SOLID
GRANULASI KERING
Oleh kelompok 3B :
TA 2017/2018
SEDIAAN TABLET GRANULASI KERING
I. Tujuan Praktikum
II. Pendahuluan
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III, 1979). Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV, 1995). Krim terdiri dari emulsi minyak di
dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu : (Anief, 1994)
1. Tipe M/A atau O/W
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa
bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari
surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang
alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih
popular.Contoh : vanishing cream. Vanishing cream adalah kosmetika yang
digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak.
Vanishing creamsebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.
2. Tipe A/M atau W/O,
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps
lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak
dengan logam bervalensi 2, misal Ca.
Pembuatan krim digunaan zat pengemulsi, umumnya berupasurfaktan, anionik,
kationik, dan monoanionik. Keuntungan penggunaan krim adalah dapat menyebar
merata dengan mudah di permukaan kulit, serta lebih mudah dicuci dengan air
(Ansel, 2005).
Metil salisilat biasa ditemukan dalam tanaman wintergreen, namun untuk
saat ini keberadaan dari metil salisilat telah banyak ditemukan karena sudah dapat
dibuat sintesis dari asam salisilat (Astuti, 2006).
Dalam dunia pengobatan, metil salisilat digunakan sebagai analgesik
topikal yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri arthritis dan biasa
digunakan pada produk produk farmasetik maupun kosmetik. Biasanya pada
produk-produk farmasetik ini, penggunaan metil salisilat ditambahkan dengan
mentol untuk memberikan daya analgesik yang lebih kuat. Produk akhirnya bisa
berupa balsam, krim, minyak atau salep (Rhodia, 2011).
Stabilitas krim dapat terganggu atau rusak oleh sistem campurannya.
Kerusakan dapat disebabkan oleh perubahan suhu, perubahan komposisi dan
disebabkan oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran
dua fase yang tidak tercampur. Zat pengawet yang umum digunakan adalah metil
paraben 0,12%-0,18% atau propil paraben 0,02%-0,05% (Depkes RI, 1979).
III. Preformulasi
3.1 Ranitidine HCL (Rowe,2006)
Pemerian : Struktur kristalin bewarna puttih sampai kuning pucat,praktis
tidak berbau,peka terhadap cahaya dan kelembapan
Nama Lain : Ranitidine Hidroklorida
Nama Kimia : N- [2 - [[[- 5 - [(Dimethylamino) metil] -2-furanil] metil]
tio] etil] -N'-metil-2-nitro-1,1-ethenediamine hidroklorida
Struktur Kimia :
Rumus Molekul : C13H22N4O3SHCL
Kelarutan :sangat mudah larut dalam air,cukup mudah larut dalam etanol
dan sukar larut dalam kloroform
PH larutan/ PH stabilitas : 6,7-7,3/-
Titik Didih/Titik Leleh : -/140
Inkomtabilitas : -
Sifat Khusus : -
Wadah dan penyimpanan : wadah tertutup rapat,ditempat sejuk dan kering
,terhindar dari cahaya matahari
Koefisin partisi : -
3.2 Avicel (Rowe,2006)hal 129
Pemerian : murni,berwarna putih,tidak berbau,tidak berasa.
Nama Lain : cellulosa mycrocrystaline,cellets,celex,cellulosa
gel,benelosum,mycrocrytalimum,cophere,tabulose.
Nama Kimia : cellulose
Struktur Kimia :
4.4 Rasionalisasi
Praktikum pembuatan tablet Ranitidine menggunakan metode
granulasi kering karena ranitidin tidak tahan terhadap kelebapan dan
pemanasan serta kandunan zat aktif yang digunakan lebih dari 50 %.
Formula yang digunakan dibagi menjadi fase luar dan fase dalam
dimana fase dalam terdiri dari ranitidine dan avicel sebanyak 92 % dan
fase luar sebanyak 8 % terdiri dari starch, talk dan aerocil.
Ranitidin Hcl merupakan bahan aktif yang digunakan dalam
formulasi tablet dengan metode granulasi kering, digunakan dengan
kekuatan 150mg/tablet. Ranitidine Hcl sebagai bahan aktif memiliki
indikasi sebagai obat maag (golongan antihistamin H2 ) dengan
mekanisme meningkatkan resistensi mukosa terhadap serangan asam
pepsin (Lacy, 2006).
PVP digunakan sebagai pengikat dengan presentase 5% (Rowe
et all, 2009) untuk metode granulasi kering. Amilum kering digunakan
segabai disintegran baik fase dalam maupun fase luar dengan presentase
fase dalam 10% dan fase luar 5% (Rowe et all, 2009).
Avicel digunakan sebagai pengisi dan pengikat dengan
presentase 20,57 % untuk metode granulasi kering . Avicel memiliki
kemampuan yang baik sebagai pengikat maupun disintegran, zat ini
menghasilkan pembasahan yang cepat dan merata karena adanya
wicking acting sehingga cairan penggranulasi terdistribusi di seluruh
onggokan serbuk. Avicel juga bertindak sebagai pengikat basah untuk
membantu meningkatkan kekerasan granul dengan fines. Avicel
mengurang penymbatan kasa penapis dan meningkatkan pengeringan
yang cepat dan seragam avicel meningaktkan distribusi pewarna dan zat
aktif, sehingga meningkatkan dispersi warna yang seragam dan tanpa
bercak. Selain sebagai pengisi, avicel juga berlaku sebagai disintegran ,
lubrikan dan glidan (Rowe et all,2009).
Amilum (starch) sebagai disintegran. Amilum juga bertindak
sebagai pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdisintegrasi capat, granulasi yang dibuat dari starch sebagai pengikat
internal dan digranulasi dengan air, dapat mengabsorbsi minyak dengan
baik. Selain itu dapa digunakan sebagai disintegran yang membantu
hancurnya tablet. Amilum juga sifatnya higroskopis (menyerap air)
yang baik, sehingga pada saat tablet masuk dan kontak langsung dengan
cairan GIT, maka akan diserap dan granul dilepas lebih cepat (Owen et
all, 2006).
Talk digunakan sebagai lubrikan. Talk digunakan secara luas
dan memiliki sifat menguntungkan yaitu lebih unggul daripada pati
dalam meminimalkan setiap kecenderungan zat yang melekat pada
permukaan spons, yaitu sifat anti adherens (Rowe et all, 2009).
Aerocil digunakan sebagai glidan karena menurut Lachman
(1994) silika halus memiliki efektivitas sebagai glidan yang paling
tinggi dibandingkan Mg Stearat. Hal ini disebabkan karena ukuran
partikelnya yang kecil. Pada formulasi ini dipilih aerocil sebaga glidan
dengan kadar 1% yang termasuk dalam rentang HOPE (0,1-1%). Jika
kadarnya terlalu tinggi dikhawatirkan konsentrasi obat (tablet) menjadi
keras dan waktu disolusinya menjadi sangat lama karena tablet sulit
pecah, sedangkan jika digunakan kadar terlalu rendah maka akan
mempengaruhi sifat alir granul pada saat proses pencetakan tablet
karena dapat menyebabkan variasi obat apabila sifat alirnya jelek
(Lachman ,1994).
V. Bahan Pengemas
Bahan pengemas yang digunakan dalam praktikum pembuatan
tablet asetosal 500 mg dengan metode granulasi kering ini adalah strip.
Bahan paling umum yang digunakan sebagai penyusun strip adalah PLM
(polycellonium) dan aluminium. PLM adalah sejenis bahan dari serat
selulosa yang berbentuk tipis transparan, fungsinya dalam kemasan adalah
untuk menempelkan pewarna sehingga strip bisa berwarna. Aluminium
sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari pengaruh kelembapan. Semakin
tebal aluminium yang digunakan akan semakin membuat tingkat proteksi
menjadi lebih baik. Bahan aktif asetosal yang digunakan memiliki sifat
kelembapan yang tinggi sehingga cocok apabila digunakan pengemas strips.
Alat Bahan
Timbangan analitik
Spektrofotometer
Mortar + stamper
Alat-alat gelas
VII. Perhitungan
Fase Bahan Rentang Jumlah Bobot Bobot 100
@1tab tab
Dalam Asetosal - 50% 150 mg 15 g
Avicel 20-90% 5% 15mg 1,5 g
PVP 0,5-5% 37% 111 mg 11,1 g
Luar Starch 5-10 % 6% 18 mg 18 g
Talk 1-10% 1,5% 3 mg 0,3 g
Aerosil 0,1-1% 0,5 % 3 mg 0,3 g
VIII. Penimbangan
Fase Dalam 92%
92/100 x 300 mg = 276 mg
1. Ranitidine
1 batch = 150 mg x 100 = 15g
2. Avicel 5%
5/100 x 300 mg = 15 mg
1 batch = 15 x 100 = 1,5 g
3. PVP 37%
37/100 x300 = 111 mg
1 batch = 111 x 100 = 11,1 g
Fase Luar 8%
1. Starch 6%
6/100 x 300 = 18 mg
1 batch = 18 mg x 100 = 1,8 g
2. Talk 1,5 %
1,5 / 100 x 300 = 4,5 mg
1 batch = 4,5 x 100 = 0.45 g
3. Aerosil 0,5 %
0,5 % x 300 = 1,5 mg
1 batch = 1,5 x 100 = 0,15 g
IX. Prosedur
X. EVALUASI DAN HASIL