Anda di halaman 1dari 6

Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial

SEJALAN dengan prinsip demokrasi, partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan
dari implementasi good and clean governance. Keterlibatan masyarakat dalam proses
pengelolaan lembaga pemerintahan pada akhirnya akan melahirkan kontrol masyarakat
terhadap jalannya pengelolaan lembaga pemerintahan. Kontrol masyarakat akan berdampak
pada tata pemerintahan yang baik, efektif, dan bebas dari KKN. Untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean
governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni:

1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan. Penguatan peran lembaga perwakilan
rakyat, MPR, DPR, dan DPRD, mutlak dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi
mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan. Selain melakukan check and balances,
lembaga legislatif harus pula mampu menyerap dan mengartikulasikan aspirasi
masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat kepada lembaga eksekutif.

2. Kemandirian lembaga peradilan. Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan


beribawa berdasarkan prinsip good and clean governance peningkatan profesionalitas
aparat penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
Akuntabilitas aparat penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang
menentukan dalam penegakan hukum dan keadilan.

3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah. Perubahan paradigma aparatur


negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayan rakyat) harus dibarengi
dengan peningkatan profesionalitas dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah.
Akuntabilitas jajaran birokrasi akan berdampak pada naiknya akuntabilitas dan legitimasi
birokrasi itu sendiri. Aparatur birokrasi yang mempunyai karakter tersebut dapat
bersinergi dengan pelayanan birokrasi secara cepat, efektif, dan berkualitas.

4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani (civil society). Peningkatan partisipasi


masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam merealisasikan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik mutlak dilakukan
dan difasilitasi oleh negara (pemerintah). Peran aktif masyarakat dalam proses kebijakan
publik pada dasarnya dijamin oleh prinsip-prinsip HAM. Masyarakat mempunyai hak
atas informasi, hak untuk menyampaikan usulan, dan hak untuk melakukan kritik
terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Kritik dapat dilakukan melalui lembaga-
lembaga perwakilan, pers maupun dilakukan secara langsung lewat dialog-dialog terbuka
dengan jajaran birokrasi bersama LSM, partai politik, maupun organisasi sosial lainnya.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah. Untuk
merealisasikan prinsip-prinsip clean and good governance, kebijakan otonomi daerah
dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan model pemerintahan yang
menopang tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia.

Lahirnya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan


kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyarakat dalam
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam rangka menjalankan keutuhan NKRI. Dengan
pelaksanaan otonomi daerah tersebut, pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan
secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.

Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

ARUS deras demokrasi di Indonesia menghadapi kendala sangat serius yakni perilaku
korup di kalangan penyelenggara Negara, pegawai pemerintah, maupun wakil rakyat.
Hampir setiap hari masyarakat dibanjiri dengan berita kasus-kasus penyalahgunaan
kekuasaan melalui tindakan pencurian uang rakyat. Hal yang sangat memprihatinkan, partai
politik dan dunia pendidikan pun ternyata tidak bebas dari praktik-praktik korupsi. Otonomi
daerah yang selama ini dilakukan masih diwarnai oleh pengalihan tradisi korupsi di pusat
pemerintahan ke daerah. Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya
Daerah (APBD) yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Pemda) dan anggota legislatif
(DPRD) tak kalah ramainya diberitakan oleh media massa. Pengawasan yang dilakukan
oleh sejumlah lembaga, seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM),
seakan belum cukup untuk mengikis tindakan korupsi dikalangan pejabat Negara.
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan
tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi
atau kelompok tertentu. Kasus-kasus korupsi Indonesia tidaklah berdiri sendiri. Banyak
kalangan korupsi kolektif banyak dilakukan para politisi di saat mereka melakukan dan
menentukan anggaran pembangunan hingga penyelenggaraan tender proyek dan pelaksanaan
proyek pembangunan. Bisa dibayangkan berapa kerugian negara jika korupsi sudah
dilakukan oleh penyelenggara negara sejak dari dulu hingga ke hilir pembangunan.
Banyaknya bangunan sekolah yang roboh sebelum waktunya dan, yang paling spektakuler,
ambruknya jembatan Kutai Kartanegara (Kukar) di Kalimantan Timur pada November 2011
merupakan di antara kejadian yang tidak bisa dilepaskan dari praktik- praktik korupsi selama
proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunannya. kejadian-kejadian ini masih
diramaikan dengan praktik politik uang (money politics) dalam pemilihan kepala daerah dan
pemimpin partai politik maupun suap menyuap yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
aparat hukum dan pemerintahan dalam hal pelayanan publik.Tak mengherankan jika polisi
Indonesia masih tertinggal oleh banyak negara di dunia dalam hal pemberantasan korupsi.
Prestasi yang tidak signifikan dibandingkan dengan capaian Indonesia dalam hal
berdemokrasi.
Menurut data Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index) 2011 yang
dilansir oleh situs resmi Transparasi Internasional, dalam hal persepsi publik terhadap korupsi
sektor publik Indonesia masuk di urutan ke-100 dunia dengan skor rendah (3). Sementara di
antara negara-negara kawasan Asia Pasifik Indonesia bertandang di urutan ke-20. Dari data
mutakhir ini tampaknya Indonesia masih membutuhkan kerja keras, khususnya pemerintah,
dalam upaya-upaya pencegahan dan tindakan korupsi dikalangan penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam ranah hukum, pemberian vonis yang berat dan pembuktian terbalik
bagi pelaku korupsi dinilai banyak kalangan sudah seharusnya dilakukan oleh Indonesia.
Bersamaan dengan ini, sanksi sosial dan politik adalah sangat wajar diberikan oleh
masyarakat terhadap koruptor. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang antikorupsi,
peran media massa, dunia pendidikan, dan organisasi sosial keagamaan dalam kampanye
antikorupsi dan pemberian apresiasi kepada mereka yang jujur mutlak dilakukan.

Gerakan Antikorupsi
JEREMY pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang mengedepankan
kontrol kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi. Pertama, peluang korupsi;
kedua, keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika peluang dan keinginan dalam
waktu bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara mengadakan perubahan secara
sistematis, sedangkan keinginan dapat dikurangi dengan cara membalikkan siasat “laba
tinggi, risiko rendah” menjadi “laba rendah, risiko tinggi;” dengan cara menegakkan hukum
dan menakuti secara efektif, dan menegakkan mekanisme akuntabilitas.
Pada hakikatnya, korupsi tidak dapat ditangkal hanya dengan satu cara. Penanggulangan
korupsi harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif, sistemis, dan terus-menerus.
Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan: Pertama, adanya
political will dan political action dari pejabat negara dan pemimpin lembaga pemerintah pada
setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif pencegahan dan
pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi. Tanpa kemauan kuat pemerintahan untuk
memberantas korupsi di segala lini pemerintahan, kampanye pemberantasan korupsi slogan
kosong belakang.
Kedua, penegakan hukum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi koruptor di
China, misalnya telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri ini menjadi
jarak untuk melakukan tindak korupsi. Hal yang sama terjadi pula di negara-negara maju di
Asia, seperti Korea Selatan, Singapura, dan Jepang, termasuk negara yang tidak kenal
kompromi dengan pelaku korupsi. Tindakan ini merupakan shock therapy untuk membuat
tindakan korupsi berhenti.
Ketiga, membangun lembaga-lembaga dengan mendukung upaya pencegahan korupsi,
misalnya komisi Ombudsman sebagai lembaga yang memeriksa pengaduan pelayanan
administrasi publik yang buruk. Pada beberapa Negara, mandat Ombudsman mencakup
pemeriksaan dan inspeksi atau sistem administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya
mencegah tindakan korupsi aparat birokrasi. Di Indonesia telah dibentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Tim Penuntasan Tindak Pidana Korupsi (Timtastipikor)
dengan tugas melakukan investigasi individu dan lembaga, khususnya aparatur Pemerintah
yang melakukan korupsi. Selain lembaga bentukan pemerintah, masyarakat juga membentuk
lembaga yang mengemban misi tersebut, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) dan
lembaga sejenis.
Keempat, membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksananya praktik good and clean governance, baik di sektor pemerintah, swasta, atau
organisasi kemasyarakatan.
Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi
diajarkan bahwa nilai Korupsi adalah bentuk lain dari kejahatan.
Keenam, gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan
dan membangun spiritualitas antikorupsi.

Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik

PELAYANAN umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah,
pihak swasta atau nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau
tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan/atau kepentingan masyarakat. Dengan
demikian, yang bisa memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas bukan hanya
instansi pemerintah, melainkan juga pihak swasta. Pelayanan publik yang dijalankan oleh
instansi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari
dukungan suara. Adapun, pelayanan publik oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni
mencari keuntungan.
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma sebenarnya merupakan
kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Adapun, pemberian
pelayanan publik yang disertai dengan penarikan pembayaran, penentuan tarif didasarkan
pada harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau bukan
berdasarkan ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah. Dalam hal ini rasionalitas dan
transparansi biaya pelayanan publik harus dijalankan oleh aparat pelayanan publik, demi
tercapainya penerapan prinsip-prinsip good and clean governance.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategi untuk melalui
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia. Pertama, pelayanan
publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan
lembaga non pemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya
dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi; kedua, pelayanan publik adalah wilayah di
mana berbagai aspek good and clean governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah;
ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah,
masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan demikian, pelayanan publik menjadi titik pangkal
efektifnya kinerja birokrasi.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-
elemen indikator sebagai berikut:
1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia,
informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator produk (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik maupun nonfisik.
4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
produk kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkat indikator berdasarkan asumsi yang telah diterapkan.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Birokrasi

FAKTOR-faktor yang memengaruhi kinerja birokrasi antara lain: manajemen organisasi


dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya kerja dan organisasi pada
birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi; dan kepemimpinan birokrasi
yang efektif dan koordinasi kerja pada birokrasi. Faktor-faktor ini akan menentukan lancar
tidaknya suatu birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, kinerja
birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokrasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam perencanaan
strategi pada birokrasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base dalam
kerangka mempertinggi kerja birokrasi.
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi
bagi penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai