Dosen Pengampu:
apt. Meta Kartika Untari, M.Sc.
Disusun Oleh:
Kelas B5
Disusun Oleh:
Salma Fakhriyatulnikma (222043886)
Selin Diana Lete (2220434887)
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanisme kerja obat golongan azol ini yaitu dengan mengganggu sintesis
ergosterol. Obat tersebut menghambat sitokrom P-450 dependen 14a-demetilasi
lanosterol, yang merupakan prekursor ergosterol pada fungi dan kolesterol pada
sel mamalia. Namun, sitokrom P-450 fungi kira-kira 100-1000 kali lebih sensitive
terhadap azol dari pada dalam system mamamlia.
Manifestasi klinis KVV merupakan hasil interaksi antara patogenitas
spesies Candida dengan mekanisme pertahanan hospes (host) yang berkaitan dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Penyebab terbanyak KVV adalah
spesies Candida albicans (80-90%), diikuti spesies Candida nonalbicans seperti
Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida glabrata
yang juga sering menimbulkan KVV dan lebih banyak terjadi resistensi terhadap
terapi konvensional.
E. Terapi Non Farmakologi
- Menjaga kebersihan organ kewanitaan
- Minum air putih minimal 2 liter/hari
- Tidak memakai pakaian dalam terlalu ketat
- Memakai pakaian yang berbahan katun.
-
2. Diabetes militus
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang terjadi diakibatkan
kegagalan pankreas memproduksiinsulin yang mencukupi atau tubuh tidak dapat
menggunakan secara efektif insulin yang diproduksi. Hiperglikemia, atau
peningkatan gula darah adalah efek utama pada DM tidak terkontrol dan pada
jangka waktu lama bisa mengakibatkan kerusakan serius pada syaraf dan
pembuluh darah. Diabetes Mellitus mempunyai sindroma klinik yang ditandai
adanya poliuria, polidipsia dan polifagia, disertai peningkatan kadar glukosa darah
atau hiperglikemia (kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau postprandial ≥ 200
mg/dl atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl). Diabetes mellitus diklasifikasikan
menjadi sebagai berikut:
a. Diabetes mellitus tipe 1
Terjadi destruksi sel β pankreas, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute akibat proses imunologik maupun idiopatik.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Penyebab spesifik dari tipe diabetes ini masih belum diketahui, terjadi
gangguan kerja insulin dan sekresi insulin, bisa predominan gangguan
sekresi insulin ataupun predominan resistensi insulin.
c. Diabetes mellitus tipe lain
Diabetes mellitus tipe lainnya disebabkan oleh berbagai macam
penyebab lainnya seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom
genetik lain yang berkaitan dengan DM.
d. Diabetes mellitus gestational
Diabetes mellitus gestational yaitu diabetes yang terjadi pada kehamilan,
diduga disebabkan oleh karena resistensi insulin akibat hormon-hormon
seperti prolaktin, progesteron, estradiol, dan hormon plasenta.
B. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam
amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan diserap oleh
usus dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke
dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan terutama glukosa dibakar
melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi.
Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang
peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel,
untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah
suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Suyono, 2004).
Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2004).
Menurut Bogdan Mc Wright, MD. 2008, efek samping insulin adalah
penambahan berat badan yang mungkin diduga karena tiga penyebab: 1). Insulin
diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh). 2). Ketika kontrol
terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena adanya terapi insulin, sedikit
gula yang hilang didalam urin. 3). Pengobatan insulin membuat orang merasa
lebih baik.
C. Manifestasi Klinis
Mekanisme Diabetes tipe 2 yaitu mekanisme yang bekerja pada 4 organ
tubuh. Organ tersebut yaitu: Hepar, Pankreas, sistem pencernaan dan sel-sel tubuh
sering terjadi bisa menjadi tanda dan gejala diabetes. Glukosa darah tinggi yang
tidak terkontrol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuatnya sulit
untuk melawan berbagai jenis infeksi, kadar gula yang tinggi dalam darah dan
organ membuat bakteri lebih mudah tumbuh dan infeksi berkembang lebih cepat.
Sindroma klinik yang sering dijumpai pada diabetes mellitus yakni
poliuria, polidipsia dan polifagia, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi
glikogendan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Semua proses tersebut
terganggu pada DM, glukosa tidak dapat masuk ke sel hingga energi terutama
diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri
relatif tidak berbahaya, kecuali bila kadarnya tinggi sekali sehingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya adalah glikosuria yang
timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat
disertai hilangnya berbagai elektrolit (poliuria).
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit
pada pasien DM sehingga terjadi koma hiperglikemik hiperosmolar nonketosis.
Karena adanya dehidrasi, maka tubuh berusaha mengatasinya dengan banyak
minum (polidipsia). Selain itu, polifagia juga timbul karena adanya perangsangan
pusat nafsu makan di hipotalamus akibat kurangnya pemakaian glukosa di sel,
jaringan, dan hati. Normalnya lemak yang berada dalam aliran darah, melewati
hati dan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak kemudian diubah
menjadi senyawa keton (asam asetoaseat, aseton, asam betahidroksibutirat) dan
dilepaskan ke aliran darah kembali untuk disirkulasikan ke sel tubuh agar
dimetabolisme menjadi energi, CO2 dan air.
Pada saat terjadi gangguan metabolit, lipolisis bertambah dan lipogenesis
terhambat, akibatnya dalam jaringan terbentuk senyawa keton lebih cepat
daripada sel tubuh dapat memetabolismenya. Maka, terjadi akumulasi senyawa
keton dan asidemia (penurunan pH darah dan meningkatnya ion hidrogen dalam
darah). Sistem buffer tubuh berusaha untuk menetralkan perubahan pH yang
ditimbulkannya, tetapi bila ketosis yang timbul lebih hebat maka pH darah tidak
dapat dinetralisir dan terjadi diabetik ketoasidosis. Keadaan klinis ini ditandai
dengan nafas yang cepat dan dalam, disebut pernafasan kussmaul, disertai adanya
bau aseton.
D. Terapi Farmakologi
Terapi dengan insulin
Insulin adalah agen lini pertama direkomendasikan untuk pengobatan
GDM di AS. Insulin diperlukan pada keadaan (Perkeni, 2015):
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik;
- Penurunan berat badan yang cepat;
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis;
- Krisis Hiperglikemia;
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal;
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke);
- Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan;
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat;
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO; Kondisi perioperatif
sesuai dengan indikasi.
Kerja insulin Contoh Penggunaan
Rapid acting Humalog (insulin 5-15 menit sebelum
Lispro), Novolog makan
(insulin Aspart),
Apidra (Insulin
Gluisine)
Short acting Humulin R, Novolin 30 menit sebelum
R makan
Intermediate Humulin N, Novolin Umumnya 1x sehari
N
Long acting Lantus (insulin Umumnya 1 x
glargine), Levemir sehari di waktu
(insulin detemir) yang sama
Efek samping terapi insulin (Perkeni, 2015):
- Hipoglikemia
- Reaksi alergi terhadap insulin
Terapi peroral
Digunakan pada penanganan DM tipe II. Beberapa OAD yang
lazim digunakan adalah sebagai berikut :
Golongan obat Cara kerja utama Efek samping Contoh
Sulfonilurea Meningkatkan BB naik, Glibenklamid
sekresi insulin hipoglikemia
Glinid Meningkatkan BB niak, Nateglinid,
sekresi insulin hipoglikemia repaglinide
Biguanid Menekan produksi Dyspepsia, Metformin
glukosa hati dan diare, asidosis
menambah laktat
sensitifitas terhadap
insulin
Penghambat Menghambat Flatulen, tinja Akarbose,
alfa- absorpsi glukosa lembek mannitol
glukosidase
Tiazolidindion Menambah Edema Pioglitazone
sensitifitas terhadap
insulin
Penghambat Modulator inkreatin, Sebah, muntah Vidagliptin,
DDP-IV meningkatkan sitagliptin
sekresi insulin yang
diperlukan saat
makan
Penghambat Menghambat Dehidrasi, Dapagliflozin,
SGLT-2 penyerapan kembali infeksi saluran propanediol
glukosa ditubuli kemih
distal ginjal
- Algoritma terapi untuk DM tipe 2
DAFTAR PUSTAKA