi
sms kepada saya bahwa : the eagle has landed !,
artinya sang suami telah berhasil melakukan penetrasi.
.

Anak Yang Hilang

Ada seorang ibu paruh baya yang selalu bersedih


karena anaknya tak pernah memberi kabar lagi sejak 2
tahun dari kabar terakhir. Terakhir kali anaknya memberi
kabar, bahwa ia sekarang bekerja di Medan.
Dalam keheningannya, dia bertemu dengan
anaknya yang meminta maaf karena telah membuat
ibunya murung dan tidak mampu memberinya kabar.
Anaknya berpesan agar ibunya melepaskannya.
Dia mengatakan, sudah tidak berada di Medan dan pergi
bekerja ke Aceh. Dalam kurun waktu itu di Aceh terjadi
peristiwa tragedi tsunami. Dalam pertemuan itu,
anaknya mengatakan bahwa dirinya sudah bahagia
berkumpul kembali dengan ayahnya yang sudah
meninggal lebih dulu. Ibu ini tdiak memerlukan
konseling, tetapi justeru menceritakan kepada saya
dengan penuh keyakinan, walau sedih tetapi lega.

Ingin Belajar Berenang Tetapi Takut Air

Seorang ibu muda merasa trauma dengan kolam


renang dan laut, tetapi selalu ingin pergi kelaut dan ingin
belajar berenang.
Ia menyukai tamasya laut, tetapi ketika sudah
sampai dipantai hatinya menjadi tidak tenang sehingga
ia hanya berada jauh dari garis pantai. Akhirnya ia
mutuskan untuk tidak ikut bila ada tamasya ke laut
walau sebetulnya ketika belum sampai dipantai
32
keinginannya sangat menggebu-gebu melihat laut.
Ia juga tidak bisa berenang karena takut masuk
kedalam kolam renang. Dari sejak kecil ia ingin sekali
belajar berenang, beberapa kali dipaksa oleh orang
tuanya dan ketika remaja memaksakan diri belajar
berenang tetapi selalu tidak dapat mengatasi traumanya
terhadap kolam renang dan pelajara berenang putus
diawal perjalanan.
Dalam keheningan ibu muda ini tiba-tiba merasa
sebagai seorang anak nelayan yang sedang bermain-main
dipinggir pantai. Ia bahkan bisa melihat ibunya dan
rumahnya dipinggir pantai. Tiba-tiba ombak besar
menyapu pantai dan seluruh isinya, ia begitu ketakutan
sampai seluruh tubuhnya kaku tetapi kemudian ia
menjadi sadar bahwa apa yang dialaminya adalah sebuah
penampakan saja.
Ia mencoba mengingat wajah ibunya didalam
penampakan itu dan makin menyadari bahwa sang ibu
dalam penampakan itu berbeda dengan ibunya sendiri. Ia
juga merasa bahwa ketika merasa menjadi anak kecil di
tepi pantai itu bukan masa kecilnya yang sekarang. Ia
juga merasakan bahwa keadaan pantai dan suasana yang
dialami dalam penampakan itu bukan dimasa sekarang
ini, terasa sepert di masa silam, dalam suasana yang
kuno. Dalam konseling ia menafsirkan penampakan itu
sebagai kejadian dalam kehidupannya sebelum
kehidupan saat ini.
Kesadaran menjadikan ibu ini tidak lagi merasa
takut dengan ombak laut dan bahkan berani untuk masuk
ke kolam renang.

***

Saya percaya semua orang yang pernah belajar


33
psychologi akan segera membedah dengan pisau
psychoanalisanya. Sementara bagi yang mempercayai
dunia gaib tentu juga akan merasa mendapatkan
penegasan bahwa kehidupan setelah kematian memang
ada. Demikian pula bagi penganut reinkarnasi, beberapa
pengalaman dalam keheningan seperti yang dialami
pasien saya itu merupakan bukti bahwa jiwa manusia
memang melakukan reinkarnasi.
Penampakan dalam keheningan itu memang multi
tafsir, tergantung dari sudut mana kita menafsirkannya.
Pada saat saya lebih muda, saya bahkan cenderung
melihatnya dari segi logika, dari segi gejala halusinasi
dan menolak penjelasan esoteris (pandangan diluar
kerangka ilmiah) karena tidak logis dan tidak ilmiah.
Saya cenderung skeptic terhadap bentuk pengalaman
yang mistis dan selalu mencari rasionaliasinya, entah
melalui psychologi, probability kebetulan dll.
Beruntung saya banyak berhubungan dengan
bidang terapi, sehngga tidak terlalu punya kebebasan
menafsir, dan lebih fokus pada dampak positif yang
terjadi. Yang penting pasien jadi sembuh dan tidak
bermasalah lagi.
Mungkin pula karena umur seakin merangkak
dan kesibukan fisik tidak seperti dijaman muda, maka
saya lalu lebih mencoba untuk meninggalkan sikap
rasional skeptik, tetapi juga tidak mudah terjebak
menjadi sepenuhnya melihat dari sisi esoteris saja,
bagian dari sel-sel otak saya masih punya referensi
rasional dan skeptik. Bedanya dengan dulu adalah, kalau
dulu saya memihak pada rasional, sekarang saya tidak
memihak dan membuka diri untuk keduanya.
Kalau memang roh dan kekuatan supernatural
ikut campur dalam terapi, mengapa harus dipertanyakan
atau harus dipisahkan dari kerangka kesembuhan
34
seorang. Biarlah semua bekerja demi kesejahteraan jiwa
dan raga pasien.
Kesadaran akan adanya kekuatan dan pengaruh
dari luar ini yang saya sebut sebagai Kesadaran Luar.
Saya tidak lagi membatasi Kesadaran Luar ini hanya
untuk komunikasi dengan orang lain, tetapi dengan
semua apapun yang mengajak berkomunikasi, apakah itu
orang hidup, arwah, roh, atau energi lain. Semua orang
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
apapun diluar dirinya. Ilmu pengetahuan terus menerus
mencari cara untuk membuktikan, ada yang bisa
dibuktikan, tetapi tentu banyak yang belum bsa
dibuktikan, mungkin karena perangkatnya belum
ditemukan, mungkin karena metodenya belum ada dll.
Yang pasti adalah : ilmu pengetahuan tidak menentukan
keberadaan sesuatu. Gravitasi sudah ada dari sononya
walaupun Newton belum menemukan, setelah Newton
menemukan adanya gravitasi, maka daya ini jadi punya
nama dan orang tidak harus mempelajari teori Newton
tentang gravitasi untuk percaya bahwa gravitasi itu ada,
Ilmu Pengetahuan hanya mengidentifikasi
keberadaan sesuatu tetapi tidak menghakimi keberadaan
sesuatu, jadi walaupun belum teridentifikasi sesuatu itu
bisa benar2 ada, bisa juga memang tidak ada.
Dengan menerapkan pola pikir ini saya jadi lebih
ringan bekerja, saya tidak lagi perlu memikirkan sebab
akibatnya, tetapi lalu bisa menerima dengan baik intuisi
yang hadir dan ikut membantu konseling dengan pasien.
Saya jadi bisa membiarkan diri saya tanpa konsep ketika
mendengar keluhan pasien karena semua pengetahuan
yang pernah saya pelajari pasti ikut bersatu dengan
Kesadran Luar saya untuk membantu pasien mencapai
kesejahteraan pikiran, tubuh dan jiwanya.
Tetapi karena saya manusia biasa maka saya juga
35
tidak menuntut diri untuk mampu selalu memberi solusi
atau memuaskan pasien yang datang. Kalau toh tidak
berhasil, tentulah disaat tertentu ada orang lain atau
situasi lain yang akan membantunya menjadi berhasil,
sama persis ketika pasien datang kesaya dan berhasil
padahal sebelumnya kepada orang lain dan tidak
berhasil. Keberhasilan itu bukan dari saya, bukan saya
yang membuat, karena healing adalah self healing!

36
3
Terapi Hening
Terapi Hening atau mindful therapy untuk
mencapai atau mencari kesembuhan melalui keheningan.
Kesembuhan yang saya konsepkan di sini adalah
kesembuhan dari diri sendiri.
Healing is self-healing. Jadi semua kesembuhan
itu sebenarnya berasal dari dirinya sendiri, dari diri orang
itu sendiri. Sebenarnya, semua yang datang dari luar,
baik itu obat, dokter, operasi, perawatan di rumah sakit,
hipnosis, NLP, dukun, jampi-jampi, doa, berkat dari
rohaniwan, dan lainnya itu semua bersifat komplementer,
yang menjadikan sembuh itu adalah dirinya sendiri.
Tentu saja, kalau komplemennya makin banyak
dan saling mendukung, kesembuhannya makin baik dan
lancar.
Penyembuhan terjadi kalau tubuh mendapat
kesempatan untuk melakukan perbaikan metabolisme,
kerja enzim dan hormon, penataan otot, aliran darah,
aliran signal listrik melalui syaraf dan antar sel otak, dll
secara optimal. Semua proses dalam tubuh itu akan
optimal ketika orang berada dalam keadaan hening,
itulah sebabnya mengapa dalam tidur terjadi berbagai
macam proses penyembuhan dari peningkatan daya

37
tahan tubuh sampai proses detoksifikasi.
Diperlukan keheningan dalam tubuh sehingga
tubuh dapat optimal melakukan prosesnya. Bayi
merupakan individu yang paling hening di dunia, maka
perkembangan tubuh bayi menjadi sangat optimal, dalam
kurun waktu 5 tahun bayi mengalami pertumbuhan
paling pesat dibanding semua periode dalam hidupnya,
karena bayi mampu menjaga keheningan dalam dirinya.
Bayi dapat diibaratkan sebagai kapal laut yang
memiliki crew yang handal dan nakhoda bijaksana,
nakhoda mampu menjaga keheningan kerja masing-
masing crew sehingga masing-masing crew dapat
optimal memberi kontribusi positif: juru mesin optimal,
mualim optimal, kelasi bekerja optimal, sedangkan orang
dewasa yang tidak hening, bisa diibaratkan sebagai kapal
yang sama tetapi dengan nakhoda berpelangaman tetapi
cerewet bukan main, ikut campur segala keputusan crew
sehingga para crew tidak bisa bekerja secara optimal
karena selalu direcoki oleh nakhoda jagoan tapi kurang
tahu diri ini.
Banyak penyakit dan problem kejiwaan yang
terjadi karena kesadaran diri orang tersebut terlalu sibuk
memutuskan ini itu, semua keputusan didesak oleh rasa
panik dan gelisah, sehingga tubuh tidak mampu
melakukan proses rutin yang optimal tetapi sibuk
mengabdi kepada keresahan dan ketidaktentraman hati.
Keheningan diperlukan untuk menurunkan emosi yang
overheated ini. Dengan keheningan maka kesadaran
diri bisa menjaga harmoni dengan kesadaran dalam dan
kesadaran luar sehingga semua keputusan yang dibuat
oleh kesadaran diri mampu menghasilkan proses
penyembuhan yang optimal.
Keheningan juga akan dengan sendirinya
mengoptimalkan semua komplemen penyembuhan, obat
38
dokter diserap dengan baik, perawatan rumah sakit tidak
terganggu oleh rasa tidak tenteram, tidur bisa dengan
tenang dll.
Untuk mencapai keheningan diri, saya
menyediakan Menara Hening sebagai sarana. Didalam
menara hening orang dapat bertemu dengan kesadaran
dalam dan dengan kesadaran luar sehingga semua
kebingungan dan kepanikan kesadaran diri dapat
memperoleh referensi dari dari kesadaran dalam dan
kesadaran luar yang ada padanya.
Dalam Menara Hening, kesadaran diri dapat
berdialog dengan kesadaran dalam dan kesadaran luar
karena ruangan dalam Menara Hening memang didesign
untuk itu. Ruangan dalam Menara Hening dilengkapi
dengan berbagai sarana agar orang mudah mencapai
keheningan diri. Sementara itu, sebelum memasuki dan
memanfaatkan Menara Hening, semua harus mengikuti
sarasehan dengan pembimbing terlebih dahulu.
Sarasehan ini berguna untuk mempersiapkan kesadaran
diri terhadap konsep dan kesiapan mental Pengguna
Menara Hening.
Pembimbing akan memberikan persiapan agar para
pengguna Menara Hening mencapai sasarannya, karena
tujuan menggunakan Menara Hening tiap-tiap orang
berbeda. Ada yang untuk mencari kesembuhan diri
secara fisik, ada yang bertujuan untuk mendapatkan
jawaban atas kebingungan kesadaran diri terhadap
problem kehidupannya, mengatasi fobia sampai
mengatasi kesedihan perkabungan yang berlarut-larut.
Konsep pokok penyembuhan dalam Terapi Hening
adalah melakukan dialog dengan kesadaran dalam dan
kesadaran luar orang tersebut. Oleh karena dialog selalu
memerlukan partner maka melalui Menara Hening, baik
kesadaran dalam maupun kesadaran luar dapat
39
mengejawantah menjadi subyek yang terpisah dengan
diri sendiri atau kesadaran diri orang tersebut. Subyek ini
akan mengejawantah dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan saat itu dan sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinan orang tersebut, sehingga tiap-tiap orang akan
menerima subyek yang khas untuk orang tersebut pada
saat itu. Orang yang sama ketika berada dalam
perkabungan berat akan menerima subyek yang berbeda
atau bisa tetap sama ketika hatinya sedang galau
berkenaan dengan karirnya di perusahaan tempat ia
bekerja,
Pengejawantahan subyek Kesadaran Luar ini
sangat tergantung pada keyakinan masing-masing ,
misalnya saja bila pasien memercayai roh, maka ia akan
menganggap ia berdialog dengan roh, entah roh nenek
moyang atau roh lain yang dipercaya memberi
bimbingan kepadanya. Penganut shamanisme,
perdukunan, atau agama-agama kuno lainnya akan
merasa bahwa ia berdialog dengan roh-roh gaib sesuai
dengan yang dipujanya. Penganut Katolik mungkin akan
bertemu dengan pelindung baptisnya atau Yesus atau
Bunda Maria. Penganut Konghucu, mungkin bertemu
Dewi Kwan Im dll. Penganut faham reinkarnasi akan
bertemu dengan kehidupannya dimasa lalu.
Semua agama dan kepercayaan selalu
mempercayai bahwa keheningan adalah jalan menuju
pertemuan dengan Roh yang lebih tinggi. Sementara itu
para free-thinker dan penganut logika murni akan
menganggap bahwa ia berdialog dengan dirinya sendiri
dalam perwujudan lain. Kaum skeptis dan psycholog
akan menjelaskan bahwa yang ditemui itu adalah
halusinasinya sendiri. Tentu saja satu sama lain akan
mempersepsi dengan caranya sendiri, dan karena pijakan
berpikirnya berbeda maka setiap orang boleh mengambil
40
sikapnya masing-masing. Bila mau dipertengkarkan dan
diperdebatkan tentu terbentang medan debat yang tanpa
akhir, tetapi kalau masing-masing mau saling
menghargai kepercayaan dan keyakinan masing-masing
tentu akan memperloleh manfaat.
Manfaat sebuah terapi adalah kesejahteraan tubuh,
pikiran dan jiwa. Orang-orang yang mendapatkan
kesejahteraan tidak perlu tahu apa teori yang mendasari
kesejahteraan yang didapat, seperti halnya orang tidak
perlu tahu ilmu gizi untuk menjadi kenyang dan sehat.
Semua perwujudan subyek yang diajak berdialog
ini sebetulnya adalah perantara, karena dialog menuntut
lawan dialog. Tentu saja pertemuan dengan perantara
itu akan menjadi lebih bermakna, bila orang yang
memercayai perantara itu, betul-betul percaya bahwa itu
roh famili yang dirindukannya, atau Roh Gaib, atau figur
filosofis seperti tokoh wayang pada yang mempercayai
bahwa tokoh2 wayang itu pernah ada.
Bagi orang yang tidak percaya kepada roh, akan
lebih logis bila yang diajak berdialog adalah kesadaran
dirinya sendiri, dari Kesadaran Dalamnya, atau dari
Kesadaran Luarnya. Bila nyaman memandang dari sudut
ini, terapi lalu akan memberi manfaat nyata.
Kuncinya hanya satu, orang itu tidak bisa berdialog
tanpa lawan dialog. Nah, lawan dialog ini secara teknis
akan muncul bila ia melakukan dialog di Menara Hening.
Tentu saja sebelum dan sesudah melakukan dialog
kontemplatif ini diperlukan pembimbing sehingga bisa
dibantu untuk mendapatkan cakrawala penafsiran yang
lebih luas dan lebih bermanfaat. Pembimbing yang
sekaligus therapist akan lebih bermanfaat lagi karena
sekaligus membantu menafsirkan temuan-temuan dalam
dialog kontemplatif ini, sesuai dengan pengalamannya
sebagai therapist.
41
Therapist dengan latar belakang psychology akan
lebih mudah memberikan bantuan psychotherapy,
sementara seorang hypnotherapist/NLP akan lebih
mudah pula untuk melakukan reframing untuk masa
depan yang akan dijalani. Para faith-healer (penyembuh
berdasarkan keyakinan/agama) akan lebih mudah
memberi petunjuk arah mana yang sesuai dengan kaidah
agamanya.
Semua gejolak jiwa tidak bisa tertangkap indera,
bahkan indera orang itu sendiri. Para psycholo
menggunakan berbagai test untuk merekonstruksi gejlak
jiwa pasien karena memang gejolak jiwa seseorang harus
ditafsir. Menara Hening adalah salah satu sarana agar
orang yang bersangkutan dapat bertemu dengan gejolak
jiwanya sendiri yang sedang bermasalah, sehingga ketika
minta bantuan pada therapist jadi lebih konkrit.
Terapi Hening bukan hasil akhir, Terapi Hening
adalah sarana agar Kesadaran Dalam, Kesadran Diri dan
Kesadaran Luar berada dalam keadaan setimbang,
harmonis dan tidak saling konflik.
Secara keseluruhan, Terapi Hening ini dibagi ke
dalam tiga langkah .
Langkah pertama, peserta harus mengikuti
sarasehan pendahuluan, karena yang akan melakukan
penyembuhan adalah dirinya sendiri. Sarasehan
Pendahuluan ini diperlukan untuk mengetahui dan
mempelajari konsepnya. Konsep Terapi Hening ini
menyangkut pengertian untuk menyadari keberadaan
dirinya, keberadaan Kesadaran Dalam, Kesadaran Luar
dan apa yang akan terjadi dalam Menara Hening.
Langkah kedua adalah melakukan dialog
kontemplatif dengan antar ketiga kesadaran yang
dimilikinya didalam menara hening. Didalam Menara
Hening ini Kesadaran Luar akan berkomunikasi dengan
42
dirinya dalam bentuk penampakan yang seringkali dalam
bentuk visual, tetapi bisa juga dalam bentuk kesadaran
pendengaran atau perasaan.
Dengan mengikuti sarasehan pendahuluan ini,
maka peserta pada dasarnya dapat melakukan sendiri
Terapi Hening sendiri asalkan memiliki fasilitas Menara
Hening. Tentu saja tidak perlu se-ideal yang saya
sediakan, tetapi akan menjadi lebih mudah terlebih
dahulu melakukannya di Menara Hening seperti yang
saya sediakan.
Sama seperti orang yang bisa tidur di rumah, atau
tidur di hotel. Hanya perlengkapannya saja yang berbeda.
Kalau melakukan Terapi Hening di rumah, ia harus
menyediakan perlengkapan sendiri, kalau datang ke
Menara Hening, semua sudah dipersiapkan, semua sudah
diset untuk memperbesar terjadinya dialog kontemplatif
dengan berbagai Kesadaran yang ada padanya. Mengenai
Menara Hening ini dapat dilihat pada topik sendiri yang
membahas struktur teknis menara Hening ini.
Langkah ketiga adalah konseling atas apa yang
dialami dalam merana hening tadi. Langkah ke tiga ini
tidak harus selalu dilakukan dengan pembimbing karena
biasanya dialog kontemplatif didalam menara hening ini
sudah memberikan inspirasi baru atau paradigm shifting
terhadap problematik yang dialami dan solusi yang
diperoleh untuk mengatasi problem2 itu. Konseling perlu
diselenggarakan bila ia masih merasa tidak jelas dengan
arti penampakan yang dialami dalam Menara Hening.
Kebingungan ini biasanya terjadi bila penampakan dalam
Menara Hening menghasilkan paradigma baru atau
konsep yang sama sekali baru baginya.
Bagi penganut faham reinkarnasi penampakan
dalam bentuk reinkarnasi akan sangat mudah dipahami
karena ia sudah memiliki pola pikir reinkarnasi, tetapi
43
4
Menara Hening
Menara Hening adalah fasilitas yang saya sediakan
khusus untuk digunakan sebagai ajang dialog dengan
Kesadaran Luar maupun dengan Kesadaran Dalam atau
keduanya. Fasilitas ini pernah saya gunakan pada awal
karir saya ketika secara formal diminta oleh sebuah
klinik untuk praktek Hypnotherapy.
Saat itu Hypnosis dan Hypnotherapy belum marak
seperti sekarang, jadi saya harus menyelubungi praktek
hypnotherapy sewajar mungkin dan berusaha
menjauhkan dari suasana yang berbau magis.
Saya menggunakan musik, brain-wave, dan
permukaan dengan sorot lampu warna warni /putih
(Ganzheit) bahkan melalui lampu flicker yang disetel
pada gelombang alpha dll untuk menggeser persepsi
magis menjadi persepsi teknis. Semua upaya ini untuk
mengalihkan perhatian pasien dari bentuk induksi
hypnosis yang formal.
Sejalan dengan makin diterimanya Hypnotherapy
sebagai komplemen penyembuhan, maka saya makin
melepas asesori teknis ini dan langsung menggantinya
dengan induksi formal agar lebih cepat.
Walaupun demikian ternyata banyak pengalaman

44
dimana pasien sudah memasuki fase trance sebelum
induksi formal (waking hypnosis) sehingga saya
melakukan proses hypnosis hanya untuk memantabkan
sugesti yang sudah terlanjur diterima pasien sebelum
sesi formal hypnosis dimulai.
Ternyata pula setelah saya amati, waking hypnosis
ini lebih sering terjadi pada saat saya praktek di ruangan
yang dinding dibelakang saya berwarna manyala ,
warna terang seperti orange, kuning, merah, biru, yang
membuat silau/bukan warna pastel yang teduh.
Pengamatan ini membuat saya jadi tertarik untuk
memahami lebih dalam, pengaruh warna manyala
terhadap trance. Ternyata pula warna pastel yang teduh
tidak menciptakan suasana trance yang instan seperti
warna yang manyala itu.
Karena semua proses trance selalu diawali oleh
pengalihan perhatian pasien, maka saya menafsir bahwa
warna manyala ini mengganggu konsentrasi pasien,
sehingga pasien akhirnya memasuki trance karena
matanya capai terganggu secara terus menerus. Dinding
di belakang saya duduk menyebabkan matanya harus jadi
tegang melawan warna manyala ini, bahkan ada beberapa
pasien yang mengatakan aura saya tajam sekali atau
bahkan ada yang mengatakan :
Pak Pur pakai hollow kayak para
santo (lingkaran cahaya pada gamabar-gambar orang
suci/malaikat, santo/santa) , dan ini selalu terjadi saat
dinding dibelakang saya berwarna manyala. Pastilah
semua sesatan mata para pasien ini adalah tanggung
jawab tembok manyala dibelakang saya karena saya
sama sekali bukan santo/orang kudus. Bahkan suatu
ketika, demikian tersesatnya pandangan salah satu pasien
saya itu ada yang mengatakan :
Pak Pur jadi seperti papah saya!.
45
Saya terheran dan bertanya sambil berbasa-basi:
Siapa tahu kita saudara.... apa saya bisa kenalan
dengan papah Anda?, ternyata tidak mungkin, karena
sudah 6 tahun lalu meninggal !!
Pengalaman-pengalaman ini membawa minat saya
untuk lebih mengetahui lagi fenomena-fenomena
halusinasi, tetapi karena saya bukan ilmuwan, penelitian
saya tidak tekun, tempo-tempo rajin mencari literatur,
membaca buku, bikin percobaan, tempo-tempo hilang
minat, lupa dan semua bahan teronggok berbulan-bulan
atau bahkan lewat tahun tanpa disentuh.
Suatu saat saya jadi sangat berminat mengamati
berbagai penampakan seperti yang disampaikan pasien
saya :Pak Pur jadi seperti papah saya itu.
Dalam bulan yang sama, saat itu menjelang
paskah/easter, saya mendapat kartu ucapan Paskah dari
luar negeri dan kira-kira beberapa waktu kemudian saya
mendapat email dari kenalan lain yang juga tinggal
diluar negeri.
Berita di kartu ucapan ini ternyata mengkonfirmasi
apa yang saya katakan beberapa tahun sebelumnya
berkenaan dengan halusinasi saya.
Yang pertama pada kartu ucapan selamat Paskah
disertai kalimat :Ternyata, pak Pur benar, ini fiance
saya. Saya jadi terhenyak karena foto itu menunjukkan
ia bersama seorang pria yang saya lihat dalam halusinasi.
Halusinasi ini terjadi saat ia melakukan perpisahan
ketika akan pindah keluar negeri. Saat itu saya datang
bersama anak saya. Ketika perpisahan selesai kami
pulang, dan seperti biasa saya selalu menoleh lagi sambil
melambaikan tangan ketika sampai dijalan. Tiba-tiba
saya lihat selain ia dan ibunya, ada seorang pria yang
ikut melambaikan tangan dan tiba-tiba pria itu jadi
bayangan dan lenyap.
46
Sampai dirumah saya menulis email kepadanya
menanyakan apakah ciri-ciri ayahnya almarhum seperti
yang saya lihat dalam halusinasi saya kemarin. Ia
membalas dengan bercanda bahwa apa yang saya
gambarkan itu sama sekali lain dari figur almarhum
ayahnya. Lalu saya balas lagi secara impulsif:
Kalau begitu itu nanti suamimu disana....!
Ia membalas dengan bercanda dan pura-pura
bersungut-sungut :
Emang gue kesana hanya untuk cari jodoh.......tapi
OK deh ! Asal cakep!
Itulah sejarah singkat poscard ucapan selamat
Paskah tersebut.
Pada bulan yang sama saya juga mendapat email
dari seseorang dengan nama Indonesia tapi diikuti nama
fam Jerman. Jaman itu belum ada email grup, apalagi
facebook, jadi saya masih rajin lihat email, untuk
memantau dengan antusias komunikasi dengan handai-
taulan baik didalam maupun diluar negeri mealui email.
Pada saat itu email merupakan sebuah kemewahan
dibanding korespondensi jaman saya remaja dulu yang
harus menunggu berminggu-minggu sebelumbalasan
datang.
Di email itu ia menyatakan :
Pak Pur saya betul-betul menikah dengan bule,
dan saya sekarang sedang mengandung 3 bulan serta
tinggal di S ( salah satu kota di Eropa)
Saya jadi ingat kita pernah tampil bersama pada
saat launch produk software Microsoft. Pada saat acara
saya selesai kita ngobrol dibelakang dan tiba-tiba saya
melihat disebelahnya duduk seorang bule muda lalu
hilang , secara impulsif saya lalu mengatakan :
Kamu besok bakal menikah dengan bule
Tawanya pecah berderai, sambil menjawab :
47
Pak Pur ini ada-ada saja......
Lalu dia curhat , katanya saat ini sedang ribut
sama pacarnya , bahkan dalam proses mau putus.
Suasana dialog jadi berubah konseling masalah keluarga
dll, lalu tidak pernah betemu selama 3 tahun sampai
akhirnya ia mengirim email saya itu.
Pada saat itu saya lalu menjadi bertanya-tanya
dalam hati, apakah memang ada ramalan atau
clairvoyance (rampung pengelihatan, melihat masa
depan). Pada dasarnya saya adalah freethinker, saya
enggan menerima yang tanpa dasar, jadi saya tidak
merasa rela bahwa hidup ini sudah ada alurnya. Saya
selalu menganut paham probabilitas, semua kejadian
adalah benturan probabilitas, bukan sebuah skenario
Ilahi. Saya juga bukan orang yang religius walaupun
saya sangat menghormati semua aliran kepercayaan dan
agama, bahkan suka menyelami apa saja yang dianut dan
diajarkan oleh berbagai agama atau kepercayaan itu.
Maka kejadian-kejadian diatas menyebabkan saya
sering berkontemplasi merunut kebelakang kepada
pengalaman-pengalaman pribadi yang pernah hadir
dalam hidup saya. Hasil dari perenungan ini antara lain
beruwujud pengalaman-pengalaman supernatural seperti
yang saya ceritakan diatas.

***

Kurang lebih sekitar 6 bulan sebelum ibu saya


meninggal saya bermimpi ibu meninggal dunia, didalam
mimpi, saya merasa sangat sedih ketika datang ke kota
tempat ibu saya tinggal karena ibu sudah dalam peti mati
yang tertutup bunga-bunga.
Mimpi itu begitu jelas bahkan saya gejala tidur
berjalan, saya bermimpi tetapi tubuh saya sudah bangkit
48
dari tempat tidur berjalan-jalan sekeliling tempat tidur
saya. Saya merasa mengelilingi peti mati ibu saya yang
sudah tertutup dengan bunga-bunga diatas peti matinya.
Kemudian saya sadar bahwa saya melihat tempat
tidur saya sendiri. saya merasa lega sekali karena berarti
ibu saya tidak meninggal.
Pagi harinya saya berangkat ke Lampung untuk
tugas kantor dan di Halim (saat itu penerbangan ke
Lampung melalui Halim) saya menelpon ibu saya. Saya
tidak mengatakan apa-apa kecuali mengatakan pada ibu,
wah tadi malam saya bermimpi ketemu mama.
Biasanya ibu saya selalu menyambut telpon
anaknya dengan bercanda (waktu itu belum lazim orang
bawa hand-phone), tetapi kali ini tiba-tiba ibu saya
menangis. Saya lalu mengalihkan pembicaraan dengan
bertanya ini itu sehingga ibupun jadi ceria lagi karena
menjawab pertanyaan saya dengan panjang lebar.
Di ruang tunggu Bandara Halim Perdanakusumah
saya termenung, kemudian menghibur diri dengan
menganggap ibu sedang rindu atau mungkin sedang
sedih oleh masalah lain.
Ternyata saat ibu meninggal saya sedang dirawat
dirumah sakit sehingga saya menyerahkan sepenuhnya
semua kebijakan kepada adik saya yang sudah di
Semarang dan adegan dalam mimpi berulang ketika saya
sampai Semarang.
Saya hanya bertemu dengan peti mati ibu dengan
bunga-bunga diatasnya, seperti yang saya impikan
sambil jalan hilir mudik mengelilingi tempat tidur saya 6
bulan yang lalu.

***

Dalam perenungan-perenungan saya, banyak saya


49
jumpai pengalaman supernatural, seperti bekerja di
kantor yang pernah saya impikan padahal waktu
bermimpi saya sedang bekerja ditempat lain yang sama
sekali tidak ada hubungannya dengan kantor yang jadi
kenyataan itu. Bahkan ketika mulai bekerja pada
perusahaan itu kantor dalam mimpi itu juga belum ada,
lalu perusahaan membangun kantor baru, dimana saya
sama sekali tidak tahu perencanaa bangunannya, tetapi
setelah jadi saya jadi ingat bahwa kantor itu persis
dengan kantor dalam mimpi ketika saya masih bekerja
di Singapore.

***

Waktu saya masih kecil, saya ingat selalu melihat


pak Haji (karena pakai sarung, baju koko putih dan topi
putih) yang suka duduk-duduk di pagar tembok antara
rumah saya dan rumah tetangga, tetapi semua orang tidak
melihatnya. Bahkan sepertinya pak Haji itu juga tidak
melihat saya karena saya bisa bebas bermain di halaman
tanpa terganggu oleh kehadirannya yang suka duduk-
duduk di tembok pagar itu.
Kadang juga temboknya kosong, kadang pak Haji
ada, kadang hilang lagi tapi saya tidak peduli, bahkan
tidak merasa perlu berkomunikasi dengannya.
Ketika saya sudah remaja, saya beberapa kali
bertanya kepada ayah dan ibu tetapi selalu ditertawakan
karena dianggap pertanyaan saya mengada-ada.
Ketika saya belajar psiklogi, kejadian itu saya
jadikan contoh pada diri saya sebagai fantasi kanak-
kanak. Sekarang saya malah meragukan apakah itu
fantasi karena saya betul-betul melihat pak Haji yang
duduk dipagar tembok sebelah rumah berulang kali.

50
***

Pada suatu ketika saya sendirian di rumah karena


anak isteri semua pergi ke Semarang, dan kami saat itu
tinggal di Yogyakarta.
Di tengah tidur saya, tiba-tiba saya merasa isteri
saya tidur disamping saya, tetapi kemudian berubah
menjadi berwajah galak dengan mata memancar,
kemudian mencekik saya. Saya berusaha keras melawan
sampai akhirnya saya berhasil balik mencengkeram dan
menjatuhkannya dari ranjang, dan dia kemudian bangkit
dan membuka pintu kamar, lalu lari ke dapur. Saya
kejar dia sampai dapur tetapi sesampai di dapur saya jadi
tersadar dan hanya sendirian.
Saya balik ke kamar lagi dan memandangi pintu
kamar karena merasa yakin pintu kamar yang tertutup
dibuka oleh wanita yang saya banting itu dan dia berlari
ke dapur.
Saya mencoba mengingat wajahnya yang galak itu
tetapi tidak menemukan wajah siapa itu, sampai akhirnya
saya tertidur sampai pagi.
Rumah yang saya tempati itu memang rumah kuno
dan setelah beberapa tahun kemudian anak sulung saya
(Felix) juga bercerita bahwa saat ia nonton TV malam
hari sendirian, dari sudut mata ia suka melihat bayangan
hitam dengan profil kepala kera bergeser menuju dapur,
tetapi kalau ditoleh tidak ada siapa-siapa.

***

Saya bukan orang yang religius dan malahan


cenderung free-thinker, jadi pengalaman-pengalaman
seperti itu sering kali hanya berlalu saja dan menganggap
51
sebagai nggak jelas dan karenanya tidak terlalu perlu
diperhatikan.
Ketika saya remaja saya sudah belajar hypnosis,
sebetulnya belajar bermacam-macam tetapi merasa tidak
pernah mendapatkan hal gaib.
Kalau diingat lagi sekarang ini sebetulnya
fenomena orang dalam keadaan trance banyak yang
mengagumkan, seperti katalepsi (tubuh kaku seperti
kayu), dan gejala-gejala telepati, saat itu saya hanya
merasa ya memang begitulah kalau orang dihipnotis ,
karena saat itu hipnotis (jaman itu orang menyebut
sebagai hipnotis, bukan hypnosis seperti sekarang)
sangat bercampur dengan macam-macam ilmu.
Untuk belajar hipnotis saya dulu setiap malam
memandangi titik hitam ditembok untuk melatih
konsentrasi, memandang matahari pagi supaya sinar
mata kuat, memandang sinar lilin supaya lilinnya mati,
melihat detik jarum jam supaya arah jarum jam nya
mundur dsb.
Saya melakukan tanpa tanya dan tanpa tahu apa
gunanya tetapi sungguh-sungguh percaya bahwa ini
semua ya memang harusnya begitu!.
Mungkin kalau tidak belajar hipnotis mata saya
malah lebih baik dari keadaan mata saya sekarang!
Maka ketika saya mulai mempelajari hypnosis
modern dan makin mempelajari HLP (Hypnotic
Language Patern) sebagai senjata ampuh untuk
menghipnosis orang, saya jadi semakin freethinker dan
menganggap semua gejala paranormal sebagai kebetulan
atau rekayasa imajinatif belaka.
Saya jadi lebih tertarik kepada analisa para skeptik
terhadap gejala-gejala paranormal,dan merasa sangat
bangga kalau bisa mendapat penjelasan rasional tanpa
tahayul.
52
Saya selalu menganalisa secara rasional terhadap
semua gejala yang saya hadapi.
Ketika umur saya bertambah dan sikap-sikap
apriori saya berkurang, saya mulai membuka diri, saya
mulai melepaskan ikatan pada logika murni tetapi juga
tidak membiarkan diri menjadi fanatik terhadap
pandangan esoteris. Saya sekedar melepaskan diri dari
pencari kebenaran dan menerima kenyataan sebagai
kebenaran. Saya lalu tidak ngotot untuk menganalisa
tetapi juga tidak terganggu oleh analisa rasional bila
memang menemukan analisa rasional atas suatu fakta.
Ketika sebuah penampakan gaib dirasakan, tetapi
orang lain tidak merasakan saya tidak lagi
menganggapnya tidak ada seperti ketika saya masih
skeptik dahulu.
Kenyataan itu sebagai kebenaran untuk yang
melihat dan ketiadaan bagi yang tidak melihat dua-
duanya tidak ada yang perlu dipersalahkan!
Saya tidak lagi repot untuk mencari bukti tetapi
juga tidak pusing bila ada yang menyangkalnya sebagai
bukan gaib.
Saya lebih fokus pada dampak dari peristiwa
penampakan itu sendiri, khususnya dalam hal
penyembuhan diri para pasien saya. Upaya saya dalam
membantu pasien lalu menjadi tidak terbeban oleh
keberhasilan/kegagalan, saya menjalankan bagian saya
dan pasien menjalankan bagiannya.
Lama kelamaan saya makin sadar bahwa arah
penyembuhan ini sejalan dengan keberadaan Keheningan
bagi pasien dan bagi saya yang membantunya. Saya lalu
melepas semua konsep ketika berhadapan dengan pasien,
biarkan keheningan membimbing saya sekiranya saya
dibutuhkan untuk membantu.
Terkadang saya jadi merasa heran, setelah sesi
53
terapi berlangsung, dan pasien meninggalkan ruang
praktek saya, karena saya bisa berkata-kata seperti yang
barusan, seolah bukan saya yang bicara walaupun pada
saat yang sama saya juga sangat yakin bahwa saya
memang melepaskan isi pikiran saya untuk membantu
pasien.
Dalam keheningan, penampakan gaib ini selalu
berlangsung, saya lebih merasakan sebagai penampakan
auditif (seolah seperti mendengar atau dibisiki), kadang-
kadang juga visual kadang-kadang secara kinestetik,
demikian juga dengan pasien saya : Pak Pur pakai
Hollow kayak orang suci. Kadang pasien seperti
mendengar saya tetapi sebetulnya mendengarkan
lainnya. Maka saya lalu lebih fokus pada Keheningan ini
sendiri.
Bukan mencari tahu mengapa demikian, tetapi
mencari tahu bagaimana menghasilkannya. Seperti orang
yang lapar, yang berusa mencari makanan, dan bukan
mencari tahu mengapa kalau dimakan jadi tidak lapar.
Kebutuhannya bukan analisa tetapi bagaimana
menghadirkannya.
Keheningan akan hadir bila pancaindera tidak
sibuk menangkap obyek. Karena diantara pancaindera
yang sangat berkomunikasi dengan obyek atau calon
obyek adalah mata dan telinga, maka keheningan akan
hadir kalau mata dan telinga tidak memperoleh obyek.
Yang paling sederhana adalah menutup mata dan
menutup telinga, tetapi ketika mata tertutup mata batin
justeru sibuk cari-cari obyek, alhasil keheningan tidak
dicapai juga.
Dari literatur, ternyata para pencari keheningan
dari jaman ke jaman selalu menggunakan tempat yang
berhubungan dengan dengan kedalaman.
Ada yang menggunakan gua yang dalam, ada yang
54
menggunakan sungai, danau, pantai, deburan ombak,
tetesan air, ada yang menggunakan asap dupa, ada yang
menggunakan air kembang, ada yang menggunakan bola
kristal, cermin dan lain-lain. Semua bertujuan agar
walaupun mata tidak terpejam, mata tidak mendapatkan
obyek atau kalau ada obyek, mata tidak menangkapnya
sebagai obyek. Pada saat itu mata tetap memandang
tetapi dengan pandangan kosong. Ini terjadi pada orang
yang tidur, pada saat tidur orang sering tidak
memejamkan mata sepenuhnya, tetapi matanya setengah
terbuka, pada saat itu pandangannya jadi kosong, hal ini
terjadi juga pada saat orang dalam keadaan trance,
pingsan atau juga fly karena pengaruh obat.
Sebetulnya mata mirip tustel atau kamera, tetapi
kekhususan mata adalah, memiliki sorot mata yang tidak
terdeteksi oleh perangkat fisika tetapi terdeteksi oleh
perasaan manusia. Ketika orang marah, sorot matanya
menjadi tajam, ketika dalam damai sorot matanya jadi
teduh dan pada saat mata tidak memiliki obyek atau
sedang tidak dioperasikan oleh si empunya,
pandangannya jadi kosong. Pada saat pandangan jadi
kosong itulah mata batinnya jadi aktif, proses halusinasi
jadi aktif dan otak mendapatkan sensasi seperti
memandang obyek secara nyata padahal obyeknya tidak
kasat mata.
Dalam dunia pewayangan diceritakan Dewa Surya
pernah memberikan Cupumanik kepada Dewi Anjani.
Cupumanik ini bila dibuka dapat digunakan untuk
melihat masa depan maupun perilaku setiap orang. Suatu
ketika Cupumanik jadi rebutan putra putrinya dan Resi
Gotama, ayah dari anak-anak ini, jadi marah dan
Cupumanik ini dilemparkan jauh dibalik gunung. Ketika
sampai di tanah Cupumanik ini berubah menjadi telaga
yang airnya berkilau sebening kaca, seolah cupumanik
55
raksasa. Itulah sebabnya orang sering bertapa didekat
danau. Ketika malam air tenang, permukaan berkilau ini
menyebabkan mata kehilangan obyek dan penampakan
gaib terjadi.
Ternyata ketika orang memandang tanpa obyek,
pikiran jadi terus mencari obyek atau sasaran karena
mata dalam keadaan terbuka. Bila keadaan ini dibiarkan
maka lama mata akan menemukan obyek yang
sebetulnya kasat mata, maka mata lalu mendapatkan
penampakan gaib, para pengikut aliran rasional akan
mengatakan mata melihat halusinasi.
Terserah penjelasan mana yang anda pilih, sekali
lagi saya tidak fokus pada penjelasan, tetapi pada
dampak yang dihasilkan. Dampak yang dihasilkan adalah
penampakan gaib yang sebetulnya tidak kasat mata itu.
Adanya penampakan ini mempermudah dialog
antara Kesadaran Diri dengan Kesadaran Dalam dan
Kesadaran Luar.
Menara Hening didesign khusus untuk
membangkitkan gejala penampakan gaib ini. Oleh
karena itu Menara Hening harus dilengkapi dengan :

Ruangan Kedap Suara sehingga stimulus


ketelinga diminimalkan, tetapi kalau tempat
yang dijadikan Menara Hening ini sudah
tenang, misalnya di pegunungan atau di panta
yang tenang, tentu tidak diperlukan peredam
suara.

Cermin sebagai alat untuk menjebak mata agar


melihat obyek yang memiliki kedalaman yang
kosong

Pengatur suhu dan sirkulasi udara tentu saja


56
untuk ruangan yang relatif sudah terbuka dan
suhu udaranya nyaman, pengatur suhu ini tidak
diperlukan.

Cahaya Temaram yang lampunya dilapis garam


sebagai pemurni ruangan terhadap Roh/spirit
yang mengganggu karena tujuan pokok adalah
dialog dengan Kesadarannya sendiri. Sejak
lama garam dikenal sebagai pemurni dan
pembersih energy negatif/roh/kekuatan gaib

Sangkar Faraday untuk filter terhadap


gelombang electromagnetis karena gelombang
electromagnetis merangsang otak membangun
halusinasi, sementara eksistensi gejala
paranormal juga ternayta bersangkut-paut
dengan medan magnit. Dengan filter ini
diharapkan gejala paranormal yang tidak
bersangkut paut dengan sasaran pengguna
Menara Hening tidak mengganggu
penampakan.

Saat ini saya menyediakan fasilitas Menara Hening ini di


Bandung, tepatnya di Jl. Lengkong Kecil No 51B
Bandung, dibagian dalam SmokinBoBs cafe, bagi yang
memerlukan bisa menggunakannya seperti orang
menyewa ruangan di warnet, bedanya kalau di warnet
komunikasi dilakukan melalui internet untuk
berkomunikasi dengan dunia cyber, sedangkan kalau di
Menara Hening komunikasi dilakukan oleh jiwa yang
hening dengan Kesadaran Dalam dan Kesadaran Luarnya
sendiri.
Sebelum diperkenankan menggunakan Menara
Hening peserta harus mengikuti workshop dahulu
57
sehingga manfaat healing dapat optimal diperoleh
peserta yang membutuhkannya. Menara Hening adalah
sarana, dan seperti semua sarana, misalnya peralatan
elektronik, mesin dll selalu memiliki manual handbook
supaya dapat dioperasikan dengan sempurna. Ibarat
mobil, walaupun sudah bisa membelinya, tetapi tetap
harus memiliki SIM agar mampu menjalankan atau
menyopiri mobil itu di jalan.
Workshop ini dapat diumpakan sebagai kursus setir
mobil, karena itu diselenggarakan secara periodik di Jl
Lengkong Kecil No 51B Bandung.
Walaupun pada dasarnya keadaan hening bisa
dicapai dengan berbagai metoda, dari hyonosis (karena
saya sendiri selama lebih dari 30 tahun adalah seorang
praktisi Hypnotherapy), NLP, Prana, Reiki, meditasi
sampai retret di gereja atau di rumah ibadat yang lain,
saya pribadi merasa bahwa pecapaian hening lebih
mudah bila dilakukan dalam sarana yang khusus didesign
untuk mencapai keheningan.
Ketika orang dalam keadaan stabil melakukan self
hypnosis bagi yang sudah terlatih menjadi mudah,
demikian juga melakukan meditasi atau doa dll, tetapi
ketika dalam keadaan labil, tertekan atau sedang bingung
karena menghadapi dilema, melakukan upaya diatas
menjadi sulit. Melalui Terapi Hening kesulitan ini
dibatasi karena ruangan yang terpisah dari keadaan
sehari-hari dan sarana lain. Ibarat kita nonton film
melalui dvd player diruang tamu dibandingkan dengan
non film di gedung bioskop dengan suround sound
system yang canggih. Nonton melalui dvd player di
rumah banyak distraksinya, dering suara telpon, lalu
lalang anggota keluarga lain dirumah, suara mobil atau
jeritan anak teangga dll, sedangkan nonton digedung
bioskop semua difokuskan pada layar dan suara yang
58
dihasilkan oleh film itu, tentu halusinasi kita terbangkit
sehingga kita merasa seolah-olah bagian dari film itu
sendiri. Kita jadi merasa ikut terharu, marah bingung dll,
padahal sebetulnya kita hanya penonton belaka.
Sengaja saya sebut sebagai Menara Hening supaya
ada makna spesisfik. Spesifik untuk membangkitkan
keheningan. Seperti gedung bioskop untuk nonton, Spa
untuk rilaksasi menggunakan sarana air, Panti Pijat untuk
hotstone massage, shihatsu, Thay massage, refleksi,
accupressure dll. Untuk berbagai kebutuhan hidup orang
dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia: fittness
center untuk gym, lapangan untuk olah raga, gedung
olahraga untuk bulutangkis, futsal, karate, kungfu,
gedung kesenian untuk drama dan opera, mengapa
keheningan tidak punya tempat khusus ? Padahal
keheningan adalah tonikum untuk kesejahteraan jiwa,
untuk membangun harmoni antar Kesadaran Dalam dan
Kesadaran Luar, untuk mengkalibrasi kebimbangan
menjadi keteguhan hati, untuk mencari akar keyakinan
yang sudah tidak upto date yang boleh jadi merupakan
masalah selalu muncul, baik masalah rohani, pikiran
maupun fisik. Begitu banyak manfaat dan bisa dilakukan
dalam waktu singkat, kok tidak tersedia.
Saya menyediakan Menara Hening di Bandung
karena, kota Bandung merupakan sasaran liburan
keluarga bagi orang Jakarta. Jakarta adalah kota
kemacetan, yang membuat orang enggan berada dijalan,
sementara Bandung walaupun juga tidak bebas dari
kemacetan, tetapi jarak antar lokasi pendek jadi mudah
dijangkau, sehingga ketika berada di Bandung Menara
Henng yang saya sediakan bisa dimanfaatkan oleh yang
membutuhkan, sementara anggota rombongan yang lain
mungkin belanja ke FO. Yang membutuhkan dialog
dengan Kesadarannya sendiri bisa memanfaatkan waktu
59
di Menara Hening.
Tentu menjadi impian saya kalau sebelum saya
pensiun bisa melihat Menara Hening dilain-lain kota/
Hotel/Resort sehingga orang bisa melakukan fitness
pikiran dan jiwa dimana-mana, bukankah untuk fisik
sudah tersedia fitness center dimana-mana ?

60
Apendix
Keheningan
Seringkali pengertian Keheningan dan Kesunyian ter-
campuraduk-kan padahal keduanya memiliki pengertian
yang berbeda. Kesunyian itu sebenarnya lebih bersifat
fisik. Artinya, kesunyian adalah keadaan ketika tidak ada
gelombang suara yang diterima oleh indera pendengaran
kita. Tidak ada rangsangan gelombang suara yang
diterima oleh telinga atau keadaan dimana otak tidak
menerima sinyal suara. Mungkin gelombang suara ada
tetapi peralatan di dalam telinga rusak sehingga
gelombang suara tidak berhasil dihantarkan kedalam
otak.
Ketika panca indera pendengaran terlalu ditekan
oleh gelombang suara, kita akan merasa bising, atau
tidak ada gelombang suara, atau minim gelombang suara,
maka suasana akan terasa sunyi.
Keheningan bisa terjadi dalam keadaan bising
atau sunyi karena memang keheningan itu keadaan
pikiran dan perasaan jadi untuk mendapatkan
keheningan tidak harus dicari tempat yang sunyi, tentu
saja kalau lebih sunyi pikiran menjadi lebih gampang
mendapatkan keheningan.
Keheningan bisa terjadi ketika stimulus dari luar
dan dalam tidak mendapatkan respon. Stimulus dari

61
dalam adalah alur pikiran dan perasaan kita, sedang
stimulus dari luar adalah semua yang kita tangkap oleh
pancaindera. Sebenarnya kalau pancaindera kita tidak
rusak memang tidak mungkin kita tidak merespon. Kita
memang merespon tetapi terbatas, yakni hanya dengan
menerima respon itu tetapi tidak melanjutkan dengan
pemikiran atau analisa. Stimulus itu sekedar diterima,
tapi tidak ditafsir atau tidak dipersepsi. Kita tidak
menghakimi dengan persepsi atau melakukan judgement
terhadap stimulus yang masuk kedalam pikiran kita.
Kita cenderung menghakini segala sesuatu
disekitar kita karena kita sepanjang hidup
mengumpulkan keyakinan, nilai, dan bahkan
kepercayaan, yang akhirnya menjadi pedoman. Yang
sesuai dengan keyakinan, nilai, kepercayaan kita akan
kita hakimi sebagai hal yang baik, tepat, benar dll yang
tidak sesuai kita tolak, kita cerca dan kita kritik. Kita jadi
berpihak kepada segala sesuatu yang sesuai dengan
keyakinan dan tata nilai yang kita anut.
Apabila stimulus itu tidak dipersepsi dan
dihakimi maka pikiran menjadi tidak sibuk dan perasaan
tidak terganggu, saat itulah suasana hening itu bisa
tercipta. Itulah sebabnya orang kerap merasa hening
ketika dia berada di pantai. Dia melihat ombak, meski
sebenarnya dia tidak melihat apa-apa, tetapi membiarkan
visualisasi ombak itu masuk ke mata tanpa menafsirkan
apa-apa. Telinganya pun mendengar deburan ombak, tapi
tak perlu bertanya bagaimana suara deburannya. Apakah
deburannya pelan atau kencang, berapa tingkat
frekuensinya suara deburan itu, dan sebagainya. Telinga
hanya sekedar menerima. Begitu pula dengan hembusan
angin, apakah anginnya kencang, apakah anginnya tiba-
tiba hilang, manusia yang hening hanya menerima saja.
Ada banyak orang bisa menjadi hening dengan
62
tak perlu berada di pinggir pantai. Syaratnya, dia tidak
menganalisa stimulus apapun yang menghampirinya. Di
mana saja manusia bisa hening, asalkan dia tidak
menganalisa. Karena menganalisa itu adalah sebuah
kesibukan pada pikiran sehingga tidak semua stimulus
diterima karena ia malah fokus terhadap bagian stimulus
yang dianalisa itu.
Ketika seseorang tengah berada di stasiun yang
penuh sesak tetapi tidak memprotes situasi yang ada,
tidak memprotes keadaan sesak dan pengap yang dialami
dan menerima sambil bernafas seperti biasa , lama-lama
sesak dan pengap itu akan tidak terasa ia menjadi hening.
Walaupun ketika itu keringatnya mengucur,
tapi ia tidak memprotes dan mempertanyakan mengapa
keringatnya mengucur tetapi bahkan dia menerima
keringat yang mengalir ke dahi, alis, kemudian ke pelipis
dan seterusnya, maka ia lalu tidak peduli dengan kucuran
keringat itu, ia menjadi hening saat itu.
Orang yang tidur juga bisa hening karena
seluruh panca indera kita menerima apa adanya tanpa
menganalisa. Oleh karena itu orang bisa mengganti tidur
dengan keheningan.
Bahkan ada pendapat dan bukti-bukti medis yang
menunjukkan, orang yang berada dalam keheningan itu
mampu mendapatkan relaksasi berlipat ganda
dibandingkan orang yang tidur.
Itulah sebabnya mengapa orang yang memasuki
keheningan bisa kembali segar, meski hanya beberapa
saat, karena dia memiliki value berlipat ganda apabila
dibandingkan kalau dia tidur biasa.
Doa, meditasi, bersikap khusuk, juga merupakan
keheningan, maka bisa membuat pikiran, tubuh dan
perasaan menjadi segar kembali. Saat memasuki
keheningan, seluruh fisik dibiarkan pada fungsinya
63
masing-masing, pikiran tidak lagi mengendalikan tetapi
seluruh organ bekerja optimal sesuai kebutuhan untuk
mencapai kesejahteraan tubuh.
Ibarat sebuah kapal, keheningan itu terjadi
ketika kapten kapal menyerahkan seluruh tugas dan
kekuasaannya kepada masing-masing pejabat di kapal.
Mulai dari mualim yang mengatur arah kapal, juru mesin
yang mengatur dan menjaga supaya mesin bekerja
dengan baik. Kelasi yang bertugas membersihkan dek,
hingga juru masak yang memasak dan mempersiapkan
makanan.
Begitu juga dengan tubuh kita. Saat tubuh
berada dalam keheningan, tubuh akan mampu optimal
melakukan fungsinya. Misalnya, saat tubuh mau
mengeluarkan asam urat atau melepaskan sisa-sisa
pembakaran proses itu akan berjalan tanpa hambatan.
Karena keheningan menyebabkan organ-organ
tubuh bekerja maksimal, maka tubuh seperti batrai yang
baru diperbarui isinya (Charging) . Seperti baterai , kalau
isinya habis, fungsinya akan berkurang dan menjadi
tidak maksimal. Ketika pikiran terlalu sibuk lama
kelamaan pikiran menjadi bebal, seperti baterai yang
lemah. Pikiran otomatis akan melakukan re-charging,
dengan menciptakan keheningan. Orang tiba-tiba tertidur
atau tiba-tiba pikiran seperti kosong. Charging seperti ini
tentu sama dengan charging darurat, tidak akan menjadi
masalah bila dilakukan saat tubuh tidak melakukan
kegiatan yang berbahaya. Menjadi sangt fatal bila
charging darurat seperti ini dilakukan saat kita menyetir
mobil atau mengoperasikan mesin karena bisa membawa
celaka yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Ada dua cara untuk mencapai keheningan.
Yang pertama, dengan fokus penuh seperti yang
biasa diajarkan oleh orang-orang yang mengajarkan
64
meditasi. Pada diri orang-orang yang berdoa, mereka
fokus terhadap doa. Pada orang yang sedang belajar
menghadapi ujian, dia fokus terhadap ujiannya. Dia juga
ingin mencapai keheningan, supaya yang lain tidak
mengganggu konsentrasinya. Fokus penuh kepada soal
yang akan dijawabnya ketika dia sedang menjalani ujian.
Cara kedua, adalah dengan distraksi, dengan
sama sekali tidak fokus, dengan tidak memfokuskan diri
terhadap apapun. Ada banyak orang yang lebih mudah
hening dengan cara distraksi, tetapi ada juga orang yang
lebih mudah hening dengan cara fokus penuh. Ada pula
yang tidak terikat pada salah satu cara, tetapi
melakukannya sesuai keadaan. Apapun cara yang
dilakukan tidak penting, karena kuncinya dalah apakah
keheningan dicapai atau tidak.
Di dalam keheningan itu, komunikasi dengan
kesadaran dalam, maupun komunikasi dengan kesadaran
luar, menjadi tidak terganggu. Ibarat kapal tadi, kalau
terjadi kerusakan mesin atau kesadaran dalam, si juru
mesin bisa memeriksanya dan memperbaikinya sendiri.
Sebaliknya mualim, ketika melihat ada gumpalan hitam
di ufuk barat daya, dia bisa tahu bahwa akan muncul
badai dari arah itu, yang tidak boleh didekati.
Ketika kapten kapal terlalu ceriwis maka
mualim akan terganggu dan tidak melihat bahwa didepan
ada gunung karang, begitu pula dengan juru mesin, ia
jadi tidak peka ketika ada suara yang berbeda
dibandingkan biasanya ketika mesin berjalan lancar
Karena tugas pokok Kesadaran Diri adalah
membuat keputusan supaya ia mendapat kesejahteraan
tubuh, pikiran dan jisa, maka di situlah keheningan
memberikan ruang bagi Kesadaran Diri untuk tahu lebih
luas, untuk membuat pertimbangan lebih dalam,
mengenai apa yang perlu diputuskannya. Dalam hal
65
phobia, dalam hal trauma, bahkan di penyakit fisik.
Kesadaran dirinya menjadi tahu bahwa dia
menggenggam konsep sakit dan konsep penghukuman
diri. Karena dalam keheningan itu tadi, komunikasi
antara Kesadaran Dalam dan Kesadaran Luar menjadi
lancar.
Dengan begitu, kalau dari Kesadaran Luar ada
yang bermanfaat menghasilkan sebuah penampakan
sehingga dialog dapat berlangsung, orang lalu akan
mendapatkan inspirasi dalam keadaan hening.
Keheningan juga akan menyebabkan orang akan
mendapatkan kesadaran baru tentang segala sesuatu yang
dialaminya, yang selama ini tidak disadarinya. Inilah
yang menjadi jembatan untuk pengembangan diri dan
mencapai kesembuhan.

66
Apendix
Kesadaran
Segala sesuatu yang terjadi dunia ini harus
dijelaskan, tetapi ketika teorinya belum ada, maka orang
harus membuat hipotesa dahulu. Tentu saja hipotesa itu
harus berdedikasi terhadap sesuatu yang hendak
dijelaskan. Misalnya saja Sigmund Freud. Dia
menjelaskan hipotesa psikoanalisa, karena memang
Freud memiliki kepentingan untuk menjelaskan
psikologi abnormal. Jadi dia bukan menjelaskan
psikologi normal yang biasa. Psikologi abnormal itulah
yang kemudian dipergunakan untuk menjelaskan
psikologi normal.
Hipotesa memberikan penjelasan lebih mudah
mengenai bagaimana mempelajari orang yang sakit jiwa.
Karena sebelum hipotesa itu ada, penyakit jiwa
ditafsirkan bermacam-macam. Nah, kemudian Freud
menggunakan hipotesa id, ego, superego, dan
sebagainya, untuk menjelaskan struktur kejiwaan
manusia. Freud sebenarnya menjelaskan struktur
kejiwaan sehingga mempermudah memahami orang
sakit jiwa. Dengan hipotesa-hipotesanya itu jadi berguna
bagi ilmuwan yang hendak mempelajari psikologi.
Semua teori selalu didasari terlebihd ahulu
dengan hipotesa, karena hipotesa membuat diskusi

67
menjadi punya batasan dan gampang diambil alurnya.
Demikian juga dengan kesadaran. Maka saya
menggunakan terminologi-terminologi yang menurut
saya lebih mudah dipahami karena mengabdi kepada
penjelasan yang akan saya sampaikan.
Kalau hipotesa atau teori yang dipakai terlalu
jauh, maka penjelasan jadi harus bertele-tele sehingga
bisa jadi bukan membuat jelas tetapi malah membuat
bingung.
Ibaratnya, kita hendak bepergian dari Kebon Jeruk ke
Glodok, tapi memulainya dari Tangerang. Kalau teori
yang paling dekat belum ada, atau kurang dikenal, maka
dibuatlah hipotesa untuk dijadikan pengantar.
Hipotesa itu seperti peta. Peta itu kan bentuk
penyederhanaan sebuah daerah. Apa gambar belokan di
peta sama persis dengan aslinya? Tentu tidak, karena
gambarnya jadi komplek dan tujuan menunjukkan arah
menjadi malah membingungkan. Sebuah jalan di peta
hanya digambar sebagai sebuah garis . padahal
kenyataannya, mungkin bentuk jalannya naik-turun,
jalannya bisa kadang sempit atau kadang lebar, tapi
gambarnya tetap saja hanya berupa garis sejajar. Ada
belokan ke kiri atau kanan yang seolah-olah hanya
menekuk saja, kadang ada gang kecil di sana tetapi tidak
perlu digambar karena tidak penting, karena peta
memang mau menjelaskan arah, tidak punya tujuan lain.
Nah, begitu pula dengan hipotesa, harus berdedikasi
untuk membatasi penjelasan agar tidak ruwet.
Dalam menjelaskan kesadaran, saya lebih
membatasi untuk yang berhubungan dengan
penyembuhan, apa fungsi kesadaran dalam
penyembuhan. Karena itu saya membuat terminologi
yang mungkin tidak ilmiah dan sangat sederhana, namun
bisa digunakan untuk mengkomunikasikan penjelasan
68
saya.
Hipotesa bisa diibaratkan sebagai bahasa untuk
menjelaskan. Sebagai ilustrasi, bahasa Short Message
Service (SMS) yang berkembang setelah HP menjamur
dan menjadi tulang punggung komunikasi antar orang,
bahasa ini pasti berbeda dengan Bahasa Indonesia
standar. Contohnya ketika orang menulis kata enggak
dengan hanya menggunakan huruf G saja. Gaya bahasa
itu pasti tidak diterima oleh Bahasa Indonesia standar,
namun, bisa diterima dalam bahasa sms. Justru tak akan
cocok kalau menggunakan Bahasa Indonesia standar di
SMS karena sms dibatasi oleh jumlah karakter yang bisa
dikirim dalam satu pesan.
Contoh lain adalah bahasa tulisan stenografi.
Pasti tulisan ini akan disalahkan oleh guru menulis halus,
karena bentuknya yang seperti cakar ayam. Namun,
stenografi memang diperuntukkan untuk menulis cepat,
jadi pasti tidak akan sesuai dengan kaidah menulis halus.
Karena itu, pesan saya, ketika pembaca membaca
buku ini, bisa memahami apa yang saya sampaikan
melalui hipotesa sederhana itu. Saya tidak menolak atau
menyalahkan teori-teori lain. Saya hanya menggunakan
hipotesa sederhana supaya bisa lebih mudah
berkomunikasi dengan Anda, para pembaca.
Seperti ketika kita pergi berolahraga, pasti kita
mengenakan pakaian olahraga. Tapi kita tak mungkin
mengenakan pakaian yang sama untuk pergi ke acara
perkawinan, kan? Tapi pakaian olahraga atau pakaian
resmi pesta kan juga sama-sama pakaian. Meski begitu,
tetap saja pemakaiannya harus menyesuaikan kondisi
dan tempat.
Saya menjelaskan ini secara panjang-lebar untuk
memberikan pengertian agar pembaca jangan merasa
saya serang dengan teori saya. Saya sama sekali tidak
69
ingin menyerang, saya hanya ingin menjelaskan apa
yang ada dalam pikiran saya supaya mudah dimengerti.
Kalau sudah mengerti, Anda boleh mencocokkannya
dengan teori yang Anda suka. Tapi dengan menggunakan
hipotesa yang saya, Anda jadi lebih tahu apa yang saya
maksudkan.
Dengan begitu, saya berharap Anda bisa
mengambil manfaatnya untuk kepentingan Anda sendiri.
Anda bisa menggabungnya dengan yang teori lain,
silakan. Bahkan bisa juga Anda menggunakan teori baru
untuk menggabungkannya. Sepanjang itu bisa
memberikan kebaikan untuk Anda, tidak ada satu orang
pun yang bisa melarangnya. Jangankan melarang,
mengatakan kalau hal itu tidak baik saja, mereka tidak
bisa.
Makanya saya membagi kesadaran itu menjadi
tiga bagian, yaitu:
Kesadaran Dalam, Kesadaran Diri, dan
Kesadaran Luar.
Kesadaran Dalam itu berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Di dalamnya berisi naluri,
kebutuhan-kebutuhan fisik, kebutuhan untuk tidur,
marah, senang, gagah, cantik, dipuja, menghakimi orang
lain, dan sebagainya.
Kesadaran dalam ini tentu saja memiliki manfaat
bagi kebutuhan manusia. Hanya saja, manfaat ini
seringkali berbenturan dengan manfaat orang lain, atau
bahkan merugikan orang lain atau malahan merugikan
aspek lain kehidupannya sendiri.
Contoh yang paling sederhana adalah orang yang
tertekan emosinya, kemudian dia tak mampu menahan
emosinya dan membanting gelas. Setelah itu, pasti
emosinya akan terlepaskan, hanya saja sampai
memecahkan gelas. Sudah begitu, kemudian pecahannya
70
mengenai kaki orang hingga melukai.
Kebutuhan untuk melepaskan tekanan dengan
meledakkan emosi ini sebetulnya kebutuhan pokok
karena kalau tertekan terus akan mengganggu
keseimbangan jiwa pemiliknya. Cuma bagaimana cara
melepaskannya, itu yang bakal menjadi persoalan,
apakah dengan menekannya , atau meledakkannya atau
melepaskannya, semua memberikan konsekwensi yang
berbeda . Orang yang satu dengan orang lain, bahkan
orang yang sama tetapi dalam suasana yang berbeda
tentu berbeda cara menyelesaikannya. Apakah dia akan
meledakkan emosinya di depan orang banyak? Atau
emosinya dibiarkan berkurang sedikit demi sedikit? Atau
akan menahan emosinya lagi? Sampai tekanannya lebih
tinggi, baru nanti akan dikurangi, atau mungkin malah
akan meledak dari sisi kebutuhan pokok untuk
menyeimbangkan jiwa dan pikiran tidak masalah, tetapi
untuk dampak dalam relasi dengan lingkungan akan
diperoleh hasil yang berbeda.
Dari segi kebutuhan pribadi, melepas tekanan
jiwa ini perlu, sebab kalau tidak, detak jantungnya akan
bergerak tidak normal, mungkin juga darah yang
mengalir ke otak tidak lancar karenanya. Ujung-
ujungnya, akan menyebabkan masalah-masalah di
anggota tubuh yang lain. Kondisi-kondisi seperti inilah
yang dijaga oleh Kesadaran Dalam.
Trauma dan phobia juga termasuk bagian dari
Kesadaran Dalam. Sebenarnya trauma merupakan
kebutuhan untuk menjaga supaya dia tidak
mengulanginya. Karena kalau dia mengulangi, bukan tak
mungkin akibatnya akan makin parah. Phobia juga
begitu, dan juga rasa dengki. Rasa dengki membatasi
manusia supaya tidak dekat-dekat dengan orang yang
didengkinya. Atau mungkin juga membuat orang yang
71
didengkinya juga merasa takut terhadapnya.
Tujuannya memang ingin menjaga kesejahteraan
hidup fisik dan mental dari individu itu. Tetapi kalau
kesadaran dalam ini terus dibiarkan liar, tanpa kendali,
dia akan terus meledak-ledak, dan individu itu akan
menjadi seperti bayi. Bayi itu memiliki Kesadaran
Dalam yang penuh karena saat itu bayi tidak memiliki
fisik yang memadai, ia jadi sangat tergantung pada
Kesadran dalam saja. Kalau membutuhkan sesuatu ia
tidak akan perlu memikir patut atau tidak patut, tetapi
langsung meledakkan permintaannya dengn menangis
keras-keras. Lingkungan juga bisa memahami karena
menganggap bayi memang tidak memiliki tatanan nilai.
Seorang bayi akan membuang kotoran, buang air
kecil, minta makan, dan menangis di mana saja dan
kapan saja. Tidak peduli sama sekali dengan nilai dan
tatanan susila. Ia betul-betul didorong oleh Kesadaran
Dalamnya saja. Kesadaran Diri-nya masih lemah, dan
menempel pada Kesadaran Dalam. Kemudian,
Kesadaran Diri mulai terpisah dari Kesadaran Dalam,
sejalan dengan perkembangan umur dan fisik. Bayi
mulai mengenal Kesadaran Luar. Tenyata ada hal lain
diluar dirinya yang bisa mempengaruhi hidupnya.
Ternyata menangis keras2 tidak selalu mendatangkan
makanan atau menjadikan tempat gerah menjadi sejuk. Ia
mulai merasakan bahwa ada sesuatu diluar dirinya yang
ikut mengatur kesejahteraan dirinya. Tanpa ada
Kesadaran Kuar, Kesadaran Diri akan tetap menempel
pada Kesadaran Dalam.
Pada binatang, Kesadaran Diri ini cukup erat
menempel ke Kesadaran Dalam karena dia tidak cukup
luas mampu menafsirkan Kesadaran Luar. Tafsirnya
hanya berbentuk rasa takut. Itulah sebabnya mengapa
didalam kelompok hewan selalu terjadi pimpinan
72
kelompok. Pimpinan kelompok adalah individu yang
menghasilkan Kesadaran Luar berupa rasa takut.
Makanya, binatang yang tadinya didominasi,
tetapi kemudian bisa melawan dan mendominasi, dia
akan jadi raja, pimpinan kawanan binatang. Pada
kelompok kera , biasanya bulu raja kera lebih bagus
dibandingkan yang lain. Tetapi ketika dia ditundukkan,
oleh seluruh kawanannya akan disia-siakan, sampai mati
mengenaskan.
Pada dunia hewan hal ini bisa terjadi karena
Kesadaran Luar pada binatang memang tidak terlalu
mendidik kesadaran dirinya. Pada manusia, Kesadaran
Luar itu makin lama makin dominan. Dominasi pertama,
tentu saja pada yang bisa dilihat dan ditangkap oleh
panca indera. Kesadaran Diri itulah yang nantinya akan
memutuskan apakah tuntutan Kesadaran Dalam itu mau
dilaksanakan atau ditunda. Dengan kata lain, Kesadaran
Diri bertugas untuk memutuskan apa yang akan
dilakukan oleh dirinya supaya dirinya menjadi sejahtera.
Pada saat Kesadaran Luar masih lemah, kesejahteraan
tercapai bila tuntutan kesadaran Dalam terpenuhi, ketika
Kesadaran Luar sudah makin ada, maka Kesadaran Diri
lalu membuat pertimbangan antara tuntutan kesadran
Dalam dan referensi dari kesadaran Luar..
Misalnya ketika orang merasa lapar, rasa lapar
yang berasal dari kesadaran dalam ini menuntut manusia
untuk memenuhi kebutuhan lapar tersebut. Tapi
Kesadaran Dirinya yang sudah punya referensi dari
Kesadaran Luar mengatakan bahwa pada saat ini semua
orang tidak makan dan kalau ia makan sendiri tidak
pantas, maka dia tidak akan makan saat itu. Kesadaran
Diri telah memutuskan untuk menunda pemenuhan
kebutuhan makan itu (tuntutan kesadaran Dalam). Makin
dewasa seseorang referensi dari Kesadran Luar ini makin
73
kompleks sehingga orang dewasa makin mampu
menunda pemenuhan tuntutan Kesadaran Dalam.
Tetapi dalam kondisitertentu yakni pada saat
penundaan tuntutan Kesadran Dalam menghasilkan
konsekwensi negatif, maka Kesadaran Diri lalu tidak
mempedulikan Kesadaran Luar. Demikian juga ketika
orang tidak mau mendengar kesadaran Luar, maka
Kesadran diri jadi makin melekat dengan kesadaran
Dalam sehingga sekilas bari orang lain akan terkesan
sebagai orang yang sangat egois. Kesadaran Dirinya
makin dikuasai Kesadaran Dalam. Itulah sebabnya
mengapa ketika orang dalam keadaan sakit atau dalam
keadaan mental tertekan tampak seperti berubah menjadi
tidak seperti biasanya. Kesadran Luar yang biasanya
menjadikan orang tampak lebih sabar, damai, manis dll
jadi tidak dipergunakan dan Kesadaran diri tunduk
sepenuhnya pada tuntutan Kesadran Dalam.
Demikian juga ketika dia sudah lanjut usia, ketika
fisiknya sudah tak lagi bugar. Manusia yang tadinya
merupakan orang yang tegar, bisa menjadi orang tua
yang sangat manja atau malah merepotkan. Padahal
tadinya orang yang sangat bijaksana, tapi ketika tua
malah menjadi picik.
Kesadaran Luar bisa datang dalam berbagai
bentuk. Mulai dari sekedar suara teman yang , kotbah
ulama, sampai apapun yang berasal dari dari luar
termasuk didalamnya suara roh, dan Tuhan, karena
Tuhan juga bisa membisiki umat-Nya. Dari pengalaman
fisik, sampai halusinasi dan penampakan yang dialami
oleh orang itu.
Dalam kebutuhan untuk menjelaskan proses-
proses penampakan pada Menara hening, saya
membebaskan diri untuk tidak membatasi Kesadran Luar
hanya pada yang tampak dan sudah terbukti secara
74
ilmiah saja. Saya membuka pintu terhadap kesadaran
yang berasal dari pengalaman pribadi masing-masing
orang. Kalau Anda merasa mengalami, itu berarti ada
dan karena berasal dari luar dirikita maka itu saya
golongkan sebagai kesadran Luar. Dengan demikian
segala sesuatu yang datang dari luar, baik itu riel maupun
subyektif bisa mendapat tempat untuk bisa dibahas.
Dengan perkataan lain, Kesadan Luar mencakup semua
pengalaman hidup, pengalaman saat dalam keadaan
trance, pengalaman dengan kekuatan gaib, dengan roh
dan energi-energi yang lain.
Membuka pintu pengertian Kesadaran Luar
sehingga mencakup semua pengalaman hidup secara
subyektif, juga bisa membuka pintu terhadap
kepercayaan dan agama masing-masing. Tanpa
membuka pintu definisi Kesadaran Luar ini, maka aspek
agama dan kepercayaan lalu harus berada diluar bahasan,
padhal faktanya penyembuhan karena agama/
kepercayaan (faith healing) memang ada sudah sejak
sejarah manusia, bahkan ada sebelum ilmu pengetahuan
dibangun. Didalam kepercayaan dan agama kita semua
mengenal roh, malaikat sampai kekuasaan tertinggi yakni
pada Sang pencipta, maka semua ini saya katagorikan
pada kelompok kesadaran Luar. Jadi kita bisa mengikut
sertakan bahasan-bahasan yang semula dianggap tahayul
atau pengaruh gaib. Dengan demikian kita lalu tidak
alergi terhadap apaun yang tidak kasat mata, atau
menganggap yang tidak kasat mata tidak ada, karena
sebetulnya memang banyak orang mengalaminya secara
pribadi. Karena Pengembangan diri dan Penyembuhan
adalah masalah pribadi maka pengertian tentang
Kesadaran luar harus mengikut-sertakan semua aspek
pribadi ini.
Apabila kita tidak mau menerima yang tidak
75
kasat mata dan sangat pribadi ini, banyak penjelasan
yang nanti malah membuat kita mentok dan berubah
arah ,dari mau mencari manfaat menjadi mencari sebab.
Saya tetap berpegang orang yang lapar itu harus makan
supaya jadi kenyang, tidak peduli teorinya apa. Kita tidak
perlu terjebak dalam perdebatan mengenai ada atau tidak
ada roh, kekuatan gaib, bio energy dll, karena tujuan
buku ini bukan meneliti keberadaan yang tidak kasat
mata itu tetapi bagaimana memanfaatkan semua
sumberdaya yang mampu mengembangkan potensi diri
dan self healing. Sejauh yang tidak kasat mata itu
bermanfaat, mengapa harus dianggap tidak ada?
Kesadaran Luar adalah tempat Kesadaran Diri
melakukan komunikasi. Komunikasi ini diperlukan
supaya pertimbangan Kesadran Diri menjadi lebih luas
dan bermanfaat. Supaya kesadaran diri tidak
termanipulasi oleh kebutuhan Kesadaran Dalam semata.
Ketika masih kanak-kanak hampir semua orang
punya "teman imajinatif", teman ini karena didefinisikan
oleh ilmu psikologi sebagai imajinatif, maka lalu
dianggap sebagai isapan jempol anak kecil. bahkan lalu
keluar istilah "dusta fantasi" bagi anak-anak. Karena
diberi label sebagai tidak riel, maka kita lalu tidak
memanfaatkannya, bahkan kadang mendiskreditkan
sebagai kondisi kejiwaan yang tidak baik. Ketika kita
menanggapi suatu fenomena dengan sikap
mendiskreditkan maka kita kehilangan kesempatan untuk
memanfaatkannya.
Teman yang tidak kasat mata bagi anak-anak
sebetulnya banyak manfaat bagi perkembangan anak-
anak itu sendiri. Saya lebih menerimanya sebagai bagian
dari Kesadaran Luar bagi anak-anak. Kesadaran luar ini
bisa berasal dari apa saja: imajniasi ( seperti telaah
psikologi) tetapi juga bisa datang dari roh pelindung
76
yang memang mendampingi anak untuk bisa lebih
mudah beradaptasi dengan kehidupan yang membentang
dihadapannya.
Dengan demikian kita lalu tidak apriori atas apa
yang dilihat oleh anak walaupun kita tidak melihatnya
sehingga kita juga bisa membimbing bagaimana
mendapatkan manfaat dari teman si anak yang tidak
kasat mata, karena dari pengalaman orang-orang
berbakat, ternyata diwaktu kecil mereka memiliki teman
pelindung yang tidak kasat mata, yang membantunya
memecahkan bermacam-macam persoalan. Salah satu
faktor mengapa anak berkembang jauh lebih pesat
dibanding orang dewasa adalah karena anak selalu
mampu berdialog dengan Kesadaran Luarnya, dialog
yang dilakukan oleh anak adalah dialog yang riel bagi
sianak, walaupun bagi orang lain dianggap dialog
"imajinatif". Karena anak-anak menanggapi secara nyata
maka anak-anak menempatkan dirinya secara serius
sama seriusnya ketika berdialog dengan orangtuanya atau
saudara atau teman-temannya yang lain.
Kesadaran luar menjadi wadah agar kita tidak
lagi apriori terhadap apapun yang belum dibuktikan
secara ilmiah sehingga kita tidak berdebat menghabiskan
tenaga tentang keberadaan sesuatu yang "belum ilmiah"
itu dan lupa mengambil manfaat yang sebetulkan sedang
kita butuhkan saat itu. kalau secara pribadi Anda
merasakan, melihat, mendengar dan mengetahui tentang
sesuatu, Anda punya hak penuh untuk menganggapnya
nyata BAGI diri Anda sendiri, itu sah dan itu tidak
menyalahi apapun. Biarkan para ilmuwan yang berkutat
untuk membuktikannya, kita para awam
memanfaatkannya saja. Ibarat petani yang menggunakan
pupuk kandang bagi tanamannya, ia tidak perlu tahu
unsur-unsur kimia apa yang menjadikan tanamannya
77
subur. Kalau pengalaman pribadinya memberikan
kenyataan bahwa pupuk kandang tadi mempersubur
tanahnya, mengapa harus pusing mencari dasar
ilmiahnya?

78

Anda mungkin juga menyukai