SKRIPSI
Oleh:
Veronica Suko Danasrayaningsih
NIM : 038114015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Chicken Soup)
Untuk
Bapak, Ibu, Leo,
Orang-orang yang mencintaiku
serta almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga, karena hanya
berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di
Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah banyak
3. Ibu Dra.M.M Yetty Tjandrawati, M.Si. yang telah memberikan kritik dan saran
4. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. yang telah memberikan kritik dan saran untuk
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. terima kasih untuk semua diskusi,
6. Mr. J terima kasih untuk semua mukjizat yang setiap detik diberikan.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Pak Mukmin, Pak Prapto, Mas Parlan, Mas Kunto dan Mas Sarwanto, terima
8. Bapak Ignatius Sadiarko dan Ibu Theresia Sri Suratmini, terima kasih untuk
10. Keluarga Besar Soekohardjono terima kasih atas semua doa, perhatian dan cinta
11. Dita, Andi, Yohana, makasih sudah memberikan aku apa arti sahabat.
12. Henny, sahabat seperjuangan, makasih buat bantuan, diskusi, saran dan kritiknya.
13. Teman-teman kelas A angkatan 2003, terima kasih untuk empat tahun yang indah.
14. Teman-teman KKN angkatan XXXII Dusun Soka Kragilan, Aiu, Anis, Dedy,
15. Teman-teman P3W Mrican, Cipluk, Eka, Leli, Lisa, Trisna, Rita, Paula, MM,
Sandra, Uli, Nyoman, Qwhat, Yongkie, Yanu, Ziko, makasih sudah mau menjadi
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun sangat berjasa
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan perkembangan
selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Kafein merupakan salah satu zat aktif yang terdapat dalam minuman
berenergi yang bersifat menstimulasi sistem saraf pusat, pernafasan, dan jantung.
Penentuan kadar kafein dalam minuman berenergi dapat dilakukan dengan
mengembangkan metode spektrofotometri ultraviolet menjadi spektrofotometri
derivatif aplikasi peak-to-peak tanpa harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi dan presisi dari metode yang
digunakan langsung pada sampel.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif. Penelitian
dilakukan dengan membuat spektra serapan, baik spektra normal maupun spektra
derivatifnya. Spektra derivatif pertama merupakan plot dA/d vs , spektra derivatif
kedua merupakan plot d 2 A/d 2 vs , spektra derivatif ketiga merupakan plot
d 3 A/d 3 vs . Penentuan kadar kafein didasarkan pada jarak vertikal antara puncak
maksimum pada panjang gelombang 271 nm dan puncak minimum pada panjang
gelombang 273 nm yang dinyatakan sebagai nilai amplitudo peak-to-peak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai recovery kafein berada pada
rentang 96,24 107,12 % dan nilai CV sebesar 0,46 %. Dapat disimpulkan bahwa
penetapan kadar kafein dalam minuman berenergi merek X secara spektrofotometri
derivatif aplikasi peak-to-peak memiliki akurasi dan presisi yang baik.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Caffeine is one of the active subtance in energy drink that stimulate central
nervous system, respiratory, and heart. Determination of caffeine conssentration in
energy drink can be made by enlarge ultraviolet spectrophotometry method to
derivative spectrophotometry peak-to-peak method application without extraction.
The aim of this research is ti find out the accuracy and precision of the method used
in sample.
This research is descriptive non experimental research. The research has been
conduct by creating spectra absorbance, both normal absorbance spectra and
derivative spectra. First derivative spectra is plot dA/d vs , second derivative
spectra is plot d 2 A/d 2 vs , and third derivative spectra is plot d 3 A/d 3 vs .
Determination of caffeine concentration is based on the measurement of vertical
distance between maximum peak at 271 nm and minimum peak at 273 nm which
stated as peak-to-peak amplitude value.
The result of this research show that the caffeine recovery value is on 96,24
107,12 % and CV value is on 0,46 %. It can be concluded that determination of
caffeine concentration using derivative spectrophotometry peak-to-peak method
application has ood accuracy and precision.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................... iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................. v
INTISARI...... viii
ABSTRACT......... ix
DAFTAR ISI..... x
BAB I. PENGANTAR........ 1
A. Latar Belakang....... 1
1. Permasalahan ........ 2
A. Kafein ........... 5
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Pembuatan larutan kafein baku yang akan ditambahkan pada sampel ....... 24
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ..... 39
B. Saran ........ 39
LAMPIRAN ......... 42
BIOGRAFI PENULIS............................................................................................... 59
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel III. Data kafein terukur dalam sampel minuman berenergi merek X........ 37
Tabel IV. Data kafein terukur pada sampel minuman berenergi yang telah
Berenergi ......... 38
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
empat............ 15
merek X ....... 31
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
sejak tahun 1997. Banyak orang memilih untuk mengembalikan energi yang
hilang selama aktifitasnya dengan minuman berenergi. Bahkan tidak sedikit orang
negeri). Namun, sebelum ada Surat Keputusan Kepala Balai POM tahun 2004
kadar kafein. Pada penetapan kadar kafein dalam minuman, berbagai macam
dilaporkan. Namun masih banyak kekurangan pada metode analisis tersebut. Pada
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senyawa lain akan mengganggu hasil titrasi sehingga hasil yang diperoleh tidak
tepat. Metode KCKT merupakan metode yang sensitif dan dapat digunakan untuk
penetapan kadar senyawa yang berupa campuran secara bersamaan. Metode ini
menetapkan kadar kafein, namun metode ini tidak dapat digunakan untuk sampel
salah satunya melalui derivatisasi. Karena adanya kebutuhan akan analisis yang
penentuan kadar kafein. Hal ini dikarenakan metode ini dapat menetapkan kadar
kafein dengan cepat dan selektif tanpa adanya isolasi terlebih dahulu. Metode
1. Permasalahan
diteliti, yaitu apakah metode spektrofotometri derivatif aplikasi peak to peak yang
2. Keaslian Penelitian
3. Manfaat penelitian
berenergi merek X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penetapan kadar yang lebih cepat dan praktis untuk menetapkan kadar kafein
terlebih dahulu.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi dan presisi dari metode
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kafein
O
CH 3
H 3C
N
N
N
O N
CH 3
Kafein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air.
Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
menggumpal; tidak berbau; rasa pahit. Titik lebur antara 235C - 237C ( Anonim,
1995 ). Kafein memiliki kelarutan 1:60 dengan air, 1:1 dengan air panas, 1:130
dengan etanol, 1:7 dengan kloroform. Sedikit larut dalam eter namun mudah larut
dalam larutan asam encer. Dalam larutan asam encer, kafein memberikan serapan
absorbsi maksimum pada 273 nm ( A11 = 504 )( Clarke, 1986 ). A11 sama artinya
dengan serapan jenis (A1% 1cm) di dalam Farmakope Indonesia IV yaitu serapan
Selain pada kopi, kafein banyak ditemukan dalam minuman, teh, cola, coklat,
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekitar 80-125 mg, sedangkan satu kaleng softdrink cola mengandung sekitar 23-
37 mg, teh mengandung sekitar 40 mg, dan satu ons coklat mengandung sekitar
menimbulkan masalah. Akan tetapi jika dikonsumsi di atas 500 mg ( dalam satu
B. Minuman Energi
yang dijual bebas, produk minuman berenergi ini berisi zat-zat yang biasa terdapat
berenergi ini antara lain kafein, taurin, vitamin B, guarana, ginseng dan vitamin C
( Anonim, 2006a).
terasa karena mengandung zat pemanis buatan (sorbitol, aspartam, siklamat) yang
mudah diserap tubuh. Sumber lain yang juga mempengaruhi kecepatan reaksi
memompa darah dan oksigen, sembari menstimulasi peningkatan kadar gula darah
(Anonim, 2006a).
O
CH 3
O
H 3C
N
N
HO S C C NH2
H2 H2 N
O N
O
CH 3
Gambar 2. Struktur taurin dan kafein sebagai zat aktif yang terkandung dalam minuman
berenergi
C. Spektrofotometri Ultraviolet
absorbsi (Pecsok et al, 1976). Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian
dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul.
Setiap senyawa mempunyai tingkatan energi yang spesifik (Mulja dan Suharman,
1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Transisi elektronik senyawa organik yang dapat terjadi yaitu transisi dari
1. Transisi elektron n *
Halogen. Serapan ini terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan
probabilitas terjadinya transisi energi yang diserap (P) kecil. Nilai harga P adalah
2. Transisi elektron n *
Transisi ini terjadi pada panjang gelombang di bawah 200 nm (Christian, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Transisi elektron *
Transisi ini terjadi pada elektron di orbital , yaitu pada ikatan rangkap
dua dan rangkap tiga. Eksitasi ini paling mudah terbaca dan bertanggung jawab
4. Transisi elektron *
Transisi ini terjadi pada elektron yang mempunyai ikatan tunggal kovalen
dan menduduki orbital . Tingkat energi yang dibutuhkan untuk eksitasi ini sangat
besar (Connors, 1982) dan absorpsi elektron untuk bertransisi yaitu pada
auksokrom yaitu gugus fungsional yang tidak menyerap radiasi namun bila terikat
berinteraksi dengan elektron pada kromofor (n- konjugasi), misal OCH3, -Cl,
10
gelombang tertentu sesuai dengan jumlah molekul yang ada. Hal ini menentukan
I
T= = 10-.b.c. (1)
Io
dimana Io adalah intensitas dari energi pancaran yang mengenai cuplikan, I adalah
1
A = log = .c.b = a.b.c .. (2)
T
Keterangan:
T = persen transmitan
Io = intensitas radiasi yang datang
I = intensitas radiasi yang diteruskan
= daya serap molar, absorptivitas molar, (L. mol-1. cm-1)
a = daya serap, absorptivitas (L. g-1. cm-1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
molar. Harga adalah karakteristik untuk molekul atau ion penyerap dalam
pelarut tertentu, pada panjang gelombang tertentu dan tidak bergantung pada
dalam gram atau milligram daripada dalam satuan mol. Bila diketahui konsentrasi
(c) larutan dalam gram per liter (g/L), maka persamaan Lambert-Beer dapat ditulis
menjadi
A = A(1%,1cm).b.c (3)
dalam kuvet setebal 1 cm; b adalah tebal kuvet dalm cm (biasanya 1 cm); dan c
(A) dan probabilitas terjadinya transisi energi yang diserap (P). Hubungan dan
spektrum suatu zat. Rincian harga terhadap puncak spektrum adalah sebagai
berikut: 1-10 : sangat lemah; 10-102 : lemah; 102-103 : sedang; 103-104 : kuat; 104-
12
lainnya dalam proses penyerapan, absorpsi terjadi dalam volume yang mempunyai
luas penampang yang sama, degradasi energi cepat (tidak terjadi flouresensi),
indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi (tidak berlaku pada konsentrasi
1. Sumber radiasi
hidrogen dan lampu deuterium. Lampu tersebut terdiri dari sepasang elektroda
yang terselubung dalam tabung gelas dan diisi dengan gas hidrogen atau
deuterium pada tekanan yang rendah. Bila tekanan yang tinggi dikenakan pada
elektron-elektron lain dalam molekul gas ke tingkatan tenaga yang tinggi. Bila
13
2. Monokromator
pada daerah panjang gelombang yang lebar. Dalam spektrofotometer, radiasi yang
2001).
3. Tempat cuplikan
berupa gas atau larutan ditempatkan pada sel atau kuvet. Untuk daerah ultraviolet
biasanya digunakan kuarsa atau sel dari silika yang dilebur. Sel untuk larutan
2001).
4. Detektor
yang diterima menjadi sinyal elektronik (Mulja dan Suharman, 1995). Setiap
detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga tersebut
untuk dapat diukur secara kuantitatif. Detektor yang digunakan dalam ultraviolet
14
5. Alat pencatat
oleh detektor menjadi bentuk yang dapat diinterpretasikan (Pecsok et al, 1976).
D. Spektrofotometri Derivatif
dua spektra yang mirip. Lebih jauh, metode ini dapat digunakan pada analisis
puncak-puncak yang lebih terperinci dan puncak spektra yang melebar terpecah
1 + 2
m = (6)
2
15
Gambar 5. Penurunan spektrum basal menjadi spektra derivatif satu sampai empat
Keterangan : a = spektra normal, b = spektra derivatif satu, c = spektra derivatif dua, d =
spectra derivatif tiga, e = spektra derivatif empat (Mulja dan Suharman, 1995)
pengukuran daerah antara dua nilai ekstrem (amplitudo peak to peak) pada orde
pertama, kedua, ketiga bahkan keempat dari spektra derivatif (Alpdogan et.al,
2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
membuktikan bahwa metode analisis tersebut secara taat asas memberikan hasil
Persoalan analisis era modern ini yaitu sangat kecilnya kadar senyawa yang
dianalisis dan kompleksnya matrik sampel yang dianalisis (Mulja dan Suharman,
1995).
1. Spesifitas
2. Linieritas
mendapatkan hasil uji yang secara langsung atau secara matematis, proporsional
adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang telah
dipakai untuk mendapatkan presisi, linieritas dan akurasi yang bisa diterima
17
3. Akurasi
yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi
dari suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam rentang (Anonim, 2005).
kadar terukur
% Re cov ery = x 100% (7)
kadar diketahui
Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil biasanya disepakati 90-
110%, akurasi untuk kadar obat yang lebih besar biasanya disepakati 95-105%,
bioanalisis rentang akurasi 80-120% masih bisa diterima (Mulja dan Hanwar,
2003).
4. Presisi
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian antara hasil
sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan standar deviasi atau
dilakukan di laboratorium yang sama pada hari yang sama dengan alat yang
sama pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dilakukan pada laboratorium yang sama dengan hari yang berbeda, analisis
relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat
fleksibel tergantung pada kondisi analit yang diperiksa, konsentrasi sampel dan
kondisi laboratorium. Pada kadar 1 % atau lebih, standar deviasi relatif antara
laboratorium adalah sekitar 2,5 %, untuk satu per seribu adalah 5 %. Pada kadar
satu per sejuta (ppm) Relatif Standar Deviasinya adalah 16 % dan pada part per
n _
( x1 x) 2
i =1
SD = . (8)
n 1
SD
CV = _
x100% . (9)
x
yang masih dapat terdeteksi. LOD besarnya 2-3 kali respon blanko. LOQ (limit of
Quantitation) adalah jumlah terkecil analit di dalam sampel yang masih dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ditetapkan dalam kondisi percobaan tertentu dengan presisi dan akurasi yang
dapat diterima. LOQ besarnya 10 kali dari respon blanko (Anonim, 2005).
analit:
a. Kategori I.
komponen utama dari bahan obat atau zat aktif (termasuk pengawet) dalam
sediaan farmasi.
b. Kategori II.
c. Kategori III.
(Anonim, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
F. Keterangan Empiris
bahan salah satunya kafein yang bermanfaat sebagai stimulan. Adanya kebutuhan
akan analisis yang cepat dan selektif maka penetapan kadar kafein dapat
terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tidak ada subyek uji yang dimanipulasi atau dikenai perlakuan, dan hanya
B. Definisi operasional
d n A/d n vs .
C. Bahan-bahan penelitian
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Alat-alat penelitian
kafein kemudian dilarutkan dalam HCl 0,1 N 50,0 ml. Larutan kemudian dibuat
konsentrasi 2,0 ; 3,0 ; 4,0 mg% b/v dengan volume 10,0 ml. Tiap-tiap konsentrasi
dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 220 300 nm, kemudian dibuat
tambahkan aquades sampai 10,0 ml. Dari larutan ini, pipet sebanyak 4,0 ml
absorbansinya pada panjang gelombang 220 300 nm, kemudian dibuat spektra
23
Spektra serapan normal sampel dan salah satu konsentrasi dari kafein
dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua, dan derivat ketiga dengan
terhadap harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut yang teratur berderet.
kafein dan dilarutkan dalam HCl 0,1 N hingga 100,0 ml. Dari larutan ini
kemudian dibuat konsentrasi 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ; 6,0 mg% b/v dengan volume
b. Pembuatan kurva baku kafein. Kurva baku dibuat dengan mengukur seri
konsentrasi larutan baku kafein pada panjang gelombang peak to peak. Nilai
d3A/d3 spektrum dan kadar dibuat dengan persamaan linier sehingga diperoleh
persamaan ; a = derau).
tambahkan aquades sampai 10,0 ml (larutan a). Dari larutan a diambil sebanyak
24
dalam HCl 0,1 N sampai volumenya 100,0 ml. Sehingga didapatkan larutan kafein
sampai 10,0 ml (larutan a). Dari larutan a diambil sebanyak 2,0 ml kemudian
tambahkan 1,0 ml larutan kafein baku 0,1 mg/ml. Tambahkan aquades sampai
10,0 ml. Larutan ini kemudian dibaca pada panjang gelombang peak to peak
baku kafein. Konsentrasi larutan sampel yang telah ditambahkan kafein baku 0,1
sampel. Hasil pengurangan ini dianggap sebagai kadar kafein terukur, dan larutan
kafein baku 0,1 mg/ml yang ditambahkan pada sampel dianggap sebagai kadar
kadar terukur
% Re cov ery = x 100%
kadar diketahui
SD
CV = _
x100%
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
F. Analisis Hasil
1. Akurasi
kembali yang dihitung dari kadar terukur dibandingkan dengan kadar diketahui
dikalikan 100%.
kadar terukur
% Re cov ery = x 100%
kadar diketahui
Jika metode tersebut memberikan nilai recovery berada pada rentang 90 110 %
untuk obat dengan kadar kecil maka metode ini dinilai memiliki akurasi yang baik
2. Presisi
SD
CV = _
x100%
x
relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat
fleksibel tergantung pada kondisi analit yang diperiksa, konsentrasi sampel dan
BAB IV
A. Pengambilan Sampel
berwarna putih opaque dengan ijin edar MD (nomor registrasi makanan yang
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 1 merek saja dan tidak
dari populasi untuk populasi besar dan pengambilan sampel sebanyak 20% dari
populasi untuk populasi kecil. Hal ini disebabkan karena komposisi setiap sampel
batch sama karena dalam satu nomor batch, produk minuman berenergi
memperoleh perlakuan yang sama saat proses pembuatan di pabrik dan menjamin
homogenitas.
Sampel yang akan diteliti diwakili oleh 6 kemasan yaitu replikasi 6 kali.
Hal ini disebabkan karena replikasi 6 kali merupakan syarat minimal untuk
sampel dilakukan 3 kali. Tujuan pengambilan triplo ini adalah untuk mendapatkan
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
B. Analisis Organoleptis
yaitu warna, bau, dan rasa. Di dalam minuman berenergi merek X memiliki
komposisi antara lain taurin 1000 mg, kafein 50 mg, vitamin B3 1,5 mg, vitamin
B5 1mg, vitamin B6 1,3 mg, gula, air, asam sitrat, perisa tropical fruit, natrium
siklamat 175 mg, asesulfam-K, kalium sorbat, natrium sitrat, kuning FCF CI
15985.
warna kuning jingga, hal ini disebabkan karena adanya bahan pewarna kuning
FCF CI 15985. Adanya bahan tambahan yaitu perisa tropical fruit, maka bau dari
sampel minuman berenergi merek X adalah wangi buah. Rasa dari sampel
minuman berenergi merek X adalah manis asam, karena adanya gula, natrium
Pada penelitian digunakan larutan HCl 0,1 N sebagai pelarut dari kafein
baku. Hal ini disebabkan karena pelarut yang digunakan dalam sampel adalah air.
Sedangkan kafein sukar larut dalam air, sehingga dapat dipastikan kafein dalam
kondisi dalam penetapan kadar baik kafein baku dan kafein dalam sampel, maka
kafein baku yang bersifat basa diubah dulu menjadi bentuk garam dengan bantuan
larutan HCl 0,1 N. Reaksi yang terjadi antara kafein dengan HCl yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
O O
CH3 CH3
H 3C H 3C
N N
N N
+ H Cl
N N + -
O N O N Cl
H
CH3 CH3
Kafein (sukar larut air) garam kafein (larut air)
Gambar 7. Reaksi antara kafein dengan HCl
Pada gambar diatas terlihat bahwa kafein yang sukar larut air
bereaksi dengan HCl membentuk garam kafein yang mudah larut dalam air.
Untuk mengamati spektra serapan kafein, maka dibuat tiga seri konsentrasi
yaitu 2,0; 3,0; dan 4,0 mg%. Kafein yang digunakan dalam pembuatan larutan
baku ini berkualitas working standart sehingga ketiga spektrum serapan kafein
220-300 nm karena pada rentang panjang tersebut terdapat spektra serapan dan
ultraviolet harus memiliki gugus kromofor pada strukturnya agar dapat menyerap
elektromagnet akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu orbital *.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
O
CH3
H 3C
N
N = G ugus Krom ofor kafein
N
O N
CH3
Gambar 8. Gugus kromofor kafein
2.5
2
absorbansi
1.5
0.5
0
210 230 250 270 290 310
panjang gelombang (nm)
dengan pelarut HCl 0,1 N memiliki bentuk yang sama yaitu menurun sampai
panjang gelombang 272 nm setelah itu kembali turun. Puncak yang terbentuk
Panjang gelombang serapan maksimum ketiga spektra terletak pada yang sama
yaitu 272 nm. Panjang gelombang serapan maksimum kafein dalam pelarut asam
encer menurut literatur yaitu 273 nm (Clarke, 1986). Terdapat perbedaan sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2 nm. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa senyawa yang diamati benar-benar
kafein.
yang sudah dalam bentuk larutan maka dalam pembuatan larutan sampel hanya
dilakukan pengenceran. Hal ini dilakukan agar kafein dapat memberikan serapan
yang tidak terlalu tinggi sehingga dapat dianalisis. Pengenceran didasarkan pada
akan memberikan serapan sebesar 1,9. Serapan yang digunakan memang besar,
namun data ini akan diolah dengan derivatisasi sehingga amplitudo kafein hasil
300 nm karena pada rentang panjang gelombang tersebut terdapat serapan dari
2,5
2
absorbansi
1,5
0,5
0
210 230 250 270 290 310
panjang gelom bang (nm )
31
Pada gambar terlihat bahwa spektra larutan sampel memiliki bentuk yang
kemudian naik tidak terlalu tinggi membentuk puncak lalu turun agak curam.
265,1 nm. Terdapat perbedaan antara spektra kafein baku dengan sampel, hal ini
serapan pada rentang panjang gelombang yang sama antara lain vitamin B3
N CH3
O
HO
C
C
N NH 2 H2 OH
H 2C
= Gugus Kromofor kafein
OH
= auksokrom
niasinamida piridoksin
Gambar 11. Struktur niasinamida dan piridoksin
natrium sitrat tidak memberikan serapan pada rentang panjang gelombang 220-
32
2.5
1.5
absorbansi
0.5
0
220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
-0.5
panjang gelombang
Gambar 12. Spektra serapan normal kafein dengan sampel minuman berenergi merek X.
Keterangan : kafein (), sampel ()
Pada gambar 12, terlihat bahwa spektra kafein baku berbeda dengan
spektra sampel. Spektra kafein baku lembah yang terbentuk lebih curam daripada
spektra sampel. Dan puncak yang terbentuk pada spektra kafein dan spektra
sampel berada pada panjang gelombang yang lebih pendek daripada spektra
kafein. Hal ini disebabkan karena di dalam sampel terdapat banyak bahan
berenergi dibuat spektra derivat pertama, kedua dan ketiga. Spektra derivat
33
(A=A1-A2) yang berderet teratur dibagi dengan , dalam hal ini adalah 2
ini pengaruh derau atau noise terhadap spektrum tidak terlalu besar dan dapat
derivatif larutan baku dan larutan sampel. Dari hasil penggabungan spektra
derivatif ini kemudian dicari panjang gelombang dimana terdapat spektra yang
gelombang yang diamati pada 260 nm sampai 290 nm karena kafein memberikan
Spektra derivat pertama larutan baku kafein dan larutan sampel dapat
0.1
0.05
0
dA/dx
220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
-0.05
-0.1
-0.15
panjang gelombang
Gambar 13. Spektra derivat pertama kafein dengan sampel minuman berenergi merek X.
Kafein (), sampel ()
Pada gambar tersebut belum ditemukan adanya spektra yang secara total
saling berhimpit. Oleh karena itu dibuat derivat yang lebih tinggi untuk
34
spektra yang jelas. Spektra derivat kedua larutan baku kafein dan larutan sampel
0.015
0.01
0.005
d2A/dx2
0
-0.005 26 26 26 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 29
-0.01 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0
-0.015
-0.02
-0.025
panjang gelombang
Gambar 14. Spektra derivat kedua kafein dengan sampel minuman berenergi merek X.
Keterangan: kafein (), sampel ()
terperinci namun masih belum ditemukan adanya spektra yang secara total saling
berhimpit. Oleh karena itu dibuat spektra derivat ketiga untuk menentukan
panjang gelombang peak-to-peak. Spektra derivat ketiga larutan baku kafein dan
35
0.01
0.008
0.006
0.004
d3A/dx3
0.002
0
-0.002260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290
-0.004
-0.006
-0.008
-0.01
panjang gelombang
Gambar 15. Spektra derivat ketiga kafein dengan sampel minuman berenergi merek X.
Keterangan : kafein (), sampel ()
Pada spektra derivat ketiga terlihat spektra yang secara total saling
puncak maksimum pada 271 nm dan puncak minimum pada 273 nm. Panjang
271 nm dengan puncak minimum pada 273 nm spektra derivat ketiga dari seri
dibuktikan dengan koefisien korelasi (r). Dalam penelitian ini, nilai r yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
digunakan adalah nilai r yang lebih besar dari nilai r tabel untuk 5 data dengan
tersebut lebih besar dari nilai r tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang baik antara konsentrasi larutan kafein baku dengan amplitudo peak-to-peak
sehingga persamaan kurva baku dapat digunakan untuk menentukan kadar kafein
menunjukkan nilai r yang terbesar dan nilai standar error yang terkecil, sehingga
diukur dengan cara menghitung jarak vertikal antara puncak maksimum 271 nm
dengan puncak minimum 273 nm pada spektrum derivat ketiga. Dari 6 kali
replikasi dan setiap replikasi diberikan perlakuan triplo diperoleh hasil sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel III. Data kafein terukur dalam sampel minuman berenergi merek X
(dikalikan faktor pengenceran)
I II III
Rata C
Replikasi 3 3 C 3 3 C 3 3 C
d A/d d A/d d A/d (mg/ml)
(mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
1 0,00137 1,3469 0,0015 1,3887 0,0016 1,4211 1,3856
2 0,0014 1,3566 0,0015 1,3887 0,00162 1,4275 1,3909
3 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887 0,00162 1,4275 1,4016
4 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887 1,3887
5 0,0016 1,4211 0,00137 1,3469 0,00162 1,4275 1,3985
6 0,00137 1,3469 0,00162 1,4275 0,0015 1,3887 1,3877
Rata-rata kafein terukur = 1,3922 mg/ml
SD = 6,4155.10-3
CV = 0,46 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kadar kafein terukur dalam sampel
minuman berenergi merek X adalah 1,3922 mg/ml atau sebesar 0,139% b/v dari
komposisi per kemasan . Kadar kafein ini jelas sangat besar mengingat dalam
setiap sampel hanya mengandung 50 mg kafein atau 0,029% b/v dari total
metode yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan parameter akurasi
dan presisi. Parameter akurasi dinyatakan dengan nilai recovery atau perolehan
kembali. Oleh karena itu dilakukan pengukuran sampel yang telah ditambah
dengan larutan kafein baku konsentrasi 0,0983 mg/ml. Pengurangan kadar kafein
dalam sampel yang telah ditambah dengan larutan kafein baku dengan kadar
kafein dalam sampel ditetapkan sebagai kadar kafein terukur. Recovery dihitung
dengan membagi kadar kafein terukur dengan kadar kafein sebenarnya dikalikan
100%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel IV. Data kafein terukur pada sampel minuman berenergi yang telah ditambah larutan
kafein baku (dikalikan faktor pengenceran)
I II III
Rata C
Replikasi 3 3 C 3 3 C 3 3 C
d A/d d A/d d A/d (mg/ml)
(mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
1 0,0016 1,4211 0,0017 1,4533 0,0021 1,5821 1,4855
2 0,0019 1,5177 0,0019 1,5177 0,0017 1,4533 1,4962
3 0,0019 1,5177 0,0019 1,5177 0,0017 1,4533 1,4962
4 0,0019 1,5177 0,0016 1,4211 0,0019 1,5177 1,4855
5 0,0017 1,4533 0,0018 1,4855 0,0020 1,5499 1,4962
6 0,0018 1,4833 0,0017 1,4533 0,0019 1,5177 1,4855
ini memenuhi rentang recovery untuk sampel dengan kadar kecil yaitu 90-110%
memenuhi syarat presisi yang baik yaitu CV < 2% untuk sampel dengan kadar
derivatif aplikasi metode peak-to-peak memiliki akurasi dan presisi yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
yang baik.
B. Saran
Kadar kafein dalam minuman berenergi merek X sebesar 0,139% b/v. Jauh
lebih besar daripada kadar kafein maksimal yang diperkenankan oleh Balai POM
yaitu sebesar 50 mg/kemasan atau 0,029% b/v. Oleh karena itu perlu dilakukan
penarikan produk apabila terbukti kadar kafein melampaui ambang batas yang
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, The United States of Pharmacopeia 28, Vol II, 2440-2442, United
States Pharmacopeia Convention Inc., Rockville
Anonim,2006c,http://www.iupac.org/publications/analytical_compedium/Cha10se
c352.pdf, Diakses 27 Maret 2006
Christian, G.D., 2004, Analytical Chemistry, 464-479, John Willey & Sons Inc.,
New York
41
Pecsok, R.L., Shields, L.D., Cairns, T., and Mc. William, I.G., 1976, Modern
Methods of Chemical Analysis, 2nd Ed., 148, 150, 153, 154, 158, Jhon
Wiley and Sons, New York
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th Ed., 11-14, 314-316, 329-332, Harcourt Brace College,
Philadelphia
LAMPIRAN
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
44
1. Komposisi :
Taurin, Kafein, Vitamin B3, Vitamin B5, Vitamin B6, Gula, Air, Asam Sitrat,
2. Analisis Organoleptis
Warna : jingga
45
: 9,41 mgram
: 10,17 mgram
: 9,97 mgram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
47
a. Skema pembuatan
9,41gram
Konsentrasi kafein dalam larutan A = = 0,1882 mg/ml
50 ml
vol pengambilan
Konsentrasi kafein : x konsentrasi larutan A
vol larutan
48
49
0.15
0.1
0.05
dA/d
0
220 240 260 280 300 320
-0.05
-0.1
-0.15
0.03
0.02
0.01
0
d2A/d 2
-0.01260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290
-0.02
-0.03
-0.04
-0.05
-0.06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0.06
0.04
0.02
d3A/d3
0
260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280 282 284 286 288 290
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
0.05
0
dA/d
220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
-0.05
-0.1
-0.15
0.015
0.01
0.005
0
d2A/d2
-0.005 26 26 26 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 29
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0
-0.01
-0.015
-0.02
-0.025
52
0.01
0.005
d3A/d3
0
26 26 26 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 29
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 0
-0.005
-0.01
53
dA A 2 A1
=
d 2 1
Derivat 1 (dA/d)
1 + 2
= (dA/d)
A 2
Derivat 2 (d2A/d2)
1 + 2 1 + 2
= (dA/d) = (d2A/d2)
2 2
261 0.07 262 -0.003
263 0.064 264 -0.003
265 0.058 266 -0.006
267 0.046 268 -0.0068
269 0.0325 270 -0.014
271 0.0045 272 -0.0063
273 -0.008 274 -0.0185
275 -0.045 276 -0.0037
277 -0.0525 278 -0.0167
279 -0.086 280 -0.007
281 -0.1 282 -0.0025
283 -0.105 284 -0.004
285 -0.113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Derivat 3 (d3A/d3)
+ 2 1 + 2
= 1 (d2A/d2) = (d3A/d3)
2 2
262 -0.003 263 0
264 -0.003 265 -0.0015
266 -0.006 267 -0.0004
268 -0.0068 269 -0.0036
270 -0.014 271 0.0039
272 -0.0063 273 -0.0061
274 -0.0185 275 0.0074
276 -0.0037 277 -0.0065
278 -0.0167 279 0.0049
280 -0.007 281 0.0022
282 -0.0025 283 -0.0007
284 -0.004
55
a. Skema Pembuatan
(d3A/d3)
Sampel
I II III
1 0.00137 0.0015 0.0016
2 0.0014 0.0015 0.00162
3 0.0015 0.0015 0.00162
4 0.0015 0.0015 0.0015
5 0.0016 0.00137 0.00162
6 0.00137 0.00162 0.0015
0.00137 + 2,811.10-3
Kadar kafein = = 0,0269 mg/ml x faktor pengenceran
0,1552
= 235,7075 mg/kemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
I II III
Replikasi C C C
d3A/d3 d3A/d3 d3A/d3
(mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
1 0,00137 1,3469 0,0015 1,3887 0,0016 1,4211
2 0,0014 1,3566 0,0015 1,3887 0,00162 1,4275
3 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887 0,00162 1,4275
4 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887 0,0015 1,3887
5 0,0016 1,4211 0,00137 1,3469 0,00162 1,4275
6 0,00137 1,3469 0,00162 1,4275 0,0015 1,3887
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
a. Data kafein terukur dalam sampel minuman berenergi merek X yang telah
I II III
Rata C
Replikasi 3 3 C 3 3 C 3 3 C
d A/d d A/d d A/d (mg/ml)
(mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
1 0,0016 1,4211 0,0017 1,4533 0,0021 1,5821 1,4855
2 0,0019 1,5177 0,0019 1,5177 0,0017 1,4533 1,4962
3 0,0019 1,5177 0,0019 1,5177 0,0017 1,4533 1,4962
4 0,0019 1,5177 0,0016 1,4211 0,0019 1,5177 1,4855
5 0,0017 1,4533 0,0018 1,4855 0,0020 1,5499 1,4962
6 0,0018 1,4833 0,0017 1,4533 0,0019 1,5177 1,4855
Kafein Kafein
Replikasi sebenarnya terukur (m
(mg/ml) g/ml)
1 0,0983 0,0999
2 0,0983 0,1053
3 0,0983 0,0946
4 0,0983 0,0968
5 0,0983 0,0977
6 0,0983 0,0978
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kadar terukur
Recovery = x 100%
kadar sebenarnya
SD = 6,4155.10-3
SD
CV = x100 %
rerata kadar terukur
6,4155.10 3
= x100% = 0,46 %
1,3922
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BIOGRAFI PENULIS
Mrican.