Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

Filsafat ilmu

Oleh:
Widya Astuti
(201033006)

LINTAS JALUR FISIOTERAPI


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
BALI
2021
MALIN KUNDANG

Cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Malin Kundang yang durhaka
kepada Mande Rubiah, ibunya. Kisah Malin Kandang ini adalah cerita rakyat yang berasal dari
Sumatera Barat. Sejak tahun 1980 bahkan telah dibuat relief batu berbentuk manusia yang
menelungkup yang disebut sebagai batu Malin Kundang di pantai Air Manis, Padang Sumatera
Barat. Kisahnya dimulai dari cerita seorang single parent, seorang ibu yang miskin bernama
Mande Rubiah, yang bekerja keras membesarkan sendiri anak semata wayangnya yang bernama
Malin Kundang yang masa kecilnya sakit-sakitan. Namun dengan penuh kasih sayang dan kerja
keras akhirnya Mande Rubiah berhasil membesarkan Malin Kundang hingga menjadi seorang
pemuda yang gagah. Hingga pada suatu saat ketika terdapat sebuah kapal yang merapat di
tempat tinggal mereka maka Malin Kundang pun timbul keinginan untuk merantau, dengan
menaiki kapal besar tersebut. Pada mulanya ibunya kurang setuju, namun dengan berat hati,
akhirnya Mande Rubayah pun membolehkan Malin Kundang untuk merantau. Hari-hari dilalui
ibu Malin Kundang dengan selalu memanjatkan doa kepada Tuhan agar anaknya, si Malin
Kundang diberi keselamatan dan keberuntungan serta kesuksesan selama berada di perantauan.
Lama waktu berjalan, tak ada kabar dari Malin Kundang. Hingga pada suatu saat terdapat sebuah
kapal besar yang indah dan mewah merapat l, bersandar di pulau tempat tinggal Mande Rubiah.
Para penduduk desa pun gempar dan mengira kapal besar itu adalah kapal dari seorang raja atau
sultan. Tiba-tiba datanglah nahkoda kapal yang dulu ditumpangi oleh Malin Kundang untuk
merantau, yang mengabarkan kepada ibu Malin Kundang, yakni Mande Rubiah, bahwa kapal itu
adalah milik Malin Kundang, anak dari Mande Rubiah. Dikabarkannya juga bahwa Malin
Kundang telah menikah dengan gadis yang cantik jelita, anak dari seorang bangsawan yang kaya
raya. Sambil memendam kerinduan yang mendalam, maka Mande Rubiah, ibu Malin Kundang
pun bergegas mendatangi kapal besar dan mewah tersebut untuk menjumpai Malin Kundang.
Istri Malin Kundang yang pertama melihatnya merasa jijik dan risih dengan penampilan Mande
Rubiah yang miskin dengan pakaian lusuhnya. Mande Rubiah bergegas ingin memeluk Malin
Kundang, anak satu-satunya yang sangat ia rindukan selama ini. Namun Malin Kundang merasa
malu kepada istrinya dan juga orang-orang yang ada di sekitar, sehingga ia pun menendang
ibunya itu hingga terjatuh dan berkata, bahwa perbuatan Mande Rubiah itu sangat lancang, dan
mengatakan bahwa ia bukanlah anaknya. Dia juga berkata bahwa ia tidak memiliki ibu yang
miskin dan berbaju compang-camping itu. Anak buah Malin Kundang pun diperintahkan oleh
Malin Kundang dan istrinya agar segera mengusir Mande Rubiah turun dari kapalnya. Mande
Rubiah tentu saja sangat terkejut dengan kelakuan anak kandungnya, Malin Kundang tersebut,
hingga sambil menangis ia pun berdoa memohon keadilan kepada Tuhan. Hingga tak lama
kemudian datang hujan besar dan petir pun menyambar kapal mewah tersebut menjadi hancur
berkeping-keping dan tenggelam, Malin Kundang pun terkutuk menjadi batu, sedangkan tubuh
istrinya yang cantik itu konon dikisahkan menjadi ikan-ikan yang selalu mengelilingi batu Malin
Kundang, si anak yang durhana dan telah dikutuk ibunya itu. Pesan moral dari cerita rakyat ini
ada banyak, yakni antara lain adalah agar jangan pernah berbuat durhaka kepada ibu. Berat sekali
perjuangan seorang ibu itu untuk membesarkan anaknya. Kesuksesan anak itu juga adalah berkat
doa dan juga restu dari ibunya. Demikian pula juga pesan agar jangan hanya memandang orang
dari tampilan fisik luarnya saja, namun selami dulu isi dalam kepribadiannya dan juga perhatikan
ketaatannya kepada Tuhan dan lain sebagainya. Jangan juga memandang kekayaan sebagai
segala-galanya hingga memandang remeh dan hina seorang yang miskin. Juga pesan agar
menghargai orang lain, sesama manusia, dan tidak berlaku zalim dan berbuat aniaya, apalagi itu
adalah kepada orang yang lemah dan lebih tua, terlebih lagi jika itu adalah orang tua, ibu
kandungnya, yang telah membesarkannya sejak kecil dengan susah parah dan kerja keras, penuh
perjuangan.

A. Nilai Filsafat yang terkandung


Dalam cerita “Malin Kundang” mengandung nilai filsafat sebagai berikut.

1. Intuisi, merupakan istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui


penalaran rasional dan intelektualitas. Nilai filsafat intuisi yang dimaksudkan dalam
cerita ini adalah dimana terdapat getaran hati (jiwa) akan suatu hal yang akan terjadi.
Intuisi ini dapat tergambar dari kutipan berikut.

“. Namun dengan penuh kasih sayang dan kerja keras akhirnya Mande Rubiah
berhasil membesarkan Malin Kundang hingga menjadi seorang pemuda yang gagah.
Hingga pada suatu saat ketika terdapat sebuah kapal yang merapat di tempat tinggal
mereka maka Malin Kundang pun timbul keinginan untuk merantau, dengan menaiki
kapal besar tersebut. Pada mulanya ibunya kurang setuju, namun dengan berat hati,
akhirnya Mande Rubayah pun membolehkan Malin Kundang untuk merantau. Hari-
hari dilalui ibu Malin Kundang dengan selalu memanjatkan doa kepada Tuhan agar
anaknya, si Malin Kundang diberi keselamatan dan keberuntungan serta kesuksesan
selama berada di perantauan.”

Dalam kutipan tersebut, ibunda malin kundangnmengikuti dengan kata hatinya dan
mempercayakan Malin Kundang untuk berangkat dan selalu memanjatkan doa untuk
putranya.

2. Perbuatan luhur, merupakan tindakan mulia yang dilakukan oleh setiap manusia baik
didalam etika, sifat, estetika, tata susila dan perilaku – perilaku lainnya. Dalam hal
ini, dalam cerita terdapat bagian kutipan yang mencantumkan bahwa cerita ini
mengandung nilai filsafat perbuatan luhur yang dapat diterapkan oleh pembaca dan
dipahami.

” jangan pernah berbuat durhaka kepada ibu. Berat sekali perjuangan seorang ibu
itu untuk membesarkan anaknya. Kesuksesan anak itu juga adalah berkat doa dan
juga restu dari ibunya. Demikian pula juga pesan agar jangan hanya memandang
orang dari tampilan fisik luarnya saja, namun selami dulu isi dalam kepribadiannya
dan juga perhatikan ketaatannya kepada Tuhan dan lain sebagainya. Jangan juga
memandang kekayaan sebagai segala-galanya hingga memandang remeh dan hina
seorang yang miskin. Juga pesan agar menghargai orang lain, sesama manusia, dan
tidak berlaku zalim dan berbuat aniaya, apalagi itu adalah kepada orang yang lemah
dan lebih tua, terlebih lagi jika itu adalah orang tua, ibu kandungnya, yang telah
membesarkannya sejak kecil dengan susah parah dan kerja keras, penuh perjuangan.
a. Nilai Moral / Estetika / Budi Pekerti / Nilai Luhur

Nilai ini termasuk dalam Aksiologi yang dimana merupakan cabang ilmu filsafat yang
menyelidiki hakekat nilai dari ilmu. Nilai Moral/Etika merupakan cabang aksiologi yang
membahas masalah predikat benar atau salah, kebajikan atau asusila, serta patut atau
tidak patut. Nilai moral yang terdapat dalam karya sastra itu bertujuan untuk mendidik
manusia agar mengenal nilai – nilai etika tentang nilai baik dan buruk suatu perbuatan,
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam cerita rakyat
“Lutung Kasarung” ini mengandung beberapa nilai moral/estetika/budi pekerti/luhur.

1) Rendah Hati

Dalam cerita ini, kita diajarkan untuk bersikap rendah hati kepada setiap orang yang
kita temui. Setinggi apapun derajat / jabatan / dudukan kita di suatu tingkatan sosial /
organisasi, haruslah kita tetap untuk menjadi pribadi yang tulus dan rendah hati.
Dapat dibuktikan dalam penggalan kutipan berikut ini:

“Demikian pula juga pesan agar jangan hanya memandang orang dari tampilan fisik
luarnya saja, namun selami dulu isi dalam kepribadiannya dan juga perhatikan
ketaatannya kepada Tuhan dan lain sebagainya. Jangan juga memandang kekayaan
sebagai segala-galanya hingga memandang remeh dan hina seorang yang miskin.”

2) Kebenaran dan Kebaikan

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan. Ada cara yang merugikan orang lain dan ada cara yang berusaha untuk
membangunnya dari bawah. Seperti contohnya dalam penggalan kutipan cerita
“Malin Kundang” sebagai berikut.

“Mande Rubiah tentu saja sangat terkejut dengan kelakuan anak kandungnya, Malin
Kundang tersebut, hingga sambil menangis ia pun berdoa memohon keadilan kepada
Tuhan. Hingga tak lama kemudian datang hujan besar dan petir pun menyambar
kapal mewah tersebut menjadi hancur berkeping-keping dan tenggelam, Malin
Kundang pun terkutuk menjadi batu, sedangkan tubuh istrinya yang cantik itu konon
dikisahkan menjadi ikan-ikan yang selalu mengelilingi batu Malin Kundang.”

Untuk mendapatkan tahtanya, Malin Kundang menggunakan cara durhaka yang


seharusnya tidak dia lakukan. Sehingga membuat sang ibu murka dan memohon
keadilan kepada Tuhan , sehingga ditunjukan kebenaran dan terkutuklah Malin
Kundang yang tidak mengakui ibunya karena dekil dan miskin.
b. Hikmah / Berkah / Pembelajaran dalam cerita

Hikmah atau pembelajaran yang dapat diambil dari cerita adalah kita sebagai makhluk
sosial dalam menjalani kehidupan haruslah dilakukan dengan menyebarkan hal – hal
yang baik kepada lingkungan sekitar. Sekaya apapun kita tetaplah ingat asal kita dari
mana , yang melahirkan dan membesarkan kit aitu siapa. Kesuksesan anak itu juga adalah
berkat doa dan juga restu dari ibunya.

c. Tanggapan mahasiswa guna mengimplementasikannya ke lingkungan kampus,


keluarga dan masyarakat.

Tanggapan saya mengenai pembelajaran ini baik untuk kita implementasikan di dalam
lingkungan kampus, keluarga dan masyarakat. Itu akan memberikan dampak yang bagus
kepada kita. Mungkin memang reaksi yang akan kita dapatkan tidak sesuai dengan apa
yang diceritakan pada cerita rakyat tersebut, tetapi tidak ada salahnya kita melakukan
kebaikan dan terus menjalani hidup dengan baik tanpa mencelakai/menyakiti perasaan
orang lain. Baik dari lingkungan kampus, melakukan persaingan yang sehat antara
mahasiswa tanpa melakukan kecurangan dan lainnya. Bahkan dalam lingkungan keluarga
sendiri, menghindari adanya sifat sombong antar saudara karena memang setiap orang
mempunyai karakteristiknya sendiri – sendiri dan apa yang kita lakukan kepada orang itu
akan menimbulkan respon akibat dari perlakuan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Cerita Rakyat Indonesia : Malin Kundang, 2016 Dipetik Januari 13, 2021, dari Dongeng Cerita
Rakyat: https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-indonesia-malin-kundang/

Anda mungkin juga menyukai